Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM 5 EKOLOGI TUMBUHAN

ANALISA VEGETASI

“ Minimal Area ”

Disusun Oleh:

Nama : Marsiana Ade Elpina

NIM : F1072131037

Kelompok :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi
pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan..
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat . Luas daerah contoh vegetasi yang
akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai
dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh
haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa
komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan
individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk
melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau
populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini
berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya
terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas
tersebut.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum.

B. Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan minimal area?
2. Bagaimana kondisi lingkungan tenpat pembuatan petak minimal area?
3. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan petak minimal area?
4. Bagaimana habitus, bentuk daun, dan pertulangan daun pada setiap
tanaman?

C. Tujuan
Untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Keberadaan organisme pada suatu tempat sangat didukung oleh area


yang ditempati, sehingga apakah suatu oganisme dapat bertahan atau berhasil
berkembang tergantung pada kondisis lingkungan yang ditempati. Keadaan
lingkungan seperti iklim, keadaan tanah, topografi baik secara terpisah
maupun secara bersama-sama merupakan factor yang sangat menentukan
macam ekosistem.
Plotting merupakan suat cara untuk mengambil sample unit dari
ekosistem dengan cara membuat dan menentukan daerah pada areal yang
dipandang sebagai lokasi studi. Plot yang dibuat biasanya berbentuk persegi.
Kegunaan plot yang dibuat tersebut adalah :
1. Untuk mempelajari struktur ekosistem suatu daerah yang didasarkan atas
benyaknya plot yang dipelajari.
2. Untuk mengetahui secara kuantitatif maupun secara kualitatif masing-
masing individu yang ada didaerah tersebut
3. Untuk mengetahui perkembangan atau perubahan kehidupan dari satu
tempat ketempat lain atau dari waktu ke waktu.

Plotting biasanya sangat efektif bila digunakan untuk studi vagetasi,


walaupun kadang-kadang juga efektik untuk studi pada hewan. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesame individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Pratiwi,
2000).

Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di


antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta,
tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke
bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati
lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk
pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas
morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan
kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan
mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie”
misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan
sebagainya.Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis,
metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini
hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan
metode intersepsi titik(Harun, 1993).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau


komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi
dan penutupan tajuk. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Metode
ini harus dipilih, sebab meletakkan plot secara sembarang tidak akan
mencapai tujuan. Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai dengan
tujuannya, selain itu untuk mempermudah analisis/interpretasi data. Cara
pengambilan plot harus secara random, tersebar dengan jarak yang sama
(cara kuadran), mengikuti arah kompas yang telah ditentukan (arah transek),
transek arahnya alternasi dan berbentuk kuadran atau stratified. Metode
sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh (Line
Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis
sebanyak tiga buah pada daerah sampling menggunakan tali rafia. Sepanjang
garis transek dibuat plot-plot berukuran 10 x 10 m yang ditempatkan secara
acak. Di dalam plot-plot 10 x 10 m dibuat subplot ukuran 5 x 5 m ilakukan
identifikasi jenis yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada plot 10 x 10
m dilakukan penghitungan jumlah spesies yang ditemukan (Syafei, 1990).
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas
dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan
ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur
dan komposisi masing-masing spesies (Lovelles,1983).

Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas


dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan
gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Yoga, 2011).
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi adalah pengambilan
sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif
atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi
secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-
contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve
merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya( Ellenberg,1974).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan
Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda,
Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode
Berpasangan Acak, Titik Pusat Kwadran, Metode Titik Sentuh, Metode Garis
Sentuh, Metode Bitterlich) (Irwanto, 2007).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis,
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah
suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
(Marsono, 1991)
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori
yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas
jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun
waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam
suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan
faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,2007).
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi
menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiogonomi vegetasi, struktur
biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur
vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi
secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan
pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran,
horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu
terhadap individu lain.3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu
komunitas (Heni,2012).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Irwanto, 2007).
Setiap orgaisme hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme
dan spesies yang berbeda saling mempengaruhi macam hubungan yang biasa
kita kenal adalah hubungan antara organisme yang makan dan organisme
yang dimakan. Vegetasi (latin:vegetare = menghidupkan, vegetation = dunia
tumbuhan) yang terdapat didalamnya kebanyakan komunitas hutan, daun–
daun, cabang–cabang di bagian–bagian lain di beberapa pohon, semak dll
tumbuhan membentuk beberapa lapisan (Rahardjo,1980).
BAB 3
METODOLOGI

A. Waktu dan tempat

Waktu :  Selasa, Oktober 2016


Pukul : 12.30 – 15.00 WIB
Tempat : Lapangan/ Padang rumput depan kampus FKIP Universitas
Tanjungpura.

B. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalaam praktikum minimal
area ini adalah:

 Alat:
- meteran
- pancang
- tali raffia
- alat tulis
- parang
 Bahan:
- Buku identifikasi
- Tanaman A, B, C, D, E

C. Cara kerja
1. Buat plot/ petak dengan ukuran 25x25 cm
2. Catat dan amati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di dalam plot tsb
3. Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25x50 cm
4. Catat penambahan jenis pada plot tersebut
5. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50x50 cm, dan dicatat
penambahan jenis tumbuhannya
6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50x100 cm,
100x100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi penambahan jenis tumbuhan
baru
7. Apabila penambahan jenis relative kecil (presentase penambahan jenis kira-
kira 10%) maka ukuran plot tidak di perluas lagi.
8. Plot yang terakhir inilah yang disebut dengan minimal area
9. Buat grafik kurva dari hasil percobaan ini

1. Petak 25x25 cm
2. Petak 25x5o cm
5 3. Petak 50x50 cm
4. Petak 50x100 cm
5. Petak 100x100 cm

1 2
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


 Hasil Data

NO Jenis Gambar Keterangan


. Tumbuhan 1 2 3 4 5
1 Tanaman 2 7 11 13 17
A

2 Tanaman 1 6 11 13 15
B

3 Tanaman 3 4 6 8 11
C

4 Tanaman 1 2 4 5 6
D

5 Tanaman 3 4 7 8 10
E

 Pembahasan
Praktikum kali ini menbahas tentang minimal area. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal. Adapun alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum minimal area ini adalah
meteran,pancang, tali rafia, parang, buku identifikasi, dan alat-alat tulis.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan. Salah satu cara untuk menganalisis suatu vegetasi adalah
dengan metode kuadrat atau kurva luas minimum.
Minimal area adalah suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan
dengan memakai plot. Ukuran plo dibuat sedemikian rupa merupakan representatif
untuk mengambil data-data dalam ekologi tumbuhan. Metode minimal area ini sangat
objektif bila dipergunakan untuk daerah-daerah padang rumput karena vegetasinya
homogen. Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas pula petak
contoh yang digunakan. Bentuk luas minimun dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran.
Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang
rumput yang ditumbuhi tanaman perdu dengan jenis yang berbeda-beda.
Kelebihan dari metoda ini adalah apabila pada kotak kuadrat pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya terus ditemukan jenis/spesies baru maka mudah untuk
menganalisis suatu vegetasi, yang artinya semakin luas petak kuadrat maka
keanekaragaman jenis semakin besar. Jadi semakin banyak spesies baru yang
ditemukan, semakin banyak pula petak kuadrat yang dibuat secara terus menerus.
Kekurangan dari metode ini adalah apabila tidak ditemukannya spesies baru (yang
berarti jumlah spesies sedikit) maka pembuatan petak kuadrat akan dihentikan. Yang
berarti semakin sedikit pembuatan petak maka keanekaragaman spesies pun kecil.
Dari hasil pengamatan yang didapat terdapat 5 jenis tumbuhan yang ada
didalam petak/plot yang dibuat sudah mewakili jenis tumbuhan yang ada di area
tersebut. Tumbuhan A memiliki pertulangan daun menyirip habitusnya berupa perdu
dan bentuk daunnya membulat. Tumbuhan B memiliki pertulangan daun sejajar,
habitusnya berupa perdu dan daunnya berbentuk pedang. Tumbuhan C memiliki
pertulangan daun menyirip habitusnya berupa perdu dan bentuk daunnya membulat.
Tumbuhan D memiliki pertulangan daun sejajar, habitusnya berupa perdu,
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai


berikut :
1. Minimal area adalah suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi
tumbuhan dengan memakai plot. Ukuran plo dibuat sedemikian rupa
merupakan representatif untuk mengambil data-data dalam ekologi
tumbuhan.
2. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang
rumput yang ditumbuhi tanaman perdu dengan jenis yang berbeda-beda.
3. Kelebihan dari metoda ini adalah apabila pada kotak kuadrat pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya terus ditemukan jenis/spesies baru maka
mudah untuk menganalisis suatu vegetasi, yang artinya semakin luas petak
kuadrat maka keanekaragaman jenis semakin besar.
4. Kekurangan dari metode ini adalah apabila tidak ditemukannya spesies
baru (yang berarti jumlah spesies sedikit) maka pembuatan petak kuadrat
akan dihentikan. Yang berarti semakin sedikit pembuatan petak maka
keanekaragaman spesies pun kecil.
5. Setiap tumbuhan memiliki kerapatan, frekuensi, serta dominasi
yang tinggi dalam lingkungannya.
6.  Terdapat berbagai jenis vegetasi dalam satu area, ini
membuktikan bahwa tumbuhan tidak dapat hidup sendiri.
7.  Setiap tanaman dalam suatu daerah memiliki kerapatan relative
frekuensi relative yang berbeda.
8. Melalui analisis vegetasi, keanekaragaman tumbuhan dapat
diketahui dari komunitas wilayah tersebut.
9. Vegetasi di suatu tempat berbeda dengan vegetasi di tempat
1ain karena faktor lingkungannya  yang berbeda

B. Saran

Praktikum kali ini sudah cukup baik, untuk selanjutnya lebih di tingkatkan
lagi ketelitian dalam melakukan pengamatan di lapangan agar hasil pengamatan yang
didapat adalah data yang valid.
DAFTAR PUSTAKA

Ellenberg.1974. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology . London:


Edward Arnold Publishers.

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.

Heni, Cristiani.2012. Minimal Area.(0nline).(http://wordpress.com/minimal-area).


(diakses pada tanggal 20 Oktober 2016).

Irwanto, Fatchur. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan . Malang:


JICA.

Lovelles, A.R. 1983. Biologi . Jakarta : Erlangga.

Marsono, D.J. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di


Indonesia Buletin Instiper Volume 2 No.2 . Yogyakarta: Institut Pertanian
Stiper.

Pratiwi, D.A. 2000. Biologi I. Jakarta : Erlangga.

Rahardjo,S. 1980. Ekologi Tumbuhan. Surakarta : Tiga Serangkai.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung :


ITB.

Yoga,Restu.2011.AnalisisVegetasi.(online).(http://wordpress.com/
analisis-vegetasi ). (diakses tanggal 19 Oktober 2016).

Anda mungkin juga menyukai