Anda di halaman 1dari 3

Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit : 02 Januari
2018
Halaman :1-2
Kepala Puskesmas
PUSKESMAS
SUKAINDAH
Karmo, S.Kep
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan
1. Pengertian dan teratur segera setelah lahir.

Sebagai acuan petugas dalam mencegah komplikasi dan kematian


2. Tujuan bayi baru lahir karena gagal nafas

SK Kepala Puskesmas No.…Tahun …. Tentang Pengelolaan


3. Kebijakan Keamanan Lingkungan Fisik Puskesmas
PONED 2008
4. Referensi MNH, 2002
OBSTETRI, 2015
5. Prosedur/ 1. Alat
Langkah-
a. Radiant warmer/dengan pemancar panas (lampu)
langkah
b. Meja datar
c. Kain bayi
d. Bantalan bahu
e. Balon dan Sungkup resusitasi
f. Oksigen
g. Pipa oksigen
h. Stetoskop
i. Laringoskop dgn baterai cadangan
j. Laringoskop dengan daun lurus
k. Pipa ET
l. Stilet
m. Pipa penghisap
2. Bahan
a. Plester dan gunting
b. Tempat sampah infeksiosus
c. Larutan klorin
1. Begitu bayi lahir tidak menangis maka bidan melakukan
langkah awal yang terdiri dari:
 Hangatkan bayi dibawah radiant warmer/pemancar
panas /lampu
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan
menggunakan bantalan bahu
 Isap lendir dari mulut kemudian ke hidung
 Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan
menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki dan
mengganti kain yang basah dengan yang kering.
 Reposisi kepala bayi
 Nilai bayi : usaha nafas,warna kulit,dan denyut jantung.
2. Bila bayi tidak bernafas bidan melakukan Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30
detik dengan kecepatan 40-60 kali per menit.
3. Bidan menilai usaha nafas bayi dan denyut jantung
4. Bila belum bernafas dan DJ: 60x/mnt lanjutkan VTP dengan
kompresi dada terkoordinasi selama 30 detik.
5. Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter
6. Dokter melakukan pemasangan pipa ET untuk terapi
medikamentosa (epinefrin)
 Luruskan trakeadan optimalkan pandangan
 Nyalakan lampu dan pegang laringoskop dengan tangan
kiri
 Stabilkan kepala bayi dengan posisi sedikit tengadah, O2
aliran bebas tetap diberikan.
 Dorong daun laringoskop,angkat seluruh daun,jangan
hanya ujungnya dan jangan mengungkit.
 Cari tanda anatomis.
 Pemberian epinefrin jika DJ<60x/mnt dengan dosis
melalui ET 0,5 s/d 1ml/kgBB.

KAPAN HARUS MERUJUK:


 Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu
resiko tinggi/komplikasi
 Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap dan
kemampuan melakukan pemasangan ET dan pemberian obat-
obatan serta bayi tidak memberikan respon terhadap tindakan
resusitasi,maka segera lakukan rujukan
 Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka
dilakukan tindakan paling optimal di Puskesmas dan berikan
dukunga emosional kepada ibu dan keluarga.
 Bila sampai dengan 10menit,bayi tidak dapat dirujuk,jelaskan
kepada orang tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan
pertimbangkan manfaat rujukan untuk bayi,apakah bayi dapat
memperoleh perbaikan keadaan jika dirujuk atau justru dapat
memperparah keadaan bayi.

KAPAN MENGHENTIKAN RESUSITASI:


Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
 Bayi tidak bernafas spontan dan tidak terdengar denyut jantung
setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 10 menit.

Semua unit terkait


6. Unit terkait

CATATAN MUTU
7. Dokumen
terkait

8. Rekaman
No Yang di ubah Isi perubahan Tanggalmulai di
historis
berlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai