Anda di halaman 1dari 3

Mahasiswa membuat sebuah Demonstrasi Kontekstual untuk memberikan gambaran yang kontekstual

tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila
pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dengan media visual
atau audio. Media visual dapat berupa video pendek, infografis, poster, karikatur atau komik atau
menggunakan podcast untuk menjelaskan hasil rumusan tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta
Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

keragaman budaya, suku, ras, religiusitas dan agama merupakan kekayaan yang membentuk
identitas Indonesia.

Nilai-nilai budaya dan religious itu diartikulasikan dalam lima sila atau Pancasila sebagai dasar
Negara. Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan kehidupan bangsa yang menempatkan
penghormatan kepada Allah sebagai pilar penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Meskipun
Indonesia bukan Negara agama dan bukan juga negara sekuler, namun keyakinan pada Tuhan Yang
Maha Esa merupakan jiwa kehidupan setiap warga Indonesia (Nuryanto, 2014). Karenanya,
pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan manusia Indonesia yang memiliki
tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan dasar filosofis pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama di Indonesia
yang berkontribusi bagi kesatuan hidup berbansa dalam kemajemukan Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan transformatif untuk melestarikan
kemajemukan budaya, agama, ras dan suku di tengah tantangan dan ancaman keterpecahan hidup
berbangsa.

Penerapan nilai-nilai tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan karakter sesuai konsep pencasila.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia adalah juga melihat tentang bagaimana
membentuk peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkembang sesuai kodrat alam dan
zaman mereka. Sebagai bangsa yang kaya akan nilai budaya, Ki Hadjar Dewantara memanfaatkan dan
menjadikan hal tersebut sebagai kekuatan dalam menumbuhkan karakter anak agar sesuai dengan nilai-
nilai filosofi pancasila. 
Pendidikan karakter juga ditujukan untuk mengahadapi bagaimana kemajuan dan tantangan pada
pendidikan abad ke -21 ini. Pendidikan abad ke-21 ini tentu berbeda dengan konsep pendidikan
terdahulu yang masih berpusat pada guru, berorientasi pada hasil, mengutamakan pada kompetisi dan
sebagainya. Saat ini pembelajaran dikonsepkan agar dapat berpusat pada anak, berorientasi pada
proses dan mengembangkan pada kemampuan kolaborasi, bukan kompetisi. Untuk mengimbangi
perbedaan tersebut, maka dapat diwujudkan melalui profil pelajar pancasila.

Profil pelajar pancasila dalam pendidikan Indonesia dijabarkan ke dalam enam dimensia meliputi (1)
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) mandiri; (3) bergotong-
royong; (4) berkebinekaan global; (5) bernalar kritis; dan (6) kreatif. Keenam dimensi profil pelajar
Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar
sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu
mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Pada
jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, profil pelajar pancasila dapat diterapkan melalui kegiatan main yang
dilakukan melalui pembiasaan.

Pada dimensi pertama, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
menuntun pelajar Indonesia dapat tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak
kepada alam; dan (e) akhlak bernegara. Beberapa perwujudan dimensi ini pada jenjang PAUD adalah
peserta didik mampu mengenal adanya Tuhan Yang Maha Esa melalui sifatsifat-Nya, mulai mencontoh
kebiasaan pelaksanaan ibadah sesuai agama/ kepercayaannya, mengenal berbagai ciptaan Tuhan dan
sebagainya.

Pada dimensi kedua, yaitu mandiri, menuntun pelajar Indonesia yang bertanggung jawab atas proses
dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi
serta regulasi diri. Beberapa perwujudan dimensi ini pada jenjang PAUD adalah peserta didik mampu
mengenali kemampuan dan minat/kesukaan diri serta menerima keberadaaan dan keunikan diri sendiri,
Mengatur diri agar dapat menyelesaikan kegiatannya hingga tuntas, berani mencoba, adaptif dalam
situasi baru, dan mencoba untuk tidak mudah menyerah saat mendapatkan tantangan dan sebagainya.

Pada dimensi ketiga, yaitu bergotong royong, menuntun pelajar Indonesia agar mampu melakukan
kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar,
mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
Beberapa perwujudan dimensi ini pada jenjang PAUD adalah peserta didik terbiasa bekerja bersama
dalam melakukah kegiatan dengan kelompok (melibatkan dua atau lebih orang), mengenali dan
menyampaikan kebutuhankebutuhan diri sendiri dan orang lain, melaksanakan aktivitas bermain sesuai
dengan kesepakatan bersama dan saling mengingatkan adanya kesepakatan tersebut dan sebagainya.

Pada dimensi keempat, yaitu berkebinekaan global, menuntun pelajar Indonesia agar dapat
mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan
terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. 

Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan
komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap
pengalaman kebinekaan. Beberapa perwujudan dimensi ini ada jenjang PAUD adalah peserta didik
mampu mengenali identitas diri dan kebiasaankebiasaan budaya dalam keluarga, mengenal identitas
orang lain dan kebiasaankebiasaannya, membiasakan untuk menghormati budaya-budaya yang berbeda
dari dirinya, menjalin interaksi sosial yang positif dalam lingkungan keluarga dan sekolah dan
sebagainya.

Pada dimensi kelima, yaitu bernalar kritis, menuntun pelajar Indonesia agar mampu secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar
kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan keputusan. Beberapa
perwujudan dimensi ini pada jenjang PAUD adalah peserta didik terbiasa bertanya untuk memenuhi rasa
ingin tahu terhadap diri dan lingkungannya, mampu mengidentifikasi danmengolah informasi dan
gagasan sederhana, menyebutkan alasan dari pilihan atau keputusannya, dan menyampaikan apa yang
dipikirkan dengan singkat.

ada dimensi keenam, yaitu kreatif, menuntun pelaajr Indonesia agar mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif
terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan. 

Anda mungkin juga menyukai