Anda di halaman 1dari 3

Dampak Rendahnya Pengetahuan Remaja Terhadap Minat Belajar Tenun

Ikat di Desa Korowuwu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan tenun ikat di Kabupaten Sikka sanggatlah menarik. Semua


itu adalah warisan luhur yang tak ternilai harganya bagi kita. Pada zaman dahulu
tenun ikat sudah menjadi salah satu khas di daerah Sikka. Tenun ikat itu juga
merupakan sebuah karya yang bermutu dengan nilai spiritual yang tinggi.
Keberadaan tenun ikat dalam kehidupan memiliki peran penting dan bernilai
sangat baik bagi bidang Pendidikan, Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Nilai-nilai ini
dapat di lihat dari perilaku atau kebiasaan masyarakat di Kabupaten Sikka. Tetapi
nyatanya remaja sekarang memiliki kebiasaan dan pandangan tersendiri tentang
tenun ikat. Kebanyakan remaja memilih untuk sekedar membagikan foto saat
mereka menggunakan kain tenun, di bandingkan terjun langsung dalam
mengkreasikan tenun ikat. Karena di zaman sekarang perilaku remaja hanya bisa
menjaga eksistensinya di dunia maya, di bandingkan belajar langsung menenun
untuk melestarikan budaya.

Akibatnya minat belajar remaja untuk turut ikut aktif langsung dalam
pengembangan budaya tenun ikat itu tidak ada, karena teknologi sekarang sudah
mulai maju dan menguasai remaja sehingga wawasan belajar mulai berkurang.
Dalam pembuatan tenun ikat ini di butuhkan Kemampuan,Kreatifitas, Kesabaran,
dan Ketekunan dari pembuatnya. Proses pembuatan tenun ikat memakan waktu
cukup lama, sehingga banyak remaja yang kurang meminati budaya tenun ikat
tersebut. Maka perlu adanya sebuah media belajar yang memuat dan mengajak
remaja tentang potensi yang di timbulkan dari tenun ikat, sehingga membuat
mereka tertarik untuk mempelajari tentang kreasi tenun ikat.
Budaya tenun ikat merupakan hasil karya yang telah di wariskan untuk di
kembangkan agar tetap terjaga, dan terus di lestarikan sehingga tidak akan pudar.
Dalam perkembangannya tenun ikat yang di kerjakan secara tradisional akan
menghasilkan tenunan kain yang indah serta di hiasi motif yang indah, dan
memiliki makna tersendiri di setiap hasil tenunan. Budaya tenun ikat juga sebagai
motif warisan budaya serta aset daerah untuk tetap ada, salah satu contohnya di
Desa Korowuwu. Desa ini memiliki jumlah penduduk cukup banyak, rata-rata
jumlah penduduk bekerja sebagai petani dengan hasil utamanya yaitu kelapa,
coklat dan mete. Tingkat pendidikan remaja di Desa Korowuwu mulai meningkat,
namun salah satu lemahnya remaja di desa Korowuwu ini adalah Kurangnya
kesadaran mereka dalam mewariskan budaya tenun ikat, serta tidak ada minat
belajar tentang tenun ikat. Dengan ini saya melihat minat belajar di desa
Korowuwu pada tingkat remaja belum terlalu di minati. Maka hal yang mendasari
saya sehingga memilih judul ini adalah untuk memberikan motivasi yang baik
bagi remaja tentang gunanya hasil karya tenun ikat bagi mereka agar minat belajar
remaja tentang tenun ikat itu tidak hilang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam tulisan ini
dapat di rumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Apa yang menyebabkan sehingga remaja kurang meminati budaya


tenun ikat ?
1.2.2 Bagaimana cara untuk mengatasi agar minat belajar remaja tentang
tenun ikat harus tetap di kembangkan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Menghasilkan sebuah buku referensi mengenai minat belajar tenun ikat
tradisional, khususnya bagi kalangan remaja, sebagai bentuk pelestarian budaya
lokal. Serta mengetahui potensi yang di timbulkan dari tenun ikat.
1.3 Manfaat Penelitian

1.4.Bagi Peneliti

Untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang tenun ikat tradisional

1.4.2 Bagi Remaja

Memberikan sebuah potensi dan mengembangkan dan melestarikan budaya


yang dimiliki, agar dapat memberikan daya tarik remaja dalam mewarisi budaya
tenun ikat.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Membantu memberikan informasi dan menumbuhkan kreativitas bagi


masyarakatnya untuk tetap melestarikan tenun ikat tradisional.

Anda mungkin juga menyukai