Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUPERVISI ARTISTIK

Mata Kuliah: Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu: Zaini, M.Pd.I

Oleh:

Norhikmah (2020150130)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUL ULUM KANDANGAN

TAHUN 1443 H/ 2022 M


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Supervisi Artistik” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Saya sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini yang


menjadi tugas wajib bagi saya pada mata kuliah Supervisi Pendidikan dengan
judul makalah “Supervisi Artistik”. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua, saya
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini banyak ditemukan kesalahan
dan kekurangan.

Hulu Sungai Selatan, 2 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan 2


B. Pengertian Supervisi Artistik 4
C. Ciri-Ciri Supervisi Artistik 5
D. Faktor Penghambat Pencapaian Supervisi 6
E. Tahap Pelaksanaan Supervisi Artistik 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 9
B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Supervisi artistik religius-humanistik adalah pengembangan dari


model supervisi artistik, supervisi ini diilhami dari pendalaman akan nilai-
nilai religi yang diimplementasikan seseorang dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pemimpin dan supervisor dalam suatu lembaga
atau institusi. Supervisi artistik religius-humanistik adalah model supervisi
yang mengembangkan relasi antar atasan dan bawahan dengan baik,
menganggap para guru dan staf setara sebagai sesama manusia atau
makhluk Tuhan serta meniadakan sekat-sekat atau pembeda berupa
jabatan dan latar belakang lainnya sebagai wujud implementasi nilai-nilai
religiusitas yang ada dalam diri seseorang. Nilai-nilai religiusitas yang ada
pada diri Kepala Sekolah menjadikannya seorang pemimpin rendah hati
serta cakap dalam berinteraksi sosial, tangguh dan mengayomi sebagai
atasan dan tegas serta berwawasan kedepan atau visioner.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Supervisi Pendidikan?


2. Apa itu Supervisi Artistik?
3. Apa Saja Ciri-Ciri Supervisi Artistik?
4. Apa Saja Faktor Penghambat Pencapaian Supervisi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Supervisi


2. Untuk Mengetahui Apa itu Supervisi Artistik
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Ciri-Ciri Supervisi Artistik
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Penghambat Pencapaian Supervisi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan

Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua akar
kata yaitu super yang artinya di atas dan vision yang artinya melihat, maka
secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai melihat dari atas. Dengan
pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai penjabat yang berkedudukan di
atas atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Dalam pengertian lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
merencanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Dengan demikian hakekat supervisi pendidikan adalah suatu proses


bimbingan dari pihak kepala sekolah kepada guru dan personalia sekolah yang
langsung menangani belajar para siswa untuk memperbaiki prestasi belajar
mengajar agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar
yang semakin meningkat. Di samping itu, juga memperbaiki situasi bekerja
dan belajar secara efektif, disiplin, bertanggung jawab dan memenuhi
akuntabilitas sedangkan yang melakukan supervisi disebut supervisor1.

Pernyataan diatas mengandung pengertian bahwa seorang supervisor


adalah orang yang turut ambil bagian dan bahkan menentukan efektifitas dan
kualitas proses pembelajaran yang ada di sekolah/Madrasah. Kepala Madrasah
sebagai supervisor adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam
memonitoring jalannya proses pembelajaran di setiap kelas pada suatu
Madrasah. Kepala Madrasah sebagai seorang supervisor harus selalu
memantau perkembangan para guru dan staf Madrasah agar pelayanan yang
diberikan kepada peserta didik dapat bermutu dan profesional. Supervisi
pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas berjenjang, dalam artian

1
Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),
hlm. 16.

2
kepala Madrasah sebagai top management juga berperan sebagai supervisor,
dalam melaksanakan monitoring. Monitoring pendidikan tidak hanya terhenti
pada kepala Madrasah saja, akan tetapi kepala Madrasah juga mendapatkan
pengawasan dan monitoring dari Dinas Kementrian Agama Kabupaten/Kota.
Secara intern Kepala Madrasah melakukan supervisi kepada guru, staf dan
seluruh anggota sekolah, secara ekstern sekolah disupervisi oleh supervisor
dari Dinas yang bertugas melakukan supervisi kepada Kepala Madrasah, guru,
dan seluruh bagian Madrasah termasuk di dalamnya sarana dan prasarana2.

Menurut Suharsimi Arikunto, supervisi adalah melihat bagaimana dari


kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan
melihat mana yang masih positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih
positif lagi. Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya
merupakan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan
staf sekolah lainnya agar mampu bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada
dasarnya lebih didasarkan pada upaya bagaimana membina para guru dalam
rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang, memecahkan hambatan
dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki
oleh guru3.

Seperti telah dijelaskan, kata kunci dari supervisi ialah memberikan


layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah
memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru
di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.
Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk
pengembangan potensi kualitas guru4.

Ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi beberapa hal sebagai


berikut:

a. Supervisi bidang kurikulum

b. Supervisi bidang kesiswaan

c. Supervisi bidang kepegawaian

d. Supervisi bidang sarana dan prasarana

e. Supervisi bidang keuangan

f. Supervisi bidang humas


2
Rofiq Faudi Akbar, Model Supervisi Artistik, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3. No.1, 2015, hlm. 67.
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 3.
4
Piet A. Sahertian, Op. cit., hlm. 19.

3
g. Supervisi bidang ketatausahaan.

Ruang lingkup supervisi dalam tujuh bidang ini mengharuskan supervisor


mempelajari semua bidang ini tanpa terkecuali. Sebab, melakukan supervisi tanpa
memahami bidang yang disupervisi tidak efektif, karena targetnya tidak jelas.
Semua bidang ini disupervisi karena satu dengan yang lain saling berkaitan,
sehingga menjadi suatu sistem terpadu yang tidak bisa dipisahkan.

B. Pengertian Supervisi Artistik

Supervisi artistik merupakan supervisi yang dikembangkan dengan


pemikiran bahwa suatu aktifitas supervisi merupakan pekerjaan yang dilakukan
untuk orang lain, bekerja dengan orang lain dan bekerja melalui orang lain.
Kerena itu, komunikasi antara guru dan supervisor terjadi dalam hubungan
kemanusiaan yang saling ada kerelaan, kepercayaan, pengertiaan, menghormati
dan tercipta kesepakatan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Karena itu,
supervisi artistik lebih mengetengahkan aspek hubungan kemanusiaan5.

Supervisi artistik dalam hal ini supervisor mengamati secara teliti apa yang
terjadi dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dia melihat,
mendengarkan, dan merasakan suasana pembelajaran, menghayati secara
keseluruhan keadaan dalam kelas apa yang dilakukan calon guru dan apa yang
dikerjakan oleh para siswa. Dia mengamati semua hal sampai yang bersifat
rahasia atau tersembunyi dibalik penampilan calon guru. Kemudian supervisor
membantu calon guru memperbaiki penampilannya agar menjadi lebih baik,
dengan cara menjelaskan bagaimana kinerjanya yang dilakukan tadi. Supervisor
akhirnya memberikan saran-saran serta teknik-teknik pembelajaran yang lebih
tepat dan efektif6.

Supervisor yang mengembangkan supervisi artistik akan menampak


dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya
sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif
untuk berusaha untuk maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan,
menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya
sendiri. Itulah supervisi artistik.

C. Ciri-Ciri Supervisi Artistik

5
Kisbiyanto, Supervisi Pendidikan, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm. 18.
6
Made Pidarte, Supervisi Pendidikan Konstektual, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 112-113.

4
Supervisi artistik ini digunakan untuk seni menafsirkaan dan interprestasi
atas apa yang terjadi di dalam kelas. Model supervisi artistik ini dapat dibedakan
berdasarkan pada ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian yang lebih pada karakter kejadian yang lain dan
ekspresif

b. Membutuhkan keterampilan dan keahlian yang tinggi untuk melihat hal


penting yang tak tampak

c. Mengapresiasi kontribusi unik dari para guru

d. Memberikan perhatian yang lebih pada kehidupan kelas secara terus-


menerus

e. Adanya saling percaya antara supervisor dan guru

f. Membutuhkan keterampilan yang tinggi dalam menggunakan bahasa


yang tepat sehingga mampu mengeksploitasi potensi karakter yang tak terlihat

g. Membutuhkan kemampuan menerjemahkan atau menafsirkan makna


kejadian dan hal penunjang

h. Menyadari fakta bahwa supervisor merupakan instrumen yang


mempersepsi dan mengonstruksi situasi pendidikan7.

Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan


dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya
sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif
untuk berusaha untuk maju. Sikap mau belajar, mendengarkan perasaan orang
lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan,
menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi diri
sendiri. Model artistik yang diterapkan oleh supervisior, biasanya lebih bersumber
dari nilai-nilai religiusitas.

Nilai-nilai religiusitas tersebut yang menumbuhkan sisi-sisi


humanisme/kemanusiaan dalam diri Kepala Sekolah, sehingga pelaksanaan
supervisi kepada para guru dan bawahan selalu bersikap terbuka, memiliki sifat
kemanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat memelihara dan menghargai
dengan sungguh-sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang
yang berhubungan supervisior, berjiwa optimis untuk berusaha mencari yang
baik, mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik, adil dan jujur,

7
Nur Aedi, Op. cit., hlm. 62.

5
tegas dan objektif (tidak memihak), berjiwa terbuka dan luas, jujur, terbuka dan
penuh tangggung jawab.

D. Faktor Penghambat Pencapaian Supervisi

Sebaliknya ada beberapa hal yang dapat membuat supervisi pendidikan


menjadi sangat tidak efektif. Faktor-faktor penyebab tidak efektifnya supervisi
pendidikan di antaranya adalah:

a. Tidak memadainya waktu yang digunakan untuk supervisi

b. Sikap negatif guru terhadap supervis

c. Lemah, kurang memadai dan kadang-kadang kurang komunikasi antara


para guru dengan supervisor

d. Kurangnya keterampilan supervisor

e. Pengertian yang tidak tepat tentang keterlibatan guru yang diinginkan

f. Kepura-puraan yang membuat intervensi supervisor dapat diprediksi dan


konsekuensi yang dapat dihasilkan menyeberang antara konteks dan guru

g. Ketergantungan yang kuat pada reformasi pendidikan yang cepat dan


tepat.

Ogunu dalam bukunya Nur Aedi, mengungkapkan bahwa ada sejumlah


faktor yang dapat menjadi penghambat atau tantangan terhadap pencapaian
efektifitas supervisi pembelajaran. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Jumlah supervisor yang kurang memadai

b. Jumlah anggaran supervisi yang tidak memadai

c. Tidak adanya laporan atas pelaksanaan supervisi

d. Fasilitas untuk melaksanakan supervisi yang kurang memadai

e. Insentif dan motivasi yang masih kurang

f. Kurangnya pelatihan dan pengalaman dalam melakukan supervisi


pendidikan

g. Kurangnya peluang untuk mengikuti in-service training atau retraining


bagi supervisor sekolah

6
h. Kurangnya waktu untuk melakukan supervisi pembelajaran dikarenakan
oleh beban supervisi administratif yang harus dilaksanakan

i. Lemahnya kekuasaan eksekutif untuk memastikan implementasi atas


rekomendasi hasil supervisi

j. Lemahnya komitmen dari supervisor

k. Sikap kepala sekolah dan guru yang tidak kooperatif.

l. Gaya supervisor yang otokratik dalam menjalankan praktik supervisinya

m. Lemahnya tindak lanjut atas kegiatan supervisi yang telah dilaksanakan

n. Adanya praktik korupsi yang dilakukan oleh beberapa supervisor

o. Penggunaan guru kelas yang tidak bermutu (tidak terlatih dan tidak
berpengalaman) dalam proses supervisi sekolah8.

E. Tahap Pelaksanaan Supervisi Artistik

Pelaksanaan supervisi artistik dimulai dengan tahap persiapan yang


dilakukan dengan menentukan jadwal kegiatan pelaksanaan supervisi,
menentukan guru yang disupervisi, menanyakan materi pelajaran, mempersiapkan
kelas, serta mempersiapkan alat yang digunakan dalam supervisi yang berupa
daftar isian dan tulisan bebas.

Tahap berikutnya yang dilakukan kepala sekolah adalah tahap pelaksanaan


supervisi. Kepala sekolah mengamati guru yang sedang mengajar. dan duduk
dengan tenang di kursi belakang dan tidak perlu berbicara. Hasil observasi kepala
sekolah dicatat dalam buku catatan. Bentuk catatan yang digunakan adalah bentuk
daftar isian dan tulisan bebas.

Tahap akhir yang dilakukan kepala sekolah melakukan umpan balik


dengan membuat kontak hubungan yang harmonis, humanis, menggunakn prinsip
supervisi kontekstual dan melakukan diskusi dengan guru untuk membuat
kesepakatan umpan balik dari hasil observasi.

Apabila ketiga tahap serta unsur-unsurnya dilakukan maka pelaksanaan


supervisi artistik akan berjalan lancar dan hasil dari umpan balik akan membantu
guru dalam meningkatkan kualitasnya

8
Nur Aedi, Op. cit., hlm.332.

7
BAB III

PENUTUP

8
A. Kesimpulan

Seorang supervisor adalah orang yang turut ambil bagian dan


bahkan menentukan efektifitas dan kualitas proses pembelajaran yang ada
di sekolah/Madrasah. Kepala Madrasah sebagai supervisor adalah orang
yang paling bertanggung jawab dalam memonitoring jalannya proses
pembelajaran di setiap kelas pada suatu Madrasah. Kepala Madrasah
sebagai seorang supervisor harus selalu memantau perkembangan para
guru dan staf Madrasah agar pelayanan yang diberikan kepada peserta
didik dapat bermutu dan profesional.

Supervisi artistik dalam hal ini supervisor mengamati secara teliti


apa yang terjadi dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dia
melihat, mendengarkan, dan merasakan suasana pembelajaran, menghayati
secara keseluruhan keadaan dalam kelas apa yang dilakukan calon guru
dan apa yang dikerjakan oleh para siswa. Dia mengamati semua hal
sampai yang bersifat rahasia atau tersembunyi dibalik penampilan calon
guru. Kemudian supervisor membantu calon guru memperbaiki
penampilannya agar menjadi lebih baik, dengan cara menjelaskan
bagaimana kinerjanya yang dilakukan tadi. Supervisor akhirnya
memberikan saran-saran serta teknik-teknik pembelajaran yang lebih tepat
dan efektif.

B. Saran

Supervisi artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari


guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
Maka untuk itu seorang Supervisi artistik harus memberi perhatiaan lebih
banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu di observasi
sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang
signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

9
Piet A. Sahertian, 1981, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional)

Rofiq Faudi Akbar, 2015, Model Supervisi Artistik, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.
3. No.1.

Suharsimi Arikunto, 2004, Dasar-dasar Supervisi, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Kisbiyanto, 2008, Supervisi Pendidikan, STAIN Kudus, Kudus.

Made Pidarte, 2009, Supervisi Pendidikan Konstektual, PT Rineka Cipta, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai