Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

PEMULASARAN JENAZAH
Bidang Keperawatan
2022

Perhatian
Dokumen ini merupakan milik RSIA Bunda Jakarta dan pendistribusiannya dikendalikan.
Informasi yang ada didalam dokumen ini, seluruhnya atau sebagian tidak boleh
disebarluaskan tanpa ijin terlebih dahulu dari Wakil Manajemen Mutu
LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN

TIM PENYUSUN
KOMITE PPI

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 28 Oktober 2022

Membuat Mengetahui

Ns. Marina, S,Kep, M.Kep Dr Reynaldo Rahima Putra


IPCN Ketua Komite PPI

Menyetujui,

Dr. Silvia Evalina Tarigan, MARS


Plt. Direktur RSIA Bunda Jakarta

2
DAFTAR ISI

B AB I 4
PENDAHULUAN 4
1. LATAR BELAKANG 4
2. PENGERTIAN 5
BAB II 6
TATA LAKSANA PEMULASARAN JENAZAH 6
A. PELAYANAN 6
1. Prinsip Pelayanan Jenazah 6
2. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah 6
3. INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PEMULASARAN JENAZAH 7
4. PATOGENESIS INFEKSI NOSOKOMIAL 8
5. TRANSMISI INFEKSI 8
6. PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI PEMULASARAN JENAZAH 9
B. PENANGANAN ALAT – ALAT SETELAH PENANGANAN JENAZAH 9
a) Mortuari/Kamar Jenazah 9
b) Mobil ambulance 10
BAB III 11
PENUTUP 11

3
B AB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Manusia hidup tidak pernah terlepas dari takdir Allah SWT. Diantara takdir
tersebut adalah sakit dan sehat. Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit.
Kewajiban orang sakit sebagai orang beriman adalah berusaha dan berdoa serta
bertawakal kepada Allah SWT. Ketika sudah berusaha berobat, minum obat, berdoa
serta bertawakal kepada Allah SWT, namun tidak juga kunjung sembuh dan bahkan
meninggal dunia, maka hal ini adalah merupakan proses kehidupan manusia yang
semua itu berlaku takdir Allah SWT.
Perawatan jenazah dimulai sejak dari ruang perawatan, pengangkutan ke
ruang jenazah dan pengelolaan di ruang jenazah hingga penyiapan
pemakamannya.Untuk kasus-kasus tertentu yang dikhawatirkan potensi penularan
masih berlanjut ke masyarakat maka, keluarga pasien atau pengelola jenazah di luar
sarana kesehatan perlu diberikan penyuluhan secukupnya tentang bagaimana
penanganan jenazah yang aman tanpa mengabaikan budaya dan kebiasaan
masyarakat.
Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga
jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis – B, AIDS, kolera dan
sebagainya.
Perlu diingat bahwa pada saat pasien meninggal maka setelah beberapa hari
virus HIV pun akan mati, karena virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang di
dalam tubuh manusia hidup.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bagian tubuh jenazah tetap merupakan
sumber infeksi yang potensial, oleh karena itu kewaspadaan universal harus tetap

4
dilakukan pada proses pemulasaran jenazah dengan prinsip sesuai kaidah
kewaspadaan universal.
Prinsip kewaspadaan universal adalah memperlakukan setiap cairan tubuh,
darah, dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan infeksius.
Dengan menerapkan cara pemulasaran yang memperhatikan kewaspadaan
universal diharapkan dapat memberikan keamanan bagi petugas dan keluarga dari
infeksi nosokomial / HAIs.
Di Rumah Sakit RSIA Bunda Jakarta Saat ini belum ada ruangan khusus untuk
kamar zenazah, hanya ruangan yang di sediakan sebagai ruang transisi dimana
pasien di tempatkan sampai dengan keluarga membawa pulang pasien

2. PENGERTIAN
Pemulasaran jenazah adalah kegiatan perawatan jenazah meliputi merawat pada
saat setelah pasien meninggal di ruangan dan atau memandikan dan mengkafani
baik pasien infeksius maupun non infeksius sesuai dengan syariat islam dan standar
Rumah Sakit yang dilakukan di RSIA Bunda Jakarta . Instalasi pemulasaran jenazah
adalah merupakan salah satu bagian dari rumah sakit, oleh karena itu infeksi
nosokomial juga dapat terjadi pada saat proses penanganan jenazah.

5
BAB II
TATA LAKSANA PEMULASARAN JENAZAH

A. PELAYANAN
1. Prinsip Pelayanan Jenazah
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia.
Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan / adatnya, perlakuan sopan dan tidak merusak badan
wadagnya tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaan, termasuk
penghormatan atas kerahasiaan.Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih
dan bebas dari akses umum, dan aman juga bagi petugas yang bekerja,
termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.
Untuk saat ini RSIA Bunda Jakarta hanya menyediakan ruangan transisi
untuk zenazah yang terletak di lantai 2 bersebelahan dengan mushola , zenazah
dapat di tempatkan di ruang transisi sampai dengan keluarga menyelesaikan
administrasi dan kemudian keluarga bisa membawa pulang zenazah

2. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah


Pelayanan jasa ( service ) yang terkait dengan kamar jenazah dapat
dikelompokkan ke dalam 6 kategori yakni :
a. Pelayanan jenazah purna – pasien atau “ mayat dalam “
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan
meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau pihak
berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau mayat luar
Rumah sakit sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah atau mayat
tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan identitas dari luar kota
setempat yang memerlukan pemeriksaan forensic. Ada 2 jenis

6
pemeriksaan forensic, yakni visum luar ( pemeriksaan luar ) maupun visum
dalam ( pemeriksaan otopsi ), keduanyan dengan atau tanpa diikuti
pemeriksaan penunjang seperti patologi anatomic, radiologic,
toksikologi/farmakologi, analisa mikrobiologi, dll.
Di RS RSIA Bunda Jakarta proses pemeriksaan otopsi bekerjasama dengan
pihak RSCM, sehingga apabila ada permintaan untuk dilakukan otopsi
jenazah yang meninggal di Rumah Sakit RSIA Bunda Jakarta di kirim ke
RSCM.
c. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya : seperti pencarian orang hilang,
rumah duka / penitipan jenazah, untuk pencarian orang hilang belum
berlaku di RSIA Bunda Jakarta , sedangkan untuk penitipan jenazah dilayani
selama 24 jam. Bila melebihi 24 jam akan dirujuk/dikirim di RSCM.
d. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal. Rumah
sakit RSIA Bunda Jakarta belum memberlakukan pelayanan tersebut karena
Rumah Sakit RSIA Bunda Jakarta merupakan Rumah Sakit Tipe B dimana
fasilitas untuk pemulasaran jenazah untuk bencana atau korban mati masal
masih sangat terbatas.
e. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan / penelitian
Untuk pelayanan kepentingan keilmuan atau pendidikan penelitian belum
diberlakukan di RSIA Bunda Jakarta, karena di RSIA Bunda Jakarta belum
merupakan Rumah Sakit Pendidikan.

3. INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PEMULASARAN JENAZAH


Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi nosokomial yang sering disebut juga infeksi yang di dapat
di rumah sakit”. Infeksi ini biasanya diperoleh ketika sesorang dirawat di rumah sakit
tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya dan minimal setelah 48 jam . Instalasi
pemulasaran jenazah merupakan salah satu bagian dari rumah, oleh karena itu
infeksi nosokomial juga dapat terjadi pada saat proses penanganan jenazah banyak
bakteri yang berbeda-beda, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi

7
nosokomial. Sebagian besar infeksi nosokomial dapat dicegah dengan
strategi-strategi yang sudah ada:
▪ Menaati praktek-praktek pencegahan infeksi yang direkomendasikan,
khususnya cuci tangan
▪ Memperhatikan proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor yang
diikuti dengan strerilisasi dan desinfeksi;
▪ Meningkatkan keamanan pada area-area yang beresiko tinggi terjadi infeksi.

4. PATOGENESIS INFEKSI NOSOKOMIAL


Interaksi antara penjamu (pasien, dokter, dll), agen (mikroorganisme patogen) dan
lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan, dll) menentukan
seseorang dapat terinfeksi atau tidak.

Penjamu

Agen Lingkungan

Sebagaimana tampak pada gambar ini, suatu penyakit memerlukan keadaan


tertentu untuk dapat menyebar ke orang lain:
▪ Harus ada agen;
▪ Harus ada penjamu: manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, udara, air;
▪ Harua ada lingkungan yang cocok di luar penjamu untuk dapat hidup;
▪ Harus ada orang untuk dapat terjangkit.

5. TRANSMISI INFEKSI
Organisme dalam jenazah tidak menulari orang sehat dengan kulit yang intak, tetapi
tetap ada kemungkinan penularan yang akan terjadi melalui:
▪ Cedera oleh jarum dengan alat yang terkontaminasi atau fregmen tulang yang
tajam;

8
▪ Patogenesis usus dari lubang anal dan oral;
▪ Melalui luka lecet dari kulit;
▪ Aerosol yang terkontaminasi dari lubang tubuh atau luka misalnya basil tuberkel
ketika kondensasi mungkin bisa tertekan keluar melalui mulut;
▪ Cipratan ke mata.

6. PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI PEMULASARAN JENAZAH


Setiap paparan menimbulkan resiko sendiri tergantung pada virulensi patogen,
ukuran, rute paparan, dan kerentaan terkena pada individu. Karena paparan tunggal
dapat menyebabkan infeksi, cara terbaik untuk mengurangi adalah untuk mencegah
terjadinya paparan. Cara utama untuk melindungi petugas yang menangani jenazah
yang kemungkinan mempunyai penyakit menularperlu diterapkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya menjadi
tertular;
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran, dll) bisa
mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan;
3. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena
darah atau cairan tubuh lain;

B. PENANGANAN ALAT – ALAT SETELAH PENANGANAN JENAZAH


a) Mortuari/Kamar Jenazah
Mortuari yang selesai digunakan untuk transporatsi jenazah dari ruangan ke
kamar jenazah juga harus dilakukan pembersihan dengan cara :
● Semprot dengan cairan klorin 0,5% apabila ada tumpahan darah atau cairan
tubuh lainnya yang cukup banyak, diamkan selama 10 menit dan bilas
dengan air bersih supaya klorin terangkat
● Lap bagian dalam mortuari dengan klorin 0,5% jika tidak ada tumpahan
darah atau cairan tubuh jenazah yang banyak

9
● Pembuangan air limbah bekas pembersihan dengan membuka bagian
bawah mortuari sehingga air dapat keluar semua
● Pembersihan dilakukan oleh petugas kebersihan.

b) Mobil ambulance
Yang harus dilakukan pada mobil ambulance yang selesai untuk mengangkut
jenazah infeksius adalah :
● Masukkan mobil ambulance ke dalam area dekontaminasi mobil ambulance
● Masukkan semua linen bekas dipakai jenazah ke dalam plastik warna kuning
● Bersihkan bagian dalam mobil ambulance dengan larutan chlorine 0,5%
● Bilas dengan dilap dengan air bersih, supaya klorin terangkat
● Guyur seluruh badan mobil dengan cairan disinfektan dari luar

10
BAB III
PENUTUP

Pelayanan pemulasaraan jenazah yang baik, bermutu dan sesuai dengan syariat
Islam merupakan bagian integral dari pelayanan penunjang kesehatan rumah sakit,
dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
Pelayanan pemulasaraan jenazah yang bermutu akan membantu bagi keluarga
pasien yang memerlukan bantuan dalam memandikan jenazah keluarganya yang
meninggal secara baik, cepat, biaya yang standard an sesuai dengan syariat islam.
Demikian pula pelanyanan pemulasaraan jenazah sesuai syariat islam merupakan
bagian yang sangat penting badi rumah sakit dalam proses menjadi rumah sakit yang
islami.
Buku panduan pemulasaraan jenazah ini memberikan gambaran tentang
pengertian, landasan hukum, penatalaksanaan jenazah pasien yang opname di Rumah
Sakit maupun diluar rumah sakit.Demikian juga buku panduan ini memberikan
penjelasan tentang sarana dan prasarana pemulasaraan jenazah rumah sakit, petugas
pemulasaraan jenazah, tarif pemulasaraan jenazah, penanganan alat pemulasaraan
jenasah secara baik dan benar sesuai standar di Rumah Sakit.
Panduan Pelayanan Pemulasaraan Jenasah RSIA Bunda Jakarta ini disusun
dengan tujuan memberikan acuan yang jelas dalam mengelola dan melaksanakan
manajemen pemulasaraan jenasah dalam melaksanakan tugas sesuai prosedur.

11

Anda mungkin juga menyukai