Anda di halaman 1dari 31

D

alam merencanakan sebuah konstruksi/bangunan salah satu hal yang menjadi


perhatian utama adalah perencanaan pondasi. Perencanaan pondasi perlu
dilakukan agar pondasi yang dibuat dapat menopang beban yang diterimanya.
Pondasi yang direncanakan harus sesuai dengan kondisi beban yang ditopangnya,kondisi
tanah tempat didirikannya pondasi, bahan penyusun pondasi dan lain-lain.
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu
bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai ”penahan seluruh beban (hidup dan mati ) yang
berada di atasnya dan gaya–gaya dari luar”. Pondasi merupakan bagian dari struktur yang
berfungsi meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur
apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban
rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang
ada di bawah struktur tersebut.
Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya
di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar
seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi
penurunan level melebihi batas yang diijinkan. Fungsi pondasi adalah sebagai perantara untuk
meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke
tanah pendukung bangunan tersebut.
Didunia konstruksi kita mengenal berbagai
macam jenis pondasi dengan berbagai kriterianya.
Berbagai jenis pondasi tersebut harus disesuaikan
dengan kondisi eksisting yang ada agar tidak
terjadi penurunan yang dapat menyebabkan
runtuhnya bangunan yang ditopang oleh pondasi
tersebut. Pondasi adalah suatu bagian dari
konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban
yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa
terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya. Ada beberapa pengertian tentang
pondasi yaitu:
1. Suatu konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan
beban/bobot/gaya yang ditimbulkan oleh banguna yang ada diatasnya kedalam tanah.
2. Adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah,
dimanatanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban
hidup) dantugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang
diizinkan (daya dukung) tidak terlewati.

Sehingga dapat disimpulkan, pengertian pondasi adalah: Bagian dari elemen


bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan beban ke dasar tanah yang kuat
mengimbangi dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling
tidak terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,
berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air
tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam
air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-
masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan
tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di
lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut. Suatu pondasi harus direncanakan
dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang
mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

Dasar dasar pemilihan pondasi


Dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi yang memadai perlu diperhatikan beberapa
hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. lni karena tidak semua jenis pondasi
dapat dilaksanakan di semua tempat. Misalnya pemilihan jenis pondasi tiang pancang
ditempat padat penduduk tentu tidak tepat walaupun secara teknis cocok dan secara ekonomis
sesuai dengan jadwal kerjanya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan datam penentuan jenis pondasi adalah:
1. Keadaan tanah yang akan dipasangi pondasi
a. Bila tanah keras tertetak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan
tanah maka pondasi yang dipilih sebaiknya jenis pondasi dangkal (pondasi jatur atau
pondasi tapak) dan pondasi strauss.
b. Bila tanah keras terletak pada kedataman hingga 10 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasi yang biasanya dipakai adalah pondasi tiang minipile atau
pondasi tiang apung untuk memperbaiki tanah pondasi.
c. Bila tanah keras tertetak pada kedalaman hingga 20 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasi yang biasanya dipakai adalah pondasi tiang pancang atau
pondasi bor bilamana tidak boleh terjadi penurunan. Bita terdapat balu besar pada
lapisan tanah, pemakaian kaison lebih menguntungkan.
d. Bila tanah keras tertetak pada kedalaman hingga 30 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasi yang dipakai adalah pondasi kaison terbuka tiang baja atau
tiang yang dicor di tempat.
e. Bila tanah keras tertetak pada kedalaman hingga 40 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasi yang dipakai adatah tiang baja dan tiang beton yang dicor
di tempat.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
Kondisi struktur yang berada di atas pondasi juga harus diperhatikan datam pemitihan
jenis pondasi. Kondisi struktur tersebut dipengaruhi oleh fungsi dan kepentingan suatu
bangunan, jenis bahan bangunan yang dipakai (mempengaruhi berat bangunan yang
ditanggung pondasi), dan seberapa besar
penurunan yang diijinkan terjadi pada pondasi.
3. Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
mana suatu konstruksi tersebut dibangun. Apabila suatu konstruksi direncanakan
menggunakan pondasi jenis tiang pancang, tetapi konstruksi terletak pada daerah padat
penduduk, maka pada waktu petaksanaan pemancangan pondasi pasti akan menimbulkan
suara yang mengganggu
penduduk sekitar.
4. Waktu pekerjaan
Waktu petaksanaan pengerjaan pondasi juga harus diperhatikan agar tidak
mengganggu kepentingan umum. Pondasi tiang pancang yang membutuhkan banyak atat
berat mungkin harus dipertimbangkan kembali apabila dilaksanakan pada jatan raya datam
kota yang sangat padat, karena akan menimbulkan kemacetan yang luar biasa.
5. Biaya
Jenis pondasi juga harus mempertimbangkan besar anggaran biaya konstruksi yang
direncanakan, tetapi harus tetap mengutamakan kekuatan dari pondasi tersebut agar
konstruksi yang didukung oteh pondasi tetap berdiri dengan aman. Anatisis jenis pondasi
yang tepat dan sesuai dengan kondisi tanah juga bisa menekan biaya konstruksi. Misal
konstruksi struktur pada lokasi di mana kondisi tanah bagus dan cukup kuat bita
menggunakan pondasi tetapak saja tidak perlu direncanakan menggunakan pondasi tiang.
Atau penggunaan pondasi tiang pancang jenis precast yang membutuhkan biaya yang tinggi
dalam bidang pelaksanaan dan transportasi bisa diganti dengan pondasi tiang yang dicor di
tempat dengan spesifikasi pondasi yang sama untuk menekan biaya.

Klasifikasi pondasi
Berdasarkan bahan yang dipakai pondasi dapat digolongkan menjadi:
1) Pondasi batu bata
Pondasi batu bata adalah pondasi yang terbuat dari material batu bata sebagai bahan
utamanya. Seluruh batu bata ini disusun sedemikian rupa untuk membentuk suatu pondasi
yang mampu menahan beban bangunan di atasnya kemudian meneruskannya ke dalam tanah.
Karena memiliki daya dukung yang tidak terlalu tinggi, pondasi batu bata biasanya
diterapkan pada konstruksi yang sederhana.
Selain biayanya yang cukup murah, banyak orang memilih pondasi batu bata lantaran
proses pengerjaannya yang sederhana sehingga menghabiskan waktu relatif singkat. Kendati
demikian, pondasi ini tetap mampu memberikan jaminan keamanan bangunan dan kedudukan
strukturnya.
Kelebihan:
 Kebutuhan anggaran biaya pembuatan rendah
Pondasi batu bata umumnya dipakai untuk mendukung bangunan yang mempunyai
konstruksi sederhana dan berada di lahan yang stabil. Ukuran kedalaman galian tanah yang
sering diterapkan berkisar antara 50-80 cm. Material utama pembuatannya terdiri atas batu
bata, semen, dan pasir. Mengingat bahan bakunya yang tidak terlalu kompleks, biaya untuk
membangun pondasi batu bata lebih rendah jika dibandingkan pondasi-pondasi yang lainnya
 Waktu pengerjaan relatif cepat
Pada prinsipnya, konstruksi pondasi batu bata ini mirip seperti pondasi batu kali.
Cuma yang membedakan hanyalah material utama yang membentuknya. Selain itu, pasangan
batu bata yang digunakan untuk membentuk pondasi ini juga lebih cepat mengering karena
pori-porinya yang berukuran lebih besar. Dengan demikian, pondasi ini cocok diaplikasikan
pada rencana pembangunan yang membutuhkan efisiensi waktu yang tinggi.
 Memiliki model konstruksi sederhana
Kelebihan lain yang dimiliki oleh pondasi batu bata adalah konstruksinya yang
sederhana. Pengerjaan pondasi ini dilakukan langsung di tempat pembuatannya. Dimulai dari
penggalian tanah, pembuatan adukan perekat, sampai dengan penyusunan batu bata. Sebab
kesederhanaan konstruksinya itu pula pembuatan pondasi batu bata sama sekali tidak
memerlukan bantuan alat berat.

Kekurangan:
 Daya dukung yang dimiliki tidak terlalu kuat meski layak digunakan untuk menahan
bangunan sederhana
 Tidak cocok diterapkan untuk mendukung bangunan-bangunan yang bertingkat
 Dibutuhkan galian tanah yang cukup banyak di sepanjang tempat pendirian struktur
dinding bangunan
 Hanya dapat diaplikasikan apabila kondisi tanah di area pembangunannya cukup stabil
 Tingkat ketahanannya tidak terlalu bagus terutama jika sering terendam air

2) Pondasi batu kali/karang


Pondasi batu kali adalah bagian struktur bangunan terbuat dari sekumpulan batu alam
yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan pengikat berupa
campuran adukan beton, jenis pondasi ini merupakan pondasi dangkal yang digunakan pada
bangunan dengan beban tidak terlalu besar seperti rumah tinggal.
Untuk membuat pondasi batu kali, ukuran batu yang digunakan biasanya sekitar 25
cm. dengan demikian batu kali harus dipecah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pemasangannya sehingga hasilnya lebih rapi sekaligus kokoh.
Pada bagian dasar dari konstruksi pondasi batu kali merupakan lapisan pasir setebal 5-
10 cm yang berfungsi untuk meratakan tanah dasar. Setelah itu baru batu kali dipasang
dengan posisi berdiri. Di antara celah batu tersebut diisi pasir sampai padat sehingga mampu
mendukung beban yang berada di atasnya. Susunan model seperti ini sekaligus berfungsi
sebagai drainase sehingga bisa mengeringkan air tanah yang berada di sekitarnya. Untuk
menjaga agar pondasi batu kali tidak cepat rusak ataupun basah terkena air tanah maka badan
pondasi diplester kasar yang tebalnya sekitar 1,5 cm.

Kelebihan dari pondasi batu kali :


 Pelaksanaan pondasi mudah
 Waktu pengerjaan pondasi cepat
 Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
 Pembuatan relatif murah, jika menggunakan batu kali

Kekurangan dari pondasi batu kali :


 Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
 Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
 Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat
3) Pondasi beton bertulang
Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar
maupun kecil. Seperti, bangunan, jembatan, pengerasan jalan, bendungan, dinding penahan
tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct), drainase, serta fasilitas irigasi,
tangki, dan sebagainya.
Kelebihan beton bertulang antara lain:
 Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
 Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan merupakan struktur terbaik
untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air.
 Struktur beton bertulang sangat kokoh
 Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi
 Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti
struktur baja.
Kekurangan beton bertulang antara lain:
 Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan tulangan tarik.
 Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
 Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para pembuatnya
 Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap di tempatnya
sampai beton tersebut mengeras. Berat beton sendiri sangat besar (2,4 t/m3), sehingga
konstruksi harus memiliki penampang yang besar.
 Diperlukannya  penopang sementara untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada
tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri.
 Biaya bekisting reltif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari total biaya sebuah
struktur beton.
 Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi
berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat
beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
 Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi-campuran serta pengadukannya.
 Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan ketepatan maksimal,
berbeda dengan proses produksi material struktur lain.

Berdasarkan kedalamannya pondasi dapat digolongkan menjadi:


1. Pondasi dangkal
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya
beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah
pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu,
meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal sebagai berikut :
a. Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka pondasi
tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.
b. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah dibawahnya
yang berupa lapisan penyangga (bearing stratum) ≤ lebar pondasi.

Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang
dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2)
relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila
bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini
juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.
Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu pondasi yang
mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah
yang cukup tebal dan berkualitas baik yang mampu mendukung suatu bangunan pada
permukaan tanah.
Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
- Pondasi Setempat/ ( Single Footing )
Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :
1. Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
2. Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
3. Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak
digunakan untuk mendukung beban.
Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
1. Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.
2. Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras,
kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.
3. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di
bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di
bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya.Pondasi kayu dibuat
keluar permukaan tanah sampai
ketinggian ± 1 meter.

- Pondasi Menerus ( Continuous Footing )


Pondasi menerus (Pondasi Langsung) dapat digunakan pada tanah yang seragam.
Ciri-ciri:
1. Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama
2. Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom
3. Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat
4. Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi
pelat.

- Pondasi Pelat ( Plate Foundation )


Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara merata ke
tanah bangunan. Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
1. Daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi
2. Raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter
3. Beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas
4. Pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air dari bawah
(tanah).

- Pondasi Cakar Ayam


Merupakan salah satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof.
Dr.Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang dengan tebal 10 - 12 cm di dan
bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang menempel kuat pada plat tersebut.
Mirip seperti akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat tumbuh tinggi menjulang di
pantai berpasir yang daya ikatnya rendah, pile atau pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam
tanah dan plat betonnya mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satukesatuan yang
monolit. Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah
pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan .

- Pondasi Sarang Laba-laba ( pada makalah ini akan dibahas lebih dalam)
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang
lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan
bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu
memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi
dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan
sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin
terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat
berat dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan
secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton
bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya
menggunakan sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta
tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.
Gambar pondasi setempat

Gambar pondasi menerus

Gambar pondasi pelat


Gambar pondasi cakar ayam

Gambar pondasi konstruksi sarang laba laba

2. Pondasi dalam
Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Untuk keperluan
perencanaan, tiang dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile).
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (frictionpile)
Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B ≥ 4).

-Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran merupakan sebuah bentuk peralihan diantara pondasi dangkal dan
pondasi tiang. Pondasi sumuran sangat tepat digunakan pada tanah kurang baik dan lapisan
tanah kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter sumuran biasanya antara 0.80
– 1.00 m dan ada kemungkinan dalam satu bangunan diameternya berbeda-beda, ini
dikarenakan masing-masing kolom berbeda bebannya.

-Pondasi Tiang Pancang


Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya atau apabila tanah
yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban
yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih
dari 8 meter.

Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras
yang letaknya sangat dalam. Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan
tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga
dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat
dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
perencanaannya.
-Pondasi Bore Pile
Pondasi Bore Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam tanah
dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat bore pile mini crane. Setelah mencapai
kedalaman yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat
dari plat besi, kemudian dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu
dilakukan pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini
tentunya dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah
dilakukan pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali.
Persyaratan yang harus dipenuhi(SNI):

SNI 03 -1726-1989(Tata Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung) yang
meliputi; Ketentuan Umum, perencanaan umum struktur gedung, perencanaan struktur gedung tak
beraturan, kinerja struktur gedung, pengaruh gempa pada struktur bawal, pengaruh gempa pada unsur
sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin listrik.

SNI 03- 1726-2002 Pasal 5.1.5


Dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung terhadap pengaruh
gempa rencana, struktur bawah tidak boleh gagat tebih dahutu dari struktur atas. Untuk itu,
terhadap pengaruh gempa rencana unsur-unsur struktur bawah harus tetap berperilaku elastik
penuh, tak bergantung pada tingkat daktilitas yang dimitiki struktur atasnya.

SNI 03- 1726-2002 Pasal 9.1.1


Berhubung sesuai Pasal 5.1.5 akibat pengaruh Gempa Rencana struktur bawah tidak
boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, maka struktur bawah harus dapat memikul
pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana Vm yang dapat diserapoleh
struktur atas dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut persamaan :
Vm= f2 Vy
Di mana Vy adalah pembebanan gempa akibat pengaruh Gempa Rencana yang
menyebabkan pelelehan pertama di dalam struktur gedung dan f 2 adalah faktor kuat
lebihstruktur akibat kehiperstatikan struktur gedung yang menyebabkan terjadinya
redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan sendi plastis yang tidak serempak
bersamaan. Faktor kuat lebih struktur f 2 nilainya bergantung pada nilai faktor
daktilitas struktur gedung μ yang bersangkutan dan ditetapkan menurut persamaan :
f 2= 0,83 + 0,17μ
Maka dengan memperhatikan Pasal 4.3.3, pembebanan gempa maksimum akibat
pengaruh Gempa Renana Vm dapat dihitung dari pembebanan gempa nominal Vn menurut
persamaan:
Vm = f V n
Di mana f disebut faktor kuat lebih total yang terdapat di dalam struktur gedung, yang
ditetapkan menurut persamaan :
f = f1 f2
Dengan f1= 1,6 sebagai faktor kuat lebih beban dan bahan. Dalam Tabel dicantumkan
nilai f2 dan f  untuk berbagai nilai μ, berikut faktor reduksi gempa R yang
bersangkutan,dengan ketentuan bahwa nilai μ dan R tidak dapat melampaui nilai
maksimumnya menurut Pasal 4.3.4.

Faktor kuat lebih struktur f2dan faktor kuat lebih total f yang terkandung di
dalam struktur gedung
PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA- LABA

Sejarah dan pengertian

Sistem pondasi ini, yang sering disingkat dengan KSLL diciptakan oleh Ir. Ryantori
dan Ir. Sucipto pada tahun 1976 dengan mendapatkan hak paten pondasi No. 7191, di mana
hak patennya dimiliki oleh PT. Dasaguma Indonesia (Asiyanto, 2009). Pondasi ini sendiri
mulai diterapkan di proyekproyek pada tahun 1978. Dan pengembangnya diperbaharui tahun
2004 dengan nomor paten lisensi dan sekaligus pelaksana khusus KSLL dipegang oleh PT .
Katama Suryabumi (Arsip IPTEK, 2011).
Sampai saat ini telah digunakan lebih 960 bangunan. Pondasi ini merupakan pondasi
dangkal konvensional, yaitu merupakan kombinasi antara sistem pondasi pelat beton pipih
menerus dengan sistem perbaikan tanah. Kespesifikan sistem ini adalah memanfaatkan tanah
sebagai bagian dari struktur pondasi.
Pondasi KSLL (Konstruksi Sarang Laba-Laba) merupakan kombinasi konstruksi
bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus
yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem perbaikan tanah
di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yangsaling
menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan(rigidity) jauh
lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya.
Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu
berbentuk saranglaba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu
berada dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, untuk
septictank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga)
KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom. Pasir
pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan
puntir.
Kelebihan
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu sendiri
dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika pondasi
semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang timbul akan semakin tidak
merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan sebaliknya, jika pondasi
semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan/stress tanah akan semakin merata. Hal ini
mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang dialami pondasi. Dengan
pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi, maka penurunan yang
terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling
mengunci.
Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004 oleh
Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah, disimpulkan
kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut :
 KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang
hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).
 KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi
irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.
 KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses
pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.
 KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat (2
lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total settlement
yang mungkin terjadi.
 Pelaksanaanya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan
sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil.
 KSLL mampu menghemat penggunaan baja tulangan maupun beton.
 Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan secara
padat karya.
 KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang,
lebihlebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara
sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.
 KSLL telah dan dapat digunakan pada daerah Rawan Gempa, kondisi tanah lunak dan
tanah Ekspansif/ Kembang susut untuk :
 Bangunan Gedung 2 hingga 8 lantai
 Fasilitas Bandara ( Apron, Taxiway, Runway, Hanggar dan Passanger Terminal)
 Fasilitas Pelabuhan Laut (Container Yard Dan Pergudangan)
 Jalan Raya dan Jalan Tol
 Bangunan Pabrik ( Power Plant, Pabrik Kelapa Sawit dll )
 Depo Batubara, Depo Minyak dll

Kekurangan
 KSLL kurang tepat untuk bangunan pipih, bangunan diatas 8 lantai, bangunan
dengan jarak antara kolom >12 meter pada kondisi tanah lunak/ gambut.
 Untuk bangunan rumah tinggal dibawah 3 lantai menjadi tidak ekonomis sehingga
konstruksi laba-laba lebih cocok diterapkan untuk bangunan komersial
 Belum terlalu banyak pihak yang yakin menggunakan teknologi KSSL, lantaran lebih
percaya teknologi buatan asing.
 Tidak cocok untuk bangunan pencakar langit

Komposisi/ bagian bagian dari pondasi konstruksi sarang laba-laba:


1. Konstruksi beton
a. Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang
dibawahnyadikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.
b. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib
settlement dan rib pengaku.
c. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap
kebawah).
d. Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah
atasmembentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).
2. Perbaikan tanah / pasir
a. Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir
yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
b. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis
dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis
teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (Standart
Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebutdapat
membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil
dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan
pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.

Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu sendiri
dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika pondasi
semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang timbul akan semakin tidak
merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dansebaliknya, jika pondasi
semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan / stress tanah akansemakin merata. Hal ini
mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yangdialami pondasi. Dengan pondasi
KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi,maka penurunan yang terjadi
akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling mengunci.

Gambar tampak samping pondasi KSSL

Gambar tampak atas pondasi KSLL


Keterangan:
1a = pelat beton pipih menerus 1b = rib konstruksi
1c = rib settlement 1d = rib pembagi
2a = urugan pasir dipadatkan 2b= urugan tanah dipadatkan
2c = lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
Rib Settlement, rib ini memiliki ketinggian 200 cm s.d. 300 cm, dengan ketebalan 10 s.d. 15
cm yang berfungsi untuk mengatasi settlement. Posisi rib ini selalu mengelilingi gedung
dibatasi setiap 200 m2. Rib ini melindungi saat terjadi penurunan dengan cara menjaga tanah
menyebar kesamping.
Rib Konstruksi, berfungsi untuk menyebarkan gaya pengkaku plat pondasi dan pelindung
tanah yang telah dipadatkan. Pada satu kolom dibagi 8 rib konstruksi dengan pola diagonal.
Tinggi rib konstruksi berkisar dari 50 cm s.d. 150 cm dengan ketebalam 10 cm s.d. 15 cm. 
Rib Pembagi, jika jarak kolom lebih dari enam meter, diperlukan rib pembagi yang lebih
pendek dibandingkan dengan rib konstruksi. Jadi mekanisme penyaluran beban adalah:
kolom - rib - plat - tanah perbaikan terus disalurkan ke tanah pemikul.

Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-Laba


Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomi dan dari segi
pelaksanaan.
1) Aspek Teknis
a) Pelat pipih menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib regak, pipih dan tinggi.

Plat pipih menerus yang


dikakukan oleh rib tegak, pipih dan tinggi dibawahnya

Keterangan : t = tebal plat, b = tebal rib, hk = tinggi rib, te = tebal ekivalen, tb = tebal volume
penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya dinyatakan sebagai pelat menerus tanpa
rib.
Tampak denah dan potongan pada pondasi KSLL
Keterangan: RK = Rib Konstruksi, RS = Rib Settlement, RP= Rip Pembagi dan a =Kolom
 Rib konstruksi berfungsi sebagai penyebar beban dari struktur bangunan.
 Rib settlement berfungsi sebagai tumpuan utama beban bangunan.
 Rib pembagi berfungsi sebagai pembagi/pengikat terhadap rib-rib yang lain.
b) Susunan rib-rib yang membentuk titik-titik pertemuan dan penempatan kolom/titik
beban pada titik pertemuan rib-rib. Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi
bangunan gedung harus sedemikian rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan
titik kerja beban/kolom-kolom tersebut. Susunan rib yang membentuk petak petak segitiga
dengan hubungan yang kaku menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil
terhadap pengaruh gerakan / gaya horisontal.
c) Rib-rib settlement yang cukup dalam.

Rib settlement

Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi luasan
konstruksi bangunan bawah dalam petak petak segitiga yang masing-masing luasnya tidak
lebih dari 200 m². Adanya rib-rib settlement memberi keuntungan-keuntungan yaitu
mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan
terjadinya kemiringan, mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan
bekerjanya pengaruh-pengaruh negarif dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut
tanah dan kemungkinan timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu
menambah kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.
d) Kolom mencengkeram pertemuan rib-rib sampai ke dasar rib

Kolom yang mencengkeram pertemuan rib-rib sampai ke dasar rib.


Potongan Struktur

Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (supper structure) dengan konstruksi
bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai gambaran, misal tinggi rib
kontsruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom dengan pondasi KSLL juga akan setinggi
120 cm. Untuk perbandingan, pada pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan
pondasi hanya setebal pondasinya (kisarannya antara 50 – 80 cm).

e) Sistem perbaikan tanah setelah pengecoran rib-rib. Pemadatan tanah baru dilakukan
setelah rib-rib selesai dicor dan berumurnya sekitar 3 hari.Pemadatan sendiri dilaksanakan
lapis demi lapis dan dijaga agar perbedaantinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan
petak-petak yang bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai
kepadatan yang tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah di dalam
petak rib-rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan walaupun tidak mencapai
kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak rib-rib. Hal itu pun sudah memberikan
hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan
kestabilan terhadap penurunan (settlement).

f) Adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan antara konstruksi beton dan
sistem perbaikan tanah.Rib-rib beton, disamping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga
sebagai dinding penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat
dipadatkan dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100% kepadatan maksimum
standar proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi perbaikan
tanah terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan degradasi. Perbaikan tanah
akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti lapisan batu karang sehingga dapat
memperkecil dimensi ribnya.

2) Aspek Ekonomis
Berdasarkan aspek teknis seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah
sebagai bagian dari konstruksi akan menghemat pemakaian beton dan sebagainya. Aspek
ekonomis juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan pondasi yang
memerlukan waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan padat karya serta
sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi. Selain itu pembesian pada rib dan plat,
cukup dengan pembesian minimum, pada umumnya, hanya diperlukan volume beton 0,2 –
0,35 m³ beton/m² luas pondasi, dengan pembesian 90-120 kg/m³ beton. Pondasi KSLL
memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai strukt ur bangunan bawah dengan
komposisi sekitar 85% tanah dan 15% beton.
Sistem Pelaksanaan
 Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk dilaksanakan
dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.
 Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi lainnya.

Berikut urutan pelaksanaan pekerjaan pondasi KSLL, yaitu antara lain :


a) Setelah tanah diratakan, dipasang bekisting untuk rib (dinding sekat), diberi
penulangan dan kemudian dicor

b) Pekerjaan bongkaran bekisting, setelah beton cukup umur, dan finishing seperlunya.
c) Pekerjaan urugan tanah di atas rib dan dipadatkan selapis demi selapis.
d) Pekerjaan lean concrete di atas permukaan tanah timbunan, untuk lantai kerja pelat
lantai.
e) Pekerjaan pemasangan penulangan untuk lantai dan stek kolom

Pemasangan pembesian slab


f) Pekerjaan pengecoran untuk lantai (slab KSLL)

Pondasi KSLL selesai

g) Setelah pekerjaan pondasi KSLL selesai struktur atas dapat dikerjakan.


Gedung yang masih aman dan berdiri menggunakan pondasi KSLL setelah gempa aceh
26 desember2004 antara lain :
 Gedung Kanwil Perhubungan Banda Aceh – NAD
 Gedung Kantor TASPEN Cabang Banda Aceh – NAD
 Gedung Pemerintah kota Banda Aceh – NAD
 Gedung DPRD TK II Aceh Selatan – NAD
 Gedung Kantor PLN Banda Aceh – NAD
 Gedung Bank Mandiri Banda Aceh – NAD
 Gedung Ansuransi Jiwas Raya Banda Aceh – NAD
 Gedung SMK 3 Banda Aceh – NAD
 Gedung Kantor Bappeda Kab.Simeulue – NAD
 Gedung RSUD Kab.Simeulue – NAD
 Ruko Suak Tungkul Simeulue – NAD

Gedung – gedung yang menggunakan pondasi KSLL di NAD setelah gempa dan
tsunami 26 desember 2004 :
 Mesjid agung Baitulrahmah Kab. Simeulue
 Stadion olahraga Kab. Simeulue
 Kantor kejati nad di Banda Aceh
 Disperindag di Banda Aceh
 Labkesda Banda Aceh
 Kantor bupati kab. Aceh jaya di Calang
 Kantor dprd kab. Aceh jaya
 Kantor bawasda Kab. Aceh Jaya
 Kantor bappeda Kab. Aceh Jaya
 Kantor kimpraswil Kab. Aceh Jaya
Gedung yang aman dan berdiri menggunakan pondasi KSLL setelah gempa Sumatera
Barat 30 september 2009
 Gedung kantor wilayah DPU DATI I sumatra barat
 Gedung pertokoan Minang Plaza
 Gedung studio TVRI sta. Padang
 Gedung laboratorium biologi FMIPA IKIP padang
 Gedung musik & studio IKIP padang
 Gedung hotel Kharisma bukit tinggi
 Gedung kantor bupati Solok
 Gedung bappeda Solok
 Gedung universitas Bung Hatta
 Mess pemda sijunjung
 Rumah susun sederhana sewa universitas Andalas
 Aula DPRD kab. Solok
 Gedung laboratorium ilmu ekonomi UNP
 Gedung pasca sarjana Universitas Negeri Padang
 Ruang kuliah eks. Uppl Universitas Negeri Padang
 Gedung laboratorium ilmu pendidikan UNP
 Gedung laboratorium terpadu ilmu-ilmu ekonomi tahap III
 Gedung labor micro teaching (ex. Uppl) Universitas Negeri Padang
Gedung – gedung yang menggunakan pondasi KSLL di Sumatera Barat setelah gempa
30 September 2009 antara lain :
 Gedung labor mikro teaching (gedung b) Universitas Negeri Padang
 Lanjutan gedung labor pengembangan ilmu keolahragaan UNP
 Lanjutan gedung laboratorium ilmu pendidikan UNP
 Gedung laboratorium fakultas teknik Universitas Negeri Padang
 BPKP Padang
 Microteaching Uiversitas Negeri Padang
 Manajemen perhotelan Universitas Negeri Padang
 Rumah sakit stroke Bukit Tinggi
 Mall Green Padang City
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Persyaratan umum sebuah pondasi antara lain : Pondasi harus mempunyai bentuk,
ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya
yang bekerja dan Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya
yang bekerja.
2. Klasifikasi pondasi dibagi menjadi tiga macam yaitu pondasi dalam (deep foundation)
dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).
3. KSLL memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi
dangkal lainnya
4. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang
pancang,lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-
negara sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.
5. KSLL dapat dijadikan solusi bagi daerah yang sering terjadi gempa hal ini karena
sifatnya yang mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata
kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur
pondasi.
DAFTAR PUSTAKA

Intan Kinanthi. 2016. Analisis Kekuatan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)
Terhadap Beban Gempa pada Gedung Bertingkat Berdasarkan SNI 1726:2012. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.

Mina, Enden. dkk. 2017. Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Pondasi Konstruksi Sarang
Laba-Laba Pada Gedung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1 Pusat Pemerintahan
Tangerang Selatan. Jurnal Fondasi. 6(2): 25-26.

Pamungkas, Anugroh dan Erny Horionli. 2013. Desain Pondasi Tahan Gempa. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta.
http://sml.sipil.ft.unand.ac.id/index.php/whats-new/tanding/97-pondasi-batu-bata

https://kupdf.net/download/pondasi-ksllsarang-laba-laba_597e175edc0d60981f2bb181_pdf

https://media.neliti.com/media/publications/243032-perencanaan-alternatif-pondasi-
konstruks-c527ce6e.pdf

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/pondasi-sistem-konstruksi-sarang-laba-
laba.html

http://imagebali.net/detail-artikel/991-jenis-jenis-pondasi-serta-kelebihan-dan-
kekurangannya.php

https://dokumen.tips/documents/makalah-pondasi55c10f3e3bc66.html
PONDASI
NAMA KELOMPOK :
1. RIAN RIVALDO (M1C118006)

2. CRESSY HOTMAULI TAMBUNAN (M1C118011)

3. ANNISA KHAIRANI MASNI (M1C118026)

4. WAHYU ADI SETIAWAN (M1C118032)

5. DEL ZAMRE (M1C117066)

Anda mungkin juga menyukai