Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan)

secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzur/tua. pengaruh

proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental,

maupun fisik-biologik (Mujahidullah, 2015). Lanjut usia (Lansia) adalah suatu

proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normal jaringan tersebut, sehingga

jaringan tersebut tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki

kerusakan yang diderita. Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu perubahan

fisik, psikologis, dan sosial. Lansia juga mengalami masalah stroke, gangguan

pendengaran, gangguan penglihatan, rematik, hipertensi dan masih banyak

lagi (Hasdianah, et al., 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara abnormal dengan nilai lebih dari 140/90 mmHg dalam 2 kali

pengukuran dengan jarak pemeriksaan minimal 10 menit (Siti, 2014).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya ada 2 jenis Hipertensi primer atau

esensial yaitu Hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya kurang

lebih 90% dari seluruh hipertensi), hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

disebabkan sebagian dari penyakit lain, seperti penyakit ginjal,kelainan

hormonal, pemakaian obat tertentu dll (Kusuma dan Nurarif, 2012). Penelitaan

jugak menunjukan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak sehingga

1
2

mengakibatkan penurunan kemampuan fungsi kognitif dan intelaktual, dan

efek jangka panjang yang berupa kematiaan mendadak (Viethahealth, 2013)

Dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017

menunjukan peningkatan sekitar 7,5 juta penderita dan sekitar 12,8% atau

sekitar 960.000 penderita mengalami kematian akibat hipertensi. Prevalensi

tekanan darah tinggi meningkat di Afrika, dimana 46% atau sekitar 441.600

untuk pria dan wanita (WHO, 2017). Di Indonesia adalah sebesar 31,7%.

Sedangkan untuk tingkat provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia

ada di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%)

selanjutnya di tahun 2017 dengan menggunakan unit analisis individu

menunjukan bahwa secara nasional 25,8%, penduduk Indonesia menderita

penyakit hipertensi, dapat diartikan jika penduduk Indonesia sebesar

252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.

Beberapa provinsi yang presentasenya melebihi angka nasional, dengan

tertinggi diantaranya provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut

sebanyak 30,9%x1.380.762 jiwa= 426.655 jiwa (Riskesdas, 2017).

Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur didapatkan penderita hipertensi

pada tahun 2014 pada laki-laki mencapai 257.519 jiwa dan perempuan

mencapai 428.475 jiwa (Dinkes Provisi Jatim 2014). Berdasarkan data

penyakit tidak menular di Banyuwangi tahun 2015, penyakit hipertensi

menduduki rangking pertama sebesar 19.878 (41,39%) kasus, disusul diabetes,

asma, penyakit jantung koroner, penyakit stroke dan ginjal (Dinas Kesehatan

Banyuwangi, 2016). Menurut data Rekam Medik Puskesmas Mojopanggung

Kabupaten Banyuwangi tahun 2018 jumlah lansia yang menderita hipertensi


3

di Puskesmas Mojopanggung pada bulan Januari - November sejumlah 2738

orang.

Hipertensi biasanya tidak merasakan gejala karna sifat tekanan darah

itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun-tahun yaitu nyeri kepala saat terjaga, kadang-

kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah

intracranial (Corwin, 2014). Gejala umum penyakit hipertensi yang biasa

terjadi pada penderita yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan

hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tengkuk

terasa berat, dan sering kencing dimalam hari. Gejala akibat komplikasi

hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf,

jantung, fungsi ginjal dan gangguan selebral otak yang mengakibatkan kejang

dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan

gangguan kesadaran hingga koma (cahyono, 2015).

Ada beberapa faktor penyebab hipertensi seperti usia, diabetes militus,

peningkatan (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol total atau kadar (High

Desity Lipoprotein) rendah, obesitas, kurang aktivitas fisik, merokok, dan

asupan alkohol yang tinggi. Dari beberapa faktor diatas akan memunculkan

perubahan patofiologis nyata pada pembuluh darah dan organ yang dapat

dilihat selain dari elevasi intermiten tekanan darah (hipertensi labil). Darah

yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel

kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskuler perifer

berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. Makin sempit

pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah, makin besar
4

diltasinya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, makin menyempit

pembuluh darah makin meningkat pembuluh darah (Sharma S et al, 2013

dalam anggreini AD et al, 2015). Dilatasi dan kontriksi pembuluh darah

dikendalikan oleh sistemsaraf simpatis dan sistem renin-aniontensi. Apabila

sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan

norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi

pembuluh darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan konstraksi

ventrikel. Sama halnya pada sistem renin-angiotensin, yang apabila

distimulasi juga menyebabkan vasokontraksi, pada pembuluh-pembuluh

darah. Gangguan tahap awal adalah asimtomatis, tetapi dapat mengakibatkan

kerusakan yang permanen pada organ tubuh vital. Vasokintrik pembuluh

darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada

ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal dampak resiko pada

hipertensi pecahnya pembuluh darah kapiler di otak sehingga sel saraf dapat

mati, pecahnya pembuluh darah menyebabkan beberapa organ mati sehingga

terjadi kelumpuhan (Julian, 2013)

Peningkatan darah sistematik meningkat resistensi terhadap

pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah

akibatnya kebutuhan nutrien dan oksigen tidak terpenuhi maka akan

mempengaruhi daya pompa jantung akibatnya saluran pembuluh darah ke otak

tidak terkontrol secara normal. Hal ini membuat penderita hipertensi sering

merasakan nyeri kepala. Nyeri tersebut akan merangsang saraf simpatis

sehingga menyebabkan tekanan pembuluh darah naik, peningkatan tersebut

akan merngsang kelenjar adrenal dan aliran darah ke ginjal menurun,


5

perubahan tersebut mempengaruhi sistem angiotensin I dan II yang akan

menstimulus korteks adrenal sehingga produksi aldestron, volume cairan

extraceluler dan beban kerja jantung akan meningkat. Kontraksi ventrikel

menyebabkan meningkatnya cardiac output sehingga mempengaruhi jaringan

dan metabolism anaerobah yang menyababkan menurunnya oksigen dan

meningkatnya karbondioksida dan akan menstimulus peka nyeri kapiler di

otak sehingga akan menyebabkan nyeri akut (Kusuma dan Nurarif, 2014)

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial

atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the

Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga

berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi

kurang dari 3 bulan (NANDA 2018-2020).

Jenis penatalaksanaan pada klien hipertensi yaitu biasanya dilakukan

dengan 2 cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara

farmakologis menggunakan diuretic : tablet hydrochlorothiazide(HCT),

lasix(furosemide) merupakan golongan obat hipertensi engan proses

pengeluaran cairan tubuh via urine, Beta-blockers : atenotol (tenorim),

capoten (captopril) merupakan obat upaya pengontrolan tekanan darah

melalui proses memperlambat kerja jantung. Calcium channel blockers:

Norvasc (amlopidine). angiotensiconverting enzyme (ACE) merupakan obat

pengontrol darah tinggi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga

memperlebar pembuluh darah. Secara non farmakologis Sebagian besar

pasien yang mengalami hipertensi dengan melakukan aktivitas fisik seperti


6

berolahraga, pengurangan berat badan dengan membatasi asupan kalori

diselingi dengan latihan fisik yang teratur, membatasi asupan garam sampai

kurang dari 100mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang

dari 6 gram NaCl dianjurkan juga untuk mrnjaga asupan kalsium dan

magnesium, menghindari alkohol, menghindari stress, mengurangi konsumsi

kafein dan tidak merokok (Nurul, 2011). .

Penangan yang dilakukan pada penderita hipertensi dengan nyeri akut

diantaranya lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, oset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri

dan faktor pencetus. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan

akibat prosedur. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri

dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat.

Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama

pengkajian nyeri dilakukan. Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri

berdasarkan respon pasien (NIC NOC, 2015)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertaik untuk mengambil

penelitian Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia yang

Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Wilayah Kerja

Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri di


7

Wilayah Kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi tahun

2018.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Lansia yang Mengalami

Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Wilayah Kerja Puskesmas

Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi tahun 2018?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Lansia yang

Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Wilayah

Kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi Tahun 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia yang mengalami

hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri di wilayah kerja

Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi tahun 2018.

2. Menentukan diagnosa keperawatan pada lansia yang mengalami

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten

Banyuwangi tahun 2018.

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri di

wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi

tahun 2018.
8

4. Melakukan implementasi asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri di

wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi

tahun 2018.

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri di

wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi

tahun 2018.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi bagi pengembangan ilmu keperawatan. Khususnya

mengenai asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi

dengan masalah keperawatan Nyeri.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan

pengalaman, serta sebagai lahan untuk mengaplikasikan ilmu yang

dimiliki dibidang asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami

hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri di wilayah kerja

Puskesmas Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi tahun 2018.

2. Bagi Puskesmas
9

Sebagai referensi tambahan bagi Instansi Puskesmas

Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi untuk memperdalam atau

menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada lansia

yang mengalami hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

informasi bagi mahasiswa dan mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Banyuwangi dalam menambah pengetahuan mengenai

asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi

dengan masalah keperawatan Nyeri

4. Bagi Klien

Dengan studi kasus ini diharapkan klien dapat mendapat

asuhan keperawatan dengan baik. Setelah dilakukan penelitian ini,

diharapkan klien dan keluarga dapat menambah pengetahuan klien

maupun keluarga tentang penyakit hipertensi dan klien maupun

keluarga mampu menghindari resiko tinggi terjadinya hipertensi

serta adanya komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai