PENDAHULUAN
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzur/tua. pengaruh
kerusakan yang diderita. Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu perubahan
fisik, psikologis, dan sosial. Lansia juga mengalami masalah stroke, gangguan
darah secara abnormal dengan nilai lebih dari 140/90 mmHg dalam 2 kali
lebih 90% dari seluruh hipertensi), hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
hormonal, pemakaian obat tertentu dll (Kusuma dan Nurarif, 2012). Penelitaan
1
2
menunjukan peningkatan sekitar 7,5 juta penderita dan sekitar 12,8% atau
tekanan darah tinggi meningkat di Afrika, dimana 46% atau sekitar 441.600
untuk pria dan wanita (WHO, 2017). Di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
pada tahun 2014 pada laki-laki mencapai 257.519 jiwa dan perempuan
asma, penyakit jantung koroner, penyakit stroke dan ginjal (Dinas Kesehatan
orang.
itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam gejala klinis timbul setelah
kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah
terjadi pada penderita yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan
hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tengkuk
terasa berat, dan sering kencing dimalam hari. Gejala akibat komplikasi
jantung, fungsi ginjal dan gangguan selebral otak yang mengakibatkan kejang
peningkatan (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol total atau kadar (High
asupan alkohol yang tinggi. Dari beberapa faktor diatas akan memunculkan
perubahan patofiologis nyata pada pembuluh darah dan organ yang dapat
dilihat selain dari elevasi intermiten tekanan darah (hipertensi labil). Darah
yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel
kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskuler perifer
pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah, makin besar
4
diltasinya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, makin menyempit
ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal dampak resiko pada
hipertensi pecahnya pembuluh darah kapiler di otak sehingga sel saraf dapat
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah
tidak terkontrol secara normal. Hal ini membuat penderita hipertensi sering
otak sehingga akan menyebabkan nyeri akut (Kusuma dan Nurarif, 2014)
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi
pengontrol darah tinggi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
diselingi dengan latihan fisik yang teratur, membatasi asupan garam sampai
kurang dari 100mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang
dari 6 gram NaCl dianjurkan juga untuk mrnjaga asupan kalsium dan
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
2018.
tahun 2018.
8
tahun 2018.
tahun 2018.
1.5 Manfaat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Puskesmas
9
4. Bagi Klien