Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH SWAMEDIKASI

“PENYAKIT KOLESTEROL”

OLEH

KELOMPOK 15

ARMANSYAH N014172767
AMIRUDDIN N014172768
SURYA SUKMA MALIKI N014172769

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari

dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk

bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.

Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.

Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh

tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena

asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai

makanan sampah (junkfood).

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini

seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut

dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas

bersama protein menjadi partikel yang disebut Lipoprotein, yang dapat dianggap

sebagai ‘pembawa’ (carier) kolesterol dalam darah.

Umumnya makanan yang enak dan lezat identik dengan makanan yang

mengandung kolesterol. Kolesterol kini dapat menyerang berbagai usia, baik di

usia paruh baya maupun usia remaja. Selain itu, kolesterol tidak hanya diderita

oleh orang yang berbadan gemuk dan yang mempunyai pola makan besar. Orang

yang kurus dan tidak terlalu banyak makan pun bisa mengidap penyakit kolesterol

tinggi. Pola makan yang tidak baik dan lebih didominasi oleh makanan berlemak

akan mendorong munculnya penyakit tersebut.

Kolesterol terbagi dua macam, yaitu LDL (Low Density Lipoprotein) dan

HDL (High Density Lipoprotein). LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat
karena dapat melekat di dinding pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan

lemak, sedangkan HDL disebut sebagai kolesterol baik karena mampu

mengangkat kolesterol dan pembuluh darah yang kemudian dikeluarkan sebagai

asam empedu.

Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

penggunaan obat baik itu obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh

seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi

atau pengobatan sendiri juga merupakan salah satu pengobatan yang banyak

digunakan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengobati keluhan penyakit.

Masyarakat banyak berswamedikasi menggunakan tanaman-tanaman atau obat

herbal yang kini telah banyak tersedia. Pada dasarnya, bila dilakukan secara

rasional, swamedikasi memberikan keuntungan besar bagi pemerintah dalam

pemeliharaan kesehatan nasional. Biaya sakit dapat ditekan dan dokter sebagai

tenaga profesional kesehatan lebih terfokus pada kondisi kesehatan yang lebih

serius dan kritis.

Berdasarkan tinjauan diatas tentang kolestrol dan pentingnya swamedikasi

maka pada makaah ini akan dibahas secara lebih lanjut mengenai swamedikasi

pada penyakit kolesterol.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah berswamedikasi menggunakan obat-obat herbal pada

penyakit kolesterol?

2. Bagaimanakah berswamedikasi menggunakan obat-obat sintesis pada

penyakit kolesterol?

C. Tujuan

1. Mengetahui cara berswamedikasi menggunakan obat-obat herbal pada

penyakit kolesterol?
2. Mengetahui cara berswamedikasi menggunakan obat-obat sintesis pada

penyakit kolesterol?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi

Indonesia merupakan negara dengan penderita obesitas di tingkat ke-10

sedunia (Marie et al. 2014). WHO (2014) juga mengungkapkan bahwa terdapat

4.8% penduduk Indonesiamengalami obesitas dari 247 juta jiwa penduduknya.

Obesitas merupakan suatu kondisi manusia yang memiliki cadangan lemak yang

terlampau banyak di dalam tubuhnya. Adapun WHO juga mengategorikan

obesitas jika seseorang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index

(BMI) lebih dari 30 kg/m2. Obesitas diduga terjadi karena adanya perubahanpola

makan dan gaya hidup seseorang.

Berdasarkan laporan Riskesdas Bidang Biomedis menunjukkan bahwa

prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL adalah

39, 8%. beberapa provinsi di Indonesia seperti Kepaulauan Riau, Nangroe Aceh,

Sumatera Barat dan Bangka Belitung memiliki prevalensi dislipidemia ≥ 50%.

B. Jenis Dislipidemia

Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak

bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen). lipid

tidak larut dalam plasma, sehingga lipid terikat oleh protein sebagai mekanisme

transpor dalam serum. Ikatan ini menghasilkan 4 kelas utama lipoprotein:

Kilomikron, Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), Lipoprotein densitas

rendah (LDL) dan Lipoprotein densitas tinggi (HDL).

Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau

trigliserida serum di atas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang disebabkan oleh

ganngguan sistemik disebut sebagai hiperlipidmia sekunder. Penyebab utamanya


yaitu obesitas, asupan alkohol yang berlebihan, diabetes melitus, hipotiroidisme

dan sindrom nefrotik.

Hiperlipidemia akibat predisposisi genetik terhadap kelainan metabolisme

lipid disebut sebagai hiperlipidemia primer. Ini terjadi akibat kelainan genetik

yang mengode enzim, apoprotein, atau reseptor yang terlibat dalam metabolisme

lipid. Beberapa tipe hiperlipidemia dapat ditandai dengan menentukan profil

lipoprotein dalam plasma. Klasfikasi WHO membagi kasus menjadi tipe I hingga

V.

C. Patofisiologi

Kolesterol merupakan substansi esensial yang disintesis oleh tubuh,

digunakan untuk integritas dinding sel dan biosintesis asam-asam empedu dan

hormon-hormon steroid. Kolesterol, trigliserida dan fosfolipid bersirkulasi di

darah dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein utama yaitu kilomikron, VLDL (Very

Low Density Lipoprotein), IDL (Intermediate Density Lipoprotein), LDL (Low

Density Lipoprotein) dan HDL (HighDensity Lipoprotein). Jumlah kolesterol total

merupakan total molekul-molekul kolesterol lipoprotein utama.

Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan setelah puasa selam 9-12 jam.

Rumus di atas tidak akurat jika kadar trigliserida serum lebih besar dari 400

mg/dL (4,52 mmol/L), atau adanya kilomikron pada pasien hiperlipidemia tipe

III. Pada kasus ini, LDL kolesterol harus diukur secara langsung. Non-HDL

kolesterol diangkut oleh apolipoprotein B yang mengandung lipoprotein seperti

VLDL, IDL, dan LDL. Non-HDL dapat diukur pada saat tidak berpuasa, dengan

rumus sebagai berikut:

Non-HDL kolesterol = Kolesterol Total - HDL kolesterol


Masing-masing lipoprotein memiliki variasi protein yang disebut

apolipoprotein (Apos) yang tertanam pada permukaan yang memiliki 4 fungsi

utama, yaitu: a) digunakan untuk mengumpukan dan sekresi lipoprotein, b)

sebagai komponen struktur lipoprotein, c) bertindak sebagai ligan untuk berikatan

dengan reseptor pada permukaan sel, dan d) sebagai kofaktor untuk inhibisi

enzim-enzim yang terlibat pada kerusakan trigliserida, dari kilomikron dan

VLDL.

Kolesterol dari makanan dan empedu masuk ke dalam saluran intestinal

yang kecil, dan diemulsifikasi oleh garam-garam empedu menjadi micelles.

Micelles ini berinteraksi dengan permukaan duodenum dan jejunum, dan

kolesterol ditransportasi dari micelles masuk ke sel-sel melalui transporter

NPC1L1. kolesterol diesterifikasi dan dikemas dalam kilomikron bersama

trigliserida, fosfolipid, dan apolipoprotein, yang kemudian masuk ke dalam

sirkulasi limfa dan sistemik. Kilomikron akan dikonversi menjadi kilomikron

remnant, selama proses ini kilomikron juga berinteraksi dengan partikel HDL dan

mengubah trigliserida dan kolesterol (difasilitasi oleh protein transfer kolesterol

ester, CETP) dan partikel HDL kolesterol dan trigliserida dimasukkan dalam

VLDL bersama fosfolipid dan Apo B-100 di hati. VLDL kehilangan substansi

trigliserida melalui interkasi dengan lipoprotein lipase (LPL) menjadi VLDL

remnant dan IDL. IDL dapat dibersihkan di sirkulasi melalui reseptor LDL di hati

dan selanjutnya dikonversi menjadi LDL (pengurangan trigliserida) oleh enzim

hepatik lipase (HLs), sekitar 50% IDL dikonversi menjadi LDL. LDL dibersihkan

di sirkulasi terutama melalui reseptor LDL di hati dengan berinteraksi dengan

Apo B-100, dapat juga diambil oleh jaringan ekstrahepatik atau pada dinding

pembuluh darah, yang berkontribusi pada aterogenesis.


Gambar 1. Absorbsi dan transportasi kolesterol di intestinal

Kolesterol ditranspor dari pembuluh darah atau jaringan ekstrahepatik

kembali ke hati dibawa oleh HDL. Trigliserida yang kaya akan HDL dihidrolisis

oleh HL, menghasilkan asam lemak dan HDL nascent, ataupun HDL yang matang

yang dapat berikatan pada empedu.

Gambar 2. Transport balik kolesterol

Variasi mutasi genetik dapat terjadi selama sintesis dan metabolisme

lipoprotein yang menghasilkan penyakit lipid. Penyakit-penyakit yang

meningkatkan kolesterol serum umumnya mempengaruhi sejumlah afinitas

reseptor LDL dan dikenal sebagai familial hiperkolesterolemia (FH). pada pasien

ini umumnya terjadi corneal arcus pada mata dan xanthomas pada tendon extensor
di tangan dan tendon Achilles, dan gagal jantung kronik. Peningkatan trigliserida

umumnya disebabkan produksi trigliserida VLDL yang berlebih. Penurunan lipid

dapat mengembalikan fungsi endotel, penurunan resiko kardiovaskula, dan

meningkatkan hasil yang baik pada pasien.

Gambar 3. Metabolisme lipoprotein endogen

Aterosklerosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan

dan hilangnya elastisitas dinding arteri, adanya aterom pada bagian intima arteri

yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Komplikasi dari aterosklerosis

adalah penyakit jantung koroner, ganggua pembuluh darah perifer. Faktor resiko

yang merupakan predisposisi untuk timbulnya penyakit koroner adalah

hiperipidemia.

Gambar 4. Proses aterogenesis


Proses aterosklerosis dimulai ketika migrasi lipoprotein di antara sel endotel
masuk ke dinding pembuluh arteri yang dimodifikasi oleh oksidasi. Oksidasi
lipoprotein menyebabkan disfungsi endotel dengan mengganggu produksi nitit oksida
yang memelihara vasomotor tone (vasodilator). Meningkatkan adesi molekul sel pada
sel endotel vaskular dan meningkatkan monosit pada intima. Monosit berdiferensiasi
menjadi magrofag dan dengan cepat menuju reseptor, dan meningkatkan
pengambilan lipoprotein yang teroksidasi. Makrofag mengakumulasi lipoprotein dan
akhirnya berkembang menjadi sel busa. Akumulasi sel busa meningkatkan
pembentukan inti yang kaya akan lipid yang membentuk plak. Plak ini mungkin akan
menghasilkan penyakit jantung iskemik dan sindrom koronari akut, dll.

D. Penatalaksanaan Terapi

Target terapi pada penderita kolesterol adalah penurunan kadar kolesterol

total dan LDL untuk mengurangi resiko utama penyakit kolesterol atau mencegah

penyakit yang terjadi terkait kolesterol seperti infark miokar, angina, gagal

jantung, stroke iskemik, atau penyakit arteri perifer (Joseph T. Dipiro, dkk. 2015).

Jika kadar kolesterol total sedikit lebih dari 200 mg/dL (>5,17 mmol/L),

kadar kolesterol ini masih dapat ditoleransi. Jika kadar HDL juga lebih dari 40

mg/dL (>1,03 mmol/L) tanpa disertai dengan penyakit gagal jantung koroner dan

tidak memiliki 2 atau lebih faktor resiko, maka tidak ada rekomendasi tindak

lanjut khusus. Target kolesterol LDL berdasarkan kategori resiko:


Gambar : Joseph T. Dipiro, dkk. 2015.
Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa:

 Seseorang yang memiliki resiko tinggi (memiliki kelainan/penyakit


jantung koroner), target kadar LDL pada penderita ini <100 mg/dL, kadar
LDL yang membutuhkan terapi pengontrolan gaya hidup adalah ≥100
mg/dL, dan kadar LDL yang membutuhkan terapi obat adalah ≥100
mg/dL.
 Seseorang yang memiliki resiko sedang-tinggi (memiliki lebih dari 2 jenis
faktor resiko dan juga dipengaruhi oleh usia), target kadar LDL pada
penderita ini <130 mg/dL, kadar LDL yang membutuhkan terapi
pengontrolan gaya hidup adalah ≥130 mg/dL, dan kadar LDL yang
membutuhkan terapi obat adalah ≥130 mg/dL.
 Seseorang yang memiliki resiko sedang (memiliki lebih dari 2 jenis faktor
resiko namun tidak terlalu dipengaruhi oleh usia), target kadar LDL pada
penderita ini <130 mg/dL, kadar LDL yang membutuhkan terapi
pengontrolan gaya hidup adalah ≥130 mg/dL, dan kadar LDL yang
membutuhkan terapi obat adalah ≥160 mg/dL.
 Seseorang yang memiliki resiko rendah (tidak memiliki atau paling tidak
memiliki 1 jenis faktor resiko), target kadar LDL pada penderita ini <160
mg/dL, kadar LDL yang membutuhkan terapi pengontrolan gaya hidup
adalah ≥160 mg/dL, dan kadar LDL yang membutuhkan terapi obat
adalah ≥190 mg/dL.

(Joseph T. Dipiro, dkk. 2015).

1. Terapi Farmakologi

Gambar 5 : Joseph T. Dipiro, dkk. 2015.


Penggolongan terapi hiperlipidemia :
a. BARs atau Bile Acid Resins (Kolesteramin, kolestipol, dan kolesevelam)
merupakan resin pengganti anion yang berikatan dengan asam empedu dan
garam empedu. Kompleks resin-asam empedu dieksresikan dalam feses
sehingga mencegah asam empedu kembali ke hepar. Penurunan
konsentrasi asam empedu menyebabkan hepatosit meningkatkan konversi
alkohol menjadi asam empedu. Akibatnya, konsentrasi kolesterol
intraseluler menurun sehingga mengaktifkan peningkatan ambilan hepatik
partikel LDL yang mengandung kolesterol (LDL-C) dan mengakibatkan
LDL plasma menurun. (Richard A. Harvey, Pamela C. Champe. 2016)
b. Niasin (Asam Nikotinat) menghambat lipolisis pada jaringan adiposa
untuk menghasilkan asam lemak bebas. Secara normal, hati menggunakan
asam lemak bebas ini sebagai prekursor utama untuk sintesis
triasilgliserol. Dengan demikian, niasin menyebabkan penurunan sintesis
triasilgliserol hepar yang diperlukan untuk produksi VLDL . Oleh sebab
itu, penurunan kadar VLDL juga mengakibatkan penurunan konsentrasi
LDL plasma. (Richard A. Harvey, Pamela C. Champe. 2016)
c. Fibrat (Gemfibrozil, fenofibrat, dan klofibrat) menurunkan kadar
trigliserida dengan cara berikatan dengan PPARα (Peroxisome
Proliferator-Activated Receptors) yang sebagian besar berada di hati dan
jaringan adiposa sehingga menstimulasi oksidasi asam lemak,
meningkatkan sintesis lipo protein lipase, dan menurunkan kerja apoC-III.
Fibrat juga meningkatkan HDL-C karena PPARα dapat menstimulasi
apoA-I dan apoA-II yang keduanya dapat meningkatkan kadar HDL.
(Goodman & Gilman’s. 2011)
d. Statin (Simvastatin, atorvastatin, lovastatin, pravastatin, fluvastatin,
rosuvastatin) bekerja dengan menghambat secara kompetitif koenzim 3-
hidroksi-3-metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni enzim yang
berperan pada sintesis kolesterol. (Medical Mini Notes. 2017)
e. Penghambat Absorpsi Kolesterol (Eetimibe) bekerja dengan menghambat
absorpsi kolesterol di usus. (Joseph T. Dipiro, dkk. 2015)
Terapi kolesterol didasarkan pada tipe penyakit yang diderita pasien.

Gambar 6 : Joseph T. Dipiro, dkk. 2015.

 Pada hiperlipidemia tipe I, tidak ada terapi khusus.


 Pada hiperlipidemia tipe IIa, terapi pilihan adalah statin (bisa dikombinasi
dengan niasin atau BAR), kolesteramin atau kolestipol (bisa dikombinasi
dengan statin atau niasin), niasin (bisa dikombinasi dengan statin atau
BAR), atau ezetimib.
 Pada hiperlipidemia tipe IIb, terapi pilihan adalah statin (bisa dikombinasi
dengan BAR, fibrat, atau niasin), fibrat (bisa dikombinasi dengan statin,
niasin atau BAR), niasin (bisa dikombinasi dengan statin atau fibrat), atau
ezetimib.
 Pada hiperlipidemia tipe III, terapi pilihan adalah fibrat (bisa dikombinasi
dengan statin atau niasin), niasin (bisa dikombinasi dengan statin atau
fibrat), atau ezetimib.
 Pada hiperlipidemia tipe IV, terapi pilihan adalah fibrat (bisa dikombinasi
dengan niasin), atau niasin (bisa dikombinasi dengan fibrat).
 Pada hiperlipidemia tipe V, terapi pilihan adalah fibrat (bisa dikombinasi
dengan niasin), atau niasin (bisa dikombinasi dengan minyak ikan).
(Joseph T. Dipiro, dkk. 2015)

2. Terapi Nonfarmakologi

a. Perubahan gaya hidup mencakup diet, penurunan 10% dari berat badan, dan

olahraga atau meningkatkan aktifitas fisik secara intensif 30 menit per hari.

b. Mengurangi asupan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol agar

berat badan tetap terjaga.

c. Meningkatkan asupan makanan yang berserat tinggi seperti padi/ gandum,

pektin, psyllium (Plantago ovata), dan lain-lain agar kadar kolesterol total dan

LDL dapat diturunkan 5-20%.

d. Mengonsumsi suplemen minyak ikan dapat menurunkan kadar triglierida dan

VLDL-C, namun hanya menurunkan sedikit atau bahkan tidak pada kolesterol

total dan LDL-C.

e. Mengonsumsi 2-3 gram per hari makanan atau tanaman yang mengandung

sterol seperti tempe, biji-bijian minyak nabati (misalnya minyak sawit, minyak

kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, minyak zaitun, dan lain-lain),

bekatul, margarin, dan lain-lain. Sterol mampu menurunkan kadar LDL sekitar

6% hingga 15%.

(Joseph T. Dipiro, dkk. 2015)


BAB III

SWAMEDIKASI

A. Obat-obat Sintesis

1. Kolesteramin

Gambar 7. Contoh produk

Nama Sediaan : Sequest

Komposisi : Kolesteramin 4 g

Diproduksi oleh : PT. Novell Pharma

Indikasi : hiperkolesterolemia, diare akibat kelebihan asam

empedu

No. Registrasi : DKL1033523423A1

Golongan Obat : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Puyer 4 g

Dosis :

Anak-anak : 240 mg/kg BB/hari, maksimal 8 g/hari

Dewasa : 12-16 g/hari, maksimal 24 g/hari

Aturan Pakai : 3-4 kali sehari

Efek Samping : Konstipasi, perut kembung, mual, muntah, diare,

anoreksia, ruam kulit

Kontraindikasi : Obstruksi empedu total


2. Gemfibrozil
Gambar 8. Contoh produk

Nama Sediaan : Hypofil

Komposisi : Gemfibrozil

Diproduksi oleh : PT. Sanbe Farma

Indikasi : Hiperkolesterolemia dengan dislipidemia dan

hipertrigliseridemia, dislipidemia akibat diabetes

No. Registrasi : DKL9222213201A1

Golongan Obat : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Kapsul 300 mg dan 600 mg, kaplet 600 mg, tablet

salut selaput 900 mg

Dosis :

Anak-anak :-

Dewasa : 600 mg/hari, maksimal 1500 mg/hari

Aturan pakai : 2 kali sehari

Efek samping : Gangguan saluran cerna, dispepsia, nyeri

abdomen, diare, lelah, mual, muntah, ruam,

vertigo, miopati, pankreatitis

Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati dan ginjal berat, penyakit

kantung empedu, hipersensitivitas

3. Fenofibrat
Gambar 9: Contoh produk

Nama Sediaan : Trolip

Komposisi : Fenofibrat

Diproduksi oleh : PT. Dexa Medica

Indikasi : Hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV, dan V pada

pasien yang tidak merespon dengan cukup

terhadap diet dan tindakan lain yang sesuai

No. Registrasi : DKL9605018001B1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Kapsul 100, 200, dan 300 mg

Dosis :

Anak-anak : 5 mg/kg BB/hari

Dewasa : 200-400 mg/hari

Aturan pakai : 1 kali sehari

Efek samping : Mual, muntah, anoreksia, pruritis, ruam kulit,

urtikaria, impotensi

Kontraindikasi : Hipersensitivitas, gangguan hati atau ginjal yang

berat, adanya penyakit kandung empedu,

kehamilan, dan menyusui

4. Simvastatin
Gambar 10 : Contoh produk

Nama Sediaan : Zocor

Komposisi : Simvastatin

Diproduksi oleh : PT. Merck Sharp & Dohme

Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan

kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau

dislipidemia campuran

No. Registrasi : DKI1485200417B1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 5, 10, dan 20 mg

Dosis :

Anak-anak : usia 10-17 tahun (10 mg, sekali sehari)

Dewasa : Dosis awal 10 mg/hari, maksimal 40 mg/hari

Aturan pakai : 1-2 kali sehari

Efek samping : Miopati, sakit kepala, perubahan fungsi ginjal

dan saluran cerna, ruam kulit

Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif,

kehamilan, menyusui, hipersensitivitas

5. Atorvastatin

Gambar 11 : Contoh produk


Nama Sediaan : Lipitor

Komposisi : Atorvastatin

Diproduksi oleh : PT. Pfizer Indonesia

Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan

kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau

dislipidemia campuran.

No. Registrasi : DKI9790700217A1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 10, 20, dan 40 mg

Dosis :

Anak-anak : Usia 10-17 tahun (10 mg, sekali sehari,

maksimal 20 mg/hari)

Dewasa : 10 mg/hari, maksimal 80 mg/hari

Aturan pakai : Dosis awal, sehari 1 kali

Efek samping : Miopati, sakit kepala, perubahan fungsi ginjal

dan saluran cerna, ruam kulit

Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif,

kehamilan, menyusui, hipersensitivitas

6. Lovastatin

Gambar 12 : Contoh produk

Nama Sediaan : Cholvastin

Komposisi : Lovastatin

Diproduksi oleh : PT. Sanbe Farma


Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan

kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau

dislipidemia campuran

No. Registrasi : DKL9722220510A1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 20 mg

Dosis :

Anak-anak : 10 mg/hari, maksimal 40 mg/hari

Dewasa : 20 mg/hari, maksimal 80 mg/hari

Aturan pakai : Dosis awal, sehari 1 kali

Efek samping : Miopati, sakit kepala, perubahan fungsi ginjal

dan saluran cerna, ruam kulit

Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif,

kehamilan, menyusui, hipersensitivitas

7. Pravastatin

Gambar 13 : Contoh produk

Nama Sediaan : Cholespar

Komposisi : Pravastatin

Diproduksi oleh : PT. Pharos

Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan

kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau

dislipidemia campuran

No. Registrasi : DKL0121626010A1


Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 10, 20, dan 40 mg

Dosis :

Anak-anak : Usia 8-13 tahun (20 mg/hari)

Usia 14-18 tahun (40 mg/hari)

Dewasa : Dosis awal 10-20 mg/hari.

Kisaran dosis 10-40 mg/hari

Aturan pakai : 1-2 kali sehari

Efek samping : Miopati, sakit kepala, perubahan fungsi ginjal

dan saluran cerna, ruam kulit

Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif,

kehamilan, menyusui, hipersensitivitas

8. Rosuvastatin

Gambar 14 : Contoh produk

Nama Sediaan : Crestor

Komposisi : Rosuvastatin

Diproduksi oleh : PT. Astra Zeneca

Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan

kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau

dislipidemia campuran

No. Registrasi : DKI1435300817A1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 10, 20, dan 40 mg


Dosis :

Anak-anak :-

Dewasa : Dosis awal 10 mg/hari. Kisaran dosis 5-40

mg/hari

Aturan pakai : 1 kali sehari

Efek samping : Miopati, sakit kepala, perubahan fungsi ginjal

dan saluran cerna, ruam kulit

Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif,

kehamilan, menyusui, hipersensitivitas

9. Ezetimibe

Gambar 15 : Contoh produk

Nama Sediaan : Ezetrol

Komposisi : Ezetimibe

Diproduksi oleh : PT. Merck Indonesia

Indikasi : Hiperkolesterolemia primer

No. Registrasi : DKI0387101010A1

Golongan : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet 10 mg

Dosis :

Anak-anak : Usia >10 tahun, 10 mg/hari

Dewasa : 10 mg/hari

Aturan pakai : 1 kali sehari

Efek samping : Gangguan saluran cerna, sakit kepala, lemas,


mialgia, ruam, angiodema

Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati sedang-berat, hamil,

menyusui, hipersensitivitas

10. Kapsul Minyak Ikan

Gambar 16 : Contoh produk

Nama Sediaan : K-Max Alaska Deep Sea Fish Oil


Diproduksi oleh : PT. Purusa Bhakti
Komposisi : Minyak ikan
Khasiat : Deep Sea Fish Oil sebagai suplemen untuk
memelihara kesehatan
No. Registrasi : SI024303421
Golongan : Suplemen
Bentuk Sediaan : Kapsul 1000 mg
Dosis : 1-2 kapsul
Aturan Pakai : 3 kali sehari

11. Kapsul Minyak Ikan

Gambar 17 : Contoh produk

Nama Sediaan : Blackmores Odourless Fish Oil


Diproduksi oleh : PT. Kalbe Farma
Komposisi : Minyak ikan
Indikasi : Melancarkan sistem kardiovaskuler, mengurangi
pembengkakan pada tulang, menormalkan fungsi
otak
No. Registrasi : SI174308231
Golongan : Suplemen
Bentuk Sediaan : Kapsul 1000 mg
Dosis : 4 kapsul
Aturan pakai : 3 kali sehari

B. Obat-Obat Herbal

1. Tanaman Obat

a. Kunyit

Gambar 8. Rimpang kunyit

Nama Herbal : Curcuma domestica Val. / Curcuma longa Linn.

Nama Daerah : Rimpang kunyit, koneng, kunir, konyet, kunir bentis,

temu koneng, temu kuning, guraci.

Bagian Digunakan : Rimpang

Kandungan Kimia : Kurkuminoid, yaitu campuran dari kurkumin

(diferuloilmetan), monodeksmetoksikurkumin dan

bisdesmetoksikurkumin. Struktur fenolnya

memungkinkan untuk menghilangkan radikal bebas.

Minyak atsiri 5,8% terdiri dari a-felandren 1%,

sabinen 0,6%, sineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen

25%, dan seskuiterpen 53%. Mono- dan seskuiterpen


termasuk zingiberen, kurkumen, α- dan β- turmeron.

Mekanisme Kerja : Kandungan kurkumin meningkatkan aktivitas

kolesterol- 7α-hidroksilase dan meningkatkan

katabolisme kolesterol. Pada jaringan dan mikrosom

hati tikus, kandungan demethoxycurcumin,

bisdemethoxycurcumin, dan acetylcurcumin

menghambat lipid peroksidase.

Data Keamanan : LD50 ekstrak etanol pada mencit per oral: > 15 g/kg

BB. Monyet diberi 0,8 mg/kg BB kurkumin/hari dan

tikus 1,8 mg/kg BB/hari selama 90 hari tidak

menunjukkan efek samping. In vitro tidak bersifat

mutagenik. Per oral pada tikus dan mencit tidak

teratogenik. FDA mengklasifikasikan sebagai GRAS

(Generally Recognized as Safe). Tidak ada efek

samping pada pasien artritis rematoid yang diberi

1200 mg/hari kurkumin selama 2 minggu. Tidak ada

efek toksik setelah pemberian oral 2,2 g kunyit

(setara 180 mg kurkumin)/hari selama 4 bulan.

Data Manfaat : - Uji praklinik: Pemberian ekstrak kunyit 200 mg/kg

BB pada tikus menunjukkan aktivitas

antihiperkolesterolemia, menurunkan LDL tanpa

mempengaruhi HDL. Ekstrak etanol rimpang

kering dosis 30 mg/kg BB diberikan intragastrik

pada tikus setiap 6 jam selama 48 jam,

memperlihatkan aktivitas antihiperkolesterolemia.

- Uji klinik: Uji acak terkontrol terhadap subyek


DM tipe2menunjukkan pemberian kapsul yang

mengandung kombinasi ekstrak C. longa (200

mg/kapsul) dan bawang putih (200 mg/kapsul)

dengan dosis 2,4 g per hari selama 12 minggu

menunjukkan perbaikan profil lipid (penurunan

kolesterol total, LDL, trigliserid), penurunan glukosa

darah puasa dan penurunan kadar HbA1C.

Sebanyak 10 sukarelawan sehat yang diberi 500

mg curcumin selama 7 hari menghasilkan

penurunan bermakna kadar lipid peroksida serum

(33%) dan peningkatan HDL kolesterol (29%)

serta penurunan kadar serum kolesterol total

(12%).

Indikasi : Dislipidemia, hiperkolesterolemia (Grade C)

Kontraindikasi : Obstruksi saluran empedu, kolesistitis.

Hipersensitivitas terhadap komponen kunyit, gagal

ginjal akut, anak < 12 tahun.

Efek Samping : Mual

Interaksi : Dapat meningkatkan aktivitas obat antikoagulan,

antiplatelet, trombolitik, sehingga meningkatkan

risiko perdarahan. Interaksi kurkumin dengan herbal

yang lain: orang sehat diberi 2 g kurkumin

dikombinasi dengan 20 mg piperin,

bioavailabilitas kurkumin meningkat 20 kali.

b. Mengkudu
Gambar 9. Buah mengkudu

Nama Herbal : Morinda citrifolia Linn.

Nama Daerah : Pace, kemudu, cengkudu, kodhuk, wengkudu, noni.

Bagian Digunakan : Buah

Kandungan Kimia : Alkaloid seronin, plant steroid, alisarin, lisin, sodium,

asam kaprilat, arginin, prokseronin, antrakuinin,

trace elements, fenilalanin, magnesium, terpenoid,

dll.

Mekanisme Kerja : Mekanismse antidislipidemi Morinda citrifolia melalui

beberapa cara antara lain inhibisi biosintesis, absorpsi

dan sekresi lipid. Diduga karena adanya multiple

antioxidant yang poten dalam mengkudu.

Data Keamanan : LD50 ekstrak air etanol buah, daun, akar pada mencit: >

10 g/kg BB. LD50 ekstrak etanol daun per oral pada

tikus: > 2000 mg/kg BB. NOEL (no observe effect

level): tidak teramati ES sampai dosis 6.86 g/kg BB

(sebanding dengan 90 mL/kgBB jus buah) pada

tikus. Pemberian jus buah pada 96 sukarelawan sehat

sampai dosis 750 mL/orang/hari selama 28 hari

dinyatakan aman terhadap parameter biokimia darah,

urin dan tanda-tanda vital.

Data Manfaat : - Uji praklinik: Pemberian ekstrak etanol 50%


campuran buah dan daun dapat menurunkan kadar

gula darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun

dan akar ketiganya menimbulkan penurunan kadar

kolesterol total dan trigliserida. Pada tikus

dislipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak, ekstrak

buah, daun dan akar ketiganya menyebabkan

penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL

kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol

total/HDL, secara bermakna. Ekstrak akar

menimbulkan peningkatan HDL.

- Uji klinik: Sejumlah 38 perokok mendapat 2 kali

2 ons jus M. citrifolia (mengkudu)/hari selama 30

hari dibanding plasebo, hasil menunjukkan jus M.

citrifolia menurunkan kadar kolesterol total 7-22%,

LDL 6-10%, trigliserida 10-54%, homosistein

21%, dan meningkatkan HDL kolesterol 10-16%,

sedangkan pada plasebo tidak ada perubahan. Hasil

penelitian lainnya dari Badan POM

menyimpulkan bahwaM. citrifolia dapat

menurunkan kadar trigliserida.

Indikasi : Dislipidemia

Kontraindikasi : Kehamilan, laktasi, anak, hiperkalemia, alergi.

Efek Samping : Sedasi, mual, muntah, alergi.

Interaksi : Dapat berinteraksi dengan obat ACE inhibitor,

antagonis reseptor angiotensin II, diuretik hemat

kalium. Dapat mengurangi efek obat imunosupresan.


Dosis : 1200 mg/hari selama 30 hari

Peringatan : Hati-hati terhadap penderita gastritis karena mengkudu

bersifat asam. Dengan obat antidiabetes dapat terjadi

hipoglikemia dan hipotensi, karena dapat menurunkan

kadar glukosa dan kalium darah. Warna urin dapat

menjadi merah muda sampai merah kecoklatan.

c. Daun Dewa

Gambar 10. Tanaman daun dewa

Nama Herbal : Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr)

Nama Daerah : Beluntas cina, samsit, tigel kio.

Bagian Digunakan : Daun

Kandungan Kimia : Daun mengandung 4 senyawa flavonoid (3’4’-

dihidroksiflavon; 4’hidroksiflavonol tersubstitusi pada

posisi 4’;3’,4’-dihiroksiflavonol tersubstitusi pada

posisi 3; 3,7-dihidroksiflavon), tanin galat, saponin dan

steroid/triterpenoid. Metabolit yang terdapat dalam

ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam

klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p-kumarat,

asam p-hidroksi benzoat. Sterol (β-sitosterol dan

stigmasterol), glikosida sterol (3-O-β-D-


glukopiranosil β-sitosterol, 3-O-β-D-glukopiranosil

stigmasterol), nonadekana, phytyl valearat, adenosine

kaempferol-3-O-neohesperidosida metalheksadekanoat,

metal 9-oktadekenoat, 4-hidroksi-4-metil-2-pentanon,

stigmasterol asetat, kuersetin, kaempferol-3-

glukosida, kuersetin-3-Oramnosil (1-6) galaktosida,

kuersetin-3-O-ramnosil (1,6) glukosida, 3,5-di-O-asam

kafeoilkuinat, 4,5-di-O-asam kafeoilkuinat, 1,2-

bisdodekanoil-3-α-O-D-glukopiranosil-Sngliserol.

Mekanisme Kerja : Mengandung senyawa antioksidan yang dapat

menangkap radikal bebas dan menhambat proses

oksidasi lipid.

Data Keamanan : LD50 ekstrak oral pada mencit: 5,56 g/kg BB. Fraksi

kloroform dari ekstrak etanol bersifat mutagenik.

Data Manfaat : - Uji praklinik: Pengujian ekstrak etanol pada tikus

normal dan tikusdiabetes yang diinduksi

streptozotocin, selama 7 hari dengan kontrol

metformin dan glibenklamid, selain menurunkan

kadar gula darahjuga menghasilkan dosis efektif

optimum untuk menurunkankolesterol dan

trigliserida adalah 150 mg/kg BB. Fraksi butanol

dosis30, 100, dan 300 mg/kg BB selama 21 hari

pada mencit menurunkan total kolesterol dan

trigliserida serta meningkatkan HDL. Penelitian

ekstrak Gynura procumbens (daun dewa) terhadap

enzim lipase yang dikultur dari Bacillus subtilis


mendapatkan hasil bahwa konsentrasiekstrak kasar

daun dewa menghambat enzim lipase secara

optimum pada 60 mg/10 mL (aq) dengan aktivitas

1.25 µmol/mL/menit.

Indikasi : Dislipidemia, penurun kolesterol

Kontraindikasi : Belum diketahui

Efek Samping : Gangguan hati

Interaksi : Dapat berinteraksi dengan obat ACE inhibitor,

antagonis reseptor angiotensin II, diuretik hemat

kalium. Dapat mengurangi efek obat imunosupresan.

Dosis : 1200 mg/hari selama 30 hari

Peringatan : Menghambat aktivitas angiotensin converting

enzyme (ACE), menimbulkan hipotensi.

d. Alpukat

Gambar 6. Tanaman alpukat

Nama Herbal : Alpukat (Persea americana Mill.)

Nama Daerah : Avokat, apokat, alpuket.

Bagian Digunakan : Daun, biji

Kandungan Kimia : Daun mengandung minyak atsiri 0.5%, dengan


methylchavicol, d-d-pinene dan paraffin,

isorhamnetin, luteolin, rutin, quercetindan apigenin. Biji

mengandung saponin, tannin, flavonoid dan alkaloid.

Mekanisme Kerja : Alpokat mengandung senyawa antioksidan yang dapat

menangkap radikal bebas dan menhambat proses

oksidasi lipid. Kandungan serat alvokat, yaitu serat-

serat yang larut dapat mengikat asam-asam garam

empedu di saluran intestinal yang mengubah bentuk

micelle dan menurunkan absorbsi asam empedu

sehingga diekskresikan di feses.

Data Keamanan : LD50 per oral ekstrak air biji Persea americana (alpukat):

> 10 g/kg BB pada tikus. LD50 per oral serbuk biji P.

americana: 1767 mg/kg BB pada mencit.

Data Manfaat : - Hasil uji preklinik (Hasil menunjukkan ada

penurunan kadar TC, TG,VLDLC, dan LDLC dan

peningkatan HDLC secara bermakna (P <0.05) pada

kelompok berbagai dosis P. americana).

- Hasil uji klinik (pada subjek hiperkolesterolemia

yang mendapat P.americana,serum kolesterol total

menurut 17%,LDL-kolesterolmenurun 22% dan

trigliserida menurun 22%, serta peningkatan HDL-

kolesterol 11% secara bermakna (p < 0.01). Diet

tinggi MFA- P.

Indikasi : Hiperkolesterolemia (Grade B)

Kontraindikasi : Belum diketahui

Efek Samping : Gangguan hati


Interaksi : Alergi lateks, pisang, melon, dan pir mungkin sensitif

silang dengan alpukat.

2. Sediaan Jadi Herbal

a. Kunyit

Gambar 11. Contoh produk

Nama Produk : Sari Kunyit

Komposisi : Ekstrak rimpang kunyit 500 mg (100 mg kurkumin)/kapsul

Aturan Pakai : 1-3 x 1 kapsul/sehari

Produsen : PT Industri Jamu & Farmasi Sidomuncul, Tbk

Kota Semarang, Jawa Tengah

b. Mengkudu

Nama Produk : Mengkudu

Komposisi : Ekstrak buah mengkudu 200 mg/kapsul

Aturan Pakai : 3 x 1-3 kapsul/sehari

Produsen : CV Herbal Indo Utama

Kota Semarang, Jawa Tengah

c. Daun Dewa
Gambar 12. Contoh produk

Nama Produk : Daun Dewa

Komposisi : Ekstrak daun dewa 500 mg/kapsul

Aturan Pakai : 2 x 1 kapsul/sehari

Produsen : CV Herbal Indo Utama

Kota Semarang, Jawa Tengah

d. Alpukat

Gambar 13. Contoh produk

Nama Produk : Alpukin

Komposisi : Ekstrak daun 500 mg/kapsul

Aturan Pakai : 2 x 1 kapsul sehari

Produsen : CV Toga Nusantara

Kota Bekasi, Jawa Barat


BAB IV

PEMBAHASAN

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari

dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk

bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.

Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.

Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh

tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena

asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai

makanan sampah (junkfood).

Prinsip utama pada pengobatan penyakit kolesterol yaitu dengan mengatur

diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid
plasma. Seseorang dengan berat badan berlebih sebaiknya segera mulai makanan

dengan diet penurunan berat badan. Mereka dianjurkan makan makanan rendah

kolesterol (< 30% dari kalori) dan rendah lemak jenuh (<10% dari kalori).

Pada penyakit kolesterol target terapi yang perlu dicapai adalah penurunan

kadar kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko utama penyakit

kolesterol atau mencegah penyakit yang terjadi terkait kolesterol seperti infark

miokar, angina, gagal jantung, stroke iskemik, atau penyakit arteri perifer.

Penatalaksanaan penyakit kolestrol dapat melalui terapi nonfarmakologi

dan juga terapi farmakologi. Pada terapi nonfarmakologi penderita kolesterol

diwajibkan melakukan perubahan gaya hidupseperti :

f. Melakukan diet, penurunan 10% dari berat badan, dan olahraga atau

meningkatkan aktifitas fisik secara intensif 30 menit per hari.

g. Mengurangi asupan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol agar

berat badan tetap terjaga.

h. Meningkatkan asupan makanan yang berserat tinggi seperti padi/ gandum,

pektin, psyllium (Plantago ovata), dan lain-lain agar kadar kolesterol total dan

LDL dapat diturunkan 5-20%.

i. Mengonsumsi suplemen minyak ikan dapat menurunkan kadar triglierida dan

VLDL-C, namun hanya menurunkan sedikit atau bahkan tidak pada kolesterol

total dan LDL-C.

j. Mengonsumsi 2-3 gram per hari makanan atau tanaman yang mengandung

sterol seperti tempe, biji-bijian minyak nabati (misalnya minyak sawit, minyak

kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, minyak zaitun, dan lain-lain),

bekatul, margarin, dan lain-lain. Sterol mampu menurunkan kadar LDL sekitar

6% hingga 15%.
Pada terapi farmakologi pengobatan penyakit kolestrol dapat

menggunakan obat-obat herbal maupun obat-obat sintesis. Untuk obat-obat herbal

dapat menggunakan obat-obat seperti alpukat, daun dewa, kunyit, mengkudu. Dari

berbagai obat herbal tersebut masing-masing mempunyai kandungan senyawa dan

mekanisme yang berbeda yang dapat berfungsi sebagai obat kolesterol.

Pada obat-obat sintetik untuk pengobatan kolesterol dapat menggunakan

obat-obat sebagai berikut yaitu statin, cholestyramine, colestipol, niacin,

ezetimble, fibrate. Masing-masing golongan obat ini mempunyai mekanisme

berbeda untuk pengobatan penyakit kolesterol. Untuk pemilihan obat juga

tergantung tipe penyakit yang diderita oleh pasien. Pada hiperlipidemia tipe I,

tidak ada terapi khusus.Pada hiperlipidemia tipe IIa, terapi pilihan adalah statin

(bisa dikombinasi dengan niasin atau BAR), kolesteramin atau kolestipol (bisa

dikombinasi dengan statin atau niasin), niasin (bisa dikombinasi dengan statin

atau BAR), atau ezetimib. Pada hiperlipidemia tipe IIb, terapi pilihan adalah statin

(bisa dikombinasi dengan BAR, fibrat, atau niasin), fibrat (bisa dikombinasi

dengan statin, niasin atau BAR), niasin (bisa dikombinasi dengan statin atau

fibrat), atau ezetimib. Pada hiperlipidemia tipe III, terapi pilihan adalah fibrat

(bisa dikombinasi dengan statin atau niasin), niasin (bisa dikombinasi dengan

statin atau fibrat), atau ezetimib. Pada hiperlipidemia tipe IV, terapi pilihan adalah

fibrat (bisa dikombinasi dengan niasin), atau niasin (bisa dikombinasi dengan

fibrat). Pada hiperlipidemia tipe V, terapi pilihan adalah fibrat (bisa dikombinasi

dengan niasin), atau niasin (bisa dikombinasi dengan minyak ikan).


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat-obat herbal dapat

menggunakan obat herbal seperti alpukat, daun dewa, kunyit, mengkudu.

2. Melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat-obat statin,

cholestyramine, colestipol, niacin, ezetimble, fibrate.

V.2 Saran

Sebagai seorang farmasis diwajibkan melakukan edukasi kepada

masyarakat untuk melakukan swamedikasi karena dengan berswamedikasi biaya

dalam pengobatan dapat ditekan. Edukasi juga perlu dilakukan agar dalam
berswamedikasi masyarakat tidak melakukan kesalahan yang dapat

membahayakan diri apabila salah dalam memilih obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Erwinanto, dkk. Pedoman Tata Laksana Dislipidemia, Edisi I . PERKI. Jakarta.


2013.
Burns, Marie Chisholm ddk, Pharmacotherapy Principles and Practice, Third
Edition. McGraw-Hill Medical. 2016.
Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Jakarta. 2007.
Mark H. C., et. al. 2009. Nonpharmacologic Treatment of Dyslipidemia. Progress
in Cardiovascular Diseases. Elsevier Inc. Nashville.
Mark H. C., et. al. 2012. Review Paper, The Role of Nutraceutical Supplements in
theTreatment of Dyslipidemia. The Journal of Clinical Hypertension Vol
14. Nashville.
Houston M. 2014. The Role of Nutrition and Nutritional Supplements inthe
Treatment of Dyslipidemia. Viewarticle Medscape/830034.
Mahmood, L. 2015. Review Article, Nonpharmacological Cholesterol-
LoweringApproach: Managing Cholesterol Naturally. CHRISMED
Journal of Health and Research/Vol 2.J. Lind Institute, Houston, USA.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang
Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.
Direktorat Obat Asli Indonesia. Serial Data Terkini Tumbuhan Obat. BPOM RI.
2010.
Heyne K. Tumbuhan berguna. Jilid 1, terjemahan Badan Litbang Kehutanan,
Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta Pusat. 1987;601-2.
Andriani Y. Pengaruh ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
terhadap bobot badan kelinci yang diberi pakan berlemak. Jurnal Gradien.
2005;1(2):74-6.
Kristiani EBE. Ekstrak daun jati belanda (GuazumaUlmifolia Lamk.) sebagai obat
alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vitro [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor, Program Studi Biokimia, Bogor; 2003.
Rosdiana. Pengaruh ekstrak daun kemuning terhadap penurunan berat badan.
Jurnal Penelitian UMJ. 2010; 16(3):15-29. Paembonan IL. Efek serbuk
daun kemuning (Murrayapaniculata L.) terhadap penurunan kadar
kolesterol LDL serum mencit jantan (Mus musculus) galur Swiss Webster
yang diberi asupan tinggi kolesterol [Tesis]. UniversitasKristen
Maranatha; 2012.
Joseph T. Dipiro, dkk. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th edition. London: Mc
Graw Hill Medical Education.

Medical Mini Notes. Basic Pharmacology & Drug Notes edisi 2017. Makassar:
MMN Publishing.

Richard A. Harvey, Pamela C. Champe. 2016. Farmakologi Ulasan


BergambarEdisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Goodman & Gilman’s. 2011. The Pharmacological Basis of Therapeutics 12th


edition. London: Mc Graw Hill Medical Education.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia.


Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Jakarta
http://halosehat.com/penyakit/kolesterol-tinggi/obat-tradisional-kolesterol
(diakses tanggal 29 Maret 2018).

Anda mungkin juga menyukai