Disusun Oleh:
LULU LUTHFIATUN ULINNUHA
2022611008
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023
HEART FAILURE (HF) / GAGAL JANTUNG
A. ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah organ dengan empat berangka dan berotot yang terletak pada
rongga dada, dibawah perlindungan tulang rusuk, dan sedikit ke kiri sternum. Jantung
berada didalam kantung yang berisi cairan yang longgar, yang disebut dengan
perikardium. Keempat ruangan jantung yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan
kanan. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu sama lain dengan katup satu arah. Sisi kanan
dan kiri jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang disebut dengan septum (Lazenby
et al, 2021).
C. DEFINISI HF
Heart failure (HF) atau Gagal jantung merupakan sindrom kompleks yang
diakibatkan oleh adanya kerusakan secara struktural maupun fungsional jantung yang
dimana fungsi utama jantung adalah sebagai pompa darah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi untuk metabolisme. Menurut Wibowo (2015),
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya cacat struktural
maupun fungsional pada miokardium yang mengakibatkan gangguan pada jantung pada
saat pengisian ventrikel atau saat pemompaan darah.
Gagal jantung didefinisikan oleh European Society of Cardiology (ESC) sebagai
sindrom klinis yang ditandai dengan gejala seperti sesak nafas, batuk dan mengi yang
terus-menerus, kelelahan, pembengkakakan pada pergelangan kaki, yang dapat disertai
dengan tanda-tanda seperti: tekanan vena jugularis, suara paru crackles, peningkatan
denyut jantung dan edema perifer (Rachma, 2014). Namun tanda-tanda tersebut mungkin
tidak muncul pada tahap awal dan pada pasien yang menjalani pengobatan diuretik.
ketika tanda dan gejala semakin jelas hal tersebut dikarenakan oleh kelainan struktural
atau fungsi jantung yang menyebabkan disfungsi ventrikel sistolik dan atau diastolik,
sehingga terjadinya penurunan curah jantung saat istirahat atau selama stres.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan dari lokasi terjadinya permasalahan pada jantung, gagal jantung
dapat terjadi pada ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan biventrikular. Terdapat dua macam
gagal jantung yang diklasifikasikan menurut waktu terjadinya yaitu, gagal jantung akut
dan kronik. Gagal jantung akut yaitu adanya serangan cepat dari tanda dan gejala gagal
jantung akibat dari fungsi jantung yang abnormal. Gagal jantung kronik adalah gagal
jantung yang dimana adanya penurunnya fungsi kerja jantung untuk memompa darah
secara perlahan (Imaligy, 2014).
Sedangkan klasifikasi berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan, gagal jantung terbagi atas :
1. Gagal jantung kiri
2. Gagal jantung kanan
3. Gagal jantung kongestif (kanan kiri)
E. ETIOLOGI
Menurut Rachma (2014) Penyebab terjadinya kegagalan pada pemompaan
jantung terbagi menjadi dua yaitu adanya disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik.
1. Gangguan sistolik
Gangguan sistolik terjadi ketika otot jantung kesulitan untuk memompakan darah
yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. penyebab tersering dari gangguan
sistolik adalah beberapa penyakit jantung seperti iskemik, kardiomiopati, penyakit
katup jantung, dan hipertensi.
2. Gangguan diastolik
Gangguan diastolik terjadi ketika jumlah darah yang dipompa saat jantung
istirahat ke seluruh tubuh tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan.
Penyebab tersering dari gangguan diastolik adalah yang menyebabkan sistolik
yaitu hipertensi, jantung iskemik, hipertrofi, kardiomiopati, dan restriktif
kardiomiopati.
Sedangkan menurut Brunner & Suddart (2015) penyebab gagal jantung yaitu:
1. Disritmia
2. Malfungsi katup
3. Abnormalitas otot jantung
4. Rupture miokard
F. PATOFISIOLOGI
Gagal jantung diakibatkan karena adanya ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung dapat terjadi pada jantung kiri, kanan,
maupun keduanya. Gagal jantung kiri terjadi akibat adanya gangguan pada ventrikel kiri
sehingga tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh, gagal jantung kiri
menyebabkan curah jantung kiri menurun, sehingga tekanan diastol dalam ventrikel kiri
meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan pada atrium kiri yang
kesulitan dalam mengisi ventrikel kiri saat diastol, dan terjadi hambatan aliran darah dari
vena pulmonalis ke atrium kiri. Jika tekanan dalam sirkulasi terus meninggi dan
berlansung lama maka dapat mengakibatkan terjadi penumpukan cairan pada paru-paru
sehingga terjadinya edema paru yang mengakibatkan penderita mengalami kesulitan
dalam bernafas. Jika tekanan masih berlanjut maka gagal jantung kiri dapat menurun
menjadi gagal jantung kanan maupun keduanya. Hal ini terjadi bila beban di ventrikel
kanan terus bertambah dan mengakibatkan ventrikel kanan mengalami hipertropi sampai
melebihi batas kemampuannya.(Rachma, 2014).
Selain itu gagal jantung kanan juga dapat terjadi akibat dari adanya gangguan
pada ventrikel kanan yang memompakan darah ke paru-paru tanpa mendahului ventrikel
kiri. Gagal jantung kanan mengakibatkan adanya tekanan pada atrium kanan dalam
pengisian ventrikel kanan pada waktu diastol. Dikarenakan semakin meningginya
tekanan pada atrium menyebabkan hambatan aliran darah masuk dalam jantung melalui
vena cava superior dan inferior sehingga terbentuknya penumpukan cairan pada vena-
vena sistemik dan terjadinya edema pada tumit dan tungai bawah (Rachma, 2014).
Dalam penelitian Jarvis et al., (2016) mengatakan sesak nafas yang terjadi pada
pasien gagal jantung dikarenakan oleh penumpukan cairan pada rongga interstisial dan
alveoli paru, sehingga menghambat dari pengembangan paru-paru dan penderita
mengalami kesulitan bernafas. Gangguan dari fungsi paru akibat penumpukan cairan
akan berdampak pada penurunan saturasi oksigen. Saturasi oksigen merupakan kadar
oksigen yang dibawa oleh sel darah merah untuk disalurkan ke seluruh tubuh. kadar
oksigen yang kurang dari 95-100% akan mengakibatkan sesak nafas (Rachma, 2014).
G. PATHWAY
INFARK MIOKARD
GAGAL JANTUNG
Perembesan cairan
Aktivasi Hipertrofi ventrikel alveoli
RAA
Kematian
H. MANIFESTASI KLINIS
Gagal jantung menyebabakan timbulnya berbagai manifestasi klinis yang dapat
diamati. Menurut American Heart Association (2012 dalam Rachma, 2014) berikut
adalah manifestasi klinis yang terdapat pada penderita gagal jantung :
1. Dispnea atau sesak nafas
Sesak nafas biasanya dirasakan oleh penderita gagal jantung saat melakukan
kegiatan, saat beristirahat, bahkan saat tidur. Hal ini dikarenakan pada paru-paru
terdapat adanya penumpukan cairan atau bendungan darah yang tidak dapat
disalurkan ke jantung.
2. Batuk mengi
Batuk mengi juga disebabkan oleh adanya penumpukan cairan pada paru-paru.
3. Nyeri dada
Nyeri dada yang dirasakan seperti rasa sakit tertekan, panas, dan dapat menjalar
ke bahu ataupun lengan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot pernafasan, saluran
pernafasan, dan diafragma. Nyeri dapat tiba-tiba terjadi dan berhenti dengan
sendirinya.
4. Kelelahan
Kelelahan merupakan hal yang biasa didapatkan pada penderita gagal jantung.
Hal tersebut dikarenkan ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, dan terjadi kekurangan saturasi oksigen dalam tubuh.
5. Peningkatan denyut nadi
Pada penderita gagal jantung sering terjadi adanya palpitasi atau jantung
berdebar-debar, hal ini dikarenkan adanya kompensasi jantung terhadap gangguan
yang terjadi.
6. Oedema perifer
Oedema perifer pada gagal jantung sering ditemui pada vena jugularis, dan
tungkai bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya cairan yang menumpuk pada
jaringan. Kerusakan ginjal sehingga tidak mampu mengeluarkan natrium dan air
menyebabkan retensi cairan dalam jaringan.
7. Anoreksia dan mual
Penderita gagal jantung sering mengalami mual dan tidak adanya nafsu makan
karena adanya gangguan pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh
kurangnya nutrisi yang disalurkan ke sistem pencernaan. Mual dan anoreksia juga
dapat disebabkan oleh asites yang menekan lambung.
I. PEMERIKSAAN PNUNJANG
1. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2. Ekokardiografi
a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan
bersama EKG)
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
c. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
3. Katerisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
4. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
5. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal/kongesti hepar
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal , terapi
diuretik
7. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung akut menjadi kronis.
8. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi
10. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus
gagal jantung.
J. TERAPI
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokaium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan
terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi farmakologi
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema.
2. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator
Obat – obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impandansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
4. Diet
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
DAFTAR PUSTAKA
Imaigy, D. (2014) “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Cardio
Vaskuler Heart Failure (HF) Di Ruang ICCU RSU Bahteramas Kendari.”
Jarvis, et all. (2018) Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung (HF) Yang
Ada Di Rumah Sakit.
Lazenby, A. (2021) “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Congestive Heart Failure
(HF) Di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.”
Rachma Putri, R. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Heart Failure (HF)
Di Bangsal Jantung RSUP Dr.Djamil Padang. Retrieved From
Http://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show Detail&Id=
5245&Keywords= Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.
Wibowo, R. (2015) “Asuhan Keperawatan Pada Klien Heart Failure (HF) Dengan Pola
Nafas Tidak Efektif Di Ruangan Melati 3 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Tasikmalaya.”