Anda di halaman 1dari 11

ISSN 2747-268X (online)

PINISI
JOURNAL OF EDUCATION
Vol. 2 No. 5, 2022

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make


A Match untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar
Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Wajo
Application of Make A Match Type Cooperative Learning Model to Improve Process and Learning Outcomes of Elementary School Students in
Wajo District

Muhammad Danil*, Yulia, Hasnah


Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar, Makassar, Indonesia
*Penulis Koresponden: muhammaddanil460@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan proses dan hasil belajar siswa tentang pemanfaatan
kekayaan alam pada siswa kelas IV SD Negeri 361 Lampulung Kabupaten Wajo dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah fokus proses dan fokus
hasil. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Subjek penelitian yaitu
guru dan siswa kelas IV yang berjumlah 14 siswa, 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan
dua siklus. Pada siklus I hasil penelitian pada proses pembelajaran berada pada kualifikasi baik (B) dan hasil tes
belajar berada pada kualifikasi cukup (C). Sedangkan Pada siklus II hasil penelitian pada proses pembelajaran
berada pada kualifikasi baik (B) dan hasil tes belajar berada pada kualifikasi baik (B). Simpulan pada penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa tentang pemanfaatan kekayaan alam di kelas IV SD Negeri 361 Lampulung Kabupaten Wajo

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Model Make A Match, Hasil Belajar

ABSTRACT
This research aims to determine the improvement of student learning processes and achievement utilization of natural resources
in fourth grade students of SD Negeri 361 Lampulung, Wajo Regency by applying the make a match type of cooperative learning
model. This research is classroom action research (CAR). The approach used in this research is a qualitative approach. The focus
of this research is the focus of the process and the focus of the learning achievement. Data collection techniques used are
observation, tests, and documentation. The research subjects were teacher and fourth grade students, totaling 14 students, 6
male students and 8 female students. The research was carried out in two cycles. In the first cycle the research results on the
learning process were in good qualification (B) and the learning test results were in sufficient qualification (C). Meanwhile, in
the second cycle, the research results on the learning process were in good qualification (B) and the learning test results were in
good qualification (B). The conclusion of this research is the application of the make a match type of cooperative learning model
can improve the process and learning achievement of utilization of natural resources in class IV SD Negeri 361 Lampulung,
Wajo regency.

Keywords: Cooperative Learning, Teams Make A Match, Learning Outcomes

165
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

1. PENDAHULUAN pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur


melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa
Pendidikan memegang peranan penting dalam melalui proses pembelajaran. Desain pembelajaran
mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu yang baik dan ditunjang fasilitas yang memadai
pendidikan menuntut orang yang terlibat didalamnya ditambah kreativitas guru akan membuat siswa lebih
untuk bekerja secara maksimal, penuh rasa tanggung mudah mencapai target belajar.
jawab, dan loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan Salah satu materi pembelajaran yang dirancang untuk
suatu kebutuhan manusia dalam proses pembangunan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, analisis,
nasional dan memegang peranan yang sangat penting keaktifan serta kepekaan terhadap lingkungan sekitar
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan yaitu pada materi pemanfaatan kekayaan alam di
negara. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Indonesia. Kekayaan alam adalah seluruh hasil sumber
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tentang daya alam yang sangan melimpah dan dapat
Standar Nasional Pendidikan, 2021 Tentang Standar memenuhi kebutuhan manusia secara lengkap.
Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 1 menjelaskan Menurut Iqbal (2020)Sumber Daya Alam (SDA)
bahwa: merupakan unsur-unsur lingkungan alam, baik fisik
maupun hayati yang diberikan oleh Allah kepada
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk manusia untuk dapat dimanfaatkan dan dikelola
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana guna menopang kehidupan
agar peserta didik secara aktif mengembangkan manusia sehingga perlu dipelihara dan dilestarikan.
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10-12 Januari
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2022. Adapun langkah awal yang ditempuh adalah
meminta izin kepada kepala sekolah dan guru kelas SD
Belajar adalah suatu proses aktivitas mental yang Negeri 361 Lampulung untuk melakukan observasi
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu dan nantinya akan melakukan penelitian. Selanjutnya
perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan dengan melihat data hasil belajar siswa kelas IV
menetap relatif lama melalui latihan atau pengalaman tergolong masih rendah dalam proses pembelajaran
yang menyangkut aspek kepribadian baik secara fisik yang ditandai dengan banyaknya siswa yang nilainya
ataupun psikis. Maka dari itu belajar merupakan belum mencapai SKBM (Standar Ketuntasan Belajar
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang Minimal). Sebagian besar siswa masih belum mencapai
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) sekolah
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa yaitu 75. Dari 14 siswa, yang memperoleh nilai ≥ 75
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan atau diatas SKBM sebanyak 6 siswa. Sedangkan siswa
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami yang belum tuntas dengan nilai ≤ 75 atau dibawah
siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di SKBM sebanyak 8 siswa.
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh
karenanya pemahaman yang benar mengenai arti Berdasarkan pra penelitian, dianalisis beberapa faktor
belajar dengan segala aspek, bentuk dan penyebab proses dan hasil belajar pada siswa kelas IV
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik belum mencapai SKBM yaitu: 1) siswa kurang
khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak memahami materi pada saat kegiatan pembelajaran, 2)
lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan
dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan pendapat, 3) siswa masih pasif dalam proses
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran. Sedangkan dari aspek guru,
pembelajaran yang dicapai peserta didik. diantaranya: 1) guru kurang menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi, 2) guru hanya berfokus
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari pada siswa aktif, 3) Guru kurang maksimal
motivasi pengajar dan kreativitas pengajar. menerapkan pembelajaran kerja sama dalam
Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang kelompok. Apabila permasalahan tersebut tidak
dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi
tersebut akan membawa pada keberhasilan

166
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

segera di atasi maka akan berdampak kurang baik Nurdyansyah dan Fahyuni, (2016) menyatakan bahwa
terhadap siswa, guru, dan bahkan sekolah : Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
Berdasarkan permasalahan dan kendala-kendala yang (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
ditemukan, model pembelajaran kooperatif tipe make a bahan–bahan pembelajaran, dan membimbing
match diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan pembelajaran di kelas yang lain. Arisnandar, dkk.
hasil belajar siswa. Penggunaan model kooperatif tipe (2021) menyatakan bahwa model pembelajaran
make a match ini akan menciptakan suasana merupakan langkah perencanaan atau merencanakan
pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan aktivitas pembelajaran di kelas yang dapat digunakan
asyik, santai dengan menumbuhkan kerja sama dan sebagai panduan pengajaran yang dimanfaatkan
keterlibatan dalam belajar. Riyanti & Abdullah, (2018) seorang guru untuk membantu siswa memperoleh
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif informasi baru pada saat proses pembelajaran.
tipe make a match merupakan model pembelajaran
secara berkelompok yang mengajak siswa 2.2. Pembelajaran Kooperatife Tipe Make A Match
berpasangan dengan siswa yang lain untuk Model pembelajaran kooperatif adalah model
memahami konsep dan topik pembelajaran dalam pembelajaran yang menggunakan sistem
situasi yang menyenangkan dengan menggunakan pengelompokan siswa secara heterogen saling bekerja
media pembelajaran berupa kartu yang berisi jawaban sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Helmiati
dan pertanyaan. (2012) Menyatakan bahwa : model pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
Dari penelitian terdahulu yang menerapkan model berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
kooperatif tipe make a match. Penelitian sebelumnya mengonstruksi konsep, mengerjakan tugas,
dilakukan oleh Hamisah pada 2021 dengan judul menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif make a sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sekolah
Dasar Kelas Empat di Kabupaten Pinrang” Data hasil Model pembelajaran kooperatif tipe make a match
penelitian menunjukkan bahwa pada pratindakan adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif.
ketuntasan belajar mencapai 40% dari 20 siswa, Dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match
meningkat di siklus I dengan persentase 45%, siswa diajak untuk belajar sambil bermain. Menurut
kemudian kembali meningkat di siklus II hingga 80%. Huda (2015) menyatakan bahwa model kooperatif tipe
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan make a match adalah model pembelajaran dimana
menerapkan model kooperatif tipe make a match dapat peserta didik belajar dalam kondisi yang
meningkatkan hasil belajar pada materi sumber daya mengasyikkan dengan cara mencari pasangan sembari
alam siswa kelas IV UPT SD Negeri 166 Pinrang. mempelajari konsep dan topik tertentu yang akan
dibelajarkan pada hari itu. (Dalam Hamisah, et al.,
Berdasarkan uraian tersebut maka sebagai peneliti 2021, h. 226). Lebih lanjut menurut Sumarni, (2021)
tertarik untuk melakukan suatu Penelitian Tindakan Model pembelajaran kooperatif tipe make a match
Kelas (PTK) dengan judul “ Penerapan model adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan
pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa tentang bekerja sama dengan teman sebaya dan mencari
Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia Siswa pada pasangan dengan dibantu kartu.
siswa di kelas IV SD Negeri 361 Lampulung
Kabupaten Wajo” Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
make a match , menurut Shoimin (2014) yaitu (a) guru
melakukan persiapan dengan membuat beberapa
2. TINJAUAN PUSTAKA kartu yaitu kartu pertanyaan dan kartu jawaban. (b)
tiap peserta didik mendapatkan satu jenis kartu. (c)
2.1. Model pembelajaran tiap peserta didik berpikir mengenai soal atau jawaban
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau dari kartu yang sudah dipegang. (d) tiap peserta didik
pola yang digunakan seorang guru sebagai pedoman diminta mencari pasangan kartu yang memiliki
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. kecocokan dengan kartu yang dipegang. (e) tiap

167
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

peserta didik yang dapat menemukan kecocokan kartu diperhatikan untuk mewujudkan hasil belajar yang
sebelum mencapai batasan waktu yang ditentukan, optimal.
maka diberikan poin. (f) setelah satu babak kartu
dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang 2.5. Hipotesis
berbeda dari sebelumnya (g) kesimpulan/penutup. Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka,
(Nisrohah Neni Riyanti & Abdullah, 2018). hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika
model pembelajaran kooperatif tipe make a match
2.3. Sumber Daya Alam diterapkan dengan baik dan tepat, maka proses dan
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal hasil belajar tentang pemanfaatan kekayaan alam di
dari alam dan berguna untuk kelangsungan makhluk Indonesia Siswa di kelas IV SD Negeri 361 Lampulung
hidup. Menurut (Albertus et al., 2018) menyatakan Kabupaten Wajo dapat meningkat.
bahwa sumber daya alam adalah semua yang ada di
bumi secara alami yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Misalnya hewan, laut, tumbuhan, 3. METODE PENELITIAN
gas bumi, minyak bumi, pasir, bebatuan, air, emas,
3.1. Pendekatan Penelitian
batu-bara dan sebagainya.
Metode Pendekatan yang digunakan pada penelitian
2.4. Proses dan Hasil Belajar ini adalah pendekatan kualitatif. Secara umum
Fungsi Menurut Pane dan Dasopang, (2017) proses penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
pembelajaran adalah suatu sistem yang melibatkan bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan analisis. Fadli (2021) menyatakan bahwa penelitian
saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang kualitatif adalah suatu penelitian untuk memahami
diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada
telah ditetapkan. Komponen yang saling berkaitan pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai
meliputi, tujuan, materi, metode, dan evaluasi gambaran yang sebenarnya terjadi di lapangan studi.
pembelajaran (Sultan dan Paurru, 2021). Lebih lanjut
Herawati, (2018.40) mengemukakan bahwa proses 3.2. Jenis Penelitian
belajar merupakan hal yang kompleks karena dalam Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
proses ini menggunakan pancaindra (lihat, dengar, adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
cium, sentuh, dan rasa) dan proses kognitif dari Fajar, Hasnah dan Syafruddin (2018) menyatakan
pengingatan, pemecahan masalah dan pengungkapan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
alasan. Untuk itu, dalam belajar kondisi fisik dan praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki
psikologis anak harus sangat diperhatikan dalam pembelajaran di kelas”.
perencanaan belajar dan pembelajaran.
Sani Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
Hasil belajar adalah capaian yang diperoleh siswa merupakan penelitian yang bersifat kasuistik dan
setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil berkonteks pada kondisi, keadaan dan situasi yang ada
pembelajaran dapat dilihat dari aspek sikap, di dalam kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan
pengetahuan dan keterampilan. Sumarsono permasalahan yang terjadi guna meningkatkan
(Sudirman dan Maru, 2016) menyatakan bahwa hasil kualitas pembelajaran di dalam kelas. (Zahrah et al.,
belajar memiliki peran penting dalam proses 2021)
pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan data yang akurat sehingga guru dapat 3.3. Waktu dan tempat penelitian
memperbaiki dan menyusun kembali rancangan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Mei dan 2
pembelajaran yang jauh lebih baik lagi dan berguna Juni 2022 semester genap tahun ajaran 2021/2022 sesuai
bagi keseluruhan siswa dalam kelas. dengan jadwal pembelajaran yang sedang
berlangsung. Bertempat di kelas IV SD Negeri 361
menurut Gunawan et al., (2021) terdapat beberapa Lampulung, Kabupaten Wajo. Beberapa hal yang
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti di kelas
faktor fisiologis, psikologis, keluarga, sekolah, dan IV SD Negeri 361 Lampulung
masyarakat. Faktor-faktor tersebut juga harus

168
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

3.4. Prosedur penelitian tidak relevan, maupun penambahan data yang dirasa
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas masih kurang. Menurut Pada dasarnya reduksi data
yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
siswa. Proses pelaksanaan tindakan kelas dilakukan perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi
secara bertahap sesuai bagan di bawah ini. data kasar yang muncul dari catatan tertulis di
lapangan.
Prapenelitian
2) Penyajian data
Perencanaa Penyajian data adalah kegiatan mengorganisasikan
n hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif
Refleksi Pelaksanaan sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil
Siklus I
reduksi memberikan kemungkinan penarikan
Observasi kesimpulan dan pengambilan tindakan (Tuken, 2016).
Penyajian data dapat berupa tulisan atau kata-kata,
gambar, grafik dan tabel dengan tujuan data yang
Perencanaa
n dihasilkan dapat dipahami dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Refleksi Siklus Pelaksanaan
II
Penarikan kesimpulan merupakan proses perumusan
Observasi makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan
kalimat yang singkat padat dan mudah dipahami,
Siklus N serta dilakukan dengan cara berulang kali melakukan
peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan
Gambar 1. Adaptasi Desain Siklus Penelitian Kemmis
itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan
dan Taggart
konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan
masalah yang ada. Penarikan kesimpulan dilakukan
3.5. Analisis data
selama proses penelitian berlangsung seperti halnya
Sugiyono (2016) menyatakan bahwa analisis data
proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat
diambil kesimpulan akhir. Saleh,(2017)
mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Pada analisis data
3.6. Indikator Keberhasilan
penelitian kualitatif, peneliti perlu mengkaji dan
Berdasarkan fokus penelitian yang mencermati aspek
memahami hubungan-hubungan dan konsep untuk
proses dan hasil belajar, maka untuk mengetahui
dikembangkan dan dievaluasi.Saleh, (2017)
tingkat keberhasilan kedua aspek maka terbagi dua
indikator yaitu indikator proses dan indikator hasil.
Tabel.1 Taraf Keberhasilan Proses dan Hasil sumber:
Djamarah & Zain

Taraf Keberhasilan Kualifikasi


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
76%-100% Baik (B)
60%-75% Cukup (C) Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan. Yaitu : Menyusun Rencana Pelaksanaan
0%-60% Kurang (K)
Pembelajaran (RPP, Membuat media pembelajaran,
Membuat lembar observasi, Membuat tes dan
Menyiapkan alat dokumentasi.
1) Reduksi data
Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses
Pembelajaran dimulai dari kegiatan membuka, yaitu
pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas
mengucapkan salam, selanjutnya dengan mengecek
adalah proses penyempurnaan data, baik
kehadiran siswa, kemudian ketua kelas memimpin
pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan
doa sebelum belajar, menginformasikan tema yang

169
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

akan dipelajari pada hari itu, dan guru menyampaikan 1) Pada tahap pertama guru menyiapkan beberapa
tujuan pembelajaran serta menggali pengetahuan awal kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
siswa dan memotivasi siswa agar semangat dan aktif yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
dalam proses pembelajaran. bagian lainnya kartu jawaban. Guru telah
melaksanakan 3 indikator. Adapun indikator
Guru menerapkan langkah-langkah model yang terlaksana adalah guru menyiapkan kartu
pembelajaran kooperatif tipe make a match . Guru soal, guru menyiapkan kartu jawaban, dan
memberi penjelasan singkat mengenai materi tentang kesesuaian isi kartu soal dan jawaban dengan
pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam. topik pembelajaran. Sehingga terlaksana dengan
Kemudian guru menginformasikan tata cara kualifikasi baik (B).
pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe 2) Pada tahap selanjutnya setiap peserta didik
kooperatif tipe make a match . Setelah itu, guru mendapat satu buah kartu. Peneliti telah
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa melaksanakan 3 indikator. Adapun indikator
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, yang terlaksana yaitu guru membagikan kartu
sebaliknya satu bagian lainnya kartu jawaban. Setelah soal kepada siswa, guru membagikan kartu
itu, Guru membagi siswa ke dalam 2 kelompok, setiap jawaban kepada siswa, guru membagikan kartu
kelompok terdiri dari 7 orang, kemudian masing- kepada siswa secara heterogen. Sehingga
masing kelompok saling berhadapan. Guru terlaksana dengan kualifikasi baik (B).
membagikan kepada siswa satu buah kartu kemudian 3) Pada tahap ini, tiap peserta didik memikirkan
siswa diminta memikirkan jawaban/soal dari kartu jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Peneliti
yang dipegangnya. Guru menginstruksikan kepada telah melaksanakan 3 indikator. Adapun
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang indikator yaitu guru memberikan waktu kepada
cocok dengan kartunya (soal/jawaban). Siswa yang siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu kartu yang dipegangnya, membimbing siswa
akan diberikan poin sedangkan siswa yang gagal mengalami kesulitan, guru mengawasi siswa.
menyelesaikannya akan diberi hukuman. Setelah satu Sehingga terlaksana dengan kualifikasi baik (B).
babak selesai, kartu dikocok lagi agar tiap siswa 4) Pada tahap ini, setiap peserta didik mencari
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. guru pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
membagikan kepada siswa satu buah kartu kemudian dengan kartunya (soal jawaban). Peneliti hanya
siswa diminta memikirkan jawaban/soal dari kartu melaksanakan 2 indikator yaitu guru
yang dipegangnya. Guru menginstruksikan kepada mengarahkan siswa untuk mencari pasangannya
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sesuai dengan kartu yang dimilikinya dan guru
cocok dengan kartunya (soal jawaban). Siswa yang memberikan batas waktu dalam mencari
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu pasangannya sesuai yang dimilikinya. Sedangkan
akan diberikan poin sedangkan siswa yang gagal indikator yang tidak terlaksana yaitu guru
menyelesaikannya akan diberi hukuman. memberikan motivasi kepada siswa dalam
mencari pasangannya. Sehingga terlaksana
Guru membagikan lembar tes evaluasi siklus I. dengan kualifikasi cukup (C).
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan 5) Pada tahap ini, setiap peserta didik yang dapat
hasil belajar siswa di akhir siklus I, siswa diarahkan mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
untuk mengisi tes evaluasi tersebut dengan benar dan yang diberi poin. Peneliti telah melaksanakan 3
jujur. Di akhir pelaksanaan tindakan guru indikator. Adapun indikator yaitu guru memberi
membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran. poin kepada siswa yang berhasil mencocokkan
Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama, kartunya, guru memberi hukuman kepada siswa
setelah itu guru mengucap salam untuk mengakhiri yang gagal mencocokkan kartunya, guru
pembelajaran. mengingatkan waktu mencocokkan kartu.
Sehingga terlaksana dengan kualifikasi baik (B).
Hasil observer terhadap aktivitas yang dilakukan guru 6) Pada tahap ini, setelah satu babak kartu dikocok
(peneliti) dan aktivitas siswa pada siklus I diuraikan lagi agar tiap peserta mendapat kartu yang
sebagai berikut: berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
Peneliti telah melaksanakan 3 indikator. Adapun

170
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

indikator yaitu guru mengarahkan siswa untuk pembelajaran, Membuat lembar observasi, Membuat
lanjut ke babak selanjutnya, guru membagikan tes dan Menyiapkan alat dokumentasi.
kembali kartu soal/jawaban dan mengarahkan
langkah-langkah yang telah dilaksanakan Pembelajaran dimulai dari kegiatan membuka, yaitu
sebelumnya. Sehingga terlaksana dengan mengucapkan salam, selanjutnya dengan mengecek
kualifikasi baik (B). kehadiran siswa, kemudian ketua kelas memimpin
7) Pada tahap kesimpulan/penutup. Peneliti telah doa sebelum belajar, menginformasikan tema yang
melaksanakan 2 indikator. Adapun indikator akan dipelajari pada hari itu, dan guru menyampaikan
yang terlaksana yaitu memberikan kesempatan tujuan pembelajaran serta menggali pengetahuan awal
siswa mengungkapkan perasaannya setelah siswa dan memotivasi siswa agar semangat dan aktif
melaksanakan model kooperatif tipe make a dalam proses pembelajaran.
match dan guru bersama siswa menyimpulkan
pelaksanaan permainan mencocokkan kartu. Guru menerapkan langkah-langkah model
Sedangkan indikator yang tidak terlaksana yaitu pembelajaran kooperatif tipe make a match . Guru
guru memberikan penguatan. Sehingga memberi penjelasan singkat mengenai materi tentang
terlaksana dengan kualifikasi cukup (C). pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam.
Kemudian guru menginformasikan tata cara
Berdasarkan observasi guru menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
guru telah melaksanakan 18 indikator dari 21 indikator kooperatif tipe make a match . Setelah itu, guru
dan persentase ketercapaian 85% dengan kategori baik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
(B). Dengan demikian indikator dan taraf keberhasilan konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
proses sudah tercapai. sebaliknya satu bagian lainnya kartu jawaban. Setelah
itu, Guru membagi siswa ke dalam 2 kelompok, setiap
Peneliti melakukan observasi terhadap siswa mulai kelompok terdiri dari 7 orang, kemudian masing-
awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dengan masing kelompok saling berhadapan. Guru
memberikan tanda ceklis terhadap indikator yang membagikan kepada siswa satu buah kartu kemudian
dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan siswa diminta memikirkan jawaban/soal dari kartu
ditemukan bahwa secara keseluruhan jumlah hasil yang dipegangnya. Guru menginstruksikan kepada
observasi aspek siswa pada siklus I mencapai kategori siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
Baik (B) dengan persentase 80%. Dengan demikian, cocok dengan kartunya (soal/jawaban). Siswa yang
pembelajaran yang dilaksanakan belum tercapai dan dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
belum berhasil sesuai kategori yang telah ditetapkan. akan diberikan poin sedangkan siswa yang gagal
menyelesaikannya akan diberi hukuman. Setelah satu
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I yang babak selesai, kartu dikocok lagi agar tiap siswa
dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. guru
model pembelajaran kooperatif tipe make a match. membagikan kepada siswa satu buah kartu kemudian
refleksi dibagi atas dua yaitu proses pembelajaran dan siswa diminta memikirkan jawaban/soal dari kartu
refleksi hasil belajar siswa. Adapun refleksi selama yang dipegangnya. Guru menginstruksikan kepada
pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pelaksanaan siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
proses siklus I pada observasi guru dan siswa masing- cocok dengan kartunya (soal jawaban). Siswa yang
masing telah mencapai taraf keberhasilan dengan dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
kualifikasi baik (B). Sedangkan dari hasil tes akhir akan diberikan poin sedangkan siswa yang gagal
siklus I yang diberikan menunjukkan bahwa dari 14 menyelesaikannya akan diberi hukuman.
siswa nilai rata-rata siswa adalah 61. Terdapat 3 siswa
yang mencapai nilai ≥ 75 SKBM sehingga dikatakan Guru membagikan lembar tes evaluasi siklus I.
tuntas, 11 siswa yang belum mencapai SKBM. Peneliti Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
berinisiatif untuk melanjutkan ke siklus II. hasil belajar siswa di akhir siklus I, siswa diarahkan
untuk mengisi test evaluasi tersebut dengan benar dan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang jujur. Di akhir pelaksanaan tindakan guru
diperlukan. Yaitu : Menyusun Rencana membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP, Membuat media Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama,

171
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

setelah itu guru mengucap salam untuk mengakhiri telah melaksanakan 2 indikator. Adapun indikator
pembelajaran. yaitu guru mengarahkan siswa untuk lanjut ke
babak selanjutnya, guru membagikan kembali
1) Pada tahap pertama guru menyiapkan beberapa kartu soal/jawaban. Sedangkan indikator yang
kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang tidak terlaksana yaitu guru mengarakan langkah-
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian langkah yang telah dilaksanakan sebelumnya.
lainnya kartu jawaban. Guru telah melaksanakan 3 Sehingga terlaksana dengan kualifikasi baik (B).
indikator. Adapun indikator yang terlaksana 7) Pada tahap kesimpulan/penutup. Peneliti telah
adalah guru menyiapkan kartu soal, guru melaksanakan 3 indikator. Adapun indikator yang
menyiapkan kartu jawaban, dan kesesuaian isi terlaksana yaitu memberikan kesempatan siswa
kartu soal dan jawaban dengan topik pembelajaran. mengungkapkan perasaannya setelah
sehingga terlaksana dengan kualifikasi baik (B). melaksanakan model kooperatif tipe make a match
2) Pada tahap selanjutnya setiap peserta didik , yaitu guru memberikan penguatan dan guru
mendapat satu buah kartu. Peneliti telah bersama siswa menyimpulkan pelaksanaan
melaksanakan 3 indikator. Adapun indikator yang permainan mencocokkan kartu. sehingga
terlaksana yaitu guru membagikan kartu soal terlaksana dengan kualifikasi cukup (B).
kepada siswa, guru membagikan kartu jawaban
kepada siswa, guru membagikan kartu kepada Berdasarkan observasi guru menunjukkan bahwa
siswa secara heterogen. Sehingga terlaksana guru telah melaksanakan 20 indikator dari 21 indikator
dengan kualifikasi baik (B). dan persentase ketercapaian 95% dengan kategori baik
3) Pada tahap ini, tiap peserta didik memikirkan (B). Dengan demikian indikator dan taraf keberhasilan
jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Peneliti proses sudah tercapai.
telah melaksanakan 3 indikator. Adapun indikator
yaitu guru memberikan waktu kepada siswa untuk Aktivitas siswa pada siklus II mencapai kategori baik
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dengan persentase 82%. Dengan demikian
dipegangnya, membimbing siswa mengalami pembelajaran yang dilaksanakan sudah tercapai atau
kesulitan, guru mengawasi siswa. Sehingga sudah berhasil sesuai kategori yang di tetapkan.
terlaksana dengan kualifikasi baik (B).
4) Pada tahap ini, setiap peserta didik mencari Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus II
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok yang dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah
dengan kartunya (soal jawaban). Peneliti model pembelajaran kooperatif tipe make a match,
melaksanakan 3 indikator yaitu guru mengarahkan refleksi dibagi atas dua yaitu proses pembelajaran dan
siswa untuk mencari pasangannya sesuai dengan refleksi hasil belajar siswa. Adapun refleksi selama
kartu yang dimilikinya, guru memberikan batas pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pelaksanaan
waktu dalam mencari pasangannya sesuai yang proses siklus II pada observasi guru dan siswa masing-
dimilikinya dan tidak terlaksana yaitu guru masing telah mencapai taraf keberhasilan dengan
memberikan motivasi kepada siswa dalam mencari kualifikasi baik (B).
pasangannya. Sehingga terlaksana dengan
kualifikasi baik (B). Sedangkan dari hasil tes akhir siklus II yang diberikan
5) Pada tahap ini, setiap peserta didik yang dapat menunjukkan bahwa dari 13 siswa nilai rata-rata siswa
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang adalah 86. Terdapat 11 siswa yang mencapai nilai ≥ 75
diberi poin. Peneliti telah melaksanakan 3 SKBM sehingga dikatakan tuntas, 2 siswa yang belum
indikator. Adapun indikator yaitu guru memberi mencapai SKBM.
poin kepada siswa yang berhasil mencocokkan
kartunya, guru memberi hukuman kepada siswa 4.2. Pembahasan Penelitian
yang gagal mencocokkan kartunya, guru Penelitian ini menggunakan model pembelajaran
mengingatkan waktu mencocokkan kartu. kooperatif tipe make a match yang dilaksanakan dalam
Sehingga terlaksana dengan kualifikasi baik (B). 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Adapun
6) Pada tahap ini, setelah satu babak kartu dikocok subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri 361
lagi agar tiap peserta mendapat kartu yang berbeda Lampulung Kabupaten Wajo yang terdiri dari 14 siswa
dari sebelumnya, demikian seterusnya. Peneliti dengan rincian 6 laki-laki dan 8 perempuan.

172
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui belajar, 4) Kerja sama antar sesama siswa terwujud
keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe make dengan dinamis ( Riyanti & Abdullah, 2018).
a match yang diterapkan dengan tujuan meningkatkan
hasil belajar siswa tentang sumber daya alam. Sesuai dengan hasil tes pada tindakan siklus I, siswa
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang memperoleh nilai di atas SKBM atau ≥ 75
penelitian yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan sebanyak 4 siswa, sedangkan 10 siswa masih belum
tahap observasi dan tahap refleksi. Dalam pelaksanaan mencapai SKBM. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa
model kooperatif tipe kooperatif tipe make a match pada siklus I yaitu 67 artinya belum mencapai taraf
siswa dituntut mencari pasangan sesuai dengan kartu keberhasilan. Sedangkan pada siklus II dengan
yang dimilikinya baik kartu soal ataupun kartu menerapkan langkah-langkah model pembelajaran
jawaban. Dalam model ini, menerapkan suasana kooperatif tipe make a match diperoleh hasil tes dengan
belajar sambil bermain yang menyenangkan sehingga rata-rata nilai 86 artinya sudah mencapai taraf
siswa aktif dalam pembelajaran keberhasilan dengan kualifikasi baik (B).

Terkait dengan hal tersebut, Istarani (2012) Berdasarkan hasil observasi guru pada siklus I, secara
mengemukakan bahwa model pembelajaran keseluruhan sudah mencapai jumlah skor 18 dengan
kooperatif tipe make a match merupakan model kualifikasi baik (B). Sedangkan pada siklus II
pembelajaran mencari pasangan antara kelompok berdasarkan hasil pengamatan guru diperoleh skor
pembawa kartu soal dengan kelompok pembawa yaitu 20 dengan kualifikasi baik (B). Hal ini
kartu jawaban, setelah mencocokkan kartunya menandakan telah terjadi peningkatan dari pada
sebelum batas waktu yang ditentukan maka diberi proses pembelajaran.
poin. Model ini dapat menumbuhkan kreativitas
berpikir serta keaktifan siswa sebab melalui Sesuai dengan hasil aktivitas guru yang mengalami
pencocokan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh peningkatan, pada aktivitas siswa pula mengalami
dengan sendirinya(Sirait & Noer, 2013). perubahan dan peningkatan dimana pada awalnya
sebagian siswa pasif atau takut berbicara untuk
Pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II yang mengemukakan pendapatnya serta beberapa siswa
dilakukan satu kali pertemuan, secara umum belum bisa mencocokkan kartu yang dimilikinya.
pelaksanaan pembelajaran masih terdapat kekurangan Adanya pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II
baik dari guru (peneliti) sehingga menyebabkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
pembelajaran belum maksimal, seperti masih terdapat tipe make a match dapat melibatkan siswa secara aktif
siswa yang belum mampu menemukan pasangan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
jawaban/soalnya dengan benar, siswa masih malu pembelajaran pun tercapai.
dalam menemukan pasangannya. Sejalan dengan proses pembelajaran pada aspek guru
di atas telah memberikan dampak baik pula pada
Namun penerapan model pembelajaran kooperatif aktivitas belajar siswa dengan mencapai taraf
tipe make a match memiliki dampak positif bagi siswa keberhasilan. Pada siklus I aktivitas siswa diperoleh
selama pelaksanaan pembelajaran seperti siswa belajar dengan kualifikasi baik (B), sedangkan pada siklus II
sambil bermain sehingga pembelajaran lebih menarik aktivitas siswa mencapai kualifikasi baik (B) pula.
perhatian siswa, dapat meningkatkan kerja sama atar
siswa dan mewujudkan pembelajaran yang asyik serta Dengan perubahan yang terjadi pada hasil
melatih siswa dalam disiplin waktu dikerenakan pembelajaran memberikan dampak positif bagi nilai
adanya batasan waktu yang diterapkan. rata-rata hasil tes siswa. Hasil belajar siswa dianggap
berhasil apabila siswa yang mencapai SKBM (≥75)
Sejalan dengan yang dikemukakan Kurniasih & Berlin mencapai ≥76% siswa. Dengan demikian penelitian
(2015) menyatakan bahwa kelebihan dari model dianggap berhasil dan tidak dilanjutkan atau
pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah dihentikan.
sebagai berikut 1) Mewujudkan kondisi pembelajaran
yang mengasyikkan, 2) Materi belajar disajikan secara Dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah
lebih menarik perhatian siswa, 3) Dapat memperbaiki dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian yaitu
hasil belajar siswa guna mencapai taraf ketuntasan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi),

173
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

dan refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu, 26(2), 193.


dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Hamisah, Maryati, Yulia, & Ahmad, S. (2021).
tipe make a match dapat meningkatkan proses dan hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
belajar siswa pada materi pemanfaatan kekayaan alam Make a Match untuk Meningkatkan Hasil
di SD Negeri 361 Lampulung Kabupaten Wajo telah Belajar Siswa pada Penerapan Model
tercapai dengan baik. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
untuk Meningkatkan Hasil Siswa Sekolah Dasar
Kelas Empat di Kabupaten Pinrang. Edu
5. KESIMPULAN Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 11–17.
Helmiati. (2012). Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo
Berdasarkan data yang diperoleh hasil penelitian Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani, Ngaglik,
dapat disimpulkan bahwa penerapan model Sleman Yogyakarta.
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat Herawati. (2018). Memahami proses belajar anak. UIN
meningkatkan proses belajar dan hasi belajar siswa Ar-Raniry Banda Aceh, IV, 27–48.
tentang manusia dan lingkungan kelas IV SD Negeri Iqbal. (2020). Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sumber
361 Lampulung. Daya Alam Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Ekonomi Syariah, 1(1), 8–21.
Adapun saran yang dianggap perlu dikemukakan Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model
berdasarkan pembahasan dalam perbaikan ini adalah: Pembelajaran. In Nizmania Learning Center.
1).Bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan
nyata melalui penerapan model pembelajaran Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman,
kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan 3(2), 333.
hasil belajar siswa. 2). Bagi Guru, perlu lebih Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57
memperhatikan pembagian waktu pada saat Tentang Standar Nasional Pendidikan. (2021).
melaksanakan setiap tahapan pada model Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pembelajaran Snowball Throwing, terutama pada saat Nomor 57 Tentang Standar Nasional
setiap kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan Pendidikan. In Standar Nasional Pendidikan.
yang didapatkan sebaiknya diberi batasan waktu agar Riyanti, N. N., & Abdullah, M. H. (2018). Penerapan
pelaksanaan model tersebut dapat berjalan sesuai Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
dengan waktu yang telah ditentukan. Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS.
Jurnal PGSD, 06, 440–450.
Riyanti, N. N., & Abdullah, M. H. (2018). Penerapan
DAFTAR PUSTAKA Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Albertus, Kristen, U., Wacana, S., Kurniati, B., Kristen, Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips
U., Wacana, S., Carollina, F., Kristen, U., Siswa Kelas Ii Sd Negeri 025 Teluk Binjai Dumai
Wacana, S., Kristen, U., & Wacana, S. (2018). IPS Timur. JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan
SD Kelas IV. January, 117. Pengajaran), 2(3), 405.
Arisnandar, Hakim, A., & Ilmi, N. (2021). Penerapan Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif. Pustaka
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Ramadhan
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sirait, M., & Noer, P. A. (2013). Pengaruh Model
Sekolah Dasar. Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Kependidikan, 1(1), 170–184. Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal INPAFI, 1.
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode Sirajuddin Saleh. (2017). Penerbit Pustaka Ramadhan,
penelitian kualitatif. Humanika, 21(1), 33–54. Bandung. In Analisis Data Kualitatif. Pustaka
Fajar, Hasnah, & Syafruddin. (2018). Penerapan Model Ramadhan.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Sultan, M. A., Nurjannah, & Paurru, T. P. (2021).
Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengaruh Model Pembelajaran VAK (Visual
Matematika Kelas Xi. Jurnal Pendidik Indonesia, Auditory Kinesthetic) Terhadap Peningkatan
1(1), 21–28. Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V UPT SD
Gunawan, Kustiani, L., & Hariani, L. S. (2021). Faktor Negeri 96 Pinrang. Jurnal Publikasi Pendidikan,
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPA. Mimbar XX(XX, XXX), 1–8.

174
PINISI JOURNAL OF EDUCATION

Sumarni, S. (2021). Model Pembelajaran Make a Match Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penyesuaian Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Diri Dengan Lingkungan Pada Siswa. Jurnal Sekolah Dasar Kelas Lima di Kabupaten
Kewarganegaraan, 5(1), 39–44 Pinrang. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah
Tuken, R., & Kunci, K. (2016). Melalui Pembelajaran Dasar, 1(2), 122–135.
Kooperatif Tipe Role Playing. Vi(Ktsp 2006).
Zahrah, Nurjannah, & Natriani, S. (2021). Penerapan

175

Anda mungkin juga menyukai