Anda di halaman 1dari 24

Buku Saku Seri 08

WATER MANAGEMENT

Penulis
Aris Primayuda
Dwista Mahmuda S.
Ibnu Hajar P.
RR. Darlita

Sulung Research Station

CITRA
BORNEO
INDAH
BUKU SAKU

WATER
MANAGEMENT
(PENGELOLAAN AIR)
Sumber: Ibnu Hajar Praseto, 2018

Bertujuan untuk mengatur tata kelola air pada area gambut, rawa,
sulfat masam ataupun area berpotensi banjir lainnya

CITRA BORNEO INDAH 39


BUKU SAKU

Tahapan Water Management

• Dimulai dengan study / survei kondisi area ; pemetaan gambut,


kedalaman, type gambut, kondisi drainase, dan topografi lokasi.
• Perencanaan manajemen air (baiknya direncanakan sebelum
tanam).
• Pembuatan sarana tata kelola air.
• Pengelolaan Ketinggian Air.
• Pemeliharaan sarana tata kelola air.

CITRA BORNEO INDAH 40


BUKU SAKU

TIPOLOGI RAWA

Sumber: Membangkitkan Lahan Rawa, Membangun Lumbung Pangan Indonesia

CITRA BORNEO INDAH 41


BUKU SAKU

PERENCANAAN
Contoh Tata Air / Parit pada Lahan Gambut

Saluran Field Drain 1 : 4

CITRA BORNEO INDAH 42


BUKU SAKU

Sarana Tata Kelola Air


• Parit • Stop bund
• Patok Pengukur tinggi air dan • Watergate (Pintu Air)
Piezometer • Pompa Air
• Tanggul

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

CITRA BORNEO INDAH 43


BUKU SAKU

1. Water Management
Water management yang baik sangat diperlukan dalam mengelola
Lahan Sulfat Masam.

Dimulai dengan pembuatan design kanal dan blok yang sesuai dengan
pemasangan pintu-pintu air pada areal penanaman kelapa sawit.

Pengaturan drainase dan tata air yang dapat dilakukan anatara lain:
• Mempertahankan permukaan air tanah selalu berada diatas lapisan
pirit pada kedalaman 40 – 60 cm.
• Mencegah “over drain”.
• Mencegah air tergenang hasil oksidasi pirit.
• Pencegahan luapan air pasang.

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

CITRA BORNEO INDAH 26


BUKU SAKU

1. Parit
A. Jenis dan Ukuran Parit
Sistem tata air untuk mempertahankan permukaan air tanah terdiri
atas saluran air dan pintu air. Saluran air terdiri atas field drain,
collection drain dan main drain dengan ukuran yang beragam. Salah
satu contoh ukuran saluran air seperti tertera dibawah ini:

Jenis Parit Lebar Lebar


Dalam
Atas Bawah

Parit Lapangan (field 0,8 – 1,2 0,5 – 0,6 0,9 – 1,0


drain)
Parit Pengumpul
(collection drain) 2,0 – 2,5 0,6 – 0,9 1,2 – 1,8

Parit Utama (main


drain) 3,0 – 6,0 1,2 – 1,8 1,8 – 2,5

Parit Pembuangan
±6 ±3 ±4
(outlet drain)
Sumber : SOP – KBN.GN-005

Satu field drain cukup untuk 8 baris tanaman kelapa sawit dan jarak
antara 2 saluran akan mencapai 59 - 65 m sesuai jarak tanam. Bila perlu
field drain dibuat setiap 4 baris tanaman jika terdapat lahan gambut
basah dan jarak antar saluran mencapai 30 m. Collection drain berjarak
300 m antar saluran, sedangkan main drain jaraknya 1000 atau 2000 m.
Sebelum pengembangan tanaman kelapa sawit di areal gambut,
pastikan areal tersebut tidak lebih dari satu tahun dalam kondisi banjir
dan tergenang.

CITRA BORNEO INDAH 44


BUKU SAKU

Sketsa Jenis dan Ukuran Parit

Untuk mencegah parit agar tidak tersumbat oleh endapan lumpur,


maka perlu dilakukan pengangkatan/pembuangan lumpur (pencucian
parit) secara rutin minimal sebulan sekali atau tergantung endapan.

CITRA BORNEO INDAH 45


16
BUKU SAKU

B. Jenis Parit
Saluran drainase tertier (field drain)
dibangun sejajar dengan baris
tanaman dan mengalirkan air ke
saluran skunder. Saluran ini dibangun
sedemikian rupa dan sebaiknya
dibuat sebelum proses penanaman
berlangsung sehingga tidak terjadi
gangguan terhadap tanaman.

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Field Drain

Saluran drainase primer dibangun


sejajar dengan jalan blok (block road)
dengan aliran drainase alami seperti
sungai. Pada areal dengan curah
hujan tinggi, rawa pasang surut dan
rendahan perlu dibangun saluran
drainase yang lebih besar sejajar
dengan jalan utama ke arah saluran
sungai. Saluran drainase primer
dibangun sejajar dengan jalan blok
Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018
(block road) atau jalan utama (main
Main Drain road) dan disesuaikan dengan aliran
drainase alami seperti sungai.

CITRA BORNEO INDAH 46


BUKU SAKU

Saluran drainase skunder dibangun


sejajar dengan jalan produksi
(collection road) dan dibuat pada
batas blok untuk memepercepat
drainase kebun dan menyalurkan air
drainase ke saluran primer atau
sungai.

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Collection Drain

terletak diluar kebun yang berfungsi


mengalirkan air dari parit utama
langsung ke sungai alam Setelah
diketahui batas konsesi, dilakukan
survey topografi berkaitan dengan
rencana pembuatan parit
pembuangan. Pembuatan parit
pembuangan dilakukan sebelum
dimulainya pembukaan jalan
Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Outlet Drain

CITRA BORNEO INDAH 47


18
BUKU SAKU

2. Patok Pengukur Tinggi Air


Pheilschaal meter
Pheilschaal meter merupakan alat monitoring tinggi muka air disaluran
drainase.

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Piezometer
Piezometer adalah alat yang digunakan untuk memantau kedalaman
muka air tanah di dalam blok-blok gambut.
Pengukuran dilakukan sebanyak 1 x 1 minggu. Pengamatan CH dan HH
juga dilakukan setiap hari.

i
n
c
h Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

i
Sumber: Ibnu Hajar Prasetya, 2018
Piezometer

CITRA BORNEO INDAH 48


BUKU SAKU

3. Stop Bund

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Stop bund merupakan pemisah anatara zona yang satu dengan zona
lainnya, juga berfungsi sebagai alat untuk menahan / memblok /
menutup air agar aliran air pada parit dapat dijaga pada ketinggian
tertentu.

CITRA BORNEO INDAH 49


BUKU SAKU

Pasang bendungan setiap


20 cm beda level air

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Bendungan dengan
Batang Kayu

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

CITRA BORNEO INDAH 50


BUKU SAKU

4. Tanggul (Bund)
Kegunaan Tanggul :
• Berfungsi untuk mencegah air dari luar arel masuk kedalam lahan
• Hanya dapat dibuat pada lahan lowland dangkal dan tanah mineral
• Tinggi tanggul dibuat dengan mempertimbangkan tinggi ari (banjir)
maksimal dari luar

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Sumber Ilustrasi: SRS

CITRA BORNEO INDAH 51


BUKU SAKU

2. CONTINOUS BUND

Sumber: Aris Primayuda, 2018

Banyak area potensi banjir, sehingga tanaman rawan tergenang (air


ber pH sangat rendah). Disarankan membuat continous bund
tergantung kondisi genangan, dan penambahan RP / Kaptan dan
bahan organik.

3. TAPAK TIMBUN

Sumber: Aris Primayuda, 2018

Untuk spot-spot pokok tergenang dibuat Tapak Timbun individu

CITRA BORNEO INDAH 27


BUKU SAKU

Aplikasi janjang kosong dengan dosis 250 kg per pokok diharapkan


mampu meningkatkan ketersediaan sumber hara makro dan mikro
pada tanah sulfat masam menekan unsur-unsur yang bersifat racun
(toxic), dan memperluas penyebaran zona perakaran.

Sumber: Erwin Panca Nugraha, 2018

CITRA BORNEO INDAH 28


BUKU SAKU

4. PENCUCIAN (Flushing)

Sumber: Aris Primayuda, 2018

• Pada awal masa tanam, banyak ditemukan kondisi stress tanaman


karena pengaruh sulfat masam.
• Pencucian sulfat hasil oksidasi pirit melalui air hujan dan irigasi.
• Penurunan gambut menjadi lebih cepat daya dukung terhadap
pertumbuhan tanaman menurun.
Disarankan membuat jarak waktu pengelolaan air dan persiapan
tanam, dengan waktu tanam ( lahan diberakan terlebih dahulu untuk
pencucian).

5. PERLAKUAN KHUSUS DI PEMBIBITAN

Sumber: Aris Primayuda, 2018

Pada Pembibitan : Tanah yang digunakan dalam polibag dan air yang
digunakan untuk penyiraman bibit harus non sulfat masam dengan
dosis sesuai rekomendasi.
Untuk keperluan penyiraman umumnya dapat dilakukan dengan
membuat sumur bor, atau perlakuan lain untuk meningkatkan pH tanah

CITRA BORNEO INDAH 29


BUKU SAKU

5. Pintu Air

Sumber: Darlita, 2018

Fungsi utama pintu air adalah


• Menahan air luar masuk keareal kebun
• Menahan air dalam kebun apabila permukaan air sudah turun
sampai batas minimal yang dibutuhkan
• Lokasi pembauatan pintu air adalah dibatas kebun, pertemuan
antara saluran utama/perimeter dengan sungai atau saluran
pembuangan
• Spesifikasi pintu air akan dikeluarkan secara tersendiri oleh Dept.
Enginering.

CITRA BORNEO INDAH 52


BUKU SAKU

6. Pompa Air

Sumber: Darlita, 2018

• Pompa air berfungsi untuk mengeluarkan air dari lahan pada saat
banjir apabila paras air lebih tinggi dari lahan.
• Kualitas pompa air disesuaikan jumlah volume air yang dikeluarkan
berdasarkan luas areal yang dikelola oleh curah hujan.

CITRA BORNEO INDAH 53


BUKU SAKU

Pemeliharaan Lingkungan
Pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit harus tetap
memperhatikan prinsip-prinsip lingkungan hidup, salah satunya adalah
dengan tidak melakukan pembakaran (Zero Burning) untuk keperluan
pembukaan lahan, menjaga zona penyangga untuk menjaga
keanekaragaman hayati dan menyediakan area konservasi untuk
menjaga cadangan air.

ZONA
PENYANGGA
untuk menyangga keanekaragaman hayati

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018 Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Dilarang Melakukan
ZERO BURNING
untuk pembukaan lahan

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Konservasi
AREA GAMBUT
DATARAN RENDAH
untuk cadangan air

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018 Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

CITRA BORNEO INDAH 54


BUKU SAKU

Pemantauan Subsidensi Gambut


Pemantauan subsidensi lahan gambut untuk mengetahui laju
penurunan permukaan gambut akibat proses fisik, kimia dan biologi.

Work Instruction Subsidensi Gambut


• Diukur menggunakan patok subsidensi gambut
• Dilakukan 2 x 1 minggu
• Pembuatan hingga penempatan mengikuti instruksi kerja
WI-RND.GN-002

Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

Subsidence Pole

Sumber: Ibnu Hajar Prasetya, 2018 Sumber: Dwista Mahmuda Setyandra, 2018

CITRA BORNEO INDAH 55


CITRA
BORNEO
INDAH

Jl. H Udan Said No. 47 Pangkalan Bun 74113


Kalimantan Tengah, Indonesia
T : +62 532 21297 F : +62 532 21396

Anda mungkin juga menyukai