Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sebagai pendidik, guru dan siswa perlu memotivasi diri sendiri berulang-ulang agar tumbuh
menjadi manusia yang kreatif dan inovatif. Ketika inovasi untuk pendidikan maka disebut
inovasi pendidikan. Lalu bagaimana konsep dasar inovasi pendidikan? Inovasi pendidikan
adalah suatu gagasan, produk, atau pekerjaan baru yang dapat digunakan sebagai pembaharu
untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah dalam dunia pendidikan.
Inovasi pendidikan menurut Ibrahim (1988) adalah inovasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Oleh karena itu, inovasi pendidikan dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi individu atau sekelompok orang (masyarakat) dalam bentuk intervensi (penemuan
baru) atau penemuan (newly found people) yang digunakan untuk mencapai pendidikan
berupa gagasan, objek, dan metode untuk menyelesaikan tujuan atau masalah pendidikan
nasional.
Inovasi adalah penemuan suatu hal yang sama sekali baru yang merupakan hasil ciptaan
manusia. Setelah itu, penemuan sesuatu (objek) yang sebelumnya tidak ada dilakukan dengan
penciptaan bentuk baru. Discovery sebenarnya merupakan penemuan (objek) yang sudah ada
sejak lama, namun belum diketahui manusia. Oleh karena itu, inovasi merupakan upaya untuk
menemukan objek baru dengan melakukan kegiatan penemuan.
Ketika kita berbicara tentang inovasi (pembaruan), kita ingat dua istilah,
yakni invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru dari
hasil kerja manusia. Dalam konteks ini, Ibrahim (1989) menyatakan bahwa inovasi adalah
suatu penemuan yang dapat dianggap baru bagi ide, objek, peristiwa, individu atau kelompok
orang (masyarakat). Inovasi dapat merupakan hasil dari suatu penemuan atau discovery.
Inovasi dilakukan untuk tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah.
Proses dan tahapan perubahan pada pendidikan berkaitan dengan pengembangan,
diseminasi, perencanaan, rekrutmen, implementasi, dan evaluasi. Contohnya sebuah
“model top-down” yang merupakan sebuah inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan atau supervisor dan diterapkan pada bawahan seperti Inovasi
pendidikan yang telah dilaksanakan Kemendiknas selama ini. Kedua “bottom-up model”
tersebut merupakan model inovasi yang diperoleh, dibuat dan dilaksanakan dari bawah untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Sasaran Dari Inovasi Pendidikan
Dalam penerapannya, inovasi pendidikan memiliki sasaran atau bentuk yang terkena
dampaknya, seperti berikut ini:
1. Guru
Sasaran utamanya adalah guru. Sebagai seorang pendidik, guru berada di garda terdepan
dalam memastikan kelangsungan belajar siswa di kelas. Keahlian pendidikan guru pasti akan
mengubah pengetahuan dan moral siswa.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru perubahan atau inovasi:
1. Membuat rencana pelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran
3. Menangani tugas administrasi
4. Menjalin komunikasi yang baik
5. Meningkatkan keterampilan pendidikan
6. Mengembangkan keterampilan siswa
2. Siswa
Siswa adalah tujuan utama pendidikan. Nilai siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur
keberhasilan proses pembelajaran. Namun, siswa perlu dilibatkan dalam inovasi, meskipun
hanya dilakukan dalam bentuk rujukan, seperti belajar dari inovasi atau mengkomunikasikan
pengetahuan yang diperoleh antar siswa.
3. Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru untuk belajar. Oleh karena itu, segala inovasi yang
diterapkan di sekolah harus terlebih dahulu diselaraskan dengan kurikulum. Tanpa
kurikulum, inovasi tidak dapat mencapai tujuannya. Inovasi kurikulum dapat diartikan
sebagai gagasan untuk menciptakan kurikulum baru dengan memaksimalkan potensi
pemecahan masalah.
4. Fasilitas
Inovasi fasilitas sekolah tidak bisa diabaikan begitu saja. Tanpa peralatan yang memadai,
pembelajaran tidak akan bermanfaat. Contoh inovasi fasilitas sekolah antara lain menyiapkan
ruang baca di ruang kelas, membangun lapangan basket, dan melengkapi peralatan
eksperimen.
5. Masyarakat
Masyarakat secara tidak langsung menjadi sasaran inovasi. Mengapa demikian? Inovasi
memiliki dampak langsung pada siswa. Sekarang, para siswa yang berpartisipasi dalam
lingkungan masyarakat secara langsung. Oleh karena itu, masyarakat dapat menjadi faktor
yang perlu diperhatikan dalam inovasi.
Guru, pengelola, dan pelindung untuk menghindari masalah di atas, terutama untuk
mengubah sikap dan perilaku terhadap perubahan di sekolah yang sedang berkembang
sehingga perubahan dan reformasi diharapkan berhasil. Beberapa alasan mengapa inovasi
sering ditolak atau ditolak oleh pelaksana inovasi lapangan atau sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Sekolah atau guru tidak terlibat dalam perencanaan, desain, atau bahkan implementasi
inovasi. Pastikan bahwa ide dan inovasi baru tidak dianggap milik guru atau sekolah,
dan milik orang lain yang tidak perlu dilaksanakan karena tidak sesuai dengan
keinginan dan kondisi sekolah.
b. Guru telah menggunakan sistem atau metode selama bertahun-tahun dan tidak ingin
mengubahnya, jadi dia ingin mempertahankan sistem atau metode yang ada. Selain itu,
sistem yang mereka miliki dianggap sebagai keamanan atau kepuasan oleh mereka dan
sesuai dengan ide-ide mereka. Guru masih mempertahankan sistem yang ada.
c. Inovasi baru dari pihak lain, terutama Pusat (khususnya Kemendiknas), belum
sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Hal ini juga
diungkapkan oleh Munro (1987: 36), yang menyatakan bahwa “kesenjangan antara niat
dan praktik guru merupakan hambatan utama bagi keberhasilan program inovatif”.
d. Inovasi yang diperkenalkan dan diimplementasikan dari Pusat adalah
semua trend proyek yang ditentukan oleh Pencipta Inovasi Pusat. Inovasi ini dapat
dihentikan ketika proyek selesai, atau ketika keuangan dan keuangan habis. Oleh
karena itu, sekolah dan guru terpaksa melakukan perubahan atas permintaan inovator
pusat dan tidak memiliki kewenangan untuk mengubahnya.
e. Kekuatan dan kekuasaan pusat begitu besar sehingga sekolah dan guru dapat ditekan
untuk mewujudkan keinginan pusat, yang mungkin belum tentu sesuai dengan
keinginan atau keadaan sekolah.
Faktor Yang Perlu diperhatikan Dalam Inovasi Pendidikan
Untuk menghindari penolakan misalnya yang disebutkan di atas, faktor-faktor primer yang
perlu diperhatikan pada penemuan pendidikan merupakan pengajar, anak didik, kurikulum,
fasilitas, dan lingkungan masyarakat seperti penjelasan berikut ini:
2. Siswa
Siswa menjadi obyek primer pada pendidikan terutama pada proses belajar mengajar. Peserta
didik memegang kiprah yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik
bisa memilih keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensi, daya motorik, pengalaman,
kemauan, dan komitmen yang ada pada diri mereka tanpa terdapat paksaan.
Hal ini sanggup terjadi bila peserta didik pula dilibatkan pada proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya mengenalkan pada mereka tujuan menurut dalam perubahan itu mulai
menurut perencanaan hingga menggunakan aplikasi. Sebagai akibatnya apa yang mereka
lakukan adalah tanggung jawab serta yang wajib dilaksanakan menggunakan konsekuen.
Peran peserta didik pada inovasi pendidikan ini tidak kalah pentingnya menggunakan kiprah
unsur-unsur lainnya, lantaran peserta didik sanggup menjadi penerima pelajaran, pemberi
bahan ajar dalam sesama temannya, petunjuk, dan bahkan menjadi pengajar.
Oleh karenanya, pada memperkenalkan inovasi pendidikan hingga menggunakan
penerapannya, peserta didik perlu diajak atau dilibatkan sebagai akibatnya mereka nir saja
mendapat dan melaksanakan penemuan tadi, namun pula mengurangi resistensi misalnya
yang diuraikan sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah mencakup acara pedagogi dan
perangkatnya adalah panduan pada aplikasi pendidikan dan pedagogi pada sekolah. Oleh
karenanya kurikulum sekolah dipercaya menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan pada
proses belajar mengajar pada sekolah.
Sebagai akibatnya pada aplikasi inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama
menggunakan unsur-unsur lain pada pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti acara-acara yang terdapat pada dalamya, maka penemuan pendidikan tidak akan
berjalan sinkron menggunakan tujuan penemuan itu sendiri.
Oleh karenanya, pada pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sinkron
menggunakan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti menggunakan
pembaharuan pendidikan dan tak mungkin perubahan menurut kedua-duanya akan berjalan
searah.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuk wahana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan pada pada proses
pendidikan khususnya pada proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu
saja fasilitas adalah hal yang ikut mensugesti kelangsungan penemuan yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka aplikasi penemuan pendidikan akan sanggup dipastikan tidak
akan berjalan menggunakan baik.
Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar adalah hal yang esensial pada mengadakan
perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karenanya, apabila pada menerapkan suatu
penemuan pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah,
bangku, meja dan sebagainya.
Tanpa melibatkan warga sekitarnya, penemuan pendidikan tentu akan terganggu, bahkan
sanggup menghambat bila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan warga pada
penemuan pendidikan kebalikannya akan membantu inovator dan pelaksanaan penemuan
pendidikan.
Jadi, kesimpulannya adalah inovasi pada perubahan pendidikan tidak sanggup berdiri sendiri,
akan tetapi wajib melibatkan seluruh unsur yang terkait didalamnya, misalnya inovator,
penyelenggara penemuan misalnya pengajar dan peserta didik. Disamping itu, keberhasilan
inovasi pendidikan tidak saja dipengaruhi satu atau dua faktor saja, akan tetapi pula warga
dan kelengkapan fasilitas.
JADWAL PELAKSANA PROGRAM PERSIAPAN LOMBA INOVDA KABUPATEN MESUJI
Mengetahui/Menyetujui
Korwas Kec. Way Serdang
H. MAULIDIN,S.Pd
NIP. 19630504198206 1 001