Anda di halaman 1dari 19

Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan

Mengidentifikasi resusitasi pada infant dan dewasa

Disusun Oleh :
Kelompok 12
1. Septa Rialianti
2. Suryati

Program Studi Pendidikan Sarjana Dan Profesi


Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Untuk kedepannya, dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena itu, keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Resusitasi............................................................................ 3
B. Persiapan Resusitasi BBL..................................................................... 4
C. Tanda-tanda dan Kondisi yang Memerlukan Resusitasi ..................... 4
D. Langkah-langkah resusitasi BBL ......................................................... 5
E. Asuhan resusitasi pada BBL................................................................. 5
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15
A. Simpulan ............................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi Neonatus Kematian, Neonatus di Indonesia masih tinggi. Walaupun
sudah banyak upaya untuk menurunkan kematian neonatus, tetapi masih dirasakan
perlunya dilakukan upaya penurunan kematian neonatus. Kasus kegawatan bayi
banyak terjadi di ruang neonatus, kamar bersalin/kamar operasi, dan unit gawat
darurat. Oleh karena itu staf di tempat tersebut harus dapat menatalaksana kasus
kegawatan yang memerlukan resusitasi neonatus Analisis Tugas Kompetensi:
Melakukan resusitasi neonatus secara efektif dan dalam waktu yang tepat Definisi
Resusitasi Neonatus Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang
diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernapas spontan dan adekuat PERSIAPAN
RESUSITASI Satu tenaga terampil terlatih untuk resusitasi, yang dapat melakukan
resusitasi lengkap Tenaga tambahan Peralatan resusitasi yang memadai Tindakan
pencegahan infeksi Peralatan/Bahan yang disiapkan Perlengkapan Pengisapan Bulb
Syringe/ penghisap balon Kateter pengisap, ukuran 5 (atau 6), 8, 10 Fr Aspirator
mekonium Pengisapan mekanik Selang pemberian makan ukuran 8 Fr dan spuit 20 cc
Perlengkapan Balon dan Sungkup/Masker Oral airway, neonatus cukup bulan dan
prematur Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan Reservoar oksigen
untuk memberikan O % Oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter) dan pipa
oksigen Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran untuk neonatus cukup bulan
dan prematur Kanul hidung atau kateter hidung.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan makalah
ini adalah:
1. Apa pengertian resusitasi?
2. Apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir?
3. Bagaimana tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi?
4. Apa saja asuhan resusitasi BBL?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pembuatan


makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian resusitasi.
2. Untuk mengetahui apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda dan kondisi yang memerlukan resusitasi.
4. Untuk mengetahui asuhan resusitasi BBL.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resusitasi

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang


adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Adapun pengertian resusitasi menurut para ahli:

1. Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan


buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
2. Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002).
3. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan
kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya
fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
4. Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah
“menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup
dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca
resusitasi.

3
B. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan


resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan
waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit
tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau
meninggal.

1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih
dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata
diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di
dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin
(jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam
berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu
menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk.
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.

4
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
g. Sarung tangan
4. Persiapan Penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.

C. Tanda-tanda dan Kondisi yang memerlukan Resusitasi

1. Tanda-tanda resusitasi perlu dilakukan


a. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau
bahwa pernafasan tidak adekuat.  Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan
dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak
efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu
pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke
penilaian selanjutnya.
b. Denyut jantung-frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi
tidak teratur.  Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang
termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut
tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik
(hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil
penilaian:

5
1) Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit.
2) Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi
indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat  atau
bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya
kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap
diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu
ruang bersalin yang dingin.

2. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi


a. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah
yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya.
c. Kerusakan neurologis.
d. Bayi kurang bulan.
e. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
f. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan 
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

6
D. Langkah-langkah Resusitasi BBL

1. Resusitasi BBL Langkah Awal

a. Jaga bayi tetap hangat

1) Letakkan bayi di atas kainn ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar
45 cm dari perineum.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap
terbuka, potong tali pusat.
3) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang
telah digelar di tempat resusitasi.
4) Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar
panas.
b. Atur posisi bayi
1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari
perineum.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi
dengan mengganjal bahu.
c. Isap lendir
1) Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut.
2) Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung.
3) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu
dimasukkan.
4) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke
dalam mulut karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat
atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping
hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut:

7
1) Tekan bola di luar mulut dan hidung.
2) Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir
akan terisap).
3) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan
lepaskan.
d. Keringkan dan rangsang bayi
1) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai
menangis.
2) Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL
mulai bernapas: Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau Menggosok
punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan.
3) Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya.
4) Seimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi.
e. Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidup.
f. Langkah penilaian bayi
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-
megap.
2) Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
3) Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

2. Resusitasi BBL Ventilasi


Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernapas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

8
b. Ventilasi 2 kali.
c. Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting
untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar
bayi bisa mulai bernapas.
d. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang.  Jika tidak mengembang:
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
4) Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada
mengembang lakukan tahap berikutnya.
e. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1) Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan dan
menangis.
2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30
detik lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap.
1. Lihat dada apakah ada retraksi.
2. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
1. Jangan ventilasi lagi.
2. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL.
3. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan.

9
Jangan tinggalkan bayi sendiri.
Lakukan asuhan pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

f. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas


1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi,
apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap
3) Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
4) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam
30 detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
g. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa.
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
h. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan
nilai jantung.

Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan
resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah
dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.

Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami


kerusakan otak yang permanen.

10
3. Resusitasi BBL bila Ketuban Bercampur Mekonium
Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan
berwarna hijau tua atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama
kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada 15% kasus, mekonium dikeluarkan
bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum persalinan. Hal ini
menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban. Mekonium jarang dikeluarkan
sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium terlihat sebelum persalinan bayi
dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda
bahaya.
1. Penyebab janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-
kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kan
meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum
(mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin (misal;
Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat Waktu) ternyata air
ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan)
dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal.
2. Risiko air ketuban bercampur mekonium terhadap bayi
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga
mekonium yang tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru
bayi. Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak saat lahir. Masuknya
mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin
kematian.
3. Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban
bercampur mekonium?

11
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur
mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air
ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak
bercampur mekonium hanya berbeda pada:
a. Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/
bernapas normal/ megap-megap/ tidak bernapas?
b. Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal. Jika
megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap lendir di mulut,
klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi
apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.

Keterangan: Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih


ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).

E. Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan kaadaan bayi setelah menerima
tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
1. Resusitasi Berhasil
Resusitasi berhasil bila pernafasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif lanjutkan
dengan asuhan berikutnya.
a. Jelaskan pada ibu tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
b. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayi nya.
c. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi.
d. Jelaskan pada ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan
minta pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
e. Lakukan asuhan BBL normal.
2. Bayi Perlu Rujukan

12
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk kepasilitas rujukan.
a. Jelaskan pada ibu bahwa bayi nya perlu dirujuk, bayi dirujuk bersama ibunya.
b. Mintak keluarga untuk menyiapkan sarana trasportasi secepatnya.
c. Bawa peralatan resusitasi selama perjalanan ketempat rujukan.
d. Periksa keadaan bayi selama perjalanan.
e. Lindungi bayi dari sinar matahari.
f. Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayi nya
kecuali pada keadaan gangguan nafas.
3. Resusitasi Tidak Berhasil
Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka
hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada
susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal.
Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral secara hati-hati dan bijaksana ,
ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta
berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, bahwa penulis dapat
menyimpulkan:
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Persiapan resusitasi BBL meliputi, persiapan keluarga, persiapan tempat


resusitasi, persiapan alat resusitasi, persiapan penolong.

Langkah resusitasi BBL meliputi, resusitasi BBL langkah awal, resusitasi BBL
ventilasi, resusitasi BBL bila ketuban bercampur mekonium.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan kaadaan bayi setelah menerima
tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan, resusitasi
berhasil, bayi perlu rujukan dan resusitasi tidak berhasil.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi diatas, maka penulis dapat menyarankan
bahwa:
1. Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar
dapat melakukan penanganan segera.

14
2. Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi
gambaran pengalaman bahwa segera akan memberikan dampak yang tidak
merugikan untuk di masa yang akan datang .
3. Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan
rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya
menurunkan  Angka Kematian Bayi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Abdul Bari, Dkk. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya

https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-pengertian-
resusitasiresusitasi-respirasi-artifisialis/

https://bidanshare.wordpress.com/2016/12/20/resusitasi-bayi-baru-lahir/

http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-baru.html

16

Anda mungkin juga menyukai