Anda di halaman 1dari 9

Potreleum minyak bumi

GENESA MINYAK BUMI

1. PENGERTIAN UMUM TENTANG MINYAK


Minyak adalah bahan bakar fosil, sebagai sumber energi yang terbentuk dari
sisa organisme makhluk hidup. Yang termasuk bahan bakar fosil meliputi minyak, gas-
alam, batubara, dan bahan bakar yang diperoleh dari serpihan yang mengandung
minyak dan pasir ter. Perbedaan dalam sifat fisik di antara berbagai bahan bakar fosil
tadi adalah perbedaan dari bahan dasar yang mana bahan bakar terbentuk dan
berubah sampai material organisma itu mati dan telah terkubur di dalam lapisan bumi.
Minyak bumi (petroleum) atau minyak dari batu berarti rock-oil, dan berasal
dari bahasa Latinnya petra, maksudnya tanah atau bebatuan, dan oleum berarti
minyak. Minyak bumi, meliputi berbagai campuran hidrokarbon cair; campuran yang
terdiri dari dari unsur-unsur karbon dan hidrogen yang berbeda. Ada juga hidrokarbon
berupa gas (gas-alam), di mana ada gas metana adalah komponen yang paling umum.
Campuran hidrokarbon umumnya juga berisi sedikit nitrogen, oksigen, dan sulfur
sebagai pengotor.

2. BAHAN ASAL MINYAK

Fakta yang mendukung teori bahwa minyak bumi berasal dari bahan organic :
o Banyak minyak bumi bersifat optis dan hanya minyak yang berasal organis yang
bersifat demikian.
o Senyawa-senyawa nitrogen adalah bagian dari minyak bumi dan di alam
terdapat pada tumbuh-tumbuhan dan binatang.
o Kebanyakan minyak bumi mengandung chlorophy porphyrin yang merupakan
bahan organis, bersifat fluoresence (berubah warna kekuningan atau keemasan
bila disinari dengan sinar ultra violet).
o Minyak juga mengandung zat warna (pigmen) berasal dari organis.
Minyak bumi terdapat pada sediment yang tampaknya berasal dari lautan,
kecuali minyak bumi pada sediment air tawar. Hal-hal berikut ini menjadi
pertimbangan analisis asal minyak:
1) Jenis-jenis organisme sebagai bahan asal minyak bumi
Saat ini dianggap bahwa asal bahan pembentuk minyak adalah organisme
plankton-rendah (misalnya algae dan diatome),juga mungkin ikan-ikan,
protozoa, foraminifera dsb. Plankton banyak terdapat pada permukaan laut.
2) Akumulasi (minyak) dari sisa-sisa organisme
Isi bahan organisme pada lumpur dasar laut adalah konstan sampai sejauh 100
mill dan berkisar 0,3% – 7 % atau rata-rata 2,5 % selalu ada. Angka yang kecil
terdapat pada lumpur yang airnya kaya oksigen dan arusnya turbulen (deras).
Jadi bahan asal minyak adalah protein-protein kompleks yang kekurangan
oksigen dan karbohidrat . Angka organisme pada sedimen halus lebih besar dari
pada sedimen kasar, hal ini memberikan kesimpulan bahwa batuan asal minyak
adalah batuan lempung (clystone) dan mungkin batu gamping, tidak pernah
batu pasir atau batu pasir kasar.

Plankton Kandungan Sedimen


Organik

24 % Protein 40 %

72 % Karbohidrat 60 %

3% Lemak 1%

3) Golongan senyawa kimia sebagai bahan asal minyak.

Unsur Karbohidrat Protein Lemak


C 44,44 51,3 69,1
H 6,18 6,9 10,0
O 49,90 22,4 17,9
N - 17,8 0,6
S - 0,8 0,3
P - 0,7 2,3
Fe - 0,1 -

4) Pada keadaan bagaimana dapat terjadi perubahan dari senyawa kimia


tersebut?
Dekomposisi oleh bakteri yang bebas oksigen secara lambat terhadap tumbuh-
tumbuhan atau sisa-sisa binatang menghasilkan hidrokarbon. Beberapa jenis
bakteri mereduksi oksigen, nitogen, sulfur dan fosfor, sisanya adalah senyawa
karbon dan hidrogen. Jadi hidrokarbon terbentuk dari sisa bahan organis pada
lumpur, adanya bakteri dan reduksi oleh bakteri.

3. AKUMULASI MINYAK
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahan organik asal minyak banyak
dijumpai pada sedimen lumpur laut jenis lempung atau lanau. Namun, akumulasi
minyak sebenarnya bukan pada sedimen tersebut, tetapi pada batuan yang
mempunyai porositas dan permiabilitas yang lebih besar, seperti pada sedimen batu
pasir, batu gamping atau sedikit ditemukan juga pada rongga-rongga (cave) batu
granit.
Pada mulanya, dekomposisi bahan-bahan organik pada lumpur laut (jenis
lempung dan lanau) menghasilkan suatu protein kompleks yang merupakan bahan asal
minyak. Adanya pengaruh proses-proses geologi tertentu, seperti penurunan dasar
cekungan dan penambahan pembebaban yang terus menerus akibat tebalnya sedimen
di atasnya, maka proses-proses geokimia lebih lanjut akan mengubah protein-protein
kompleks ini menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil dan lebih sederhana yang
akhirnya menjadi tetes-tetes minyak (droplets).
Gambar 1. Sisa-sisa hewan tertimbun sedimen

Pada periode awal pembentukan formasi minyak bumi, deposit yang terbentuk
sebagian besar berupa hidrokarbon berat (heavy hydrocarbon) dan kental, mendekati
kekentalan seperti aspal padat. Pembentukan minyak bumi dan penguraian molekul
yang lebih besar, berturut-turut secara berkesinambungan terhadap jenis-jenis hidro-
karbon yang dihasilkan. Cairan kental ini dapat berubah menjadi bahan tinner
(pelarut), jenis minyak pelumas, minyak diesel, minyak tanah, bensin dan turunannya.
Pada tahap akhir seluruh minyak terurai menjadi bentuk-bentuk hidrokarbon yang
lebih sederhana, ringan, atau menjadi molekul-molekul gas. Sebagian besar melalui
proses pemanasan dalam beberapa tingkat suhu antara 50 o C sampai 100o C (atau kira
– kira 120o F sampai 210o F). Diatas suhu ini, sisa – sisa hidrokarbon kebanyakan
berubah menjadi methane (gas alam). Pada suhu yang lebih tinggi, gas methane juga
dapat hilang dan rusak (terurai).
Gambar 2. Migrasi minyak menuju batuan reservoir

Partikel, tetes (droplets) minyak bumi terdapat dan terbentuk pada batuan
sumber (batuan primer) berupa batulempung atau batulanau. Droplets ini dapat
bergerak atau berpindah (migrasi) ke arah batuan pasir yang lebih porous atau pada
pori-pori dan rongga-rongga batugamping

4. MIGRASI MINYAK
Pada awalnya ketika bahan-bahan organik yang padat berubak ke bentuk cairan
dan/atau menjadi gas, hidrokarbon akan berpindah tempat ke luar dari sumber di
mana bahan-bahan ini terbentuk sebagai suatu deposito yang ekonomis. Sebagian
besar batuan sumber minyak (oil source rock) adalah batuan sedimen yang berukuran
halus (fine grained; shale & clay). Minyak dan gas dapat berpindah tempat (bermigrasi)
ke luar dari batuan sumber menuju ke batuan yang lebih dapat menyerap (porous dan
permeable) dalam rentang waktu geologi yang panjang.
Gaya-gaya yang menyebabkan migrasi minyak adalah :
a. Kompaksi (Pemadatan) Lumpur
Di dalam lumpur dapat terkandung air hingga 80 %. Air ini dapat terperas keluar
menuju ke tekanan yang lebih rendah (pori-pori pasir). Untuk ketebalan sediment
1000 ft, 50 % air akan terpindah, sedang bila ketebalan sediment mencapai 4.000
ft, maka 85 % air yang terkandung dalam sedimen lumpur tersebut akan
terpindahkan.
b. Kapilaritas
Shale yang mempunyai sifat mudah ditempeli minyak (oil wet) bila terjadi kontak
dengan batupasir yang mudah ditempeli air (water wet), maka air yang mempunyai
daya tarik permukaan (surface tension) lebih besar dari minyak, akan bergerak dari
batupasir menuju pori-pori yang lebih halus dan memindahkan partikel minyak ke
batupasir.
c. Daya Apung
Daya apung minyak yang lebih besar daripada air, menyebabkan perpindahan
minyak ke tempat yang lebih tinggi dari suatu reservoir.
d. Gaya Gravitasi
Perbedaan gravitasi antara air dan minyak (dalam air) menyebab-kan
pengapungan. Tanpa air, minyak akan bergerak kea rah bawah (downdip) dan
tertahan oleh lapisan reservoir.
e. Aliran Air
Gerakan air tanah pada batuan akan membersihkan minyak dari pori-pori (Flusing)
dan mempercepat migrasi minyak bumi. Gerakan air bisa berupa air artesis, seperti
di Rocky Mountain
Batuan primer atau batuan sumber (source rock) adalah batuan tempat
terbentuknya tetes minyaak pertama kali, kemudian tetes-tetes minyak bumi ini dapat
berpindah atau bermigrasi. Migrasi minyak bumi dari batuan sumber ke batuan
reservoir disebut migrasi primer. Pada reservoir yang baik (ideal), antara air, minyak
dan gas akan terpisah, dimana yang lebih ringan akan bergerak (migrasi) ke bagian
yang lebih atas, sedang yang berat di bagian bawah. Migrasi yang terjadi pada batuan
reservoir (satu litologi) dinamakan migrasi sekunder.
Kebanyakan orang mempunyai dugaan yang salah tentang adanya "danau"
minyak di bawah tanah. Industri-industri minyak telah membantu meluruskan salah
pengertian ini dengan mengetengahkan suatu konsep “oil pool". Sebenarnya bahwa
hampir semua minyak terdapat di rongga-rongga kecil (pori-pori batuan, retakan dan
celah-celah) di dalam batuan yang padat. Rongga-rongga ini terisi oleh air, gas, atau
minyak. Akan tetapi bila rongga-rongga ini tidak berhubungan, minyak ini tidak bisa
mengalir keluar dari batuan. Kemampuan cairan untuk mengalir melewati pori-pori
batuan ini dinamakan permiabilitas. Selanjutnya pada porositas batuan yang tinggi,
yang memungkinkan batuan menyimpan sebagian besar isinya, batuan harus dapat
menyerap air, minyak atau gas dengan baik, dan memungkinkan cairan mengalir
dengan cepat melewati batuan tersebut. Batuan dengan porositas tinggi dan
permiabilitas yang baik merupakan suatu batuan reservoir, yaitu batuan yang dapat
menyimpan air, minyak dan gas. Batuan dengan porositas dan permiabilitas besar
lebih memungkinkan untuk menjadi batuan reservoir yang potensial
Kebanyakan minyak dan semua gas-alam mempunyai densitas lebih kecil
dibanding air, sehingga bahan-bahan ini cenderung untuk naik, atau sama seperti
halnya pada berpindah tempat secara lateral melalui pori-pori yang terisi oleh air atau
pada batuan permeable (Gambar 2). Contoh batuan reservoir adalah batu pasir,
batugamping dan sejumlah kecil rekahan-rekahan pada batuan granit.
Apabila reservoir tertutup oleh lapisan impermiable, minyak dan gas dapat
tersimpan/terperangkap, hingga sebagian muncul ke permukaan bumi. Bahan-bahan
ini lepas ke atmosfer, lautan, atau akan mengalir keluar sebagai rembesan minyak dan
rembesan gas. Ini merupakan rembesan alami, yang menjadi salah satu sumber polusi
alami, dan bukanlah sumber hidrokarbon yang efisien untuk energi.

5. MODEL-MODEL CEBAKAN MINYAK


Cebakan minyak yang komersial biasanya terkonsentrasi pada bentuk,
kedudukan atau model geologi tertentu, yang dikenal sebagai perangkap minyak (oil
traps). Pada oil trap dimana minyak terkonsentrasi dengan baik dinamalan oil pool
(kolam minyak). Pada oil pool yang baik, biasanya air , minyak dan gas dapat terpisah
dengan baik. Sekelompok atau sekumpulan oil trap pada suatu wilayah tertentu
disebut oil field.
Beberapa macam oil trap yang terkenal antara lain :
1. Structural traps : anticline trap, fault trap, salt dome.
2. Stratigraphic traps : unconformity traps, sandstone lenses, shoeshing sand, up
dip wedging sand, burried hill, burried coral reef.
Structural trap adalah trap atau perangkap minyak yang terjadi akibat pengaruh
struktur geologi yang berkembang, seperti patahan dan perlipatan. Sedangkan
stratigraphic trap adalah model trap yang terjadi dari hasil sedimentasi tanpa perlu ada
deformasi (perubahan bentuk). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan permiabilitas,
karena perubahan tekstur, tebal dan porositas lapisan pada waktu keadaan
sedimentasi yang berubah.
Apabila batuan reservoir tidak cukup permiabel, mungkin saja pada daerah
patahan diperlukan pembuatan rongga baru, misalnya dengan peledakan, atau dengan
air atau gas diinjeksikan dibawah tekanan tinggi untuk meningkatkan aliran minyak
atau gas.

Gambar 3. Minyak terperangkap pada suatu trap berbentuk antiklin

Anda mungkin juga menyukai