Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.
Kita semua mengetahui bahwa Indonesia memiliki sangat banyak keberagaman. Untuk itu,
sangat dibutuhkan pengamalan paham multikulturalisme. Menurut Anda bagaimana
pernyataan tersebut? Bagaimana pendapat Anda sendiri tentang multikulturalisme di
Indonesia?.
Seperti yang kita ketahui, bangsa kita terkenal akan keberagamannya yang bermacam-
macam mulai dari kepercayaan, etnis, dan lainnya. Salah satunya adalah kebudayaan. Pun,
isu mengenai keberagaman budaya atau multikulturalisme sudah menjadi isu yang kerap
dibahas. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai sebuah negara merupakan negara dengan
kebudayaan yang beragam. Dipandang dari letaknya secara geografis, juga menciptakan
Indonesia memiliki persebaran wilayah yang luas dan terpisah. Belum lagi, adanya masa
jajahan yang terdahulu serta adanya pertukaran perdagangan ataupun asimilasi budaya
terdahulu juga menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia memiliki kebudayaan yang
beragam.
Kebudayaan sendiri menurut Emile Durkheim dan Marcel Maus pada Lundeto (2017)
merupakan kelompok masyarakat yang memiliki paham simbol yang sudah ada dan mengikat
dalam kehidupan masyarakat tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.
Menambahkan, Franz Boas menjelaskan kebudayaan adalah pengembangan dari sejarah yang
terus bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Intinya kebudayaan sendiri
dapat diartikan sebagai paham kebiasaan yang sudah mengakar dan menjadi ciri perilaku dari
masyarakat tertentu.
Kembali pada poin utama dari kepenulisan ini, dimana Indonesia memang berlatarkan
kebudayaan beragam yang sudah mengakar sejak lama. Bahkan Sudahrto (2011) mengatakan
bahwa adanya multikulturalisme Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan Hindu dan
Buddha yang notabene sudah terlewat beberapa abad yang lalu. Mulai dari Kerajaan
Airlangga dan Kerajaan Majapahit yang berada di Jawa Timur, budaya kehidupan pluralisme
serta keramahan sosial kerajaan tersebut sudah terkenal hingga ke beberapa kerajaan
mancanegara. Melanjutkan, pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia telah disahkan
pula Pancasila dengan lima nilai keutamaan, yaitu 1) Nilai ketuhanan, 2) Nilai kemanusiaan,
3) Nilai persatuan, 4) Nilai kerakyatan, dan 5) Nilai keadilan. Adapun, nilai-nilai tersebut,
terkhususnya sila ketiga, sejalan dengan paham multikulturalisme. Pun, adanya Pancasila
sendiri sebenarnya merupakan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat dan dikembangkan
lagi serta disahkan untuk menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan para rakyat
Indonesia.
Pada tahun 2016 sempat tersirat sebuah berita seorang ibu yang mengatakan ke
pengurus masjid di dekat rumahnya bahwa volume dari pengeras suara yang menyuarakan
lantunan pengingat masuknya waktu untuk melakukan sholat tersebut terlalu kencang dan
membuat telinganya sakit. Bukannya mendapatkan respon yang positif, malah hal tersebut
sontak menimbulkan kemarahan warga. Meiliana mendapatkan surat peringatan dan juga hal
ini berakhir pada dirinya yang diproses secara hukum atas pasal penistaan agama. Tidak
hanya itu saja, masukannya tersebut ternyata menjadi boomerang untuk keluarganya dan juga
beberapa tempat ibadah yang hancur dirusak dan dibakar oleh warga yang ada.
Tidak hanya itu saja, pada sila ketiga yaitu mengenai keutamaan dalam nilai persatuan
serta kesatuan bangsa yang menjadi cikal bakal perwujudan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Tiap masyarakat sudah semestinya mengutamakan adanya rasa saling membutuhkan,
menerima, dan harmonisasi dari adanya perbedaan-perbedaan yang ada, mulai dari budaya,
agama, pemahaman, politik, dan lainnya (Soegito, A.T. 2010). Namun sangat disayangkan,
pada kasus di atas nampak jelas bahwa hal tersebut masih dikesampingkan dan hanya
mengandalkan emosi pemikiran pendek tanpa mencoba untuk memahami atau menghargai.
Hasilnya hanyalah bentuk perlawanan dari hakikat pemahaman multikulturalisme yang
diwujudkan dengan penghakiman sendiri dan bentuk pengrusakan lainnya.
Nilai dari multikulturalisme sendiri sebenarnya dapat diartikan pula sebagai nilai
kebhinekaan budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan, dijaga, dan juga
dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan nilai Pancasila.
Magnis Suseno dalam Risdaliba (2021) menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara yang
multikultur sangat perlu untuk mengembangkan pemikiran multikulturalisme dalam
berperilaku dan bersosialisasi agar bangsa terus berkembang secara kesatuan yang utuh.
Dari berbagai penjelasan pada bagian di atas, terbukti bahwa urgensi permasalahan
multikultural masih amatlah penting untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat hal tersebut
memiliki tujuan agar tiap masyarakat Indonesia mampu mengerti bagaimana pentingnya
menghargai, kesetaraan, kerukunan, dan juga kesatuan dari berbagai perbedaan yang ada. Hal
tersebut ditunjukkan dengan masih adanya konflik di realita kehidupan bermasyarakat yang
menandakan bahwa masih minim pemahaman mengenai multikulturalisme. Dengan adanya
permasalahan atau konflik yang terus bermunculan, maka salah satu langkah yang dapat
diambil adalah melalui penekanan pendidikan atau pemahaman sejak dini.
Tidak hanya itu saja, seperti yang sudah saya ulas pada bagian di atas, Indonesia
menjadi multikulturalisme karena memang sudah terlahir atau tercipta seperti itu dan
keberagaman tersebut sudah semestinya tidak hanya dipandang sebagai suatu aset saja tetapi
juga dilihat sebagai bagian dari kehidupan. Yudi Hartono dalam Amin (2018) menjelaskan
bahwa pendidikan multikultural penting untuk hadir di masyarakat agar mereka paham
mengenai keutamaan dari menghargai keberagaman atau adanya kesetaraan yang dapat
meminimalisir dari adanya sebuah konflik. Oleh karena itu, sudah mutlak bahwa adanya
pandangan multikulturalisme merupakan sebuah gagasan yang sesuai dan strategis untuk
diterapkan di Indonesia. Agustian, M (2019) menjelaskan pendidikan multikultural di
Indonesia secara rinci memiliki intensi dalam transformasi nilai agar mampu untuk
memuliakan serta mencerdaskan tiap insan dalam menghargai diri, identitas, suku bangsa,
budaya, ras, agama, dan juga bagaimana cara pandang lainnya.
Apabila ditarik benang merah dari adanya pendidikan multikulturalisme di Indonesia maka
hasilnya berupa:
1. Kesetaraan. Penyadaran akan adanya kesetaran atas harkat serta martabat dari individu
ataupun bagian dari kelompok.
2. Perbedaan. Pengertian atas akan adanya keanekaragaman terkhususnya budaya dalam
masyarakat yang berbeda-beda dan beragam. Untuk mengetahui dari beragamnya
perbedaan tersebut dapat dengan cara memperluas pengetahuan diri atau kelompok
mengenai keberagaman.
Kesimpulan
Seperti yang disampaikan oleh Munandar dalam Sudharto (2011), berbagai macam
hal baik sifatnya bawaan, sifat, ataupun hal lainnya yang sifatnya global, seperti geografis,
penjajahan, ataupun asimilasi, dapat menjadi latar belakang adanya keberagaman atau
multikultural. Bangsa Indonesia yang terkenal akan keberagaman budaya, agama, ras, suku,
dan lainnya ternyata masih menyisakan kisah pilu di mana sebenarnya paham multikultural
belum benar-benar terealisasikan pada realita masyarakat. Maka dengan adanya hal ini, masih
perlu digali lebih lanjut bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dan juga nilai
Kebhinekaan yang sejalan dengan paham multikultural yang penuh akan pemahaman,
menghargai, dan kesetaraan.
Amin, M. (2018). Pendidikan Multikultural. Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer.
9(1): 24-34.
Assegaf, Abd R. (2015). Pendidikan tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus, dan Konsep.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
BBC. (2019, 8 April). Banding Meiliana, yang Divonis Penjara 1,5 Tahun karena
Keluhkan Suara Azan, Ditolak Mahkamah Agung. BBC News Indonesia.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47859654
BBC. (2019, 8 April). Banding Meiliana, yang Divonis Penjara 1,5 Tahun karena Keluhkan
Suara Azan, Ditolak Mahkamah Agung. BBC News Indonesia.
Mifbakhuddin. (2011). Pendidikan Multikultural pada Pendidikan Bahasa dan Budaya. Jurnal
LENSA Unimus. 1(2): 104-111.
Risladiba & Ramdhani, S. (2021). Pancasila dan Multikulturalisme. Jurnal Edueksos. 10(1):
64-73.