Anda di halaman 1dari 8

Tugas Personal ke-2

(Minggu 7 / Sesi 11)

Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.

Kita semua mengetahui bahwa Indonesia memiliki sangat banyak keberagaman. Untuk itu,
sangat dibutuhkan pengamalan paham multikulturalisme. Menurut Anda bagaimana
pernyataan tersebut? Bagaimana pendapat Anda sendiri tentang multikulturalisme di
Indonesia?.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


MEMAKNAI MULTIKULTURALISME

DALAM KONTEKS PANCASILA

Seperti yang kita ketahui, bangsa kita terkenal akan keberagamannya yang bermacam-
macam mulai dari kepercayaan, etnis, dan lainnya. Salah satunya adalah kebudayaan. Pun,
isu mengenai keberagaman budaya atau multikulturalisme sudah menjadi isu yang kerap
dibahas. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai sebuah negara merupakan negara dengan
kebudayaan yang beragam. Dipandang dari letaknya secara geografis, juga menciptakan
Indonesia memiliki persebaran wilayah yang luas dan terpisah. Belum lagi, adanya masa
jajahan yang terdahulu serta adanya pertukaran perdagangan ataupun asimilasi budaya
terdahulu juga menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia memiliki kebudayaan yang
beragam.

Kebudayaan sendiri menurut Emile Durkheim dan Marcel Maus pada Lundeto (2017)
merupakan kelompok masyarakat yang memiliki paham simbol yang sudah ada dan mengikat
dalam kehidupan masyarakat tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.
Menambahkan, Franz Boas menjelaskan kebudayaan adalah pengembangan dari sejarah yang
terus bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Intinya kebudayaan sendiri
dapat diartikan sebagai paham kebiasaan yang sudah mengakar dan menjadi ciri perilaku dari
masyarakat tertentu.

Sedangkan multikulturalisme, menurut Mifbakhuddin (2011) adalah suatu paham


serta alat dalam meningkatkan adanya derajat manusia melalui pemahaman mengenai
pentingnya keberagaman. Abdul Rahman Assegaf (2014) memaknai multikulturalisme
sebagai menghargai atau menerima kehadiran individu atau kebudayaan lain di tengah
kehidupan bermasyarakat. Multikulturalisme dapat diartikan sebagai bentuk pemahaman
masyarakat mengenai beragam kebudayaan yang ada di lingkungan dengan landasan
kesetaraan serta pengakuan akan kebudayaan lain.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Lalu Bagaimana Urgensi Multikulturalisme di Indonesia?

Kembali pada poin utama dari kepenulisan ini, dimana Indonesia memang berlatarkan
kebudayaan beragam yang sudah mengakar sejak lama. Bahkan Sudahrto (2011) mengatakan
bahwa adanya multikulturalisme Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan Hindu dan
Buddha yang notabene sudah terlewat beberapa abad yang lalu. Mulai dari Kerajaan
Airlangga dan Kerajaan Majapahit yang berada di Jawa Timur, budaya kehidupan pluralisme
serta keramahan sosial kerajaan tersebut sudah terkenal hingga ke beberapa kerajaan
mancanegara. Melanjutkan, pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia telah disahkan
pula Pancasila dengan lima nilai keutamaan, yaitu 1) Nilai ketuhanan, 2) Nilai kemanusiaan,
3) Nilai persatuan, 4) Nilai kerakyatan, dan 5) Nilai keadilan. Adapun, nilai-nilai tersebut,
terkhususnya sila ketiga, sejalan dengan paham multikulturalisme. Pun, adanya Pancasila
sendiri sebenarnya merupakan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat dan dikembangkan
lagi serta disahkan untuk menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan para rakyat
Indonesia.

Penjelasan di atas sudah mampu menjabarkan bahwasanya memang Indonesia sudah


membutuhkan dan sudah melaksanakan adanya multikulturalisme yang ada. Ditambah, pada
masa kini, perkembangan teknologi semakin membuat pemikiran kita harus terbuka dan
mengerti akan beragamnya perbedaan dari budaya luar yang ada. Walaupun penjelasan di
atas sudah menunjukkan tingginya multikulturalisme di Indonesia, tetapi tidak menampik
kalau di realitanya masih banyak permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan masalah
perbedaan keanekaragaman.

Permasalahan Multikultural dan Pancasila

Pada tahun 2016 sempat tersirat sebuah berita seorang ibu yang mengatakan ke
pengurus masjid di dekat rumahnya bahwa volume dari pengeras suara yang menyuarakan
lantunan pengingat masuknya waktu untuk melakukan sholat tersebut terlalu kencang dan
membuat telinganya sakit. Bukannya mendapatkan respon yang positif, malah hal tersebut
sontak menimbulkan kemarahan warga. Meiliana mendapatkan surat peringatan dan juga hal
ini berakhir pada dirinya yang diproses secara hukum atas pasal penistaan agama. Tidak
hanya itu saja, masukannya tersebut ternyata menjadi boomerang untuk keluarganya dan juga
beberapa tempat ibadah yang hancur dirusak dan dibakar oleh warga yang ada.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Hal tersebut membuktikan bahwa penerapan nilai multikultural dan implementasi
nilai Pancasila belum bisa digeneralisasi di masyarakat secara luas. Kaitannya dengan
Pancasila dan multikultural, nilai utama yang harus mampu diterapkan adalah mengenai
kesetaraan dan keberagaman. Dalam kasus ini, sila yang sesuai adalah sila pertama dan sila
ketiga. Sila pertama sendiri memiliki nilai keutamaan Ketuhanan yang menekankan pada tiap
rakyat Indonesia memiliki kepercayaan sesuai kepercayaan yang dianut dan melaksanakan
perintah yang ada. Tidak hanya itu saja, sebagai umat beragama kita sudah semestinya
memiliki nilai toleransi dan mengizinkan setiap pemeluk kepercayaan lain untuk
melaksanakan ibadahnya. Dengan berpegang teguh pada Pancasila, sudah semestinya kita
menghargai adanya perbedaan keberagaman yaitu agama.

Tidak hanya itu saja, pada sila ketiga yaitu mengenai keutamaan dalam nilai persatuan
serta kesatuan bangsa yang menjadi cikal bakal perwujudan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Tiap masyarakat sudah semestinya mengutamakan adanya rasa saling membutuhkan,
menerima, dan harmonisasi dari adanya perbedaan-perbedaan yang ada, mulai dari budaya,
agama, pemahaman, politik, dan lainnya (Soegito, A.T. 2010). Namun sangat disayangkan,
pada kasus di atas nampak jelas bahwa hal tersebut masih dikesampingkan dan hanya
mengandalkan emosi pemikiran pendek tanpa mencoba untuk memahami atau menghargai.
Hasilnya hanyalah bentuk perlawanan dari hakikat pemahaman multikulturalisme yang
diwujudkan dengan penghakiman sendiri dan bentuk pengrusakan lainnya.

Nilai dari multikulturalisme sendiri sebenarnya dapat diartikan pula sebagai nilai
kebhinekaan budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan, dijaga, dan juga
dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan nilai Pancasila.
Magnis Suseno dalam Risdaliba (2021) menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara yang
multikultur sangat perlu untuk mengembangkan pemikiran multikulturalisme dalam
berperilaku dan bersosialisasi agar bangsa terus berkembang secara kesatuan yang utuh.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Pentingnya Pendidikan Multikultural

Dari berbagai penjelasan pada bagian di atas, terbukti bahwa urgensi permasalahan
multikultural masih amatlah penting untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat hal tersebut
memiliki tujuan agar tiap masyarakat Indonesia mampu mengerti bagaimana pentingnya
menghargai, kesetaraan, kerukunan, dan juga kesatuan dari berbagai perbedaan yang ada. Hal
tersebut ditunjukkan dengan masih adanya konflik di realita kehidupan bermasyarakat yang
menandakan bahwa masih minim pemahaman mengenai multikulturalisme. Dengan adanya
permasalahan atau konflik yang terus bermunculan, maka salah satu langkah yang dapat
diambil adalah melalui penekanan pendidikan atau pemahaman sejak dini.

Tidak hanya itu saja, seperti yang sudah saya ulas pada bagian di atas, Indonesia
menjadi multikulturalisme karena memang sudah terlahir atau tercipta seperti itu dan
keberagaman tersebut sudah semestinya tidak hanya dipandang sebagai suatu aset saja tetapi
juga dilihat sebagai bagian dari kehidupan. Yudi Hartono dalam Amin (2018) menjelaskan
bahwa pendidikan multikultural penting untuk hadir di masyarakat agar mereka paham
mengenai keutamaan dari menghargai keberagaman atau adanya kesetaraan yang dapat
meminimalisir dari adanya sebuah konflik. Oleh karena itu, sudah mutlak bahwa adanya
pandangan multikulturalisme merupakan sebuah gagasan yang sesuai dan strategis untuk
diterapkan di Indonesia. Agustian, M (2019) menjelaskan pendidikan multikultural di
Indonesia secara rinci memiliki intensi dalam transformasi nilai agar mampu untuk
memuliakan serta mencerdaskan tiap insan dalam menghargai diri, identitas, suku bangsa,
budaya, ras, agama, dan juga bagaimana cara pandang lainnya.

Apabila ditarik benang merah dari adanya pendidikan multikulturalisme di Indonesia maka
hasilnya berupa:

1. Kesetaraan. Penyadaran akan adanya kesetaran atas harkat serta martabat dari individu
ataupun bagian dari kelompok.
2. Perbedaan. Pengertian atas akan adanya keanekaragaman terkhususnya budaya dalam
masyarakat yang berbeda-beda dan beragam. Untuk mengetahui dari beragamnya
perbedaan tersebut dapat dengan cara memperluas pengetahuan diri atau kelompok
mengenai keberagaman.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


3. Pengakuan. Perlu adanya pengakuan dan juga apresiasi atas perbedaan budaya yang
meliputi keseluruhan elemen sosial-budaya dimana negara juga termasuk ke dalam hal
tersebut. Dari adanya pengakuan serta apresiasi ini, akan membentuk tanggung jawab
untuk terus menjaga keberagaman dan juga rasa saling membutuhkan satu sama lain.
4. Aspek. Maksud dari aspek sendiri, sebenarnya multikultural tidak hanya diajarkan pada
aspek kebudayaan saja tetapi juga pengertian atas keberagaman pada aspek lain seperti
ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.
Dari beberapa poin di atas, sebenarnya sudah termasuk ke dalam nilai-nilai keutamaan
Pancasila yang ada. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural sendiri ialah
pengembangan dan juga mendasar pada Pancasila sebagai pembentukan jati diri bangsa yang
baik. Menambahkan, Ubaedillah (2017) menjelaskan bahwa konsep masyarakat multikultur
ini memang relevan dengan identitas jati diri bangsa Indonesia serta mampu menjadi media
perkembangan demokrasi masyarakat sipil di Indonesia dan dapat diupayakan dengan
pendidikan demokrasi yang di dalamnya sudah termasuk pendidikan multikultur. Dengan
demikian, setiap masyarakat dapat mengerti bahwa sebagai insan harus mampu memahami
diri, memahami budaya leluhur, memahami keberagaman universal, memahami nilai
kebangsaan dan juga secara kolektif bangsa dan negara.

Kesimpulan

Seperti yang disampaikan oleh Munandar dalam Sudharto (2011), berbagai macam
hal baik sifatnya bawaan, sifat, ataupun hal lainnya yang sifatnya global, seperti geografis,
penjajahan, ataupun asimilasi, dapat menjadi latar belakang adanya keberagaman atau
multikultural. Bangsa Indonesia yang terkenal akan keberagaman budaya, agama, ras, suku,
dan lainnya ternyata masih menyisakan kisah pilu di mana sebenarnya paham multikultural
belum benar-benar terealisasikan pada realita masyarakat. Maka dengan adanya hal ini, masih
perlu digali lebih lanjut bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dan juga nilai
Kebhinekaan yang sejalan dengan paham multikultural yang penuh akan pemahaman,
menghargai, dan kesetaraan.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Hal ini dapat ditunjang dengan pendidikan multikultural yang memang sesuai dengan
kondisi bangsa Indonesia yang kaya akan perbedaan dan penerapan multikultural yang belum
terjadi secara optimal. Pendidikan multikultural sendiri menurut saya dapat diasaskan ke
dalam empat poin yaitu dengan penanaman kesetaraan, perbedaan, pengakuan, dan juga
melingkupi berbagai aspek yang ada di kehidupan. Adapun pendidikan multikultural ini
secara tidak langsung juga berlandaskan dengan nilai-nilai Pancasila yang mengusung nilai
persatuan dan kesatuan sehingga bukti nyata dari adanya pendidikan multikultural adalah
tercapainya pemahaman diri, pemahaman akan budaya leluhur, keberagaman universal, dan
nilai-nilai demokrasi Pancasila.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Daftar Pustaka

Agustin, M. (2019). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.

Amin, M. (2018). Pendidikan Multikultural. Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer.
9(1): 24-34.

Assegaf, Abd R. (2015). Pendidikan tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus, dan Konsep.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

BBC. (2019, 8 April). Banding Meiliana, yang Divonis Penjara 1,5 Tahun karena
Keluhkan Suara Azan, Ditolak Mahkamah Agung. BBC News Indonesia.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47859654

BBC. (2019, 8 April). Banding Meiliana, yang Divonis Penjara 1,5 Tahun karena Keluhkan
Suara Azan, Ditolak Mahkamah Agung. BBC News Indonesia.

Lundeto, A. (2017). Menakar Akar-Akar Multikulturalisme Pendidikan di Indonesia. Jurnal


Pendidikan Islam Iqra’. 11(2): 38-52.

Mifbakhuddin. (2011). Pendidikan Multikultural pada Pendidikan Bahasa dan Budaya. Jurnal
LENSA Unimus. 1(2): 104-111.

Risladiba & Ramdhani, S. (2021). Pancasila dan Multikulturalisme. Jurnal Edueksos. 10(1):
64-73.

Ubaedillah, A. (2017). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (CIVIV EDUCATION)


PANCASILA, DEMOKRASI, DAN PENCEGAHAN KORUPSI. Jakarta: Penerbit
Kencana.

CHAR6019 – Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai