Sejarah Dan Teori Sastra
Sejarah Dan Teori Sastra
0
Sejarah dan Teori SASTRA
1
Sejarah dan Teori SASTRA
2
Sejarah dan Teori SASTRA
ISBN: 978-602-6487-01-8
Penerbit:
Desna Life Ministry
Jln. Bakti Karya 20 B, Kecamatan Oebobo, Kupang – NTT
Telp. 081-333-343-222
Email: desnapenerbit@yahoo.com
Website: desnapublishing.blogspot.co.id
4
Sejarah dan Teori SASTRA
Prakata Awal
5
Sejarah dan Teori SASTRA
6
Sejarah dan Teori SASTRA
7
Sejarah dan Teori SASTRA
8
Sejarah dan Teori SASTRA
Tentang Penulis
9
Sejarah dan Teori SASTRA
10
Sejarah dan Teori SASTRA
Daftar Isi
Prakata Awal____(3)
Tentang Penulis____(9)
Daftar Isi____(11)
Bagian I:
Sastra dalam Pengertian____(13)
1. Hakikat Sastra____(13)
2. Pembagian Karya Sastra: Lisan & Tulis___(26)
3. Pembagian Genre Sastra____(37)
4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra____(53)
Bagian II
Sastra dalam Sejarah____(61)
1. Pengertian Sejarah Sastra____(61)
2. Sejarah Perkembangan Sastra Dunia____(74)
3. Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia____(95)
Bagian III
Sastra dalam Teori____(125)
1. Hakikat Teori Sastra____(125)
2. Teori-Teori Sastra____(136)
A. Teori Sastra Psikoanalisis____(136)
B. Teori Sastra Strukturalisme____(157)
C. Teori Sastra New Criticism____(170)
D. Teori Sosiologi Sastra____(178)
11
Sejarah dan Teori SASTRA
12
Sejarah dan Teori SASTRA
BAGIAN I:
Sastra dalam Pengertian
1. Hakikat Sastra
Sastra merupakan istilah yang akan selalu bersinggungan
dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada
yang bersifat estetik saja. Sastra melibatkan pikiran pada
kehidupan sosial, moral, psikologi, agama, dll. Berbagai
segi kehidupan dapat diungkapkan dalam sebuah karya
sastra. Itulah sebabnya, sastra dianggap mampu untuk
memberikan suatu kesenangan atau kenikmatan kepada
pembacanya. Seringkali dengan membaca sebuah sastra,
maka muncul ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam
ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif.
Adakalanya, dengan membaca sastra, seseorang
akan terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan.
Dalam keterlibatan tersebut, kemungkinan besar, akan
muncul kenikmatan estetis. Namun penting dipahami
bahwa, sastra bukan suatu seni bahasa semata, melainkan
ia juga merupakan suatu kecakapan dalam menggunakan
bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya,
faktor yang sangat menentukan di sini adalah kenyataan
bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai medianya.
13
Sejarah dan Teori SASTRA
A. Pengertian Sastra
Sampai detik ini, tidak ada satu pun definisi tunggal
tentang sastra, yang dapat menjadi kesepakatan bersama
dan bisa diterima oleh semua kalangan. Pengertian sastra
luas dan beragam, dimana para ahli pun mendefinisikan
sastra dengan kalimat yang berbeda-beda.
Itulah sebabnya, Wiyatmi (2006:14) menegaskan
bahwa sastra bisa diibaratkan seperti angin, berada
dimana saja dan kapan saja. Oleh karenanya, maka upaya
mendefinisikannya akan selalu saja gagal karena definisi
14
Sejarah dan Teori SASTRA
15
Sejarah dan Teori SASTRA
16
Sejarah dan Teori SASTRA
17
Sejarah dan Teori SASTRA
18
Sejarah dan Teori SASTRA
19
Sejarah dan Teori SASTRA
20
Sejarah dan Teori SASTRA
21
Sejarah dan Teori SASTRA
22
Sejarah dan Teori SASTRA
23
Sejarah dan Teori SASTRA
24
Sejarah dan Teori SASTRA
25
Sejarah dan Teori SASTRA
26
Sejarah dan Teori SASTRA
27
Sejarah dan Teori SASTRA
28
Sejarah dan Teori SASTRA
29
Sejarah dan Teori SASTRA
30
Sejarah dan Teori SASTRA
31
Sejarah dan Teori SASTRA
32
Sejarah dan Teori SASTRA
33
Sejarah dan Teori SASTRA
34
Sejarah dan Teori SASTRA
35
Sejarah dan Teori SASTRA
36
Sejarah dan Teori SASTRA
37
Sejarah dan Teori SASTRA
38
Sejarah dan Teori SASTRA
39
Sejarah dan Teori SASTRA
40
Sejarah dan Teori SASTRA
41
Sejarah dan Teori SASTRA
42
Sejarah dan Teori SASTRA
43
Sejarah dan Teori SASTRA
44
Sejarah dan Teori SASTRA
45
Sejarah dan Teori SASTRA
46
Sejarah dan Teori SASTRA
47
Sejarah dan Teori SASTRA
48
Sejarah dan Teori SASTRA
49
Sejarah dan Teori SASTRA
50
Sejarah dan Teori SASTRA
51
Sejarah dan Teori SASTRA
52
Sejarah dan Teori SASTRA
53
Sejarah dan Teori SASTRA
54
Sejarah dan Teori SASTRA
55
Sejarah dan Teori SASTRA
56
Sejarah dan Teori SASTRA
57
Sejarah dan Teori SASTRA
58
Sejarah dan Teori SASTRA
Referensi
59
Sejarah dan Teori SASTRA
60
Sejarah dan Teori SASTRA
BAGIAN II:
Sastra dalam Sejarah
61
Sejarah dan Teori SASTRA
62
Sejarah dan Teori SASTRA
63
Sejarah dan Teori SASTRA
64
Sejarah dan Teori SASTRA
65
Sejarah dan Teori SASTRA
66
Sejarah dan Teori SASTRA
67
Sejarah dan Teori SASTRA
68
Sejarah dan Teori SASTRA
69
Sejarah dan Teori SASTRA
B. Mashab Sastra
Istilah mazhab atau aliran, adalah istilah yang
berasal dari kata stroming (bahasa Belanda), dan mulai
muncul di Indonesia pada zaman Pujangga Baru. Kata ini
bermakna: ‖keyakinan yang dianut oleh golongan-
golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena
menentang paham-paham lama‖.
Aliran-aliran sastra ini, pada prinsipnya berupaya
untuk menggambarkan prinsip (pandangan hidup, politik,
dll) yang dianut oleh para sastrawan dalam menghasilkan
suatu karya sastra. Dengan kata lain, aliran sangatlah erat
hubungannya dengan sikap/jiwa pengarangnya dan objek
70
Sejarah dan Teori SASTRA
71
Sejarah dan Teori SASTRA
72
Sejarah dan Teori SASTRA
b) Aliran Materialisme
Aliran materialisme berkeyakinan bahwa segala
sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki dengan
akal manusia. Dalam kesusastraan, aliran ini dibedakan
atas realisme dan naturalisme, juga impresionisme.
Realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha
menggambarkan atau memaparkan, juga menceritakan
sesuatu sebagaimana kenyataannya. Aliran ini umumnya
lebih objektif memandang segala sesuatu yang ada,
dengan tanpa mengikutsertakan perasaan. Plato melalui
teori mimetiknya, juga pernah menyatakan bahwa sastra
adalah tiruan kenyataan atau realitas. Berangkat dari hal
ini, berkembanglah aliran-aliran seperti: naturalisme,
dan determinisme. Realisme sosialis juga merupakan
aliran dalam karya sastra secara realis, yang digunakan
pengarang untuk mencapai cita-cita perjuangan sosialis.
Naturalisme adalah aliran karya sastra yang ingin
menggambarkan realitas secara jujur bahkan cenderung
berlebihan dan terkesan kotor. Aliran ini berkembang dari
realisme. Ada tiga paham yang berkembang dari aliran
realisme, yaitu: (1) saintisme (hanya sains yang dapat
menghasilkan pengetahuan yang benar); (2) positivisme
(menolak metafisika, hanya pancaindra kita berpijak pada
kenyataan); dan (3) determinisme (segala sesuatu sudah
ditentukan oleh sebab musabab tertentu).
Impresionisme adalah aliran kesusastraan yang
memusatkan perhatian pada apa yang terjadi dalam batin
tokoh utamanya. Impresionisme lebih mengutamakan
pemberian suatu kesan atau pengaruh kepada perasaan
73
Sejarah dan Teori SASTRA
74
Sejarah dan Teori SASTRA
75
Sejarah dan Teori SASTRA
76
Sejarah dan Teori SASTRA
77
Sejarah dan Teori SASTRA
78
Sejarah dan Teori SASTRA
79
Sejarah dan Teori SASTRA
80
Sejarah dan Teori SASTRA
81
Sejarah dan Teori SASTRA
82
Sejarah dan Teori SASTRA
83
Sejarah dan Teori SASTRA
84
Sejarah dan Teori SASTRA
85
Sejarah dan Teori SASTRA
86
Sejarah dan Teori SASTRA
E. Sastra Jerman
Sastra dalam bahasa Jerman atau sastra Jerman,
merupakan karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa
Jerman yang berasal dari daerah-daerah yang berbahasa
Jerman (meliputi Jerman, Swiss dan Austria) baik pada
masa lampau maupun pada masa kini.
87
Sejarah dan Teori SASTRA
88
Sejarah dan Teori SASTRA
89
Sejarah dan Teori SASTRA
90
Sejarah dan Teori SASTRA
91
Sejarah dan Teori SASTRA
92
Sejarah dan Teori SASTRA
93
Sejarah dan Teori SASTRA
94
Sejarah dan Teori SASTRA
3. Sejarah Perkembangan
Sastra Indonesia
Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi
berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri, memiliki arti yang saling melengkapi
terutama dalam cakupan geografi dan sejarah politik di
wilayah tersebut. Sastra Indonesia dapat merujuk pada
karya sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia.
Sering juga, secara luas dirujuk pada karya sastra yang
bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu, dimana
bahasa Indonesia merupakan satu turunannya. Dengan
95
Sejarah dan Teori SASTRA
96
Sejarah dan Teori SASTRA
97
Sejarah dan Teori SASTRA
98
Sejarah dan Teori SASTRA
99
Sejarah dan Teori SASTRA
100
Sejarah dan Teori SASTRA
101
Sejarah dan Teori SASTRA
Tuah atau Hang Jebat? Selain itu setting cerita ini adalah
di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab banyak
diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka
dan Majapahit.
Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam
hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu
sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah
dan lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu
kebatinan dari petapa Jawa.
Dongeng
Dongeng merupakan suatu cerita yang tidak nyata
dan tidak historis yang fungsinya untuk memberi hiburan
dan memberi pelajaran atau nasihat. Dongeng merupakan
bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian
yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap
oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi.
Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita
yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek
moyang. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran
moral (mendidik), dan juga menghibur.
Dongeng biasanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu
pendahuluan, peristiwa atau isi dan bagian penutup.
Pendahuluan adalah merupakan kalimat pengantar untuk
memulai dongeng. Peristiwa atau isi merupakan bentuk
kejadian-kejadian yang disusun besarkan urutan waktu.
Penutup merupakan akhir dari bagan cerita yang dibuat
untuk mengakhiri cerita, kalimat penutup yang sering
digunakan dalam dongeng, misalnya mereka hidup
102
Sejarah dan Teori SASTRA
103
Sejarah dan Teori SASTRA
104
Sejarah dan Teori SASTRA
105
Sejarah dan Teori SASTRA
106
Sejarah dan Teori SASTRA
107
Sejarah dan Teori SASTRA
108
Sejarah dan Teori SASTRA
109
Sejarah dan Teori SASTRA
ini ditulis pada tahun 1885 dalam huruf Jawi. Dalam buku
ini dicatat kejadian-kejadian yang berlangsung pada abad
ke-18 dan 19 di berbagai negeri Melayu. Ada 4 (empat)
manuskrip Tuhfat al-Nafis yang diketahui. Naskah yang
disalin pada tahun 1890, selanjutnya diterbitkan pada
tahun 1923, untuk Journal of the Malayan Branch Royal
Asiatic Society, London.
Hikayat
Beberapa hikayat pada masa angkatan pujangga
lama adalah: Hikayat Abdullah; Hikayat Aceh; Hikayat
Amir Hamzah; Hikayat Andaken Penurat; Hikayat Bayan
Budiman; Hikayat Djahidin; Hikayat Hang Tuah; Hikayat
Iskandar Zulkarnain; Hikayat Kadirun; Hikayat Kalila dan
Damina; Hikayat Masydulhak; Hikayat Pandawa Jaya;
Hikayat Pandja Tanderan; Hikayat Putri Djohar
Manikam; Hikayat Sri Rama; Hikayat Tjendera Hasan;
Tsahibul Hikayat
Syair
Beberapa syair pada masa angkatan pujangga lama,
adalah sebagai berikut: Syair Bidasari; Syair Hukum
Nikah karya Raja Ali Haji; Syair Ken Tambuhan; Syair Siti
Shianah karya Raja Ali Haji; Syair Sultan Abdul Muluk
karya Raja Ali Haji; Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali
Haji; Syair Raja Mambang Jauhari; Syair Raja Siak.
Gurindam
Gurindam yang paling populer pada masa angkatan
pujangga lama, adalah Dua Belas karya Raja Ali Haji.
110
Sejarah dan Teori SASTRA
Kitab agama
Beberapa kitab agama masa angkatan pujangga
lama, diantaranya adalah: Syarab al-'Asyiqin yang
artinya: minuman para pecinta, adalah karya Hamzah
Fansuri; Asrar al-'Arifin yang artinya adalah rahasia-
rahasia para Gnostik, karya Hamzah Fansuri; dan Nur ad-
Daqa'iq yang artinya cahaya pada kehalusan-kehalusan,
karya Syamsuddin Pasai; serta Bustan as-Salatin, yang
artinya taman raja-raja, adalah karya Nuruddin ar-Raniri.
(2) Angkatan Sastra Melayu Lama
Sastra melayu lama merupakan suatu karya sastra
Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870–1942, yang
berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra seperti
Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatra lainnya,
Cina dan masyarakat Indo-Eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870
masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel
barat. Beberapa contoh karya sastra Melayu lama yaitu
Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh
A.F van Dewall, Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe,
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan, Kisah Pelayaran
ke Makassar, Syair Java Bank Dirampok, Lo Fen Kui oleh
Gouw Peng Liang, Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen,
Tambahsia, Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo, Nyai
Permana, Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo).
(3) Angkatan Balai Pustaka
Karya sastra angkatan Balai Pustaka muncul di
Indonesia sejak tahun 1920–1950, yang dipelopori oleh
111
Sejarah dan Teori SASTRA
112
Sejarah dan Teori SASTRA
113
Sejarah dan Teori SASTRA
114
Sejarah dan Teori SASTRA
115
Sejarah dan Teori SASTRA
116
Sejarah dan Teori SASTRA
117
Sejarah dan Teori SASTRA
118
Sejarah dan Teori SASTRA
119
Sejarah dan Teori SASTRA
120
Sejarah dan Teori SASTRA
121
Sejarah dan Teori SASTRA
Referensi
122
Sejarah dan Teori SASTRA
123
Sejarah dan Teori SASTRA
124
Sejarah dan Teori SASTRA
BAGIAN III:
Sastra dalam Teori
125
Sejarah dan Teori SASTRA
126
Sejarah dan Teori SASTRA
127
Sejarah dan Teori SASTRA
128
Sejarah dan Teori SASTRA
129
Sejarah dan Teori SASTRA
130
Sejarah dan Teori SASTRA
131
Sejarah dan Teori SASTRA
132
Sejarah dan Teori SASTRA
133
Sejarah dan Teori SASTRA
134
Sejarah dan Teori SASTRA
135
Sejarah dan Teori SASTRA
2. Teori-Teori Sastra
Mengulas segala hal yang terkandung dalam sebuah karya
sastra, pastinya akan turut pula membicarakan tentang
teori sastra yang menjadi pendukung di dalamnya.
Sebagai tonggak utama berdirinya sebuah karya sastra,
jelas kehadiran teori sastra menjadi bagian terpenting di
dalamnya. Dalam karya sastra yang menggunakan bahasa
Inggris, baik sastra Inggris maupun Amerika, masing-
masing menganut teori yang sama dalam menjabarkan
sebuah karya sastra.
Teori sastra sangatlah beragam. Beberapa diantara
teori-teori besar dalam kesusastraan, akan dibahas pada
bagian berikut ini. Diantaranya adalah: A) Teori Sastra
Psikoanalisis; B) Teori Sastra Strukturalisme; C) Teori
Sastra New Criticism; dan D) Teori Sosiologi Sastra.
136
Sejarah dan Teori SASTRA
137
Sejarah dan Teori SASTRA
138
Sejarah dan Teori SASTRA
139
Sejarah dan Teori SASTRA
140
Sejarah dan Teori SASTRA
141
Sejarah dan Teori SASTRA
142
Sejarah dan Teori SASTRA
143
Sejarah dan Teori SASTRA
144
Sejarah dan Teori SASTRA
145
Sejarah dan Teori SASTRA
146
Sejarah dan Teori SASTRA
147
Sejarah dan Teori SASTRA
148
Sejarah dan Teori SASTRA
149
Sejarah dan Teori SASTRA
150
Sejarah dan Teori SASTRA
151
Sejarah dan Teori SASTRA
152
Sejarah dan Teori SASTRA
153
Sejarah dan Teori SASTRA
154
Sejarah dan Teori SASTRA
155
Sejarah dan Teori SASTRA
156
Sejarah dan Teori SASTRA
157
Sejarah dan Teori SASTRA
158
Sejarah dan Teori SASTRA
159
Sejarah dan Teori SASTRA
160
Sejarah dan Teori SASTRA
161
Sejarah dan Teori SASTRA
162
Sejarah dan Teori SASTRA
163
Sejarah dan Teori SASTRA
164
Sejarah dan Teori SASTRA
165
Sejarah dan Teori SASTRA
166
Sejarah dan Teori SASTRA
167
Sejarah dan Teori SASTRA
168
Sejarah dan Teori SASTRA
kepada Tuhan, tetapi dia tidak mau karena bagi dia Tuhan
tidak ada. Dia menjalani hukuman mati dengan tenang
karena kalau pun dia tetap hidup, bagi dia hidup hanyalah
absurditas, sia-sia, dan tanpa makna.
Gagasan pokok absurdisme dapat dilihat dalam esai
Camus: ―mitos Sisipus‖. Berdasarkan kisah Sisipus dalam
mitologi Yunani Kuno. Sisipus telah menolong manusia,
dan karena itu sebagaimana juga halnya Promotheus, dia
dihukum untuk selama-lamanya. Hukumannya, dia harus
mendorong batu besar ke puncak bukit dan setelah batu
besar itu mencapai bukit, dia harus turun lagi ke bawah
dan mendorong lagi batu itu ke puncak bukit, dan
demikianlah seterusnya. Pada saat mendorong batu ke
atas, Sisipus menampakkan wajah yang capai dan sedih,
namun sekaligus terpancar pula kebahagiaan. Setelah
mencapai puncak bukit dan menggelindingkan batu itu ke
bawah lagi, dan dia tampak sedih serta merasakan bahwa
kehidupannya terasa kosong.
Itulah ibarat kehidupan manusia. Bahwa manusia
bekerja bersusah payah dan sedih karena pekerjaannya
berat, namun kalau dia menganggur atau tidak berbuat
apa-apa lagi, bagaikan Sisipus sudah sampai pada puncak
bukit dan menggelindingkan batu ke bawah, manusia
akan merasa sedih karena hidupnya kosong.
Kehidupan dalam alam realitas ini sebetulnya
merupakan pengulangan-pengulangan sebagaimana yang
dilakukan oleh Sisipus: mendorong batu ke puncak,
menggelindingkan batu ke bawah, mendorong kembali
batu yang sama ke atas, demikian seterusnya.
169
Sejarah dan Teori SASTRA
170
Sejarah dan Teori SASTRA
171
Sejarah dan Teori SASTRA
172
Sejarah dan Teori SASTRA
173
Sejarah dan Teori SASTRA
174
Sejarah dan Teori SASTRA
175
Sejarah dan Teori SASTRA
176
Sejarah dan Teori SASTRA
177
Sejarah dan Teori SASTRA
178
Sejarah dan Teori SASTRA
179
Sejarah dan Teori SASTRA
180
Sejarah dan Teori SASTRA
181
Sejarah dan Teori SASTRA
182
Sejarah dan Teori SASTRA
183
Sejarah dan Teori SASTRA
184
Sejarah dan Teori SASTRA
185
Sejarah dan Teori SASTRA
Referensi
Abrams M.H. (1981) A Glossary of Literary Terms.
New York: Holt, Rinehart and Winston
Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Baker Mona. (1992). In Other Word: A Coursebook on
Translation. London and New York: Routledge.
Bartens Kees. (1985). Filsafat Barat Abad XX jilid II,
Perancis. Jakarta: Gramedia
186
Sejarah dan Teori SASTRA
187
Sejarah dan Teori SASTRA
188