Anda di halaman 1dari 4

Kamis, 2009 Januari 22

PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYING) PENDAHULUAN


Latar Belakang Teknik pengolahan pangan cukup berqagam mulai dari cara yang sederhana ,sepertipenjemuran sampai yang canggih yang memerlukan peralatan yang rumit dan tenaga khusus yang terlatih. Pengetahuan dasar tentang metode pengawetan pangan, baik yang tradisional yang telah berthan sepanjang masa maupun yang merupakan hasil ilmu pengetahuan m odern, akan membantu pemahaman tentang kedudukan iradiasi pangan diantara berbagai metode tersebut. Pengeringan memberikan manfaat lain yang penting selain melindungi pangan yang mudah rusak. Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan s ehingga biaya pengangkutan dan penyimpanan. Pengeringan juga memudahkan penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi. Selam pengeringan terjadi perubahan fisik dan kimiaei yang semuanya tidak diinginkan. Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selama tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panasyang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara -cara pengeringan lainnya. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin. Tujuan Penulisan - Untuk mengetahui pengertian dari pengeringan (dehidrasi) beku. - Untuk mengetahui perbedaan dehidrasi beku dan dehidrasi konvensional.

Pengertian Pengeringan Beku Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selma tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara -cara pengeringan lainnya,\. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin(Gaman dan Sherrington, 1981). Dalam pengeringan beku, perpindahan panas ke daerah pengeringan dapat dilakukan oleh konduksi atau pemancaran atau oleh gabungan kedua cara ini. Pengawasan laju pindah panas sangat penting adalah perlu untuk menghindari pencairan es dan dengan demikian laju pindah panas harus cukup rendah untuk menjamin hal ini. Selain itu , untuk melakukan proses pengeringan dalam waktu y ang masuk akal, laju pindah panas haruslah setinggi mungkin. Unutk mencapai pengeringan yang aman,

perhatian yang utama ditujukan dalam perencanaan peralatan pengeringan beku dan efisien. Faktor lain yang perlu diperhatian bahwa suhu permukan tidak boleh sedemikian tinggi karena akan menyebabkan kerusakan bahan pangan pada permukaannya (Earle, 1969). Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatutitik kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut dehidrasi beku (Desrosier, 1988). Pengertian lainnya tetntang pengeringan beku, air dihilangkan dengan mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi. Pengeringan beku dilakukan dalam hampa udara dan suhu sangat rendah. Pengeringan beku ini menghasilkan produk terbaik, terutama karena pangan tidak kehilangan banyak aroma dan rasa atau nilai gizi. Namun, proses ini mahal karena memerlukan suhu rendah maupun tinggi dan keadaan hampa udara. Penggunaan cara ini hanya dibenarkan jika panga sangat peka terhadap panas, dan produk yang diperoleh harus memenuhi standar gizi yang tinggi (WHO, 1988). Titik Tripel Air Pada titik teripel air, ditemukan air terdapat dalam tiga bentuk yaitu cairan, padat, dan uap. Titik potong dari ketiga garis batas fase tersebut seperti terlihat pada Gambar 36, dan titik potong ini disebut titik tripel. Pada suhu 320F dan tekanan sebesar 4,7 mm air raksa, air berada dalam kondisi yang demikian. Jika dikehendaki agar supaya molekul-molekul air berpindah dari fase padat ke fase uap tanpa melalui fase air, maka akan kelihatan dari diagram bahwa 4,7 mm adalah merupakan tekanan maksimum unutk terjadinya kondisi tersebut, dan terdapat suatu rentang suhu yang dapat memenuhinya (Desrosier, 1988). Pada tekanan diatas 4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan menurunkan tekanan menjadi 5 mm maka akan terjadi pendidihan. Blair telah menemukan bahwa pada tekanan 4 mm dapat terjadi pembusaan pada beberapa substrat cair, dan pembusaan ini dapat dikendalikan. Pada tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn telah berada dibawah titik tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988). Perbedaan Dehidrasi Konvensional dan Dehidrasi Beku Dengan pengendalian suhu dan tekanan yang memadai, dapat dihasilkan bahan pangankering yang santa baik, termasuk daging. Sifat-sifat rehirasi, retensi zat gizi, warna, cita rasa, dan tekstur dari produk yang dikeringkan dengan benar menunjukkan bahwa aplikasi proses dapat menjadi luas dimasa mendatang Pengembangan perlatan pengeringan beku kontinu akan dapat mempercepat penyebarluasan aplikasi tenik baru ini. Unutk angkatan darta sudah dapat diproduksi dengan benar dan baik, makanan praolah kering beku yang memiliki semua kualitas makanan olahan yang diolah lagsung dari bahan yang segar (Desrosier, 1988).. Perbedaan dehidrasi beku dan konvesional dapat dilihat pada table berikut :

Dehidrasi konvensional : Berhasil baik bagi bahan pangan yang mudah dikeringkan, misalnya buah -buahan. Umumnya daging tidak memuaskan Pengolah kontinu

Umumnya suhu yang digunakan 1000F dan 2000F Biansanya pada tekanan atmosfer Waktu pengeringan pendek, biasanya kurang dari 12 jam Penguapan air dari permukaan bahan pangan Partkel kering padat Densitas lebih tinggi dari bahn pangan yang asli Bau sering kali abnormal Biasanya warna lebih gelap Rehidrasi lambat, biasanya tidak sempurna Cita rasa abnormal Stabilitas penyimpanan baik, cenderung menjadi gelap dan tengik Biaya umumnya rendah, sekitar 2sampai 7 sen dolar per pond air yang diuapkan

Dehidrasi beku : Berhasil baik bagi kebanyakan bahan pangan Berhasil baik terhadap produk-produk hewn yang dimasak atau mentah Pengolahan tidak kontinu Suhu yang digunakan cukup rendah unutk mencehah pencairan Tekanan yang digunakan dibawah 4 mm Hg Waktu pengeringan umumnya antara 12 dan 24 jam Hilangnya air melalui sublimasi dari perbatasan zona kristal-kristal es yang abadi Partikel kering porous Densitas lebih rendah dari pada bahan pangan yang asli Bau asli Warna asli Rehidrasi dapat cepat, sempurna Citarasa asli Stabilitas penyimpanan sangat baik Biaya umumnya sangat tinggi, empat kali lebih besar dari dehidrasi konvesional KESIMPULAN 1. Pengeringan Beku yaitu penghilangan air dengan mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi dan dilakukan dalam hampa udara pada suhu yang sangat rendah. 2. Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena menjag kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H. Fleet., and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta. Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Muljohardjo. UI-

Press, Jakarta. Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah Z. Nasution. Sastra Hudaya, Bogor. Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1981. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta. World Health Organization (WHO). 1991. Iradiasi Pangan : Cara Mengawetkan dan Meningkatkan Keamanan Pangan. Penerbit ITB, Bandung. Diposkan oleh CANDY_man21 di 07:28 http://candyman21.blogspot.com/2009/01/pengeringan-beku-freeze-drying.html

Anda mungkin juga menyukai