TINJAUAN PUSTAKA
Panas adalah suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain yang dapat menimbulkan akibat dalam suatu proses, akibat yang
ditimbulkan antara lain yaitu : kenaikan suhu, perubahan tekanan, perubahan fasa
dan reaksi kimia (Holman, 2004).
a. Panas Sensibel
Panas sensibel adalah panas yang menyebabkan terjadinya
kenaikan/penurunan suhu, akan tetapi fasanya tidak berubah. Dinyatakan dengan:
Q = W . Cpcamp . ΔT (2.1)
Dimana:
Q = panas yang dilepas atau diterima (J/s)
W = jumlah aliran massa fluida panas atau dingin (kg/jam)
Cpcamp = panas jenis campuran fluida panas atau dingin (J/kg. K)
∆T = beda temperatur masuk dan keluar fluida panas/dingin (K)
b. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah fasa (wujud) benda
tetapi temperaturnya tetap. Dinyatakan dengan:
Q=mλ (2.2)
5
Dimana:
Q = Panas (J/s)
M = Laju alir massa (kg/hr)
λ = Panas laten dari fluida yang berubah fasanya (J/kg)
Menurut hukum kekekalan energi, yaitu panas atau energi tidak dapat
dimusnahkan atau diciptakan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk
energi yang lain. Energi atau panas juga dapat dipindahkan, yaitu dengan cara
konduksi, konveksi, dan radiasi (D.Q. Kern, 1985).
Secara umum laju aliran kalor secara konduksi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut atau lebih dikenal dengan hukum Fourier:
dt
Q=- K.A. (2.3)
dx
Keterangan:
Q = Laju pindah panas konduksi (J/s)
K = Konduktivitas thermal bahan (W/m2 .°C)
A = Luas penampang (m2)
dt = Perbedaan temperatur (oC)
dx = Perbedaan Jarak (m)
6
2.1.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Secara umum laju aliran kalor secara konveksi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut atau lebih dikenal dengan hukum Newton:
Q = h A (ΔT) (2.4)
Keterangan:
Q = Laju pindah panas konveksi (J/s)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 oC)
A = Luas penampang (m2)
∆T = Perubahan atau perbedaan suhu (oC)
7
2.1.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas dari suatu zat yang
bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu rendah tanpa adanya medium perantara. Panas
berpindah dimana pemancar dan penyerap panas tidak bersinggungan langsung
(Mc.Cabe, dkk, 2005).
Secara umum laju alir panas secara konveksi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut atau lebih dikenal dengan hukum Stefan Boltzman:
Q = σ A T4 (2.5)
Keterangan :
Q = Laju perpindahan panas radiasi (J/s)
σ = Koefisien perpindahan panas radiasi (5,669×10- 8 W/m2.K)
A = Luas penampang (m2)
T = Perubahan atau perbedaan suhu (K)
2.2 Evaporasi
Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan
penambahan steam. Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif,
yaitu : pemberian panas ke dalam cairan, pembentukan gelembung (bubble) akibat
uap, pemisahan uap dari cairan, dan mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau
penguapan juga dapat didefenisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair
mendidih (Mc. Cabe, dkk, 2005).
8
2.3 Kebocoran Tube
Kebocoran tube dapat diakibatkan karena terjadinya erosi atau pengikisan oleh
aliran fluida dan terjadinya korosi selama operasi pada dinding bagian dalam tube
maupun dinding bagian luar tube.
9
yang terjadi pada sistem tubing di DEA Regenerator Reboiler (E-3506) disebabkan
oleh 3 hal, yaitu:
a. Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara
umum, semakin tinggi suhu maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan meningkatnya suhu akibat dari proses perpindahan panas yang secara
terus menerus terjadi di DEA Regenerator Reboiler (E-3506), sehingga
meningkatnya energi kinetik partikel yang dilanjutkan dengan tumbukan efektif
pada reaksi redoks semakin besar, dan laju korosi pada material tube juga semakin
meningkat. DEA Regeneratorr Reboiler (E-3506) yang beroperasi secara terus-
menerus sebagai alat penukar panas menyebabkan korosi di tubing-tubing reboiler
tidak dapat terhindarkan.
b. Mineral Terlarut
Peningkatan suhu menyebabkan kelarutan Ca(OH)2, Mg(OH)2, dan CaCO3
menurun dan membentuk deposit yang mengakibatkan terjadinya erosi (pengikisan
material tube) dibantu oleh pengikisan oleh aliran steam karena adanya faktor gesek.
Walaupun demikian, kandungan mineral tersebut sangat sedikit yang terikut di
dalam steam. Karena pada saat proses produksi steam di unit 92 (HRSG)
kandungan-kandungan mineral tersebut sudah dihilangkan terlebih dahulu.
10
2.4 Tube Plugging
Pemasangan plug dilakukan pada kedua ujung tube yang telah terdeteksi
adanya kebocoran. Tube yang di-plug tersebut tidak akan menyebabkan masuknya
fluida DEA ke dalam fluida steam. Material plug yang digunakan sama dengan
material tube yang digunakan pada heat exchanger tersebut.
11
Pemasangan plug dapat mempengaruhi performansi DEA Regenerator
Reboiler (E-3506) seperti, berkurangnya luas perpindahan panas efektif dari DEA
Regenerator Reboiler (E-3506) tersebut. Adanya tube yang di-plug mengakibatkan
kecepatan aliran di tiap tube akan bertambah untuk laju alir massa yang sama.
Dengan demikian, besarnya Reynold Number (NRe) aliran di dalam tube akan
bertambah dan meningkatnya koefisien perpindahan panas. Akan tetapi, peningkatan
koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) tidak sebanding dengan luas pindah
panas keseluruhan (A), sehingga besarnya perpindahan panas akan berkurang secara
bertahap.
2.5 Steam
Steam adalah uap air yang terbentuk ketika air mendidih. Untuk mengubah air
dari fase liquid (bentuk cair) menjadi fase gas (bentuk uap) diperlukan energi panas
untuk menaikan temperatur air yang biasa disebut sebagai Sensible Heat. Pada
12
tekanan atmosfir titik didih air adalah 100oC, apabila tekanan pada sistem dinaikan
maka energi panas yang diperlukan juga untuk naik.
Steam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Saturated steam dan Superheated
steam. Saturated Steam atau steam basah adalah steam yang dihasilkan dari proses
pembuatan steam tingkat pertama di Boiler dimana biasanya suhu berkisaran 150oC
sampai 300oC, ciri khas dari Saturated steam adalah steam yang masih banyak
mengandung air sehingga mudah membentuk air kembali jika terjadi penurunan
suhu. Superheated Steam adalah steam yang dibuat dari Saturated Steam yang
dipanaskan kembali dalam boiler sampai suhu ±700oC, steam ini sangat kering dan
tidak mudah terkondensasi akibat penurunan suhu yang rendah.
Steam merupakan salah satu energi panas yang salah satu fungsinya sebagai
media pemanas pada peralatan alat penukar panas (heat exchanger). Steam berasal
dari air umpan boiler (BFW) yang dipanaskan di boiler dengan memanfaatkan panas
yang berasal dari exhaust gas turbin (flue gas) dan panas pembakaran fuel gas (Unit
92 – HRSG PT. Perta Arun Gas). Keuntungan menggunakan media pemanas steam
yaitu : steam di dapat dengan murah, energinya mudah didistribusikan (transfer) ke
titik penggunaan dan steam mudah untuk dikendalikan.
13
2.6.1 Alat Penukar Panas Berdasarkan Bidang Kontak
Jika ditinjau dari cara perpindahan panas berdasarkan bidang kontaknya dapat
dibedakan atas panas secara langsung dan tidak langsung.
1. Alat penukar panas secara kontak langsung adalah alat yang mengontakkan
fluida panas dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah.
2. Alat penukar panas secara tidak langsung adalah alat yang tidak
mengontakkan langsung fluida panas dengan fluida dingin tetapi
menggunakan plat atau tube sebagai pemisahnya.
14
9. Economizer, pemanas feed water sebelum masuk ke boiler untuk dijadikan
steam, agar panas yang keluar tidak terbuang percuma.
10. Steam Generator, atau disebut ketel uap dimana terjadi pembentukan uap dalam
unit pembangkit. Panas hasil pembakaran bahan bakar dalam ketel dipindahkan
dengan cara konveksi, konduksi, dan radiasi.
Alat penukar panas pipa ganda terdiri dari dua pipa logam standar yang kedua
ujungnya di sambung menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida
yang satu mengalir pada pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang
anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Pada penukar panas jenis ini dapat
digunakan aliran searah atau aliran berlawan arah, baik fluida panas maupun fluida
dingin terdapat dalam ruang annulus dan fluida yang lain di dalam pipa dalam. Tipe
alat penukar panas ini sering kali digunakan untuk laju alir kecil.
15
cocok untuk digunakan pada fluida yang bertekanan tinggi dan juga tidak cocok
untuk diferensial yang temperatur fluidanya tinggi.
c. Alat Penukar Panas Pipa Dan Tabung (Shell and Tube Exchanger)
Shell and tube exchanger adalah salah satu tipe alat penukar panas yang paling
banyak digunakan di perindustrian, alat penukar panas ini biasanya digunakan fluida
yang memiliki aliran yang lebih besar dan kontinyu, untuk aliran fluida kotor
dilewatkan pada bagian shell dan aliran fluida bersih dilewatkan pada bagian tube,
penempatan aliran ini dimaksudkan agar pembersihan untuk alat penukar panas
lebih mudah dalam kontruksinya.
Alat penukar panas shell and tube terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundle pipa, sedangkan fluida yang lain
mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Untuk
meningkatkan efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
cangkang dan buluh dipasang sekat (baffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
16
Berdasarkan letak dan bentuk shell and tube, alat penukar panas shell and tube
dapat dibedakan atas 5 (lima) jenis, yaitu:
17
Gambar 2.8 Kettle-type reboiler with integral tube sheet
(Sumber : D, Q, Kern. 1990)
5. Kettle-Type Reboiler
2.7 Komponen Alat Penukar Panas Jenis Shell and Tube (Reboiler)
Komponen utama alat penukar panas untuk jenis shell and tube khususnya
Reboiler terdiri atas:
1. Shell
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan ditempatkan
didalamnya. Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube sekaligus sebagai wadah
pengalir fluida yang berbeda suhunya dengan fluida yang mengalir didalam tube.
Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat logam yang di rol,
shell merupakan badan dari heat exchanger dimana terdapat tube bundle, untuk
temperatur yang sangat tinggi shell dibagi dua dan disambungkan dengan
sambungan ekspansi.
2. Tube
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang
mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan
dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya selain itu bahan
pipa juga harus tidak mudah korosi oleh fluida.
18
Tube merupakan media penghantar panas antara dua fluida. Sejumlah tube
dirangkai menjadi satu kesatuan disebut sebagai tube bundle. Tata letak pemasangan
tube (tube layout) ada empat macam, yaitu:
Triangular Pitch
- Sangat umum baik untuk non fouling maupun untuk fouling service.
- Pressure Drop di antara sedang sampai tinggi.
- Koefisien perpindahan panas lebih baik dari pada In Line Square
In Line Triangular Pitch
- Tidak banyak dipergunakan dalam industri
- Pressure Drop diantara sedang sampai tinggi
3. Baffle
Baffle merupakan sebuah penyekat yang berfungsi sebagai penahan dari tube
bundle, mencegah terjadinya benturan antara tube akibat dari vibrasi aliaran fluida
dan mengarahkan aliran.
4. Channel
Channel berfungsi sebagai tempat masuk/keluarnya fluida pada bagian tube.
5. Tube Sheet
Tube sheet berfungsi sebagai tempat kedudukan tube bundle pada shell.
6. Impengement Baffle
19
Plate yang ditempatkan didepan inlet shell side. Gunanya untuk melindungi
tube dari aliran fluida yang masuk dengan kecepatan tinggi sehingga erosi pada tube
dapat dihindari.
7. Weir Plate
Plate yang berfungsi sebagai pemisah antara lean DEA dan rich DEA, dan
juga sebagai penahan level larutan DEA agar larutan DEA merendam tube, sehingga
pemanasan berlangsung secara optimal.
8. Vortex Breaker
Vortex breaker berfungsi untuk mencegah pusaran pada aliran lean DEA yang
keluar dari reboiler.
20
5 Stationary Head Nozzle 25 Packing Gland
6 Stationary Tubesheet 26 Lantern Ring
7 Tubes 27 Tie Rods and Spacers
8 Shell 28 Transverse Baffles or Support
9 Shell Cover Plates
10 Shell Flange- Stationary Head 29 Impingement Plates
End 30 Longitudinal Baffle
11 Shell Flange-Rear Head End 31 Pass Partition
12 Shell Nozzle 32 Vent Connection
13 Shell Cover Flange 33 Drain Connection
14 Expansion Joint 34 Instrument Connection
15 Floating Tubesheet 35 Support Saddle
16 Floating Head Cover 36 Lifting Lug
17 Floating Head Flange 37 Support Bracket
18 Floating Head Backing Device 38 Weir Plate
19 Split Shear Ring 39 Liquid Level Connection
Neraca massa merupakan jumlah aliran yang masuk dan keluar yang terjadi
pada suatu proses. Dasar perhitungan neraca massa adalah hukum kekekalan massa,
yaitu massa jumlahnya tetap, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Dimana :
∑i. mi = Jumlah laju alir massa yang masuk sistem (kg/h)
21
∑o. mo = Jumlah laju alir massa yang keluar sistem (kg/h)
Untuk mengetahui unjuk kerja suatu alat penukar panas perlu dilakukan
perhitungan perhitungan neraca energi atau panas. Besarnya panas yang dilepaskan
dan panas yang diterima adalah sama. Persamaannya diberikan pada persamaan.
Dimana:
Q = Panas yang dilepas atau diterima (W)
M = Jumlah aliran massa fluida (Kg/jam)
Cp = Panas jenis fluida (j/Kg oC)
ΔT = Beda temperatur masuk dan keluar fluida panas (oC)
A = Luas pindah panas (m2)
U = Koefisien pindah panas keseluruhan (W/m2 oC)
ΔTLMTD = Beda temperatur rata-rata fluida (oC)
22
Panas jenis adalah perbandingan antara jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu suatu benda padat/cair sebesar satu derajat dengan jumlah panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar satu derajat pada jumlah massa
yang sama.
Panas jenis suatu fluida campuran harus dihitung sesuai fraksi dari masing-
masing komposisi yang terkandung didalamnya, sehingga dituliskan (Himmelblau,
1996).
Cpcamp = x (a + b (T) + c (T2) + d (T3)) (2.9)
Dimana:
Cpcamp = panas jenis campuran fluida panas /dingin (j/mol K)
X = fraksi mol
23
(a) Counter-current flow dan (b) Co-current flow
(sumber : D, Q, Kern. 2002)
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan LMTD aliran co-
current dengan perhitungan LMTD aliran counter-current berbeda, dan berikut
perhitungan LMTD untuk masing-masing aliran :
Untuk aliran fluida searah (co current flow):
( Thi - Tci ) - ( T ho - T co )
∆T LMTD = (2.11)
ln {( Thi - Tci ) / ( T ho - T co ) }
(2.12)
24
Tho = Temperatur fluida panas keluar (°F)
Tci = Temperatur fluida dingin masuk (°F)
Tco = Temperatur fluida dingin keluar (°F)
Bilangan Reynold untuk alat penukar panas shell dan tube terbagi atas dua
yaitu bilangan Reynold pada bagian shell dan bagian tube, pembagian ini
berdasarkan jumlah aliran fluida yang ada pada alat penukar panas, berikut
perhitungan bilangan Reynold untuk masing-masing bagian.
De . G s
Re s = , sisi shell
μs
(2.16)
ID . G t
Re t = , sisi tube
μt
(2.17)
Keterangan:
Res = Bilangan Reynold di sisi shell
De = Diameter ekivalen (ft)
Gs = Kecepatan alir massa fluida di sisi shell (lb/ft2.hr)
μs = Viskositas fluida di sisi shell (lb/ft.hr)
Ret = Bilangan Reynold di sisi tube
ID = Diameter dalam tube (ft)
Gt = Kecepatan alir massa fluida di sisi tube (lb/ft2.hr)
μt = Viskositas fluida di sisi tube (lb/ft.hr)
25
2.8.6 Diameter Equivalent Pitch Tube
- Diameter Equivalent Square Pitch
2
2 od
4 x(P t −π x )
4 (2.18)
De=
π x od
- Diameter Equivalent Triangle Pitch
od 2
4 x(0.5 Pt x 0.86 Pt – 0 , 5 π x )
4
De=
0.5 x π x od
(2.19)
Dimana :
De = Diameter equivalent (in)
Pt = Jarak antar pusat tube (in)
Od = Diameter luar tube (in)
Gambar 2.12 Tata letak tube pada jenis square pitch dan triangle pitch
(sumber : DQ. Kern, 2002)
ID x C x B
as = , sisi shell
144 x Pt
(2.20)
N t x a't
at = , sisi tube
144 x n
(2.21)
26
Keterangan:
as = Luas daerah aliran pada sisi shell (ft2)
ID = Diameter dalam shell (in)
C = Jarak antar tube (in)
B = Jarak baffle (in)
Pt = Jarak antar sumbu tube (in)
at = Luas daerah aliran pada sisi tube (ft2)
Nt = Jumlah tube (batang)
a’t = Luas daerah aliran per tube (in2)
n = Jumlah pass (Laluan)
Ws
Gs = , sisi shell
as
(2.22)
Wt
Gt = , sisi tube (2.23)
at
Keterangan:
Gs = Kecepatan alir massa fluida di sisi shell (lb/ft2.hr)
Ws = Laju alir massa fluida di sisi shell (lb/hr)
as = Luas daerah aliran pada sisi shell (ft2)
Gt = Kecepatan alir massa fluida di sisi tube (lb/ft2.hr)
Wt = Laju alir massa fluida di sisi tube (lb/hr)
at = Luas daerah aliran pada sisi tube (ft2)
Nilai koefisien perpindahan panas pada bagian luar tube atau bagian dalam
shell ditentukan dengan rumus:
27
Ks
( )( )
1 /3
C Xμs
ho = JH × × ×ϕs (2.24)
De Ks
Keterangan:
ho = Koefisien perpindahan panas bagian shell (Btu/hr.ft2.°F)
ϕs = Rasio/perbandingan viskositas fluida pada suhu dinding tube di sisi shell
JH = Faktor perpindahan panas
ks = Konduktivitas fluida di sisi shell (Btu/hr.ft2.°F/ft)
De = Diameter ekivalen (ft)
Cps = Kapasitas panas fluida di sisi shell (Btu/lb.°F)
μs = Viskositas fluida di sisi shell (lb/ft.hr)
Nilai koefisien perpindahan panas pada bagian dalam tube ditentukan dengan
rumus:
( )(
Kt
)
1/ 3
C X μt
h i = JH × × ×ϕt
ID Kt
(2.25)
Keterangan:
hi = Koefisien perpindahan panas bagian tube (Btu/hr.ft2.°F)
ϕt = Rasio/perbandingan viskositas fluida pada suhu dinding tube di sisi tube
JH = Faktor perpindahan panas
kt = Konduktivitas fluida di sisi tube (Btu/hr.ft2.°F/ft)
ID = Diameter dalam tube (ft)
Cpt = Kapasitas panas fluida di sisi tube (Btu/lb.°F)
μt = Viskositas fluida di sisi tube (lb/ft.hr)
28
Keterangan:
Naktual = Persentase tube plugging aktual (buah)
Nt = Jumlah tube keseluruhan (buah)
N = (100% - M ) × N t (2.27)
Keterangan:
N = Jumlah tube aktif
M = Persentase tube yang mengalami plugging (%)
Nt = Jumlah tube keseluruhan
N plug = N t - N (2.28)
Keterangan:
Nplug = Jumlah tube yang di plug (buah)
Nt = Jumlah tube keseluruhan (buah)
N = Jumlah tube aktif (buah)
h io x h o
Uc = (2.29)
h io + h o
Keterangan:
Uc = Koefisien perpindahan panas bersih (Btu/hr.ft2.°F)
hio = Koefisien perpindahan panas terkoreksi pada lapisan film keseluruhan
dinding tube (Btu/hr.ft2.°F)
ho = Koefisien perpindahan panas bagian shell (Btu/hr.ft2.°F)
29
2.8.12 Koefisien Perpindahan Panas Aktual (Ud)
Q terima
Ud =
A x ∆T LM
(2.30)
Keterangan:
Ud = Koefisien perpindahan panas kotor (Btu/hr.ft2.°F)
Qterima = Panas yang diterima fluida (Btu/hr)
A = Luas pindah panas keseluruhan (ft2)
ΔTLM = Selisih suhu rata-rata sebenarnya (°F)
A = N × L×a (2.31)
Keterangan:
A = Luas pindah panas keseluruhan (ft2)
N = Jumlah tube aktif
L = Panjang tube (ft)
a" = Luas permukaan tube per lin feet (ft2/lin ft)
UC −UD
Rd = (2.32)
UC × UD
30
Diketahui:
Rd = Faktor Pengotor (hr.ft2.°F/Btu)
Uc = Koefisien perpindahan panas bersih (Btu/hr.ft2.°F)
Ud = Koefisien perpindahan panas kotor (Btu/hr.ft2.°F)
N +1=12 × L/ B (2.34)
Bagian tube
2
f x Gt x L x n
∆P t = 10
5,22 ×10 × ID t × s × ∅ t
(2.35)
Keterangan:
ΔPs = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan fluida pada
saat keluar pada shell side dari alat penukar panas (Psi)
ΔPt = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan
fluida pada saat keluar pada tube side dari alat penukar panas (Psi)
f = Friction factor (ft2/in2)
Gs = Kecepatan alir massa fluida di sisi shell (lb/ft2.hr)
Gt = Kecepatan alir massa fluida di sisi tube (lb/ft2.hr)
IDshell = Diameter dalam shell (ft)
L = Panjang tube (ft)
B = Jarak buffle
N = Jumlah lintasan melintang (Jumlah baffle plate)
n = Jumlah lintasan tube
De = Diameter ekivalen (ft)
IDtube = Diameter dalam tube (ft)
31
ϕs = Rasio viskositas fluida pada sisi shell
ϕt = Rasio viskositas fluida pada sisi tube
2
4n V
∆ Pr ¿
s 2g'
(2.37)
Dimana:
n = Jumlah lintasan aliran pada bagian tube
s = Spesifik Grafity
g’ = acceleration of grafity (ft/sec2)
v = velocity (ft/sec)
Aliran lean DEA yang telah digunakan di DEA Absorber (C-3402) untuk
menyerap H2S dan CO2 akan menjadi rich DEA, rich DEA tersebut di regenerasi
kembali di DEA Regenerator (C-3404). Proses regenerasi di DEA Regenerator,
yaitu proses pemisahan CO2 dan H2S dari larutan Rich DEA dengan tekanan rendah
dan temperatur tinggi. Proses tersebut terjadi di dalam DEA Regenerator (C-3404)
yang berisi 2 (dua) packing bed jenis pall rings. Larutan rich DEA masuk ke bagian
top DEA Regenerator (C-3404) yang mempunyai tekanan rendah. Akibat penurunan
tekanan ini, CO2 dan H2S yang terikat dalam larutan sebagian besar akan terlepas,
sedangkan sisa yang masih terikut dalam larutan akan mengalir ke bawah melalui
tumpukan pall rings dan masuk ke dalam DEA Regenerator Reboiler (E-3406) agar
mendapatkan pemanasan oleh steam untuk pelepasan CO2 dan H2S dalam larutan.
32
melalui top Reboiler serta masuk ke dalam DEA Regenerator (C-3404) pada bagian
bottom chimney tray.
Larutan DEA yang telah terlepas dari CO2 dan H2S akan menjadi lean DEA
dan keluar dari bagian bottom Reboiler serta masuk ke DEA Regenerator (C-3404)
dari bagian bottom. Larutan lean DEA masuk ke Heat Exchanger Lean/Rich DEA
(E-3404 ABC) untuk didinginkan dengan larutan rich DEA kemudian di pompa oleh
G-3403 AB dan didinginkan oleh E-3405 AB hingga temperatur 54 oC dan masuk ke
DEA Absorber (C-3402) melalui top untuk proses penyerapan CO2 dan H2S hingga
temperatur 55oC.
Akibat kontak fisik terjadi transfer massa laju difusi gas CO 2 dan H2S ke dalam
larutan DEA dengan proses reaksi sebagai berikut:
Jalannya proses regenerasi terhadap CO2 dan H2S adalah sebagai berikut:
Regenerasi Terhadap CO2
Heat
Jadi, ketika larutan Rich DEA masuk ke dalam DEA Regenerator yang
mengalir ke bagian bawah, sebagian besar CO2 dan H2S terlepas dari dalam larutan.
Larutan DEA kemudian mengalir ke dalam DEA Reboiler dimana larutan ini
33
dipanaskan dengan steam. Akibatnya, sisa-sisa CO 2 dan H2S yang tersisa di dalam
larutan serta uap air akan terlepas dari dalam larutan dan keluar dari atas Reboiler
masuk ke Regenerator di bagian bawah chimney tray. Larutan lean DEA yang telah
bebas CO2 dan H2S keluar dari bawah DEA Reboiler dikembalikan ke bawah DEA
Regenerator. Larutan ini dikembalikan ke DEA absorber dengan pompa sirkulasi
(G-3X03 AB). CO2 dan H2S keluar dari top DEA Regenerator dikirim ke Carbonate
Regenerator yang masuk diantara bed kedua dan ketiga sebagai “driving vorce”.
34