Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMODELAN STRUKTUR

Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka
bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur
adalah simetris segiempat yang memiliki 5 bidang portal pada arah horizontal dan 10 lantai
pada arah vertikal. Luas bangunan rencana adalah (30 x 30) m2. Panjang bidang portal
adalah masing-masing 6 meter. Tinggi portal adalah 3,6 meter untuk tiap lantai kecuali
lantai dasar yakni 4 meter. Denah dari struktur yang ada dalam permodelan tugas akhir
penulis adalah sebagai berikut :

Bagian portal
dengan
Bresing (garis
tebal)

Gambar 3.1. Denah struktur


LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

Pada Gambar 3.1, kolom-kolom dipasang sesuai dengan kebutuhan desain gempa. Arah
horizontal merupakan arah sumbu kuat struktur karena pemasangan sumbu kuat kolom-
kolom tengah mengikuti pembebanan arah lateral sumbu X global (sumbu model).
Walaupun dimensi struktur simetris, tetapi terdapat sebagian eksentrisitas struktur karena
kekakuan struktur arah X global lebih besar dibandingkan kekakuan struktur arah Y global
akibat pemasangan sumbu kolom.

3.1 Nomenklatur

Penamaan bidang-bidang serta elemen-elemen struktur diperlukan dalam mengidentifikasi


bagian-bagian struktur yang akan direncanakan. Tujuannya adalah untuk mempermudah
proses perencanaan struktur mulai dari identifikasi elemen kolom, balok, dan bresing,
hingga bagian detailnya.

Dalam permodelan ini terdapat 12 bidang elevasi yang dimulai dari bidang 1 sampai 6
untuk arah bidang sejajar sumbu X model. Sedangkan bidang A sampai F untuk bidang
sejajar sumbu Y model.

Permodelan struktur dibantu dengan menggunakan program ETABS 9.0 yang secara
otomatis telah memberi label kepada masing-masing elemen struktur. Untuk elemen kolom
digunakan inisial C (column), untuk balok B (beam), sedangkan untuk bresing D.

Berikut tampak gedung 3 dimensi untuk struktur rangka bresing konsentrik.

Gambar 3.2. Model Struktur 3 Dimensi

HERI AHMADI (15004095) III-2


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

3.2 Rangka Bresing

Bresing dipasang bersilangan dari kolom ke kolom pada tiap-tiap lantai di bidang
perimeter A(2-3), A(4-5), F(2-3), F(4-5), 1(B-C), 1(D-E), 6(B-C), dan 6(D-E). Sumbu
lokal bresing yang sejajar dengan bidang bresing merupakan sumbu lemah. Hal ini
dimaksudkan agar saat bresing menekuk, arah tekuk masih sejajar bidang bresing.
Balok dan kolom dan bresing didesain dengan menggunakan profil H dan IWF.

3.3 Perletakan Struktur

Struktur gedung dimodelkan memiliki perletakan jepit (terkekang penuh) pada lantai
dasarnya karena gedung didesain cukup tinggi yakni mencapai 36 meter di atas permukaan
tanah. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban struktur terhadap beban-beban yang
diaplikasikan terutama beban lateral yang dapat menyebabkan momen guling struktur yang
besar. Oleh karena itu, sebagian beban yang masuk ke dalam elemen struktur akan
sebagian dipikul oleh pondasi. Selain itu permodelan yang demikian merupakan
representasi dari perencanaan pada masa konstruksi.

3.4 Deskripsi Elemen Struktur

Dalam memodelkan struktur pada program ETABS 9.0, masing-masing elemen struktur
memiliki spesifikasi masing-masing, di antaranya adalah:

3.4.1 Balok

Balok merupakan elemen struktur penahan gaya lentur dan geser yang terhubung kaku
dengan kolom-kolom pada ujung-ujungnya sehingga memiliki momen maksimum terdapat
pada ujung-ujung balok tempat terjadinya sendi plastis saat terjadi gempa.

Desain balok pada tugas akhir ini dibedakan berdasarkan besarnya beban yang bekerja
secara vertikal terutama beban sendiri struktur, pelat serta beban hidup saat masa layan.
Balok terdiri dari balok utama dan balok anak. Balok utama adalah balok-balok yang
ujung-ujungnya bertumpu langsung kepada kolom, sedangkan balok anak adalah balok-
balok yang ujung-ujungnya bertumpu pada balok utama yang arahnya sejajar arah Y global.
Balok-balok utama yang sejajar balok anak akan memiliki dimensi penampang lebih kecil
dibandingkan balok-balok utama yang tegak lurus balok-balok anak karena balok anak
menumpu pada balok-balok utama yang tegak lurus terhadapnya. Akibatnya, momen lentur
yang terjadi pada balok utama yang tegak lurus balok anak tentunya akan lebih besar
dibandingkan dengan balok utama yang sejajar balok anak. Selain itu, balok utama yang
berada pada bidang perimeter akan menanggung beban vertikal yang lebih kecil

HERI AHMADI (15004095) III-3


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

dibandingkan balok-balok utama yang bukan pada bidang perimeter karena sebagian gaya-
gaya vertikal akan disalurkan kepada bresing.

3.4.2 Kolom

Kolom merupakan elemen struktur penahan gaya aksial dan lentur yang terhubung kaku
dengan balok-balok di atas dan di bawahnya. Pada saat terjadi gempa, kolom-kolom
menerima sebagian beban lateral yang sebelumnya telah didistribusikan lebih besar kepada
elemen bresing.

Kolom-kolom luar direncanakan dipasang dengan sumbu kuat tegak lurus terhadap bidang
bresingnya. Sedangkan untuk kolom-kolom dalam disejajarkan dalam satu arah saja agar
mempermudah dalam hal analisis dan perhitungan serta mempermudah saat masa
konstruksi.

Mula-mula kolom direncanakan sama pada tiap lantai. Lalu dengan mengambil acuan
kolom paling atas didesain hingga memenuhi strength ratio antara 0,7 – 1,0 berikutnya
menerus hingga ke bagian kolom di bawahnya sampai lantai dasar. Kolom-kolom yang
memiliki strength ratio dengan perbedaan yang kecil kemudian dikelompokkan menjadi
satu jenis profil kolom hingga didapat beberapa jenis kolom tiap-tiap beberapa lantainya.
Selain itu, kolom yang terdapat pada bidang bresing (kolom luar) yakni kolom portal
bresing dan kolom sudut, serta kolom dalam juga dibedakan karena direncanakan memiliki
kebutuhan tahanan yang berbeda.

3.4.3 Bresing

Bresing adalah elemen struktur tambahan yang dipergunakan apabila hendak menjadikan
struktur portal lebih kaku (tidak bergoyang). Bresing yang dipergunakan pada tugas akhir
ini adalah tipe struktur rangka bresing konsentrik (Concentric Braced Frame) yang terbagi
ke dalam 2 spesifikasi yakni Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK) dan
Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB).

Permodelan bresing dipasang seperti huruf X sesuai konfigurasi pada gambar 3.2 di
bidang perimeter struktur gedung. Bresing menggunakan profil WF yang dipasang dan
direncanakan untuk dapat menekuk sejajar bidang bresing saat terjadi gempa kuat.

Bresing direncanakan memikul gaya-gaya aksial yang dapat menyebabkan tarik atau tekan.
Pada saat terjadi gempa, bresing memiliki dua kemungkinan perilaku yakni perilaku tekuk
akibat tekan dan leleh atau fraktur akibat tarik.

HERI AHMADI (15004095) III-4


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

3.4.4 Pelat Lantai

Pelat lantai dibuat dari beton yang dikompositkan dengan metaldeck (semacam pengganti
tulangan dan pengganti perancah saat pengecoran beton). Direncanakan tebal metaldeck
adalah sebesar 90 mm. Khusus untuk bagian atap gedung pelat terbuat dari beton saja
dengan perencanaan tebal sebesar 100 mm.

Gambar 3.3. Definisi Metaldeck

Keterangan :
Tc : tebal slab sebesar (50 mm)
Hr : tebal dek sebesar (40 mm)
Wr : lebar rib (50 mm)
Sr : jarak antar rib (100 mm)
Hs : tinggi shear connector (110 mm)
Diameter shear connector sebesar 19 mm.

Pelat lantai bertumpu pada balok-balok anak yang terdistribusi secara tributary area.
Program ETABS 9.0 secara otomatis mendistribusikan beban lantai per bidang pelat tak
terkekang (automesh area). Beban-beban mati tersebut pada akhirnya akan terdistribusi
kepada balok utama menjdai beban-beban vertikal bersama beban mati lainnya.

Profil elemen-elemen struktur kolom, balok dan bresing direncanakan mengacu kepada
spesifikasi fabrikasi dari Gunung Garuda yakni produksi lokal sehingga pada program
ETABS 9.0 profil-profil yang diperkirakan akan dibutuhkan oleh struktur mulai dari profil
terkecil hingga ukuran profil terbesar yang diperkirakan terpakai kemudian dimasukkan ke
dalam daftar profil rencana program analisis.

3.5 Karakteristik Struktur Rangka Bresing Konsentrik

Struktur rangka bresing konsentrik pada tugas akhir ini memiliki beberapa karakteristik
khusus, yakni:

• Model struktur penahan gaya lateral (bresing) akibat gempa dipasang simetris pada
bidang perimeter pada keempat sisi gedung yang dimaksudkan untuk
mengantisipasi arah gaya gempa horizontal 2 arah. Diharapkan masing-masing sisi
bidang bresing pada bidang perimeter yang saling tegak lurus akan saling

HERI AHMADI (15004095) III-5


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

melengkapi dan bekerjasama apabila terjadi gempa pada arah yang tidak sejajar
dengan kedua bidang perimeter.
• Pemasangan bresing X dimaksudkan untuk mengantisipasi gaya gempa sejajar
bidang bresing yang terjadi secara periodik sehingga gaya tarik dan tekan yang
diserap pada bresing akan bekerja secara harmonis. Selain itu, agar kekakuan
struktur pada bidang perimeter benar-benar kaku sehingga diharapkan hampir
seluruh gaya lateral yang dipikul struktur akan didistribusikan hanya kepada
bresing saja.
• Disebabkan batang bresing menggunakan profil WF, batang-batang bresing yang
saling bersilangan bertemu di satu titik dan berperilaku terkekang penuh (jepit)
sehingga panjang efektif bresing diasumsikan hanya separuh dari kolom ke kolom
sehingga perilaku tekuk yang terjadi pada saat terjadi gempa akan terhindar dari
tekuk lateral (keluar bidang bresing).
• Sumbu lemah batang bresing dipasang sejajar bidang bresing dengan sambungan
menggunakan pelat buhul yang didesain secara khusus karena berbeda dengan
sambungan – sambungan tipikal untuk rangka SRBK.
• Pada saat terjadi gempa kuat, maka bagian struktur yang diharapkan akan terjadi
plastis adalah bagian sambungan pelat buhul dengan bresing pada sistem rangka
bresing konsentrik khusus, sedangkan pada sistem rangka bresing konsentrik biasa
bagian struktur yang diharapkan plastis adalah bresing itu sendiri.

3.6 Pembebanan Struktur

Pembebanan struktur didasarkan pada Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung
(SKBI-1.3.53.1987) dengan konfigurasi sebagai berikut:

1. Beban mati (Dead Load)

Beban mati adalah seluruh bagian bangunan yang bersifat tetap yang tidak terpisahkan
dari bangunan selama masa layannya. Beban mati yang dihitung pada struktur ini
antara lain:

• Berat sendiri beton bertulang yang terdapat pada pelat metaldeck, dan roofdeck
(bagian atap) yang memiliki massa jenis sebesar 2400 kg/m3. Mutu beton yang
digunakan adalah 30 MPa.
• Berat sendiri baja profil yang terpasang sebagai struktur rangka baja berupa
kolom, balok, dan bresing ditetapkan bermassa jenis sebesar 7850 kg/m3 . Mutu
baja yang digunakan adalah BJ-41 dengan spesifikasi fy = 250 MPa dan fu =
410 MPa.
• Beban dinding yang dianggap hanya dipasang pada keempat bagian sisi
perimeter sebagai dinding penutup bangunan ditetapkan sebesar 255 kg/m

HERI AHMADI (15004095) III-6


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

• Beban dinding partisi yang direncanakan dipasang pada bagian dalam bangunan
ditetapkan sebesar 50 kg/m.

2. Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup merata untuk gedung perkantoran sebesar 250 kg/m2 dipasang pada lantai
1 sampai lantai 9. Beban hidup akan bertumpu pada pelat metaldeck untuk selanjutnya
didistribusikan kepada balok-balok dan kolom sekitarnya secara tributary area.

3. Beban Hidup Atap

Beban hidup atap adalah beban orang yang dapat mencapai atap sebesar 100 kg/m2
dipasang pada lantai 10 (bagian dek paling atas).

4. Beban Gempa (Earthquake Load)

Beban gempa pada tugas akhir ini merupakan beban horizontal yang direpresentasikan
sebagai beban statik ekivalen diaplikasikan pada bagian pusat massa struktur pada tiap-
tiap lantai dengan eksentrisitas dari pusat massa gedung sesuai ketentuan SNI 03-1726-
2003 butir 5.4.3 sebagai berikut:

Untuk 0 < e < 0,3 b;

ed = 1,5 e + 0,05 b atau ed = e – 0,05 b

Struktur gedung sebenarnya tidak memiliki eksentrisitas terhadap gaya lateral (e = 0)


karena gedung berbentuk simetris segiempat dengan gaya lateral diaplikasikan pada pusat
massa. Namun, dalam kondisi sebenarnya pusat massa gedung terutama pada masa layan
tidak akan tepat di tengah-tengah. Hal ini disebabkan konsentrasi beban hidup akan
berbeda-beda pada tiap lantainya sehingga resultan pusat massa akan sangat bervariasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan eksentrisitas desain minimum dengan e ≅ 0
(mendekati nilai nol). Maka, nilai ed = 0,05b sehingga nilai ed = 1,5 m dari pusat massa
gedung.

3.6.1 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan diperlukan dalam sebuah perencanaan struktur bangunan. Pada


saat konstruksi, tentunya beban-beban yang bekerja pada struktur hanyalah beban-beban
mati saja dan beban hidup sementara akibat dari pekerja bangunan. Sedangkan pada masa
layan, beban-beban tersebut akan ditambah dengan beban-beban hidup permanen dari
aktivitas pemakai gedung dan barang-barang inventaris yang dapat bergerak di dalam

HERI AHMADI (15004095) III-7


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

gedung. Hal ini tentunya akan berdampak pada kekuatan rencana elemen struktur yang
direncanakan berdasarkan kombinasi pembebanan terbesar akibat penjumlahan beban-
beban yang bekerja dengan faktor beban LRFD (Load Resistance Factor Design).
Kombinasi pembebanan yang dipakai pada struktur gedung ini adalah sebagai berikut :

1,4 DL
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 DL + LL
1,2 DL + 0,5 LL + Ω E
0,9 DL - ΩE

Keterangan :
DL : Beban mati
LL : Beban hidup
E : Beban gempa yang dinyatakan dalam 2 arah

Dengan Ω adalah faktor kuat cadang struktur sebesar 2,2 sesuai tabel 15.2-1 SNI 03 – 1729
– 2002 untuk struktur rangka bresing konsentrik. Faktor kuat cadang struktur hanya
diaplikasikan terhadap beban gempa sebagai antisipasi terhadap kemungkinan kegagalan
struktur. Faktor kuat cadang yang merupakan koefisien beban gempa dianggap sama untuk
keseluruhan bagian struktur baik elemen kolom, balok maupun bresing sehingga saat
terjadi beban gempa yang melebihi beban desain gempa dapat dijamin bahwa struktur
selain bagian sambungan dan bresing berperilaku elastis.

Tiga kombinasi pertama merupakan kombinasi pembebanan yang dipengaruhi oleh beban
mati dan hidup saja. Sedangkan dua kombinasi pembebanan berikutnya telah dipengaruhi
oleh beban gempa. Namun, saat terjadi gempa dianggap beban hidup tereduksi menjadi
setengahnya.

3.7 Pra-Analisis Struktur

Ujicoba model diperlukan dalam menentukan bagaimana sebuah desain struktur tahan
gempa yang akan direncanakan secara mendetail dapat terbayangkan melalui pendekatan
iteratif. Permodelan struktur yang dianalisis sebelum masuk ke bagian struktur rangka
bresing yakni melalui permodelan struktur rangka pemikul momen biasa (SRPMB).
Dimulai dari situlah perencanaan awal profil desain akan dilakukan karena struktur
SRPMB merupakan struktur pemikul momen yang paling konservatif dibandingkan
SRPMK atau SRPMT.

Analisis dilakukan pada salah satu bidang bresing yang berpotensi menerima pembebanan
terbesar (memiliki gaya – gaya dalam maksimum).

HERI AHMADI (15004095) III-8


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

3.7.1 Pembebanan gempa statik ekivalen

Untuk masing-masing struktur ditentukan masing-masing beban gempa. Untuk struktur


SRBKK beban gempa yang diaplikasikan akan lebih kecil daripada SRBKB karena faktor
modifikasi respon R pada SRBKK bernilai 6,4 sedangkan pada SRBKB adalah 5,6. Oleh
karena itu, besarnya gaya geser dasar yang terjadi pada kedua struktur akan berbeda.

Beban-beban lateral yang bekerja pada struktur dihitung berdasarkan besarnya periode
getar alami struktur dan berat struktur awal. Melalui perhitungan analisis statik ekivalen,
didapatkan hasil beban gempa rencana berupa gaya geser dasar yang direpresentasikan
sebagai beban-beban lateral tiap lantainya pada struktur. Di dalam program ETABS 9.0,
beban lateral diaplikasikan kepada pusat massa struktur dengan eksentrisitas minimum
yang telah ditentukan.

3.7.2 Ω o)
Faktor kuat cadang struktur (Ω

Perencanaan struktur yang akan dianalisis pada bagian elemen struktur yang tidak
diperkenankan mengalami plastis saat terjadi beban gempa yang kuat didasarkan pada nilai
gaya dalam maksimum yang terjadi pada elemen-elemen struktur tersebut setelah melalui
analisis pembebanan gempa dengan koefisien beban gempa sebesar 2,2 sesuai tabel 2.2.
Nilai kuat cadang struktur sebesar 2,2 tersebut langsung diaplikasikan kepada seluruh
elemen struktur (tidak berdasarkan kapasitas plastis elemen yang direncanakan mengalami
leleh saat gempa terjadi) sebab analisis dengan menggunakan perbandingan kuat tahanan
leleh pada bagian elemen yang leleh terhadap bagian elemen yang tetap elastis sulit
dilakukan.

3.7.3 Gaya Dalam Struktur

Setelah mendapatkan pembebanan vertikal dan horizontal, maka selanjutnya adalah proses
identifikasi elemen-elemen struktur yang menerima gaya-gaya dalam terutama gaya-gaya
dalam yang menentukan (maksimum).

Di bawah ini adalah gambar analisis gaya dalam bresing hasil program ETABS 9.0. Nilai-
nilai gaya dalam selengkapnya terdapat pada lampiran.

HERI AHMADI (15004095) III-9


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

Gambar 3.4. Gaya aksial bresing pada bidang 1 akibat kombinasi pembebanan vertikal dan
horizontal

Ex

Gambar 3.5. Gaya aksial pada elemen bresing, dan kolom

Terlihat pada gambar di atas bahwa struktur bresing mengalami gaya tarik dan tekan aksial
akibat pembebanan vertikal dan gempa. Gaya aksial tarik ditandai dengan warna kuning,
sedangkan gaya aksial tekan ditandai dengan warna merah. Gaya aksial pada kolom lebih
didominasi oleh beban gravitasi sedangkan pada bresing lebih didominasi oleh beban
lateral.

HERI AHMADI (15004095) III-10


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

Desain profil terhadap gaya-gaya dalam yang terjadi menunjukkan bahwa perbandingan
gaya (strength ratio) kekuatan aksial batang bresing berbeda-beda untuk setiap lantainya
bergantung dari keragaman profil yang didesain.

Gambar 3.6. Gaya geser pada elemen balok bidang 1

Pada gambar di atas terlihat bahwa gaya geser didominasi oleh elemen balok, terutama
balok-balok tanpa bresing. Terlihat ada loncatan gaya geser pada balok disebabkan oleh
adanya balok anak yang bertumpu kepada balok-balok tersebut yang diterima sebagai gaya
terpusat. Pada bresing hampir tidak ada gaya geser. Dengan demokian bresing didesain
berdasarkan gaya dalam aksial yang diterimanya. Pada kolom terdapat distribusi gaya
geser yang minim sehingga dapat diabaikan saat perencanaan.

Gambar 3.7. Momen lentur balok pada bidang 1

HERI AHMADI (15004095) III-11


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

Gambar 3.8. Momen lentur pada balok bentang dengan bresing

Balok tanpa ikatan bresing pada gambar di atas lebih didominasi oleh beban vertikal
ditandai dengan momen negatif pada ujung-ujungnya sedangkan balok pada bentang ikatan
bresing didominasi oleh beban horizontal yang ditandai dengan arah momen yang
berlawanan pada ujung-ujungnya. Hal ini disebabkan kekakuan bentang ikatan bresing
lebih besar dibandingkan balok pada bentang ikatan tanpa bresing.

Momen lentur balok pada gambar 3.8 terlihat terjadi loncatan akibat dari balok anak yang
bertumpu pada sepertiga dan dua pertiga bentang balok sehingga pada titik tersebut terjadi
perubahan kemiringan garis bidang momen.

Balok tidak menerima gaya aksial karena gaya lateral akibat beban gempa hanya dipikul
oleh bresing dan kolom saja. Hal ini disebabkan ujung-ujung balok berpindah secara
bersama-sama ke arah lateral struktur (rigid diaphragm) sehingga diasumsikan gaya-gaya
aksial terdistribusi kepada join yang terhubung ke kolom dan bresing.

Sesuai persyaratan SNI 03 – 1729 – 2002 butir 15.11.2.3. Pendistribusian beban lateral
yang masuk ke dalam struktur untuk batang aksial tarik adalah minimal 30% dan maksimal
70% yang berarti bahwa pada setiap lantainya, gaya horizontal yang masuk ke dalam
batang bresing harus jauh lebih besar dibandingkan dengan gaya horizontal yang dipikul
oleh kolom-kolom pada lantai yang ditinjau agar bresing bekerja secara efektif. Gaya
horizontal struktur yang masuk ke batang bresing merupakan hasil transformasi vektor
gaya terhadap sudut batang bresing pada proyeksi secara horizontal.

HERI AHMADI (15004095) III-12


RAVI OCTAVIANA (15004153)
LAPORAN BAB III
TUGAS AKHIR PEMODELAN STRUKTUR

Eh
=

Gambar 3.9. Distribusi beban lateral pada bidang bresing

Transfer gaya lateral ke dalam batang bresing sebagai berikut :

Eh

Gambar 3.10. Transfer gaya lateral ke batang bresing

Tinjauan transformasi dilakukan pada satu lantai. Beban horizontal yang dianalisis
didistribusikan ke bresing tarik sedangkan sisanya didistribusikan ke kolom-kolom pada
lantai yang ditinjau. Beban aksial tidak didistribusikan ke balok karena ujung-ujung balok
bertumpu juga pada kolom-kolom sehingga seolah-olah balok hanya ikut berpindah posisi
saja tanpa menahan gaya aksial. Selain itu, pelat lantai juga ikut berpartisipasi dalam
memberikan kekakuan kepada balok. Jadi, balok bersama-sama pelat lantai bergerak
bersama-sama sedangkan kolom berdeformasi lateral.

HERI AHMADI (15004095) III-13


RAVI OCTAVIANA (15004153)

Anda mungkin juga menyukai