Peraturan K3 Pertambangan 1
Penulisan modul diklat yang tidak standar serta kaidah-
kaidah penulisan yang tidak baik, tidak hanya menyulitkan
peserta diklat dalam memahami dan mengaplikasikan
materi yang disampaikan, tetapi juga menyebabkan tidak
tercapainya tujuan program diklat secara umum.
Peraturan K3 Pertambangan 2
KATA PENGANTAR
Peraturan K3 Pertambangan 3
dengan ketersediaan materi ajar yang berupa modul diklat.
Modul diklat memiliki peranan penting bagi peserta diklat
dalam membantu mengetahui, memahami, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar.
Peraturan K3 Pertambangan 4
DAFTAR ISI
SAMBUTAN..............................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................3
DAFTAR ISI ..............................................................................5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ......................................7
Peraturan K3 Pertambangan 5
BAB III MATERI DARI PERATURAN DAN
KETENTUANTERKAIT K-3 DAN KESELAMATAN
OPERASI............................................................................... 46
A. Ruang Lingkup K-3 dan Keselamatan Operasi ..... 46
B. Kepala Teknik Tambang (KTT) .............................. 48
C. Bentuk-Bentuk Pengawasan K-3 dan KOError! Bookmark not de
Peraturan K3 Pertambangan 6
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Peraturan K3 Pertambangan 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan K3 Pertambangan 8
Peraturan perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pertambangan diwujudkan sebagai
petunjuk dalam melaksanakan K3 pertambangan. Untuk
mewujudkan terlaksananya manajemen keselamtan
pertambangan dengan baik, maka pedoman atau petunjuk
pelaksanaan yang secara detail ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan K3 yang berlaku.
B. DESKRIPSI MATERI
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peraturan K3 Pertambangan 9
D. MATERI POKOK
1. Peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja serta keselamatan operasi
a. Undang-undang mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja;
b. Peraturan pemerintan undang-undang
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan;
c. Ketentuan K-3 dalam undang-undanga
pertambangan minerba;
d. Peraturan pemerintah terkait pengawasan K-3;
e. Keputusan menteri terkait K-3
Peraturan K3 Pertambangan 10
BAB II
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
KESELAMATAN OPERASI
Indikator Keberhasilan:
Dapat menjelaskan undang-undang terkait
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan
Operasi
Dapat menjelaskan peraturan pelaksanaan terkait
Keselamtan dan Kesehatan Kerja dan dan Keselamatan
Operasi
Peraturan K3 Pertambangan 11
4. Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan
umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Industrialisasi. teknik dan
teknologi
1. Ruang Lingkup
a. Dalam pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
bahwa ruang lingkup yang diatur dalam
keselamatan kerja adalah untuk segala tempat
kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan air,
dalam air maupun di udara yang berada dalam
wilayah hukum Indonesia.
b. Ketentuan tempat kerja tersebut antara lain :
1) Dibuat, dicoba, dipakai, disimpan, mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan, yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran, dan
peledakan.
2) Dibuat, dipakai, diperdagangkan, diangkut, dan
atau disimpan bahan atau barang yang dapat
meledak, mudah terbakar, beracun, dan
bersuhu tinggi
3) Dilakukan pembangunan, perbaikan,
perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan termasuk
Peraturan K3 Pertambangan 12
bangunan pengairan, terowongan di bawah
tanah
4) Dilakukan usaha pertanian, perkebunan,
pembukaan hutan, pengolahan kayu,
peternakan, dan perikanan
5) Dilakukan usaha pertambangan dan
pengolahan, baik di permukaan, di dalam bumi,
dan di dasar perairan
Peraturan K3 Pertambangan 13
kotoran, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi suara, dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan,
infeksi, dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara
yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan, cara, dan memproses
kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman, dan barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan
barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang berbahaya sehingga
mencegah timbulnya kecelakaan kerja
Peraturan K3 Pertambangan 14
3. Pembinaan
Dalam Pasal 9 ditetapkan kewajiban-kewajiban, antara
lain :
Peraturan K3 Pertambangan 15
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta
oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
yang diwajibkan.
d. Meminta para pengurus agar dilaksanakan
semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
dimana syarat K3 serta alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali
dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
Pegawai Pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan.
Peraturan K3 Pertambangan 16
kerja yang diwajibkan, sehelai undang- undang
ini dan peraturan pelaksanaannya
b. Memasang pada tempat kerja yang
dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
dan semua bahan pembinaan
c. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat
pelindung diri bagi semua tenaga kerja dan
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
Peraturan K3 Pertambangan 17
jawab Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi;
3. Untuk memperlancar pelaksanaan usaha-usaha
pertambangan yang merupakan proses yang terus
menerus, membutuhkan peralatan yang khusus
dan menghadapi kemungkinan bahaya yang
mempunyai tingkat berulangnya kecelakaan
membawa korban manusia dan tingkat kengerian
kecelakaan yang begitu besar dan khas, dianggap
perlu untuk mengadakan penyelenggaraan
pengawasan keselamatan kerja yang lebih effisien
dan effektief;
4. Departemen Pertambangan telah mempunyai
personil dan peralatan yang khusus untuk
menyelenggarakan pengawasan
Peraturan K3 Pertambangan 18
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
Dalam pasal 3 diterangkan bahwa Menteri Pertambangan
mengangkat pejabat pengawas keselamatan kerja setelah
mendengar pertimbangan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi;
Pelaksanaan pengawasan tersebut diatas dilaporkan
secara berkala oleh Menteri Pertambangan kepada Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.
Peraturan pemerintah ini tidak berlaku bagi agi pengaturan
dan pengawasan terhadap Ketel Uap sebagaimana
termaksud dalam Stoom Ordonnantie 1930 (Stbl. 1930
Nomor 225), peryataan ini tertuang pada pasal 5 dalam PP
No. 19 Th.1973.
Peraturan K3 Pertambangan 19
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan;
b. keselamatan operasi pertambangan.
Peraturan K3 Pertambangan 20
c. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
kewenangannya melakukan pengawasan yang
dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, dan IUPK.
d. Dalam pasal 141 huruf (f) dan (g) dinyatakan bahwa
pengawasan yang dilakukan diantaranya adalah
pengawasan terhadap aspek K3 pertambangan dan
keselamatan operasi pertambangan, pengawasan
terhadap kedua aspek tersebut dilaksanakan oleh
Inspektur Tambang.
1. Keselamatan kerja;
2. Kesehatan kerja;
3. Lingkungan kerja; dan
4. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja
Peraturan K3 Pertambangan 21
Dalam pasal 27 ayat (1), menjelaskan bahwa pengawasan
terhadap keselamatan operasi meliputi:
Peraturan K3 Pertambangan 22
keselamatan pekerja/buruh tambang, keselamatan
umum, atau menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan; dan
C. Mengusulkan penghentian sementara sebagaimana
dimaksud pada huruf B menjadi penghentian secara
tetap kegiatan pertambangan mineral dan batubara
kepada Kepala Inspektur Tambang.
Yang dimaksud Kepala Inspektur Tambang adalah Pejabat
yang secala ex officio menduduki jabatan:
1. Direktur yang mempunyai tugas okok dan fungsi di
bidang keteknikan pertambangan mineral dan batubara
di Pemerintah;
2. Kepala dinas teknis provinsi yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang pertambangan mineral dan
batubara di pemerintah provinsi;
3. Kepala dinas teknis kabupaten/kota yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi di bidang pertambangan
mineral dan batubara di pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan K3 Pertambangan 23
usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Peraturan K3 Pertambangan 24
3. Pengusaha harus menyediakan segala peralatan,
perlengkapan, alat pelindung diri, fasilitas, dan biaya
yang diperlukan untuk terlaksananya peraturan ini.
4. Pengusaha harus menyediakan secara cuma-cuma
alat pelindung diri yang diperlukan sesuai dengan
jenis, sifat, dan bahaya pada pekerjaan yang
dilakukannya dan bagi setiap orang yang memasuki
tempat usaha pertambangan.
5. Berdasarkan pertimbangan Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang, pengusaha harus menyediakan akomodasi
yang patut pada atau dekat usaha pertambangan
untuk Pelaksana Inspeksi Tambang selama melakukan
tugasnya.
6. Pengusaha harus memberikan bantuan sepenuhnya
kepada Pelaksana Inspeksi Tambang dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Pengusaha harus menghentikan pekerjaan usaha
pertambangan, apabila Kepala Teknik Tambang atau
petugas yang ditunjuk tidak berada pada pekerjaan
usaha tersebut.
Peraturan K3 Pertambangan 25
yang bertanggung jawab atas unit organisasi
perusahaan yang bersangkutan;
2. Dalam hal pengusaha belum mengangkat petugas-
petugas sebagimana dimaksud dalam ayat (1) KTT
dapat menunjuk atau mengangkat petugas dimaksud;
3. Petugas-petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan (2) dalam melaksanakan tugasnya disebut
sebagai pengawas operasional atau pengawas teknis
dan bertanggung jawab kepada KTT.
Peraturan K3 Pertambangan 26
lintasan dimana seseorang menggunakannya selama
gilir kerja tersebut;
b. Dalam setiap gilir kerja, harus memeriksa setiap
tempat sebelum peledakan dilakukan;
c. Setiap hari kerja, memeriksa jalan-jalan masuk atau
tangga, yang dipergunakan pada hari itu;
d. Semua permukaan kerja, front kerja, tanggul, dan
lereng kerja serta pelaksanaan dari pekerjaan
memperbaiki, jika diperlukan;
e. Pekerjaan persiapan pelaksanaan peledakan serta
keadaan peralatan dan kendaraan yang digunakan di
tempat itu;
f. Alat pengangkut dan transport;
g. Jalan-jalan tambang;
h. Pengaman permesinan dan
i. Tempat-tempat yang dianggap berbahaya.
Peraturan K3 Pertambangan 27
telah ditemukan di tambang dan mengusulkan
tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah tersebut
b. Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-
tempat kerja di tambang dalam melaksanakan
fungsinya.
Peraturan K3 Pertambangan 28
menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran
tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya yang
ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
2. Kepala Teknik Tambang dapat menyelenggarakan
sendiri atau bekerja sama dengan instansi Pemerintah
atau badan-badan resmi lainnya
3. Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada dalam ayat (1), harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 555K/26/M.PE/1995 Pasal 40,Klasifikasi
Cidera Akibat Kecelakaan Tambang, adalah :
2. Cidera berat :
Peraturan K3 Pertambangan 29
(invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas
semula.
c. Apabila akibat kecelakaan tambang tidak
tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula karena
mengalami cidera, seperti :
Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung,
pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau
kaki;
Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan
kekurangan oksigen;
Luka berat atau luka robek/terkoyak yang
dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap;
Persendian lepas dimana sebelumnya tidak
pernah terjadi.
3. Mati: apabila kecelakaan tambang yang
mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24
jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan
tersebut.
Peraturan K3 Pertambangan 30
kewaspadaan akan timbulnya api harus terus tetap dijaga
sampai pekerjaan yang diizinkan tersebut selesai.
Ijin-ijin lainnya antara lain:
1. Ijin bekerja di ketinggian
2. Ijin bekerja di confince space
3. Ijin bekerja di atas air
4. Ijin bekerja penggalian
Pada pasal 181 mengenai Orang yang Bertugas dan
Bertanggung Jawab, dijelaskan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
1. Semua pekerjaan listrik, harus diawasi oleh seorang
ahli listrik yang namanya harus dicatat dalam Buku
Tambang
2. Pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan oleh orang
yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman
tentang listrik.
Pada pasal 253 ayat (1, 2, dan 3) mengenai Pemeriksaan
dan Perawatan, dijelaskan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
Peraturan K3 Pertambangan 31
3. Hasil pemeriksaan dan perawatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus dicatat dalam buku
yang disediakan dan ditanda tangani oleh tenaga
teknis yang ditunjuk.
Pada pasal 241 ayat (2, 3, 4, dan 5) mengenai Tinggi
permuka Kerja dan Lebar Teras Kerja, dijelaskan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan
pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat,
kerikil, dan material lepas lainnya harus:
a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan
secara manual;
b. Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan
secara mekanik dan
c. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan
dengan menggunakan clamshell, dragline, bucket
wheel excavator atau alat sejenis kecuali
mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
2. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada
material kompak tidak boleh lebih dari 6 meter, apabila
dilakukan secara manual.
3. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan
alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin pengaman
yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum untuk
semua jenis material kompak 15 meter, kecuali
Peraturan K3 Pertambangan 32
mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
4. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:
a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem
penambangan berjenjang lebih dari 15 meter dan
b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
Peraturan K3 Pertambangan 33
Pada pasal 144 ayat (1) mengenai Cara Kerja Yang Aman,
dijelaskan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala Teknik Tambang harus mengatur arus lalu-
lintas di pertambangan dan memasang tanda lalulintas
yang perlu untuk memberitahukan para pengemudi
tentang:
a. Arah lalu-lintas;
b. Batas kecepatan;
c. Batas tinggi kendaraan;
d. Tanjakan/turunan dan
e. Daerah parkir dan tidak boleh parkir dan hal lain
yang berhubungan dengan keselamatan sistem
pengangkutan.
Peraturan K3 Pertambangan 34
f. Pekerjaan bongkar muat;
g. Pengaturan pejalan kaki;
h. Menangani ban;
i. Penumpang, angkutan para pekerja dan
j. Pelatihan izin mengemudi
Peraturan K3 Pertambangan 35
4. Jalur ban berjalan pada instalasi anjungan ban berjalan
dan alat penyebar tanah penutup harus dilengkapi
dengan lantai pijakan yang mempunyai pagar
pengaman di kedua sisinya. Setiap pengimbang berat
yang letaknya dekat ke jalan atau jalur lalulintas harus
diberi pagar pengaman secara efektif.
5. Apabila alat penyebar tanah penutup, baik dari jenis
yang berjalan di atas tanah maupun di atas rel sedang
bergerak dilarang kendaraan pengangkut, mesin atau
peralatan lainnya atau orang melintas di kolong
jembatan gantungnya.
6. Instalasi anjungan bantidak boleh dekat dengan
bangunan atau alat-alat tambang atau alat angkut
dalam jarak kurang dari 1 meter atau beroperasi pada
posisi di atas alat kerja tambang dan alat angkut
lainnya
7. Jarak tegak lurus antara ujung jembatan penumpah
pada instalasi anjungan ban berjalan dengan puncak
dari timbunan sekurang-kurangnya 3 meter. Untuk alat
penyebar tanah penutup dari jenis yang mempunyai
ban berjalan dengan jembatan gantung yang bergerak
secara berkala, jarak tersebut tidak kurang dari 1,5
meter. Apabila terdapat tanda-tanda longsornya
timbunan, jembatan gantungnya harus segera
dipindahkan dari daerah bahaya tersebut.
Peraturan K3 Pertambangan 36
8. Pada saat cuaca buruk, badai, hujan lebat atau kabut,
jarak pandang kurang dari 25 meter, maka lalu lintas
pekerja atau pekerjaan pada instalasi anjungan ban
berjalan harus dihentikan. Dilarang menjalankan roda
atau rantai penyangga instalasi anjungan ban berjalan
apabila roda atau rantai penyangga tersebut terendam
air.
9. Pada saat melakukan perbaikan pada instalasi
anjungan ban berjalan, dilarang membongkar rem
otomatis dan rem bawah tanah secara bersamaan.
Peraturan K3 Pertambangan 37
yang mudah menyala lebih dari sepuluh buah wadah di
dalam sebuah bengkel.
4. Apabila di dalam bengkel, ada pekerjaan yang dapat
menimbulkan bahaya peledakan, maka ruangan
tersebut dan ruangan lain yang berhubungan
dengannya, harus bebas dari api, atau nyala api
terbuka dan hanya boleh diterangi dengan lampu
kedap-gas. Nyala api terbuka atau lampu yang bukan
kedap-gas tidak boleh digunakan sekurang-kurangnya
dalam jarak 10 meter dari ruangan tersebut. Ruang
tersebut harus mempunyai ventilasi yang baik dan
kalau perlu dengan cara mekanis.
5. Dilarang merokok atau membawa material yang dapat
menimbulkan api di dalam bengkel sebagaimana
dimaksud ayat (4) dalam pasal ini.
6. Barang-barang dan bahan-bahan dalam bengkel,
harus diatur dengan baik sehingga tidak merintangi
jalan, untuk menyelematkan diri bila terjadi kebakaran.
7. Pada setiap bengkel harus dilengkapi dengan alat
pemadam api yang sesuai dan jumlah yang cukup.
Peraturan K3 Pertambangan 38
harus membuat tata cara kerja sesuai jenis alat bor
yang dipakai.
2. Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis harus
memastikan bahwa pekerjaan pemboran dilakukan
berdasarkan tata cara kerja yang ditetapkan.
Peraturan K3 Pertambangan 39
kecil lainnya yang diperlukan pada waktu
pemancangan harus diikat atau dijaga jangan sampai
terjatuh. Perkakas yang berat dan peralatan tidak
boleh diangkat dengan tangan dan harus tersedia alat
untuk mengangkat dan menurunkan ke lantai kerja.
Peraturan K3 Pertambangan 40
Pada pasal 246 ayat (1) dan ayat (6) mengenai
Pengoperasian Monitor, dijelaskan mengenai hal-hal
sebagai berikut:
Ayat (1): Monitor yang dioperasikan secara manual
harus dilengkapi dengan alat pemberat keseimbangan.
Selama operasi, monitor harus secara terus menerus
dikendalikan oleh operator. Jarak monitor dari dinding
teras penambangan sekurang-kurangnya sama
dengan tinggi dinding teras tersebut.
Ayat (6): Tinggi dinding teras penambangan tidak
boleh lebih dari 6 meter, kecuali ditentukan lain oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Peraturan K3 Pertambangan 41
Pada pasal 258 ayat (1),(2),(4) dan ayat (5) mengenai
Tanggung Jawab, dijelaskan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
Ayat (1): pada setiap kapal keurk harus ada seorang
kepala kapal keruk yang bertugas memimpin,
mengatur, dan mengawasi pekerjaan kapal keruk
termasuk pekerjaan lain yang berkaitan dengan
pengoperasian kapal keruk.
Ayat (2): Kepala Kapal Keruk bertanggung jawab atas
keselamatan dan kesehatan orang di kapal keruk serta
tempat lainnya yang berada dibawah pengawasannya.
Ayat (4): Setiap kapal keruk dilarang beroperasi tanpa
kehaidaran kepala kapal keruk dan atau kepala gilir
kerjadi atas kapal keruk.
Ayat (5): Untuk diangkat menjadi kepala kapal keruk
dan atau kepala gilir kerja harus memenuhi kualifikasi
yang ditetapkan kepala teknik tambang dan namanya
dicatat dalam buku tambang.
Peraturan K3 Pertambangan 42
berenang harus selalu memakai rompi pelampung
selama berada di atas kapal keruk.
Pada pasal 263 ayat (1) dan ayat (2) mengenai Izin
Operasi Kapal Keruk, dijelaskan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang berdasarkan
hasil pemeriksaan akan mengeluarkan izin operasi
kapal keruk yang berlaku 10 tahun dan dapat
diperpanjang.
2. Perpanjangan izin operasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat diberikan setelah melalui
pemeriksaan oleh PelaksanaInspeksi Tambang atau
tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.
Peraturan K3 Pertambangan 43
atas kapal keruk ditempatkan pada tempat yang mudah
dilihat, dicapai, dan diambil.
Peraturan K3 Pertambangan 44
Artinya apabila 1 (satu) kriteria dai 5 (lima) tersebut
tidak terpenuhi maka suatu kecelakaan tidak masuk
dalam kategori kecelakaan tambang.
Peraturan K3 Pertambangan 45
BAB III
MATERI DARI PERATURAN DAN KETENTUAN
TERKAIT K-3 DAN KESELAMATAN OPERASI
Indikator Keberhasilan:
Dapat menjelaskan ruang lingkup K-3 dan KO;
Dapat menjelaskan tugas dan tanggung jawab
penyelenggaraan dan pelaksanaan K-3 dan KO;
Dapat menjelaskan kewajiban pemegang izin usaha
pertambangan;
Dapat menjelaskan mengenai Kepala Teknik Tambang
(KTT);
Dapat menjelaskan hak dan kewajiban pekerja
tambang;
Dapat menjelaskan syarat-syarat K-3 dan KO;
Dapat menjelaskan bentuk-bentuk pengawasan K-3 dan
KO.
Peraturan K3 Pertambangan 46
Manajemen risiko,
Program keselamatan kerja,
Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,
Administrasi keselamatan kerja,
Manajemen keadaan darurat,
Inspeksi dan Audit keselamatan kerja,
Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
Peraturan K3 Pertambangan 47
4. Sistem Manajemen K3
Kebijakan
Perencanaan
Organisasi dan Personel
Implementasi
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Dokumentasi
Tinjauan Manajemen
Peraturan K3 Pertambangan 48
pertambangan umum diwilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No.555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Pasal 11, 12. 13
dan 14 dijelaskan bahwa:
1. Kepala Teknik Tambang dalam melakukan tugas
dan fungsinya dibidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada pekerjaan ditambang,
permesinan dan pelistrikan serta peralatannya
dibantu oleh petugas yang bertanggung jawab atas
unit organisasi perusahaan yang bersangkutan.
2. Apabila pengusaha belum mengangkat petugas
yang bertanggung jawab atas inti organisasi, maka
Kepala Teknik Tambang dapat menunjuk atau
mengangkat petugas tersebut
3. Petugas tersebut dalam melaksanakan tugasnya
disebut sebagai pengawas operasional atau
pengawas teknis dan bertanggungjawab kepada
Kepala Teknik Tambang.
Peraturan K3 Pertambangan 49
BAB V
PENUTUP
Peraturan K3 Pertambangan 50
DAFTAR PUSTAKA
---------,
---------, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
Republik Indonesia No. 555K/26/MPE/1995,
Departemen Pertambangan dan Energi Republik
Indonesia, 1995.
Peraturan K3 Pertambangan 51