Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN KESEHATAN

TENAGA KERJA

Dr Wendri W.P. Pelupessy, MKK,DKK,HIMu


Ahli Higiene Industri & Kesehatan Kerja
Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Cabang DKI Jakarta
Asosiasi Higienis Industri Indonesia Cabang DKI Jakarta
PRINSIP
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
TUJUAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA

1. Menilai kemampuan pekerja melaksanakan


pekerjaan tertentu, ditinjau dari aspek
kesehatannya;
2. Mendeteksi gangguan kesehatan yg berkaitan
dg pekerjaan & lingkungan kerja;
3. Identifikasi/deteksi dini penyakit akibat kerja.
HARAPAN PERUSAHAAN

 Diketahuinya secara dini adanya gangguan


kesehatan akibat kerja

 Diketahuinya secara dini penyakit umum yg bisa


dipengaruhi oleh pekerjaan

 Kualitas pemeriksaan yang prima

 Laporan individual, fitness to work & analisis dpt


dipakai/diterima sbg alat manajemen
DASAR HUKUM

 UU Nomor 1 Tahun 1970 Bab IV Pasal 8 tt Pengawasan


 UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 & 87 tt Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
 PP Nomor 50 Tahun 2012 Sub-butir 7.4. tt Pemantauan
Kesehatan Tenaga Kerja
 Keppres Nomor 22 Tahun 1993 tt Penyakit yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
 Kepmenkes No: 1758/MENKES/SK/XII/2003 tt Standar
Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar
 Permenakertrans No: PER.02/MEN/1980 tt Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja
 Permenakertrans No: PER.01/MEN/1981 tt Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja
 Permenakertrans No: 03/MEN/1982 tt Pelayanan Kesehatan
Kerja
MEKANISME PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
 Dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.

 Tempat pelaksanaan :
• Di tempat kerja (PKK pada perusahaan)
• Kerjasama dengan PJK3 Jasa Pemeriksaan Kesehatan Kerja

 Perusahaan wajib membuat rencana pemeriksaan kesehatan pra-


kerja, berkala & pemeriksaan kesehatan khusus.

 Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-


lambatnya 2 (dua) bulan sesudah pemeriksaan kesehatan dilakukan
kepada Dirjen Bina Lindung Tenaga Kerja via Kanwil Ditjen Bina
Lindung Tenaga Kerja setempat.
PEMERIKSAAN KESEHATAN PRA-KERJA

DEFINISI
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.

TUJUAN :
Agar tenaga kerja yang diterima :
 Kondisi kesehatan yang optimal
 Tidak berpenyakit menular
 Cocok untuk pekerjaannya

 Penyelarasan antara beban kerja dg kapasitas kerja


 Mencegah diperberatnya penyakit yg ada oleh kondisi kerja
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

DEFINISI
Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap
tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.

TUJUAN :
 Mempertahankan derajat kesehatan sesudah berada dlm
pekerjaannya
 Deteksi dini kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan yg
perlu dikendalikan dg usaha pencegahan
 Pemantauan dini adanya gangguan kesehatan akibat pekerjaan
 Dapat dimanfaatkan sbg upaya untuk mengubah proses kerja
agar menjadi lebih aman
PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS

DEFINISI
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu.

TUJUAN :
Menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu
terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja
tertentu.
JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA
KERJA

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Kesehatan Pra- kesehatan Berkala Kesehatan Khusus
kerja

• Pemriks. Fisik • Pemriks. Fisik • TK yg mengalami


lengkap lengkap keclakaan/penyakit dgn
perawatan 2 mgu
• Kesegaran • Kesegaran
jasmani jasmani • TK berusia 40 th/TK wanita
dan TK cacat/TK muda yg
• Rontgen • Rontgen
melakukan pekerjaan tertentu
• Laboratorium • Laboratorium
• TK yg terdapat dugaan ttt
• Dll yang • Dll yang mengenai gangguan
dianggap perlu dianggap perlu kesehatan
• Terdpt keluhan diantara TK
(Peg. Pawas kesh&penilaian
PB Hyperkes)
KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA

Pra-kerja Berkala & Khusus

 Fit bekerja  Sehat

 Fitbekerja dg kelainan  Perlu tindak lanjut untuk


minor dapat diobati kelainan medis yg
 Fit untuk pekerjaan ditemukan
tertentu  Perlu tindak lanjut dari
 Unfit bekerja segi pekerjaannya, bila
kelainan yg ditemukan
akan mengganggu K3
KEPMENAKERTRANS NO: KEP.68/MEN/IV/2004
PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA

 Pengusaha dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sbg pra-


syarat proses rekrutmen/kelanjutan status pekerja/kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin

 Tes HIV hanya dpt dilakukan atas dasar kesukarelaan dg


persetujuan tertulis dari pekerja ybs dg ketentuan bukan untuk
digunakan sebagaimana dimaksud diatas

 Apabila tes HIV dilakukan, maka wajib disediakan konseling kepada


pekerja ybs sebelum & sesudah dilakukan tes dimaksud

 Tes HIV tsb hanya boleh dilakukan oleh dokter yg mempunyai


keahlian khusus sesuai perundangan & standar yg berlaku

 Informasi yg diperoleh dari kegiatan konseling, test HIV,


pengobatan, perawatan & kegiatan lainnya harus dijaga
kerahasiaannya
SE DIRJEN BINHUB INDUSTRIAL NO. SE.07/BW/1977
PENGUJIAN HEPATITIS B DLM PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA
Pertimbangan dari studi kepustakaan & konsultasi pakar penyakit hati :

 Seseorang dg HBsAg (+) belum tentu menderita hepatitis selama


fungsi hati normal sehingga tidak dapat dianggap menderita
hepatitis.

 Prevalensi HBsAg (+) di Indonesia cukup tinggi (5–15%)

 Penularan ditempat kerja tidak mudah karena hanya mungkin


melalui darah/ transfusi darah/suntikan/ trans placental

“Semua perusahaan tidak boleh melakukan pengujian serum HBsAg


sebagai alat seleksi pd pemeriksaan awal maupun berkala”

Anda mungkin juga menyukai