DEWI ANISAH
1035211017
DEWI ANISAH
1035211017
‘
ABSTRAK
Latar Belakang. Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. ASI mengandung zat yang
membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya berjalan
dengan normal, ketidaktahuan dan kurangnya informasi menyusui membuat ibu kurang
termotivasi untuk melakukan inisiasi menyusui, dalam proses inisiasi menyusui, tenaga kesehatan
tidak menunggu sampai bayi benar-benar menyusu pada ibu, hanya sebatas prosedur melahirkan
saja serta kesediaan susu formula dengan harga yang terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui asuhan keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi kembar menggunakan
metode Breast Care
Metode. Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan metode studi kasus, subyek studi 1
pasien dengan metode pengumpulan data melalui observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
Asuhan keperawatan yang dilakukan mulai dari tahap pengkajian, menentukan diagnosa,
menyusun perencanaan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan dan tahap akhir yaitu evaluasi.
Hasil. Hasil yang di dapatkan setelah 2 x 3 hari melakukan breast care (huruf miring) menunjukan
adanya pengeluaran ASI.
Kesimpulan. adanya pengaruh dalam melakukan breast care (huruf miring) terhadap pengeluaran
ASI 100-550ml/hari setelah dilakukan pemijatan pada payudara ibu selama 15 menit dilakukan 2
kali dalam sehari.
Kata Kunci : Bayi, Nifas, Breast Care,Menyusui Tidak Efektif, Payudara, ASI.
viii
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum atau masa nifas adalah waktu saat ibu melahirkan bayi dan
plasenta keluar lepas dari rahim, dalam waktu enam minggu berikutnya, yang
disertai dengan kembalinya organ tubuh yang berhubungan dengan masa
kehamilan dam melahirkan, yang dapat mengakibatkan perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Tulas, Kundre,
& Bataha, 2017). Pada masa post partum, ibu nifas akan melewati fase
menyusui, yaitu masa dimana seorang ibu memberikan asupan gizi guna
memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayinya hingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dengan baik. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi seorang ibu dalam pemberian ASI, diantaranya adalah adanya
pembengkakan payudara akibat dari ASI yang tidak dikeluarkan, sehingga
terjadi penumpukan ASI dan atau karena tidak adanya hisapan dari bayi
kepada puting ibunya atau daya hisap bayi yang kurang atau lemah yang
berakibat penumpukan ASI hingga terjadi pembengkakan dan menimbulkan
rasa tidak nyaman bagi ibu oleh karena nyeri. Dengan demikian kebutuhan
pemenuhan ASI bagi bayi menjadi terganggu (Yanti, 2017).
Bayi yang baru lahir baik tunggal maupun kembar harus mendapatkan
perawatan yang optimal sejak dini termasuk pemberian makanan yang
ideal.Tidak ada satupun makananan yang ideal untuk bayi baru lahir selain
ASI. World Health Organitation (WHO) dan United Nation International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa pemberian cairan atau makanan selain ASI
(IDAI, 2013). Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar menyebabkan ibu
tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.
1
Persiapan untuk menyusui bayi dan kelancarannya dapat dilakukan dengan
teknik perawatan payudara, karena payudara merupakan organ tubuh pada
wanita, selain berfungsi sebagai keindahan dan estetika sebagai perempuan
juga berperan penting dalam produksi ASI yang sangat dibutuhkan bayinya.
Upaya dalam meningkatkan pemberian ASI atau makanan pokok pada bayi,
permasalahan yang utama serta prinsip adalah ibu nifas membutuhkan bantuan
dan informasi serta dukungan agar dapat merawat payudara dengan baik dan
benar pada saat menyusui bayinya, sehingga dapat menambah keyakinan
bahwa ibu nifas mampu menyusui bayinya dengan baik dengan mengetahui
fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat menyusui (Nur, 2012).
Penjelasan Astuti dan Kurniawati (2011) terdapat kebermaknaan yang
signifikan bahwa perawatan payudara pada ibu post partum di Desa Karang
Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 16 responden
(51,6%) mengalami kelancaran dalam pengeluaran ASInya dengan hasil p =
0,007. Sedangkan menurut Sholichah (2011), pada kejadian payudara penuh
sebanyak 11 responden (33%). Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi
payudara penuh akibat dari haluaran yang tidak maksimal menyebabkan
kemampuan bayi dalam menyusu menjadi tidak efektif. Responden yang
dilakukan perawatan payudara menunjukkan pengaruh secara signifikan pada
peningkatan volume ASI dengan rerata 4,50 sebelum dilakukan perawatan
payudara menjadi 6,44 (p value 0,021). Hal ini berarti ada pengaruh yang
terjadi secara signifikan terhadap volume ASI pada ibu masa nifas sebelum
dan sesudah diberikan perawatan payudara (Wulan & Gurusinga, 2017).
2
tindakan perawatan yang dilakukan oleh pasien maupun dibantu oleh orang
lain biasanya dilakukan mulai dari hari pertama atau kedua setelah
melahirkan. Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
pengeluaran ASI lancar. Produksi ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh
dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah
produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI
(Maritalia, 2012 dalam Mododahi, dkk., 2018).
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya hasil pengkajian dan analisis data pengkajian ibu
menyusui dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI terhadap bayi
kembar di Ruang kebidanan Radjak Hospital Salemba
3
b. Teridentifikasinya diagnosis keperawatan pada ibu menyusui dengan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI terhadap bayi kembar di Ruang
kebidanan Radjak Hospital Salemba
c. Tersusunnya rencana asuhan keperawatan ibu menyusui dengan masalah
ketidakefektifan pemberian ASI terhadap bayi kembar di Ruang kebidanan
Radjak Hospital Salemba
d. Terlaksananya intervensi utama daam mengatasi masalah ibu dengan
ketidakefektifan pemberian ASI terhadap bayi kembar di Ruang kebidanan
Radjak Hospital Salemba
e. Teridentifikasinya hasil evaluasi keperawatan pada ibu menyusui dengan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI terhadap bayi kembar di Ruang
kebidanan Radjak Hospital Salemba
f. Teridentifikasinya faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/alternatif pemecahan masalah yang terjadi
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Perawat atau mahasiswa yang sedang bertugas dapat memberikan asuhan
profesional mengenai ibu menyusui dengan masalah ketidakefektifan
pemberian ASI pada bayi kembar dengan melakukan pengkajian, diagnosa ,
intervensi serta menilai dari referensi yang ada baik dilapangan maupun
dibuku
2. Bagi Rumah Sakit
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan dan penerapan SOP dalam
pemberian intervensi keperawatan terhadap pasien yang mengalami
ketidakefektifan pemberian ASI
4
3. Bagi Institusi Pendidikan
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dalam
proses pengembangan, peningkatan dan evaluasi terhadap mutu pendidikan
serta bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap Stase
Maternitas
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) Pada periode ini bidan
tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
perencanaan KB
3. Adaptasi Fisiologis
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena
periode ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga
(Wahyuningsih, 2018). Tanggung jawab ibu post partum akan bertambah
dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi yang
sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita
untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau
rooming in pada ibu pasca melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan
rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti merawat
tali pusat, menyusui, mengganti popok tetapi juga dari segi psikologis seperti
menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga
4. Komplikasi
Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah sebagai berikut
(Wahyuningsih, 2018).
a. Pendarahan Post Partum
Pendarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah
pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir,
atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi perubahan
keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa
7
adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta,
sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
Pendarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah
pendarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti perdarahan
postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa
nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta
b. Lochea yang berbau busuk dari vagina
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas
melekatnya atau implantasi placenta).
c. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala
komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi
d. Pusing dan lemas yang berlebihan , sakit kepala, nyeri epigastrik dan
penglihatan kabur
e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit. Keadaan
ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat,
puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet yang kurang
baik, kurang istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan
tanda dan gejala adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi,
misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses
payudara
f. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula
untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang
8
sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna memulihkan
keadaanya kembali pada masa postpartum
g. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun ekstremitas.
h. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih. Pada masa nifas awal
sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika
sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat
rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi,
hematom dinding vagina.
9
tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul dan
membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Sudirman &
Lubuk, 2020)
d. Perawatan Tali Pusar
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada bayi diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis dengan
tindakan sederhana. Tujuan lain perawatan tali pusatpun berfungsi untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh bayi
melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau
daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan
infeksi (Simanungkalit & Sintya, 2019)
1
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi sectio Caesarea ada dua yaitu
etiologi berdasarkan dari ibu seperti primigravida dengan kelainan letak, primi
para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin
atau panggul) atau sejarah persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, plasenta privia terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat
I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya), dan etiologi yang
berdasarkan dari janin seperti fetal distress atau gawat janin, mal presentasi
dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembekuan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
3. Klasifikasi
Klasifikasi pada sectio Caesarea (Prawirhadjo, 2017) :
a. Sectio caesarea klasik Yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus
uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat
dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika
selaput ketuban sudah pecah.
b. Sectio caesarea transperitoneal profunda Yaitu dengan insisi pada segmen
bawah rahim merupakan suatau pembedahan dengan melakukan insisi
pada segmen bawah uterus.
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi Yaitu pengangkatan uterus
setelah secti caesarea karena atonia uteri yang tidak dapat diatasi dengan
tindakan lain pada mimatousus yang besar dan banyak atau pada ruptur
uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan.
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal Yaitu sectio sectio yang dilakukan tanpa
insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan
1
kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian uterus doibukan
dengan insisi di segmen bawah
e. Sectio caesarea vaginal Yaitu pembedahan melalui dinding vagina interior
kedalam rongga uterus.
4. Pathway
1
5. Komplikasi Kelahiran Sectio Caesarea
Adapun komplikasi seksio sesarea menurut (Maryunani, 2014) sebagai
berikut:
a. Komplikasi pada ibu
1) Infeksi peurperal atau sepsis sesudah pembedahan
a) Infeksi peurperalis, dapat bersifat ringan seperti kenaikan suhu beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat bersifat berat seperti peritonitis dan
sepsis.
b) Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala
infeksi intrapartum atau faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu.
c) Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika akan tetapi
tidak dapat menghilangkan sama sekali.
2) Pendarahan yang jumlahnya banyak dapat timbul pada waktu pembedahan
jika cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri. Dalam hal
ini pendarahan primer terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis dan
ditempat insisi lain rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah
pemanjangan masa persalinan.
3) Cedera pada sekeliling struktur :
a) Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih,
pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung
terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibat terlalu antusias
dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
b) Dalam hal ini komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.
c) Suatu komplikasi yang kemudian tampak adalah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya dapat terjadi
ruptur uteri.
b. Komplikasi pada bayi kembar
1
1) Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio
sesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
dilakukan seksio sesarea.
2) Menurut statistik di Negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik, kematian perinatal pasca seksio sesarea berkisar 4-7 %.
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang menurut (Huda & Kusuma,2015) sebagai
berikut :
a. pemeriksaan terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokri
f. Golongan Darah
g. Urinalisi
KBBI (2022), kembar memiliki pengertian yaitu wajahnya atau rupa yang
sama, serta dilahirkan bersama-sama dari satu ibu yang sama. Anak kembar
adalah dua anak atau individu yang berasal dari satu kelahiran yang sama
1
ataupun berbeda. Artinya kembar adalah dua anak atau individu yang sejak
kecil tumbuh dan berkembang secara bersama di dalam satu rahim yang sama
dan sudah mempunyai pengalaman tersendiri. Anak kembar adalah satu-
satunya individu yang mempunyai pengalaman dengan saudaranya sebelum
dilahirkan (dalam kandungan) dan yang saling mengerti satu sama lain
dibandingkan dua orang manapun. Hal ini karena anak kembar merupakan
bentuk dari saudara kandung yang sempurna dan mempunyai hubungan
biologis genetik yang sama. Anak kembar mempunyai hubungan emosional
yang lebih kuat dibandingkan dengan saudara kandung biasa.
1
3. Kembar Fraternal (Kembar Tidak Identik)
Anak kembar fraternal atau tidak identic berasal dari dua sel telur (ovum) atau
diistilahkan dengan two egg (dua telur) atau dzigotic twins (kembar
nonidentik). Kembar fraternal (kembar tidak identik) merupakan anak kembar
yang terjadi karena proses pembuahan spermatozoon (sel sperma) terhadap
dua sel telur dalam rahim yaitu 31 pada saat hubungan kelamin antara
pasangan suamiistri (Dariyo, 2007: 92). Masing-masing pasang ovum dan
sperma (sel telur dan sel sperma) akan bersenyawa membentuk zigot (sel
tunggal, telur yang baru dibuahi) yang berbeda satu sama lain dan berkembang
sendirisendiri. Kembar fraternal (tidak identik) memungkinkan mempunyai
jenis kelamin yang sama atau berlawanan.
1
(seltunggal, telur yang baru dibuahi) sehingga berkembang menjadi dua
embryo (janin). Karakteristik anak kembar dapat diketahui secara genotip (gen
tertentu yang ditemukan dalam organisme, misal: golongan darah) dan fenotip
(dampak gen terhadap organisme atau sifat-sifat keturunan). Secara genotip
artinya suatu sifat-sifat yang tidak nampak dan dipengaruhi oleh unsur genetis,
misalnya golongan darah. Sedangkan fenotip adalah sifat-sifat keturunan yang
dapat dilihat oleh mata, seperti warna kulit atau rambut (Dariyo, 2007: 92-93).
Sedangkan untuk kembar identik yang berjumlah empat, masingmasing dari
sel telur yang telah membelah akan membelah lagi menjadi dua bakal janin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak kembar identik, yaitu anak kembar yang
berasal dari hasil proses pembuahan satu ovum (sel telur) dan satu
spermatozoan (sel sperma), dan kemudian membelah menjadi dua embrio,
maka memungkinkan mereka selalu mempunyai jenis kelamin dan penampilan
fisik yang sama. Kembar identik umumnya mempunyai hubungan emosional
yang lebih dekat dengan saudara kembarnya, dibandingkan dengan kembar
tidak identik. Pada anak kembar monozygot (kembar identik), anak kembar
dapat mempunyai jenis kelamin yang sama, hal ini dikarenakan pada kembar
identik karena individu berasal dari gen yang sama. Misalnya: anak dapat
berjenis kelamin laki-laki semua dan dapat berjenis kelamin perempuan
semua.
1
a. Identitas
Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan,
Suku, Agama, Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
c. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa status akan berkaitan
dengan psikologis ibu sehingga dapat mempengaruhi proses nifas.
d. Riwayat obsterik
1) Riwayat menstruasi : umur menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyak
ataupun karakteristik darah yang keluar, keluhan yang dirasakan saat
menstruasi, dan mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
2) Riwayat pernikahan : jumlah pernikahan dan lamanya pernikahan.
1
3) Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu : riwayat kehamilan
sebelumnya (umur kehamilan dan faktor penyulit), riwayat persalinan
sebelumnya (jenis, penolong, dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi,
infeksi, dan perdarahan), serta jumlah anak yang dimiliki.
4) Riwayat keluarga berencana : jenis akseptor KB dan lamanya
menggunakan KB
2
istirahat-tidur terpenuhi. Istirahat yang cukup dapat memperlancar
pengeluaran ASI.
6) Pola persepsi-kognitif : menggambarkan tentang pengindraan
(pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Biasanya ibu
yang tidak mampu untuk menyusui bayi akan menghadapi kecemasan
tingkat sedang-panik dan akan mengalami penyempitan persepsi yang
dapat mengurangi fungsi kerja dari indra. Begitupun sebaliknya, jika ibu
cemas tingkat sedang-panik juga dapat mempengaruhi proses menyusui
bayinya.
7) Pola konsep diri-persepsi diri : menggambarkan tentang keadaan sosial
(pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), identitas personal
(kelebihan dan kelemahan diri), keadaan fisik (bagian tubuh yang disukai
dan tidak), harga diri (perasaan mengenai diri sendiri), riwayat yang
berhubungan dengan masalah fisik atau psikologis pasien.
8) Pola hubungan-peran : menggambarkan peran pasien terhadap keluarga,
kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan dukungan
keluarga, proses pengambilan keputusan, hubungan dengan orang lain.
9) Pola seksual-reproduksi : masalah pada seksual-reproduksi, menstruasi,
jumlah anak, pengetahuan yang berhubungan dengan kebersihan
reproduksi.
10) Pola toleransi stress-koping : menggambarkan tentang penyebab, tingkat,
respon stress, strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress.
11) Pola keyakinan-nilai : menggambarjan tentang latar belakang budaya,
tujuan hidupp pasien, keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang
berkaitan dengan kesehatan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital
(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat
badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).
2
2) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.
b) Mata : sclera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau tidak anemis).
c) Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya
pembengkakan kelenjar limpha atau tidak
d) ) Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), putting
(menonjol atau tidak), pengeluaran ASI (lancar atau tidak), pergerakan
dada (simetris atau asimetris), ada atau tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasan, auskultasi bunyi pernafasan (vesikuler atau adanya bunyi nafas
abnormal).
e) Abdomen : adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau
abnormal), kandung kemih (bisa buang air kecil atau tidak).
f) Genetalia : kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau abnormal),
adanya hemoroid atau tidak
g) Ekstremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella. Data
penunjang 1) Darah : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam
post partum (jika Hb < 10 g10% dibutuhkan suplemen FE ) ,eritrosit,
leukosit, trombosit.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami ataupun proses kehidupan
yang dialami baik bersifat aktual ataupun risiko, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
2
Tabel 2.1 Diagnosa Gambaran Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Etiologi Batasan Karakteristik
2
menangis saat
disusui, bayi rewel
dan menangis terus
dalam jam-jam
pertama setelah
menyusui, serta
menolak untuk
menghisap.
Nyeri akut agen pencidera fisik Gejala dan Tanda Mayor
Kategori : Fisiologis a. Sujektif
Subkategori : Sensorik dan Mengeluh nyeri
Emosional b. Objektif
Definisi : 1. Tampak meringis
pengalaman sensorik atau 2. Bersifat protektif
emosional yang berkaitan (misalnya waspada, posisi
dengan kerusakan jaringan menghindari nyeri)
actual atau fungsional, 3. Gelisah
dengan onset mendadak atau 4. Frekuensi nadi meningkat
lambat dan berintensitas 5. Sulit tidur
ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga Gejala dan Tanda Minor
bulan a. Sujektif
tidak ditemukan data
subjektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
2
7. Diaforesis
2
Gejala dan Tanda Minor
a. Sujektif
tidak ditemukan data
subjektif
1 Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
2. Sulit menggerakan badan
2
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa
lalu
3. Intervensi keperawatan
Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan
pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
pasien atau klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Tabel 2.2 Intervensi Gambaran Asuhan Keperawatan
Hari, Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tanggal, Keperawatan SLKI SIKI
Jam
Menyusui tidak Setelah dilakukan asuhan Edukasi menyusui
efektif berhubungan keperawatan selama 3 kali 1. Identifikasi
dengan 24 jam, maka diharapkan kesiapan dan
ketidakadekuatan status menyusui meningkat kemampuan
suplai ASI dengan kriteria hasil: menerima
1. Perlekatan bayi pada informasi
payudara ibu 2. Identifikasi tujuan
meningkat atau keinginan
2
2. Tetesan/pancaran menyusui
ASI meningkat 3. Dukung ibu
3. Suplai ASI adekuat meningkatkan
4. Kelelahan kepercayaan diri
maternal menurun dalam menyusui
5. Kecemasan maternal 4. Libatkan sistem
menurun pendukung:
6. Bayi tidak rewel suami, keluarga,
dan tenaga
Kesehatan
5. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu
6. Ajarkan posisi
menyusui dan
perlekatan dengan
benar
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
berhubungan keperawatan selama 3 kali Dukungan Nyeri Akut:
dengan agen 24 jam, maka diharapkan Pemberian analgesik
pendera fisik tingkat nyeri menurun dan Observasi
(prosedur operasi) kontrol nyeri meningkat 1) Identifikasi
dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri (mis.
1) Tidak mengeluh nyeri pencetus, pereda, kualitas,
2) Tidak meringis lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
3) Tidak bersikap protektif 2) Monitor tanda-tanda
4) Tidak gelisah vital sebelum dan sesudah
5) Tidak pemberian analgesik
mengalami 5) Monitor efektifitas
kesulitan tidur analgesik
2
6) Frekuensi nadi membaik
2
7) Tekanan darah membaik Kolaborasi
8) Melaporkan Kolaborasi pemberian
nyeri terkontrol dosis dan jenis analgesik,
9) Kemampuan mengenali sesuai indikasi
onset nyeri meningkat Dukungan Nyeri Akut:
10) Kemampuan mengenali Manajemen Nyeri
penyebab nyeri meningkat Observasi
11) Kemampuan 1) Identifikasi lokasi,
menggunakan teknik non- karakteristik, durasi,
farmakologis frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons
nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Defisit Pengetahuan Kriteria hasil untuk Edukasi Perilaku Upaya
berhubungan mengukur penyelesaian dari Kesehatan Observasi
dengan kurangnya diagnosis setelah dilakukan 1) Identifikasi kesiapan
terpapar informasi asuhan keperawatan selama dan kemampuan
1x 30 menit diharapkan menerima informasi
tingkat pengetahuan pasien Terapeutik
meningkat dengan kriteria 2) Sediakan materi
hasil : dan media pendidikan
1) Perilaku sesuai anjuran kesehatan
meningkat 3) Jadwalkan pendidikan
2) Kemampuan menjelaskan kesehatan sesuai
3
pengetahuan tentang suatu kesepakatan
topik meningkat 4) Berikan kesempatan
3) Kemampuan untuk bertanya
menggambarkan 5) Gunakan variasi mode
pengalaman sebelumnya pembelajaran 6) Gunakan
yang sesuai dengan topik pendekatan promosi
meningkat kesehatan dengan
4) Perilaku sesuia dengan memperhatikan pengaruh
pengetahuan meingkat dan hambatan dari
5) Pertanyaan tentang lingkungan, sosial serta
masalah yang dihadapi budaya.
menurun 7) Berikan pujian dan
6) Presepsi yang keliru dukungan terhadap usaha
terhadap masalah menurun positif dan pencapaiannya
Edukasi
1) Jelaskan penanganan
masalah kesehatan
2) Informasikan sumber
yang tepat yang tersedia
di masyarakat
3) Anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
4) Anjurkan menentukan
perilaku spesifik yang
akan diubah (mis.
keinginan mengunjungi
fasilitas kesehatan)
5) Ajarkan
mengidentifikasi tujuan
3
yang akan dicapai
6) Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari hari
Resiko Infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Pencegahan infeksi :
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 a. Monitor tanda
dengan resiko jam diharapkan tingkat dan gejala infeksi.
terpapar organisme infeksi menurun dengan b. Batasi jumlah
patogenik kriteria hasil : pengunjung.
1. Tidak adanya demam. c. Jelaskan tanda gejala
2. Tidak terdapat nyeri pada infeksi.
luka operasi d. Ajarkan cara
3. Tidak ada bengkak pada memeriksa kondisi luka
luka operasi sc operasi.
4. Tidak terdapat cairan
berbau busuk pada luka sc 2. Perawatan luka :
5. Kadar sel darah putih a. Lepaskan balutan
dalam batas normal. dan plester secara
perlahan.
b. Bersihkan dengan
cairan NaCl sesuai
kebutuhan.
c. Pasang balutan sesuai
jenis luka.
d. Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka. e.
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.
3
Ansietas Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi penurunan
dengan jam maka ansietas menurun tingkat energy,
Kekhawatiran dengan kriteria hasil : ketidakmampuan
mengalami 1. Verbalisasi kebingungan berkonsentrasi, atau
kegagalan menurun gejala lain mengganggu
2. Verbalisasi khawatir kemampuan kognitif
akibat kondisi yang 2. Identifikasi teknik
dihadapi menurun relaksasi yang pernah
3. Perilaku gelisah menurun efektif digunakan
4. Perilaku tegang menurun 3. Monitor respons
5. Anoreksia menurun terhadap terapi relaksasi
6. Konsentrasi membaik Terapeutik
7. Pola tidur membaik 1. Ciptakan lingkungan
8. tanda-tanda vital dalam tenang dan tanpa
batas normal gangguan dengan
9. Kontak mata membaik pencahayaan dan suhu
10. Orientasi membaik ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
4. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
3
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dari kriteria hasil yang dibuat. Berdasarkan terminologi NIC, pada
tahap implementasi perawat mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier, B., Erb, G., Berman, 2010).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
3
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk Subjektif, Objektif, Assessment, Planning (SOAP).
Tabel 2.3 evaluasi
NO Diagnose keperawatan Evaluasi
3
Assement
interpretasi makna data subjektif dan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai.
Planning
Pertahankan Kondisi klient apabila tujuan
tercapai
3 Defisit Pengetahuan berhubungan Sujektif
dengan kurangnya terpapar informasi Data yang dari respon pasien secara verbal
a. Pasien mengatakan mengetahui
penyebab ketidakefektifan
menyusui
b. Pasien mampu menyebutkan kembali
apa yang dijelaskan
Objektif
Data yang diperoleh dari respon pasien
secara nonverbal atau melalui pengamatan
perawat
a. Pasien tampak mengerti yang dijelaskan
b. Pasien tampak mampu
menjawab pertanyaan yang diberi
Assement
Tindak lanjut dan penentuan apakah
implementasi akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik.
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon
tidak sesuai dengan tujuan yang telah
3
ditentukan
3
Planning
Pertahankan Kondisi klient apabila tujuan
tercapai
3
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.
b. Tujuan belum tercapai apabila respon
pasien tidak sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan
Planning
a. Pertahankan kondisi pasien apa bila
tujuan tercapai.
b. Lanjutkan intervensi apabila ada
tujuan yang belum mampu di capai oleh
pasien
3
b. Tujuan belum tercapai apabila respon
pasien tidak sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan
Planning
a. Pertahankan kondisi pasien apa bila
tujuan tercapai.
b. Lanjutkan intervensi apabila ada tujuan
yang belum mampu di capai oleh pasien
4
b. Data Mayor dan Data Minor
Tabel 2.4 Data Mayor dan Data Minor
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif
1. Kelelahan maternal 1. bayi tidak mampu melekat pada
2. Kecemasan maternal payudara ibu
2. ASI tidak menetes atau memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam
24 jam
4. Nyeri dan atau lecet terus menerus
setelah minggu ke dua
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Intake bayi tidak adekuat
2. Bayi menghisap tidak terus
menerus
3. Bayi rewel dan menangis terus
dalam jam-jam pertama setelah
menyusui
4. Menolak untuk menghisap
4
ataupun saat pasien pulang, seperti misalnya banyak ibu yang tidak
mengetahui bahwa :
2) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering sehingga
dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh
untuk menghentikan menyusui.
3) ASI tidak keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu untuk
diberikan minuman lain, padahal jika kondisi bayi yang lahir cukup bulan
dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat
mempertahankannya tanpa minum selama beberapa hari. Pemberian
minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI
karena bayi merasa kenyang sehingga malas untuk menyusu.
4) Payudara yang berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI
padahal ukuran payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya ASI
yang keluar, hal tersebut disebabkan kerena banyaknya lemak pada
payudara.
5) Puting susu datar atau terbenam, Jika puting susu ibu datar atau terbenam
setelah bayi lahir maka dapat dikeluarkan dengan cara sebagai berikut
yaitu, susui bayi segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu,
susui bayi sesering mungkin setiap dua sampai dua setengah jam hal ini
dapat menghindarkan payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk
menyusu, massage payudara dan keluarkan ASI secara manual sebelum
menyusui dapat membantu bila terdapa bendungan payudara dan putting
susu masuk ke dalam.
4
1) Faktor Internal
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan seseorang melalui panca
indera terhadap suatu objek tertentu meliputi pengelihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, dan perasa (Notoatmodjo, 2007). Ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang biasanya akan kurang mengetahui
tentang manfaat serta pentingnya pemberian ASI sejak dini, sehingga
menyebabkan ibu untuk enggan menyusui bayinya. Pengetahuan seorang
ibu mengenai pemberian ASI merupakan salah satu faktor terpenting
dalam kesuksesan proses menyusui
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan untuk pemberian ASI kepada bayinya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin besar peluang ibu untuk
menerima informasi mengenai pentingnyan manfaat pemberian ASI
kepada bayinya, sebaliknya jika pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap ibu terhadap pemberian ASI kepada
bayinya.
c) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu alasan yang sering diungkapkan pada ibu yang
tidak menyusui bayinya. Pada zaman sekarang ini, banyak wanita yang
lebih memilih mengembangkan karirnya dalam bidang ekonomi daripada
mengurus rumah tangganya atau bekerja dirumah. Adanya peran ganda
seorang ibu baik sebagai ibu rumah tangga atau pekerja, akan
menimbulkan ketidakseimbangan hubungan antara ibu dengan anaknya.
Seorang ibu yang mempunyai bayi baru lahir memiliki tanggung jawab
besar terhadap bayinya, dimana kebutuhan bayi baru lahir ini harus
mendapatkan ASI sampai berusia enam bulan yang artinya seorang ibu
harus siap setiap saat dalam menyusui bayinya.
4
d) Kondisi Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu dapat mempengaruhi dalam proses menyusui. Seorang ibu
tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya ketika ibu dalam keadaan
sakit, seperti misalnya ibu menderita penyakit hepatitis, AIDS, dan TBC,
maka ibu memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengurus
bayinya serta rumah tangganya, karena ibu harus memerlukan lebih
banyak waktu untuk beristirahat. Hal inilah yang dapat mempengaruhi ibu
tidak dapat menyusui secara efektif.
2) Faktor Eksternal
a) Orang penting sebagai referensi keluarga
Orang penting seperti suami ataupun keluarga biasanya dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Bila orang tersebut sangat
dipercayai dalam kehidupannya maka apapun yang orang tersebut katakan
atau perbuat segera diikuti dan dicontoh, seperti misalnya dalam
pemberian ASI, maka dukungan dari keluarga sangat diperlukan dalam
proses kelancaran pemberian ASI pada bayi.
b) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam keluarga dapat memengaruhi kemampuan keluarga
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Biasanya, keluarga yang
memiliki penghasilan kurang akan lebih memahami tentang pentingnya
menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya dari baru lahir hingga
berusia enam bulan, sebaliknya jika keluarga tersebut berpenghasilan yang
lebih akan memiliki peningkatan daya tarik dalam pembelian sesuatu yang
dianggapnya lebih praktis, seperti misalnya pemberian susu formula.
4
menyebabkan ibu berpikiran bahwa pemberian susu formula dianggap
sama bahkan lebih praktis dan dapat membantu ibu mempermudah proses
pemberian nutrisi kepada bayinya, sehingga tidak menutup kemungkinan
ibu enggan untuk menyusui bayinya.
4) Budaya
Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku, serta penggunaan sumber-sumber dalam
masyarakat akan menghasilkan suatu kebudayaan pada daerah setempat.
Kebudayaan tersebut terbentuk dalam waktu yang cukup lama.
Kebudayaan tersebut selalu berubah baik cepat maupun lambat sesuai
dengan peradaban umat manusia (Notoatmodjo, 2007). Kebudayaan yang
berlaku pada suatu daerah akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses
menyusui atau pemberian ASI. Adanya budaya yang memberikan
makanan atau minuman kepada bayi yang baru lahir dapat menggagalkan
keberhasilan dalam pemberian ASI secara eksklusif dan dapat menganggu
kesehatan bayi.
4
2. Breast Care
a. Pengertian Breast Care
Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang
dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran
ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara
setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu upaya agar ASI
dapat keluar dengan lancar. (Walyani & Purwoastuti, 2015)
4
c. Cara melakukan Breast Care
Cara merawat payudara pada ibu nifas dan menyusui menurut Marliandiani
dan Nyna (2015) adalah sebagai berikut:
1) Kompres puting susu dengan kasa yang telah diberi minyak atau baby oil
kurang lebih selama tiga menit, lalu bersihkan.
2) Setelah bersih, tarik puting susudan putar searah jarum jam dengan ibu jari
dan telunjuk, untuk memastikan tidak ada kotoran pada puting. Jika puting
tenggelam, dengan kedua ibu jari tekan daerah aerola tarik ke arah kanan,
kiri,atas, bawah secara bersamaan dan bergantian. Lakukan 10-15 kali
bergantian kanan dan kiri.
3) Beri tangan dengan sedikit minyak atau baby oil
4) Sangga payudara kiri, dengan tanagn kiri. Kemudian tiga jari tangan kanan
membuat pemijatan ringan gerakan memutar dari pangkal payudara ke
puting untuk merangsang peredaran pembuluh darah di sekitar payudara.
Lakukan tahapan yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali
gerakan pada tiap payudara.
5) Sangga payudara kiri dengan tangan kiri. Telapak tangan kanan dengan
jari-jari sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu, gerakan
diulang sebanyak 30 kali untuk tiap payudara.
6) Tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan dikepalkan kemudian
mengurut payudara mulai dari pangkal ke arah puting susu. Gerakan
diulang sebanyak 30 kali untuk setiap payudara.
7) Coba keluarkan sedikit ASI untuk memastikan tidak ada sumbatan pada
puting susu.
8) Lakukan pengurutan, tempatkan kedua tangan di antara kedua payudara
ibu, kemudian diurut ke arah atas, terus ke samping, ke bawah, melintang
sehingga tangan menyangga payudara (sedikit mengangkat payudara)
kemudian secara bersama-sama lepaskan tangan dari payudara.
9) Kompres payudara secara bergantian dengan air dingin dan air hangat.
Lakukan sebanyak 20 secara bergantian kanan dan kiri. Cara ini bertujuan
4
untuk melenturkan pembuluh darah. Pada saat dikompres dengan iar
hangat, pembuluh darah akan melebar dan pada saat dikompres dengan air
dingin, pembuluh darah akan mengerut. Kelenturan ini sangat diperlukan
saat menyusui kelak. Terutama untuk memompa ASI agar lancar ketika
dihisap bayi.
10) Ambil waslap kasar, lalu gosokkan pada puting susu secara bergantian.
Cara ini merangsang puting pada saat diisap bayi dan untuk menghindari
lecet dan perdarahan akibat isapan lidah bayi yang masih kasar.
11) Gunakan bra yang menyangga payudara.
4
Gambar 2.2 posisi silang (double-cradle hold)
Dalam posisi duduk, timang Si Kembar di tangan kanan dan kiri Bunda.
Kemudian, posisikan kedua pasang kaki Si Kembar bertindihan di depan
badan Bunda. Pastikan kepala Si Kembar sejajar payudara dan bisa mencapai
puting Bunda.
4
pesta di ketiak. Tempatkan telapak tangan di belakang kepala masing-masing
bayi untuk menyokong dan menjaga kepala mereka sejajar dengan puting.
4) Ada berapa cara menyusui namun penempatan dan peletakan bayi lebih
kompleks tapi bukan berarti mustahil untuk dicoba
5
Gambar 2.6 bantal menyusui bayi kembar
Untuk mempermudah, Bunda bisa melakukan cara-cara di atas menggunakan
bantal khusus untuk menyusui bayi kembar. Bila tidak punya bantal ini, Bunda
bisa menyiasatinya dengan menggulung handuk atau selimut sebagai
penopang. Dengan sokongan bantal ini, gerakan Bunda akan lebih leluasa dan
mudah saat menyusu
5
BAB III
50
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dapat dilakukan
dengan cara berinteraksi, bertanya atau mendengarkan apa yang
disampaikan secara lisan melalui responden atau partisipan (Nursalam,
2020). Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur
sesuai dengan format asuhan keperawatan dan dilakukan secara fleksibel
sesuai dengan respon yang diberikan pasien dan keluarga seperti riwayat
penyakit terdahulu pasien dan keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi) (Arafah, Fadli and Muhammad, 2021).
Pemeriksaan fisik dilakukan kepada klien dan seluruh anggota keluarga
meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, BB, TB, dan pemeriksaan
secara head to toe.
3. Dokumentasi
merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari dokumen asli
(Nursalam, 2020). Dokumen asli tersebut berupa mengambil data yang
diperlukan melalui less pasien.
4. Observasi
Observasi Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien
menggunakan kepekaan panca indra untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien (Arafah, Fadli and Muhammad,
2021). Observasi yang dilakukan meliputi perilaku, keadaan, lingkungan
sekitar, dan tanda gejala penyakit yang dialami.. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data yang dilakukan :
5
a. Menentukan responden penelitian dengan melihat data yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
b. Melakukan pengkajian yakni pengumpulan data secara sistematis
untuk mengidentifikasi keadaan kesehatan klien sekarang dan
masalalu untuk perumusan masalah keperawatan
c. Mengumpulkan data mengevaluasi status kesehatan responden
disimpulkan masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial
dalam bentuk diagnosis keperawatan.
d. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).
e. Peneliti membuat perencanaan dengan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI).
f. Dilakukan implementasi, yakni pelaksanaan intervensi
keperawatan.
g. Evaluasi keperawatan ditulis dalam catatan perkembangan SOAP
h. Penyajian data dilakukan dengan tabel maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan cara mengaburkan identitas
klien.
i. Dibuat kesimpulan dari data yang disajikan.
D. ANALISIS KASUS
Analisis data kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang didapat dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke unit – unit, menyusun dalam pola, memilah mana yang
penting dan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami
(Hamzah, 2019).
Analisis data dilakukan saat selesai pengumpulan data. Pada saat pengambilan
data apabila data dirasa belum cukup memenuhi hasil yang diharapkan. Maka,
5
data dilanjutkan sampai data yang didapat kredibel. Aktifitas dalam analisis
data : Editing, Organizing dan Penemuan Hasil.
1. Editing
Data yang di catat secara teliti dan rinci yang bertujuan untuk menghindari
penumpukkan data. editing data memfokuskan pada hal yang penting,
merangkum, memilah hal pokok serta mencari tema dan polanya.
2. Organizing
merupakan tahap dimana semua data dikumpulkan kemudian penulis
memisahkan data subyektif dan data obyektif dan dirumuskan menjadi
beberapa diagnosa keperawatan untuk dapat disusun intervensi dan
penetapan implementasi
3. Penemuan Hasil.
Setelah semua implementasi keperawatan diberikan maka peneliti
melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan
membandingkan kajian dalam artikel penelitian, Hasil yang ada kemudian
dianalisis dan dipakai sebagai data untuk membenarkan penulisan dan
sebagai tambahan untuk temuan hasil dalam penulisan
5
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Desember 2021. Nama Ny. A, G4 P5
A0 tanggal masuk 28 Desember 2021. Ibu mengatakan bahwa ini
persalinan sesar pertama kali di karenakan memiliki indikasi gemelli dan
ibu mengatakan nyeri di area bekas operasi sehingga terbatas untuk
melakukan gerakan, ibu nampak meringis kesakitan, aktivitas di bantu oleh
suami, nampak luka dengan balutan tertutup di area perut bawah dan tidak
di terlihat tanda infeksi, luka bekas operasi rutin di periksa dan di gantikan
balutan, Ketika nyeri mulai berkurang ibu di haruskan belajar bergerak
perlahan, mulai dari miring kanan dan kiri hingga belajar berjalan.
Sebelumnya ibu mengatakan berpengalaman menyusui untuk ke empat
anaknya, akan tetapi keluhan utama saat ini ibu mengatakan payudara
terasa sedikit sakit dan bengkak, ASI belum keluar, tidak dapat melakukan
stimulus payudara dengan bayi secara langsung di karenakan bayi di rawat
terpisah, dan ibu mengatakan bingung karena belum mengetahui bagaimana
cara menyusui bayi kembar secara langsung
2. Alasan Masuk
Klien datang ke rumah sakit tanggal 28 desmber dengan keluhan nyeri
hilang timbul dengan skala 4. riwayat kehamilan klien mengatakan
kehamilan kelima dengan indikasi gemelli sehingga dokter menyarankan
untuk di lakukan persalinan dengan sectio sesaria, dan pasien berencana di
sterilkan setelah persalinan.
54
3. Data Umum Kesehatan Saat Ini dan Pemeriksaan Fisik
Status obstetrik NH P5 A0, keadaan umum sedang dan kesadaran compos
mentis. Saat dilakukan pengecekkan tanda tanda vital Tekanan
Darah:113/83 mmHg Nadi:109 x/menit, Suhu:36,7,°C, Pernafasan 20
x/menit, Pengecekan pada bagian kepala dengan hasil kulit kepala bersih
tidak ada lesi, mata simetris dan kojungtiva anemis, hidung bersih tidak
terdapat luka, mukosa bibir lembab serta tidak ada caries, telinga bersih,
tidak ada pembesaran vena julgularis. Pemeriksaan pada dada dengan hasil
pada bagian jantung tidak ada bunyi tambahan, pernafasan normal tidak ada
bunyi tambahan, payudara simetris tidak ada nyeri tekan, puting susu
menonjol, asi belum keluar, fundus uterus untuk kontraksi baik posisi satu
jari dibawah pusat, fungsi pencernaan baik. Pemeriksaan pada perineum
dan genital, pada vagina tidak ada edem dan intergritas baik, tidak ada
kemarahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada Echimosis, discharge
darah, pada lochea rubra (darah segar bercampur sisah-sisah selaput
ketuban) seperti darah haid biasa, Pemeriksaan ekstermitas, tidak ada
edema dan kesemutan pada ekstermitas atas dan bawah, tidak ada varises
dan tidak ada tanda homan. Pada pola eliminasi tidak ada gangguan.
Pemeriksaan istirahat klien mengatakan dapat istirahat selama 6 sampai 8
jam, akan tetapi pasien merasa tidak nyaman pada lokasi area post operasi
sectio caesaria. Mobilisasi pada klien baik, klien latihan miring kanan dan
kiri. Nutrisi dan cairan pada klien tidak ada masalah, keadaan mental klien
cemas karen bayi di rawat terpisah, kemampuan menyusui pada klien
kurang karena ASI belum keluar.
5
4. Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Medik
Tanggal 29/12/21
Terapi medik diberikan Cefixime 200mg dua kali dalam sehari, Asam
Mefenamat 500mg di berikan tiga kali dalam sehari.
5. Data Fokus
Pada data subjektif : Klien mengatakan nyeri luka op, terdapat pengkajian
PQRST yaitu Povokes (penyebab) : nyeri ketika bergerak, Quality
(kualitas) : nyeri seperti ditusuk-tusuk, Radiates (penyebaran) : nyeri di
area post op SC, Severety (keparahan) : skala 5 , Time (waktu) : hilang
timbul, klien mengatakan khawatir karena bayi di rawat terpisah dan ASI
belum keluar, sehingga bingung dan belum memahami cara menyusui bayi
kembar.
Pada data Objektif : Keadaan Umum Sakit sedang, kesadaran compos
mentis, Klien tampak lemas, Klien tampak cemas, gelisah dan tidak
nyaman, Klien terlihat meringis kesakitan, Ibu Nampak bingung bila di
Tanya tentang cara menyusui bayi kembar, TTV: Tekanan Darah:113/83
mmHg, Nadi:109 x/menit, Suhu:36,7,°C, Pernafsan 20 x/menit, Hasil
Pemeriksaan Penunjang tanggal 28/12/21 Hemoglobin 9.5 gr/dl, Leukosit
13.58 ribu/mm3, Trombosit 226 ribu/mm3, Hematokrit 28.6 %, Eritrosit
3.17 juta/uL. Terapi medik diberikan Cefixime dua kali dalam sehari, Asam
Mefenamat tiga kali dalam sehari.
5
6. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Pada data subjektif : Klien mengatakan nyeri luka op, terdapat pengkajian
PQRST yaitu Povokes (penyebab) : nyeri ketika bergerak, Quality
(kualitas) : nyeri seperti ditusuk-tusuk, Radiates (penyebaran) : nyeri di
area post op SC, Severety (keparahan) : skala 5 , Time (waktu) : hilang
timbul, TTV: Tekanan Darah:113/83 mmHg, Nadi:109 x/menit,
Suhu:36,7,°C, Pernafasan 20 x/menit Maka didapatkan masalah dengan
diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik
klien mengatakan khawatir karena bayi di rawat terpisah dan ASI belum
keluar, sehingga bingung dan belum memahami cara menyusui bayi
kembar, Klien tampak cemas, gelisah dan tidak nyaman, dan nampak
bingung bila di Tanya tentang cara menyusui bayi kembar dengan hasil
pemeriksaan TTV: Tekanan Darah:113/83 mmHg, Nadi:109 x/menit,
Suhu:36,7,°C, Pernafasan 20 x/menit Maka didapatkan masalah dengan
diagnosa keperawatan yaitu Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi
5
7. Perencanaan Keperawatan
Pada tanggal 29 Desember 2021 ditetapkan diagnosis keperawatan yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik setelah dilakukan
asuhan selama 2x24 jam di harapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil
nyeri hilang atau berkurang, Dan Rencana Tindakan : Intervensi utama
yaitu Kaji nyeri secara komperehensif meliputi P, Q, R, S, T, Observasi
reaksi non verbal dari pasien Monitor tanda-tanda vital, memberikan pasien
posisi yang nyaman, mengajarkan Teknik relaksasi, dan memberikan terapi
analgetik sesuai program (asam mefenamat)
5
pengetahuan dan pengalaman ibu menyusui sebelumnya dengan Respon
Hasil (ibu mengatakan berpengalaman menyusi selama 6 tahun 3 bulan,
akan tetapi tingkat pengetahuan ibu tentang Teknik menyusi bayi kembar
masih kurang dikarekan ibu pertama kali melahirkan bayi kembar),
membantu memberikan posisi yang nyaman pada ibu, serta mengajarkan
Teknik relaksasi nafas dalam dengan Respon Hasil (pasien Nampak lebih
nyaman dan tenang), dan membuat kesepakatan dengan ibu untuk rencana
tindakan selanjutnya mengajarkan ibu cara breast care pada tanggal
30/12/21 dan pemberian edukasi cara menyusui bayi kembar pada tanggal
31/12/21
5
9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan selama 3 hari dengan memberikan intervensi pemjatan
payudara (breast care) untuk mengatasi masalah keperawatan dengan
ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI. Grafik evaluasi ASI klien setiap harinya dapat di lihat pada grafik-
grafik di bawah ini.
500
400
300
200
100
30.12.2021 31.12.2021 01.01.2022
0
ASI Column1 Column2
6
BAB V
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian ini penulis melakukan pengumpulan data yang meliputi
identitas, riwayat kesehatan pasien, data biologis dengan menggunakan
teknik wawancara pada pasien. Pada saat melakukan teknik tersebut tidak
banyak menemukan kesulitan, pasien sangat kooperatif, bisa diajak kerja
sama, selain melalui teknik wawancara penulis juga memperoleh data hasil
observasi dari catatan medik pasien. Pada saat melakukan asuhan
keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada
dilapangan. Kesenjangannya yaitu teori menjelaskan bahwa untuk
mengatasi permasalahan ibu dengan menyusui tidak efektif dapat di atasi
dengan mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui serta mendukung
ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui. Sedangkan realita
yang ada dari hasil wawancara dengan pasien, ibu mengatakan bahwa
tidak ada perawat ataupun bidan di ruangan yang memberi informasi
tentang bagaimana cara menstimulus pengeluaran ASI, dan Teknik
menyusui bayi kembar serta memberikan dukungan pada ibu untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui.
61
2. Diagnosa keperawatan
Pada tahap ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan, yaitu pada teori diagnosa keperawatan terdapat 5 diagnosa akan
tetapi hanya mengambil 3 diagnosa keperawatan, di karenakan saat di
lakukan pengkajian tidak di dapatkan tanda resiko infeksi, dan kecemasan
pada ibu dalam melewati fase persalinan dengan sesar, sehingga diagnosa
prioritas yang dipilih adalah menyusui tidak fektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI yang ditemukan pada kasus pada Ny. A,
diagnosa ini di jadikan prioritas di karenakan jika tidak di atasi dengan
segera kemungkinan akan menimbulkan permasalahan lain, terutama pada
kedua bayi yang di rawat terpisah dan membutuhkan ASI yang cukup
selama masa perawatan. Tetap meneyuaikan dengan teori dalam pelaksaan
di lapangan untuk menegakan diagnosa keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini tidak tedapat banyak kesenjangan. Kerena penulis
melakukan rencana tindakan keperawatan sesuai teori yang ada meskipun
rencana tindakan tidak semua dilakukan, karena menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi pasien saat itu. Penulis memprioritaskan diagnosa
menyusui tidak efektif karena pasien mengatakan bahwa keluhan utama
saat pengkajian adalah ASI yang tidak keluar sehingga tidak dapat
memberikan ASI kepada kedua bayi kembar yang di rawat secara terpisah
oleh ibu.
6
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi penulis berusaha menyesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah dibuat berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai, meskipun tidak semua tindakan keperawatan dilaksanakan.
Penulis menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien saat itu dengan
melibatkan keluarga. Penanganan yang diberikan antara lain
mengidentifikasi kemampuan dan pengalaman ibu menyusui, memberikan
edukasi dan penerapan langsung kepada ibu tentang breast care dan
Teknik menyusui bayi kembar, mengajarkan posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar, serta melibatkan keluarga untuk selalu
mendukung ibu agar menstimulus pengeluaran ASI, akan tetapi dalam
penerapan implementasi terdapat sedikit hambatan, di karenakan SOP
yang ada pada rumah sakit sulit untuk di akses oleh mahasiswa sehingga
penulis harus mencari SOP secara mandiri, dan tidak tersedianya peralatan
yang mendukung untuk melakukan tindakan breast care.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir adalah tahap evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan asuhan
keperawatan dengan prioritas masalah menyusui tidak efektif, dan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan baik. Pada tahap ini semua berjalan
denan lancar karena adanya dukungan aktif dari pihak keluarga serta bidan
yang ada diruangan.
6
breast care cukup efektif untuk mengatasi permasalahan ketidak efektifan
menyusui pada ibu.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Setyaningsih (2020) di dapat data
bahwa kelancaran produksi ASI pada ibu post partum dengan seksio sesaria
sesudah di lakukan breast care di ruang Fatimah Rumah Sakit Islam Siti
Aisyah madiun dengan pengeluaran ASI lancar sejumlah 17 ibu. Serta
penelitian yang di lakukan oleh Yuniart Y (2018) di dapatkan hasil penelitian
pada respinden sebelum di lakukan intervensi memliki rerata volume ASI
sebesar 0,18 ml, sedangkan setelah di lakukan intervensi di dapatkan hasil
memiliki rerata volume ASI sebesar 14,36 ml, dapat di simpulkan terdapat
efektivitas breast care terhadap pengeluaran volume ASI.
6
Dan penelitian yang di lakukan oleh Yuniarti Y (2018) dengan judul Mode
Breast Care Meningkatkan Volume ASI Pada Ibu Nifas. dengan hasil
Penerapan teknik perawatan payudara pada ibu masa nifas didapatkan hasil
yang efektif untuk kelancaran pengeluaran volume ASI.
6
BAB VI
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.A usia 37 tahun setelah
post operasi sectio sesaria di Ruang kebidanan di radjak hospital salemba,
Jakarta dari tanggal 29 Desember 2021 sampai dengan tanggal 01 januari
2022. Saat pengkajian di dapatkan data bahwa ini adalah saat pertama kali
ibu melakukan operasi sesar karena indikasi gemelli, ibu merasa nyeri di
luka post operasi, ASI belum keluar dan merasa bingung cara menyusui
bayi kembar.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan terdapat kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang ada dilapangan. Kesenjangannya yaitu dalam
menegakan diagnosa keperawatan saat praktik langsung hanya mengambil
3 diagnosa dari 5 diagnosa yang ada pada teori.
Intervensi keperawatan mengikuti teori yang ada dan tetap menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pasien saat itu, dan merencakan tindakan
pemberian breast care.
Implementasi yang di terapkan dalam mengatasi masalah keperawatan
prioritas yaitu membantu dan mengajarkan cara breast care dan
menyarankan ibu melakukan tindakan tersebut 2 kali dalam sehari, dan
menyertakan anggota keluarga untuk memberikan dukungan dalam upaya
menstimulus pengeluaran ASI.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan di lakukannya pemijatan pada
area payudara ibu dapat menstimulus pengeluaran ASI. Penerapan breast
care telah dilakukan sesuai dengan prosedur. dengan demikian breast care
cukup efektif untuk mengatasi permasalahan ketidak efektifan menyusui
padaibu.
66
B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
kesehatan keperawatan maternitas kepada peserta didik sehingga
pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi
kedepannya dan akan dapat membantu dalam mendukung untuk bahan
pengajaran ilmu keperawatan maternitas kedepannya, sehingga bisa
diterapkan di rumah sakit secara langsung ketika peserta didik praktik di
rumah sakit.
2. Bagi Perawat
Sesuai dengan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
komunikator, serta edukator di harapkan perawat dapat memberikan
pengetahuan serta melatih ibu dalam melakukan teknik breast care pada
saat menangani masalah ibu dengan menyusui tidak efektif, serta selalu
berusaha memberikan dukungan positif pada ibu sehingga ibu
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, serta
dapat membantu proses mentimulus pengeluaran ASI.
3. Bagi Layanan
Bagi tatanan rumah sakit pemberian SOP Teknik breast care ini sebaiknya
agar dapat di aplikasikan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dan dapat
di terapkan dengan sesuai oleh perawat maupun bidan di ruang perawatan.
Serta menyediakan sarana dan prasana yang mendukung agar penerapan
pemberian breast care pada pasien dengan ketidak efektifan menyusui
dapat di laksanakan dengan mudah.
67
DAFTAR PUSTAKA
Fadhila, S.R. et., all. (2016). Dampak dari Tidak Menyusui di Indonesia. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesian Pediatric Society; Commited in
Improving the Health of Indonesian Children
Kodrat. (2010). Konsep Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta: JNPK
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
68
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
Marliandiani, Y dan Nyna, P. N. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika ; (2015)
Maryunani, A. (2014). Asuhan Neonates, Bayi, Balita & Anak Pra – Sekolah.
Tajurhalang : IN MEDIA
6
Sunarsih & Mariza, Ana. Edukasi Pentingnya Menjaga Personal Hygiene Saat
Kehamilan . Jurnal Perak Malahayati Vol 2, No 2, (2020)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yuniarti, Y. (2018). Metode Breast Care Meningkatkan Volume Asi Pada Ibu
Nifas. Media Informasi, 14(2), 171-174.
Nur. F.A. (2012). Jurnal Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Pelaksanaan
Perawatan Payudara di Puskesmas Surakarta
Setyaningsih, R., Ernawati, H., & Rahayu, Y. D. (2020). Efektifitas Tehnik Breast
Care Terhadap Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Dengan
Seksio Sesarea. Health Sciences Journal, 4(1), 89.
7
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Dewi Anisah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tampat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 2000
Alamat : JL. Mawar A. No: 30. Jakarta Utara
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
No. Handphone 089605099178
E-mail : dewianisah111@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
2005 - 2011 : SDN RBU 15 PAGI Jakarta
2011 - 2014 : SMPN 279 Jakarta
2014 - 2017 : SMA Al- Khairiyah Jakarta
2017 – 2021 : Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
2021 – 2022 : Program Studi Profesi NERS Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
‘
LAMPIRAN 2
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
‘
Perdarahan 100 cc
Masalah dalam Persalinan: Tidak
Ada Riwayat Ginekologi : -
Masalah Ginekologi : -
Riwayat KB : pasien di steril kan tanggal 27/12/2021
‘
II. Data Umum Kesehatan Saat ini
Dada:
Jantung: suara jantung normal, nadi 109x/menit
Paru: suara vesikuler, respirasi 20x/menit
Payudara: Nampak bengkak, simetris dan tidak ada nyeri tekan
Putting susu: Nampak menonjol
Penyaluran ASI: belum dapat menyusui
Masalah Khusus: tidak ada
Abdomen
Involusi Uterus
Fundus uterus: Baik. Kontraksi:................Posisi: satu jari di bawah pusat
Kandung Kemih: baik
Diastasis Rektus Abdominis .............. X...................cm
Fungsi pencernaan: baik
Masalah Khusus :tidak ada
Perineum dan genital
Vagina: Integritas kulit: baik. edema: tidak ada. Inemar: tidak ada
Hematom: tidak ada
Perineum: Utuh/Episiotomi/Ruptur Tanda
REEDA: R : Kemerahan: ya / tidak
E : Bengkak : ya / tidak
E : Echimosis ; ya / tidak
D : Discharge : serum/pus/darah/tidak ada
A : Approximate : baik / tidak
Kebersihan terjaga, perdarahan seperti haid biasa
‘
Lochea : rubra (darah segar bercampur sisah-sisah selaput ketuban)
Jumlah : 4x ganti pembalut dalam sehari
Jenis warna : merah segar
Konsistensi :
Bau : seperti darah haid biasa
Hemorrhoid : derajat : ............................ Lokasi ; ...........................
Berapa lama............................nyeri : ya /tidak
Masalah khusus :.........................................,..............................
Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : ya/tidak, rasa kesemutan/baal : ya/tidak
Ekstremitas bawah : edema ; ya / tidak, lokasi
.................................
Varises : ya / tidak, lokasi ..............................................................
Tanda Homan ; +/- .
Masalah Khusus :........................................................................
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK:
BAK saat ini: 7x dalam 24
jam nyeri : ya / tidak
BAB : Kebiasaan BAB :
BAB saat ini-
Kontipasi : ya/tidak
Masalah Khusus :..............................................................................
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 6-8 jam, frekuensi 2x
Pola tidur saat ini: normal
Obat-obatan:
Tanggal 29/12/21
Cefixime 2x1
Asmef 3x1
‘
III. Hasil Pemeriksaan Penunjang:
Tanggal 28/12/21
HEMATOLOGI
‘
IV. Rangkuman Hasil Pengkajian
Data fokus
Data Subjektif Data Objektif
Ibu mengatakan khawatir Tekanan Darah:113/83
karena bayi di rawat mmHg Nadi:109 x/menit
terpisah Suhu:36,7,°C, Pernafasan 20
Ibu mengatakan ASI belum x/menit
keluar Nampak luka tertutup di area
ibu mengatakan nyeri di abdomen
area bekas operasi Ibu terlihat gelisah dan tidak
ibu mengatakan bingung dan nyaman
belum memahami cara Ibu Nampak meringis
menyusui anak kembar Povokes : nyeri ketika
bergerak
Quality: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Radiates: nyeri di area post
op SC
Severety: skala 5
Time: hilang timbul
Ibu Nampak bingung bila di
Tanya tentang cara menyusui
bayi kembar
V. ANALISA DATA
Do:
‘
No. Data Masalah
2 Ds:
Tekanan Darah:113/83
mmHg Nadi:109 x/menit
Suhu:36,7,°C, Pernafasan Nyeri Akut
20 x/menit
Nampak luka tertutup di
area abdomen
Povokes : nyeri ketika bergerak
Quality: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Radiates: nyeri di area post
op SC
Severety: skala 5
Time: hilang timbul
3 Ds:
‘
VII. PERENCANAAN KEPERAWATAN
setelah di lakukan
Defisit pengetahuan asuhan selama
3 1. kaji pengetahuan dan
berhubungan 2x24 jam di pengalaman pasien dalam
dengan kurangnya harapkan masalah menyusui
informasi teratasi dengan 2. berikan informasi tentang
kriteria hasil
‘
pasien dapat cara menyusui
memahami cara 3. berikan pasien dan
menyusui bayi keluarga kesempatan
kembar untuk bertanya
29/12/21
‘
30/12/21 1 Mengajarkan ibu cara breast care DEWI
‘
IX. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
P: Intervensi di lanjutkan
‘
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
P: intervensi dihentikan
P: intervensi di hentikan
‘
1 31/12/21 S: Pasien mengatakan rutin menstimulus dengan DEWI
teknik breast care
Jam 11.00
O: ASI lancar
A: masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
‘
LAMPIRAN 3
‘
LAMPIRAN 4
‘
2 31/07/2022 - Konsul BAB I - Rapihkan spasi paragraph Bimbingan
sampai - Menambahkan teori konsep offline
dengan BAB post partum dan post sc
IV - Teori konsep bayi kembar
- Urutkan konsep teori pada
bab 2
- Mencari teori terbaru
- Menjelaskan dengan rinci
dari pengkajian hingga
eveluasi
- Membuat 84iagn hasil
evaluasi, dan di jelaskan
Kembali hasil evaluasinya.
3 19/08/2022 Konsul BAB I - Menjelaskan peran perawat Bimbingan
sampai sebagai apa, dalam mengatasi online
dengan BAB masalah ketidakefektifan (melalui
IV menyusui video call)
- Merubah susunan bab 2
- Memindahkan ketidak
efektifan menyusui dan
breast care ke dalam konsep
masalah
- Menambahkan 84iagnose
pada konsep asuhan
keperawatan
- Jabarkan perbandingan teori
dan praktik, mengapa ada
84iagnose yang tidak di pilih
- Membuat kesimpulan baru
dari pengkajian hingga
evaluasi
4 25/08/2022 Konsul BAB I - Perbaiki Kembali Bimbingan
sampai pembahasan di bagian offline
dengan BAB implementasi
IV - Perhatikan tatacara penulisan
laporan
5 31/08/2022 Revisi KIAN - Menambahkan jurnal Bimbingan
pasca siding - Merubah nama ruangan online
menjadi ruang kebidanan
‘
LEMBAR KONSULTASI KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas MH Thamrin
‘
LEMBAR KONSULTASI KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas MH Thamrin
‘
Dewi Anisah_Profesi
Ners_SA_2022_ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU POST
SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN MENYUSUI
BAYI KEMBAR MELALUI
TINDAKAN BREAST CARE DI
RUANG VERLOS KAMER (VK)
Submission date: 29-Aug-2022 11:12AM (UTC+0700)
RADJAK HOSP
Submission ID: 1888599097
2
2
5
4
4
4
5
1
1
1
1
1
1
1
Dewi Anisah_Profesi Ners_SA_2022_ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN MENYUSUI BAYI KEMBAR MELALUI
TINDAKAN BREAST CARE DI RUANG VERLOS KAMER (VK)
RADJAK HOSP
ORIGINALITY REPORT
1 %
SIMILARITY INDEX
14%
INTERNET SOURCES
2%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
eprints.ummi.ac.id
1 Internet Source 4%
repo.stikesperintis.ac.id
2 Internet Source
3%
www.idai.or.id
3 Internet Source
2%
repo.stikesicme-jbg.ac.id
4 Internet Source
2%
repository.poltekeskupang.ac.id
5 Internet Source
2%
eprints.umm.ac.id
6 Internet Source
2%