Anda di halaman 1dari 96

FORMULA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

SEDIAAN LIP BALM YANG DIPERKAYA EKSTRAK


DAUN BIDARA (Ziziphus spina-christi L.)

SKRIPSI

SITI AIDINA

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
FORMULA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SEDIAAN LIP BALM YANG DIPERKAYA EKSTRAK DAUN BIDARA
(Ziziphus spina-christi L.)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains


Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

SITI AIDINA
11140960000033

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1441 H
FORMULA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN
LIP BALM YANG DIPERKAYA EKSTRAK DAUN BIDARA
(Ziziphus spina-christi L.)

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

SITI AIDINA
NIM : 11140960000033

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
A A

Dr. Hendrawati, M.Si Nurhasni, M.Si


NIP. 19720815 200312 2 001 NIP. 19740618 200501 2 005

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si


NIP. 19750918 200801 1 007
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Formula dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm
yang diperkaya Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.)” telah diuji dan
dinyatakan LULUS pada Sidang Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu 12 Februari 2020. Skripsi
ini telah diterima untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (S1) Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si Tarso Rudiana, M.Si


NIP. 19680313 200312 2 001 NIDN. 0425028704

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hendrawati, M.Si Nurhasni, M.Si


NIP. 19720815 200312 2 001 NIP. 19740618 200501 2 005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Ketua Program Studi Kimia,

Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud Dr. La Ode Sumarlin, M.Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19750918 200801 1 007
PERNYATAAl\{

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ivlAi.JAPUN.

Jakarta. i8 Januari 2021

CITT A INI\IA
Jt I r dlt_,rl1\11
r r r40960000033
ABSTRAK

SITI AIDINA. Formula dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm yang
Diperkaya Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.). Dibimbing oleh
HENDRAWATI dan NURHASNI.

Daun bidara (Ziziphus spina-christi L.) dikenal memiliki aktivitas antioksidan


yang tinggi. Daun bidara dapat dijadikan sebagai zat aktif tambahan pada formula
lip balm. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula lip balm dari
ekstrak daun bidara dan menguji aktivitas antioksidannya. Sediaan lip balm dibuat
4 formula yang diperkaya dengan ekstrak daun bidara sebanyak 0; 1; 2; dan 3%.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-dipenil-2-pikril-
hidrazil) dan diidentifikasi komponen aktifnya menggunakan GCMS (Gass
Chromatography and Spectrometry Mass). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak daun bidara memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50
25.22 ppm. Hasil analisis GC-MS menunjukkan adanya senyawa phytol dalam
ekstrak daun bidara. Produk lip balm yang paling optimum berdasarkan tingkat
kesukaan panelis adalah lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara sebesar
1% dengan skor 4.37. Formula lip balm dengan penambahan ekstrak 0; 1; 2; dan 3
% memenuhi standar SNI 16-4769-1998 yaitu dengan nilai titik leleh 53,50 –
54,50 ºC; pH 4,43 – 4,53; seluruh sediaan homogen; dan negatif cemaran
mikroba. Hasil menunjukkan produk terbaik memiliki nilai IC50 339,23 ppm.
Kata kunci: antioksidan, daun bidara, lip balm
ABSTRACT

SITI AIDINA. Formulas and Antioxidant Activity of Lip Balm Enrich by


Bidara‟s Leaf Extract (Ziziphus spina-christi L.). Advisor by HENDRAWATI
and NURHASNI.
Bidara‟s leaf (Ziziphus spina-christi L.) are known for their hight antioxidant
activity. It can be used as an additional active component in substance of lip balm
formula. The purpose of this research is to get lip balm formula from bidara‟s
leaves extract and to know its antioxidant activity. The preparation of lip balm
made 4 formulation enriched with bidara‟s leaves extract 0; 1; 2; and 3%.
Antioxidant activity test using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) method and
indentification active component using GCMS (Gass Chromatography and
Spectrometry Mass). The result showed that antioxidant activity of Bidara leaves
have an IC50 value 25,22 ppm. GCMS (Gass Chromatography and Spectrometry
Mass) analysis showed that Bidara leaves obtain of phytol component that
potentially as an antibacterial. The most optimum Bidara‟s lip balm product based
on panelists preference level was a lip balm with 1% consentration of Bidara‟s
leaves extract with score 4,37. Lip balm product enriched with bidara‟s leaves
extract 0; 1; 2; and 3% have met the requirements for SNI 16-4769-1998 criterias,
53,50 – 54,50 ºC melting point value; 4,43 – 4,53 pH value; all of products is
homogeny; and negative microbial contamination. The result showed that
antioxidant activity of best product have an IC50 value 339,23 ppm.

Kata kunci: antioxidant, bidara leaves, lip balm


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin penulis memanjatkan syukur kehadirat


Allah SWT yang senantiasa melimpahkan berbagai nikmat terutama nikmat sehat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk junjungan umat yaitu
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini
berjudul “Formula dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm yang
Diperkaya Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.)” disusun
berdasarkan data dan literatur yang didapatkan. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1). Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
1. Dr. Hendrawati, M.Si selaku pembimbing I penelitian yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan, waktu, serta bimbingannya
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Nurhasni, M.Si selaku pembimbing akademik dan pembimbing II
penelitian yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, arahan serta
waktunya untuk berdiskusi kepada penulis.
3. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si selaku penguji I atas bimbingan dan arahannya.
4. Tarso Rudiana, M.Si selaku penguji II atas bimbingan dan arahannya.
5. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan.
8. Bapak Shopi dan Ibu Nursanti selaku orang tua serta Nawa Syarif dan Ira
Safira selaku keluarga penulis yang selalu mendoakan yang terbaik,
memberi nasehat serta support dalam bentuk moril maupun materil kepada

i
penulis.
9. Maulidia, Azizah, Niah, Farida, dan Devi selaku rekan seperjuangan dalam
riset pada laboratorium yang selalu membantu penulis dalam proses
penelitian.
10. Ibu Fitriah, Ibu Adawiyah, dan Ibu Erni selaku staff laboratorium kimia
dan pangan di Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah yang
memberi dukungan dan bantuan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ivi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1 Daun Bidara (Ziziphus sphina-christi L.) ...................................................... 7
2.2 Kosmetik ........................................................................................................ 8
2.3 Lip Balm ........................................................................................................ 9
2.4 Komposisi Bahan Lip Balm ......................................................................... 11
2.5 Antioksidan .................................................................................................. 13
2.6 Uji Aktivitas Antioksidan Metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)...... 14
2.7 Spektrofotometer UV-Vis............................................................................ 16
2.8 Gass Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS) ................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 20
3.3 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 21
3.4 Prosedur Kerja ............................................................................................. 22
3.4.1 Preparasi Sampel Daun Bidara ........................................................ 22
3.4.2 Pembuatan Ekstrak .......................................................................... 22
3.4.3 Uji Fitokimia ................................................................................... 22

iii
3.4.4 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak .................................................. 23
3.4.5 Analisis GCMS ............................................................................... 23
3.4.6 Formulasi Lip Balm ......................................................................... 24
3.4.7 Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm .................................. 25
3.4.8 Evaluasi Fisik Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara .................. 26
3.4.9 Uji Kesukaan Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara ................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 29
4.1 Ekstrak Daun Bidara .................................................................................... 29
4.2 Hasil Pengujian Fitokimia Daun Bidara ...................................................... 30
4.3 Hasil Analisis Ekstrak Daun Bidara Menggunakan GCMS ........................ 31
4.4 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Bidara ............................................... 32
4.5 Hasil Formulasi Sediaan Lip Balm .............................................................. 34
4.6 Hasil Analisis Mutu Fisik Sediaan Lip Balm............................................... 35
4.7 Hasil Uji Kesukaan Sediaan Lip Balm......................................................... 41
4.8 Formula Terbaik Sediaan Lip Balm ............................................................. 46
4.9 Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara .................. 47
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 50
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 50
5.2 Saran ............................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 56

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tanaman bidara (Ziziphus spina-christi L.)............................................7
Gambar 2. Reaksi DPPH dengan antioksidan ..........................................................15
Gambar 3. Skema instrumentasi spektrofotometer UV-Vis .....................................17
Gambar 4. Skema instrumentasi GC-MS .................................................................18
Gambar 5. Diagram alir penelitian ...........................................................................21
Gambar 6. Ekstrak etanol daun bidara......................................................................30
Gambar 7. Kromatogram ekstrak daun bidara..........................................................31
Gambar 8. Struktur senyawa phytol .........................................................................32
Gambar 9. Reaksi kuersetin dengan radikal bebas ...................................................33
Gambar 10. Hasil formulasi lip balm daun bidara ...................................................35

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Syarat mutu lip balm ...................................................................................10
Tabel 2. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH .................................16
Tabel 3. Kondisi GCMS ............................................................................................24
Tabel 4. Formulasi lip balm dengan menggunakan ekstrak daun bidara (g) ............24
Tabel 5. Skala penilaian uji kesukaan .......................................................................28
Tabel 6. Hasil uji fitokimia........................................................................................29
Tabel 7. Aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara...................................................32
Tabel 8. Hasil uji titik leleh sediaan lip balm daun bidara ........................................36
Tabel 9. Hasil uji pH sediaan lip balm daun bidara ..................................................37
Tabel 10. Hasil uji oles sediaan .................................................................................38
Tabel 11. Hasil uji homogenitas sediaan lip balm daun bidara .................................38
Tabel 12. Pengamatan stabilitas penyimpanan sediaan lip balm daun bidara ...........39
Tabel 13. Hasil uji cemaran mikroba ........................................................................40
Tabel 14. Hasil analisis uji kesukaan lip balm berbasis daun bidara .......................41
Tabel 15. Karakteristik sediaan terbaik lip balm ekstrak daun bidara ......................47
Tabel 16. Aktivitas antioksidan sediaan lip balm F1 ekstrak daun bidara ................48

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman ...................................................................56
Lampiran 2. Hasil ekstraksi daun bidara .................................................................57
Lampiran 3. Cara pembuatan reagen fitokimia ........................................................58
Lampiran 4. Hasil pengujian fitokimia ...................................................................59
Lampiran 5. Cara pembuatan reagen uji aktivitas antioksidan ................................60
Lampiran 6. Aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara ...........................................61
Lampiran 7. Aktivitas antioksidan asam askorbat ..................................................62
Lampiran 8. Hasil analisis daun bidara menggunakan GCMS ................................63
Lampiran 9. Karakteristik sediaan lip balm daun bidara ........................................64
Lampiran 10. Hasil uji cemaran mikroba .................................................................65
Lampiran 11. Surat undangan untuk panelis uji kesukaan ......................................67
Lampiran 12. Lembar kuisioner uji kesukaan .........................................................68
Lampiran 13. Data hasil uji kesukaan sediaan lip balm daun bidara ......................71
Lampiran 14. Daftar hadir uji kesukaan lip balm daun bidara ................................74
Lampiran 15. Analisis statistika uji kesukaan sediaan lip balm daun bidara ..........76
Lampiran 16. Aktivitas antioksidan sediaan lip balm paling disukai .....................81
Lampiran 17. Standar Nasional Indonesia 16-4769-1998 ........................................82

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia diakui dunia sebagai komunitas yang paling kaya

keanekaragaman hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang digunakan

untuk produk sehari-hari baik di bidang kesehatan hingga kecantikan semakin

berkembang luas. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an Thaha ayat 53 bahwa

Dia-lah yang menumbuhkan tanaman dan memiliki berbagai manfaat bagi

kehidupan manusia.

‫ك لَ ُك ْم ِف ْي َها ُسب ًًُل وَّ اَ ْن َز َل م َِن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًۗ ًء‬ َ ْ‫الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم ْاْلَر‬
َ َ‫ض َمه ًْدا وَّ َسل‬

‫ت َش ّٰ ّتى‬
ٍ ‫َفا َ ْخ َرجْ َنا ِب ٖٓه اَ ْز َواجً ا مِّنْ َّن َبا‬

Artinya : (Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari
langit. Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka
macam tumbuh-tumbuhan.

Manusia sebagai insan yang berakal sebaiknya dapat menggali lebih dalam

mengenai potensi dan pemanfaaatan segala sesuatu yang Allah ciptakan.

Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan cara dikonsumsi,

dijadikan obat, ataupun digunakan dalam sarana merawat diri. Penelitian ini

dibuat sediaan lip balm yang diperkaya ekstrak tanaman sebagai zat tambahan

antioksidan.

1
Salah satu tumbuhan yang memiliki banyak manfaat yaitu tumbuhan

bidara. Bagian daun dari tumbuhan bidara disunnahkan oleh Rasullullah saw.

untuk memandikan jenazah sesuai hadits yang telah diriwayatkan Bukhari dan

Muslim.

‫اهنلسغا اثالث وأ اسمخ وأ رثكأ هم كلذ نإ هتيأر كلذ ءامب ردسو‬


Artinya : Mandikanlah dia tiga kali atau lima atau tujuh atau lebih jika kalian
melihatnya dengan air dan daun bidara (HR. Bukhari-Muslim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan untuk

memandikan jenazah menggunakan daun bidara. Hal ini dapat digunakan sebagai

landasan dasar bahwa daun bidara memiliki kandungan yang bermanfaat untuk

kulit. Bagian daun bidara (Ziziphus spina-christi L.) berpotensi sebagai

antioksidan alami. Antioksidan merupakan suatu inhibitor yang digunakan untuk

menghambat radikal bebas (Molyneux, 2004). Antioksidan menghambat suatu

reaksi radikal bebas dengan membentuk reaksi yang relatif stabil. Senyawa

metabolit sekunder yang ada dalam kandungan suatu bahan bertanggung jawab

akan kandungan antioksidan bahan tersebut.

Bintoro et al. (2017) menganalisis ekstrak daun bidara dengan GCMS dan

melaporkan bahwa senyawa phytol yang paling banyak terkandung dalam daun

bidara. Kusriani et al. (2015) menentukan kadar fenolat ekstrak etanol daun bidara

sebesar 7,19% dan memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 127,87 ppm.

Penelitian tersebut diperkuat oleh Haeria et al. (2016) yang menyatakan ekstrak

etanol daun bidara memiliki kadar flavonoid sebesar 1,53% dan aktivitas

antioksidan dengan nilai IC50 90,96 ppm. Ekstrak etanol daun bidara sudah diteliti

oleh Azizah (2018) dan diformulasikan dalam sediaan kosmetik berbentuk masker

2
peel-off dan teruji memiliki kandungan antioksidan. Berdasarkan sumber

penelitian di atas, daun bidara memiliki kandungan antioksidan yang berpotensi

menjadi bahan aktif tambahan pada pembuatan sediaan kosmetik pelembab bibir.

Kosmetik pelembab bibir diperlukan untuk masyarakat umum dengan

salah satu tujuan penggunaannya melindungi bibir dari sinar matahari dan

penyakit pada bibir (Tranggono dan Latifah, 2007). Bibir merupakan bagian tubuh

yang memiliki sifat lebih peka dan sensitif dibandingkan dengan kulit lainnya

karena kulit pada bibir cenderung lebih tipis dan halus (Wibowo, 2008). Paparan

sinar matahari mengakibatkan reaksi radikal bebas yang membuat bibir kering dan

pecah-pecah, bibir menghitam, dan terjadinya penuaan dini hingga kanker kulit

(Draelos dan Thaman, 2006).

Salah satu jenis kosmetik untuk melindungi bibir yang umum digunakan

masyarakat adalah lip balm. Pemakaian lip balm akan melindungi bibir dari

paparan sinar matahari (Jacobsen, 2011). Penambahan zat antioksidan pada

formulasi lip balm semakin bagus untuk melindungi bibir karena radikal bebas

dinetralisir dengan zat aktif yang ada pada lip balm. Lip balm digunakan dengan

cara dioleskan pada bibir secara merata. Penggunaan lip balm umumnya hanya

meninggalkan kesan kilap atau transparan pada bibir sehingga pengaplikasian lip

balm cocok digunakan untuk perempuan maupun laki-laki (Sulastomo, 2013).

Ratih et al. (2014) telah memformulasikan 2 jenis lip balm dengan

perbedaan basis, yaitu dengan menggunakan basis oleum cacao dan basis

polietilen glikol. Bahan lain yang digunakan adalah beeswax yang berfungsi

sebagai pengeras, gliserin sebagai humektan dan minyak bunga kenanga yang

berfungsi sebagai emolien serta pewangi. Hasil penelitian tersebut menyatakan

3
basis terpilih pada sediaan lip balm adalah formulasi dengan basis oleum cacao

yang menghasilkan karakteristik terbaik sediaan lip balm.

Daun bidara memiliki kandungan antioksidan yang cukup kuat sehingga

memiliki potensi sebagai zat antioksidan pada sediaan bahan baku kosmetik

bibir. Formulasi penambahan daun bidara berbentuk ekstrak pada campuran bahan

kosmetik bibir masih jarang ditemukan. Lip balm dibuat menggunakan basis

oleum cacao yang ditambahkan berbagai konsentrasi ekstrak daun bidara

sebanyak 0; 1; 2; dan 3% (b/b). Lip balm diuji karakteristik dengan parameter

nilai titik leleh, nilai pH, dan total cemaran mikroba sesuai dengan syarat mutu

SNI 16-4769-1998, dilanjutkan dengan uji tingkat kesukaan oleh 30 orang panelis

tidak terlatih, kemudian diuji aktivitas antioksidan sediaan lip balm terbaik, dan

diuji stabilitasnya selama 20 hari.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak etanol daun bidara

terhadap hasil uji kesukaan dalam sediaan lip balm?

2. Apakah karakteristik lip balm dengan parameter nilai titik leleh, nilai pH,

dan total cemaran mikroba memenuhi syarat menurut SNI 16-4769-1998?

3. Apakah formulasi terbaik sediaan lip balm ekstrak daun bidara telah

memenuhi persyaratan mutu fisik berdasarkan SNI 16-4769-1998 dan

memiliki aktivitas antioksidan?

4
4. Apakah senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun bidara dengan

menggunakan analisis GCMS (Gass Chromatography Mass Spectrometer)

dan bagaimana aktivitas antioksidannya yang diukur dengan DPPH?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Formulasi lip balm yang ditambahkan ekstrak etanol daun bidara memiliki

nilai kesukaan yang tinggi.

2. Lip balm ekstrak daun bidara memenuhi persyaratan mutu fisik sesuai

dengan SNI 16-4769-1998.

3. Formulasi terbaik sediaan memenuhi persyaratan mutu fisik sesuai dengan

SNI 16-4769-1998 dan memiliki aktivitas antioksidan.

4. Daun bidara memiliki kandungan senyawa yang bertanggungjawab

sebagai antioksidan dan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak etanol daun bidara

terhadap hasil uji kesukaan dalam sediaan lip balm.

2. Menentukan karakteristik lip balm dengan parameter nilai titik leleh, nilai

pH, sediaan homogen, dan total cemaran mikroba memenuhi syarat

menurut SNI 16-4769-1998.

5
3. Menentukan formula terbaik sediaan lip balm yang memenuhi persyaratan

fisik berdasarkan SNI 16-4769-1998 dan aktivitas antioksidannya.

4. Mengetahui kandungan senyawa ekstrak etanol daun bidara melalui

analisis GCMS dan aktivitas antioksidannya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada

masyarakat terkait pemanfaatan ekstrak etanol daun bidara dalam formulasi

sediaan lip balm yang memiliki aktivitas antioksidan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Bidara (Ziziphus sphina-christi L.)

Nama ilmiah tanaman bidara ialah Ziziphus spina-christi L. Bidara atau

yang dikenal dengan nama Sidr dalam bahasa Arab diambil berdasarkan

kepercayaan masyarakat bahwa pohon ini memiliki mahkota duri yang digunakan

pada peristiwa penting dalam sejarah. Tanaman ini banyak tumbuh di Afrika

Timur, Asia Barat termasuk Mesir, Arab Saudi, dan Iran Selatan.

Gambar 1. Tanaman bidara (Ziziphus spina-christi L.)


Sumber : dokumentasi pribadi

Bidara merupakan pohon berduri yang tahan terhadap panas dan

kekeringan dan memiliki akar tunggang yang sangat kuat, tinggi pohonnya bisa

mencapai 20 m. Bidara dapat tumbuh di lembah-lembah dengan ketinggian 500

m. Tanaman ini dikenal berdaun bulat kecil dengan ranting berduri (Gambar 1).

Tanaman bidara memiliki banyak spesies seperti Ziziphus lotus, Ziziphus

vulgaris dan Ziziphus jujube (Dafni et al., 2005; Hasan et al., 2014). Secara

taksonomi, tanaman bidara diklasifikasikan sebagai berikut (Tjitrosoepomo,

2010).

7
Divisi : Plantae
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosales
Ordo : Myrtales
Famili : Rhamnaceae
Genus : Ziziphus
Spesies : Z. spina-christi L.

Studi mengungkapkan bahwa bidara arab memiliki beragam senyawa

kimia aktif termaksud alkaloid, flavonoid seperti rutin, kuersetin, dan triterpenoid

yang berperan dalam pengobatan (Adzu dan Haruna, 2007). Semua bagian

tanaman (buah, daun, akar, dan kulit kayu) memiliki aktivitas farmakologis karena

memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, antioksidan, antiinflamasi, dan anti-

hiperglikemik (Asgarpanah dan Haghighat, 2015). Dalam pengobatan tradisional,

daun bidara dapat digunakan untuk mengobati rambut rontok, obat sakit perut,

emolien (pencegah kekeringan pada kulit), desinfektan, dan anti jamur (Ghannadi

et al., 2003).

2.2 Kosmetik

Kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2015).

Kosmetik yang digunakan untuk tujuan melembabkan kulit dengan kosmetik

pelembab.

Kosmetika pelembab perlu dipakaikan terutama pada kulit yang kering

atau normal cenderung kering. Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu

kosmetika yang didasarkan pada lemak dan kosmetika yang didasarkan pada

8
gliserol atau humektan. Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk

lapisan lemak di permukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan

menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut, sedangkan kosmetika yang

didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis kosmetika yang didasarkan pada

gliserol atau humektan sejenis akan membentuk lapisan yang bersifat higroskopis

yang akan menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan

kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi

lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Lip Balm

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti

lilin, lemak, dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir

dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong, 2016).

Pada umumnya lip balm dibuat dengan bahan yang sama dengan lipstik namun

tanpa pewarna sehingga terlihat transparan. Aplikasi lip balm tidak memberikan

efek warna seperti lipstik. Lip balm hanya memberikan kesan basah dan cerah

pada bibir (Sulastomo, 2013).

Mitsui (1997) mengatakan sediaan kosmetik bibir dari sudut pandang

kualitas harus memenuhi persyaratan, diantaranya tidak menimbulkan iritasi atau

alergi pada bibir, bentuknya menarik, melapisi bibir secara mencukupi, dapat

bertahan di bibir, melembabkan bibir, cukup melekat di bibir, tidak lengket dan

stabil dalam penyimpanan.

Karakteristik lip balm memiliki tampilan baik dan homogen. Kriteria uji

berdasarkan karakteristik lip balm diantaranya uji penampakan, uji suhu lebur,

9
uji pH, dan uji cemaran mikroba. Karakteristik lip balm harus sesuai dengan SNI

16-4769-1998 pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat mutu lip balm


No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Penampakan - Baik dan homogen
2. Suhu Lebur ºC 50-70
3. pH 3.80 – 4.70
Sesuai Permenkes
4. Pewarna
No.376/Menkes/Per/VIII/1990
Sesuai Permenkes
5. Pengawet
No.376/Menkes/Per/VIII/1990
6. Cemaran Mikroba
5.1 Angka lempeng
koloni/g Maksimal 102
total
5.2 Jamur koloni/g Negatif
5.3 Coliform APM/g <3
5.4 Stapylococcus
koloni/g Negatif
aureus
5.5 Psedomonas-
koloni/g Negatif
aeruginosa
Sumber : SNI (1998)

Menurut Tranggono dan Latifah (2007) komposisi utama sediaan

kosmetik bibir adalah minyak, lilin, dan lemak. Zat tambahan dalam komposisi lip

balm juga dibutuhkan untuk menutupi kekurangan lip balm yang ada tetapi

dengan syarat zat tersebut tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan

dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula lip balm. Salah satu zat

tambahan diantaranya adalah humektan. Berikut adalah penjelasan masing-masing

komposisi kosmetik bibir.

a. Minyak

Minyak yang digunakan dalam sediaan harus memberikan kelembutan,

kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna. Minyak yang

10
sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak zaitun, minyak biji bunga

matahari, paraffin oil, dan butil stearat.

b. Lilin

Lilin digunakan untuk memberikan struktur yang padat sehingga sediaan

tetap padat walau keadaannya hangat. Contoh lilin yang sering digunakan adalah

carnauba wax, paraffin wax, spermaceti, dan beeswax.

c. Lemak

Lemak biasanya digunakan adalah campuran lemak padat untuk

membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur lembut, mengikat antara fase

minyak dan fase lilin tanpa mengurangi efek berkeringat dan pecah pada sediaan.

Contoh lemak yang sering digunakan adalah oleum cacao, lanolin, dan minyak

tumbuhan.

d. Humektan

Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air

yang tinggi. Humektan yang baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan

absorbsi air dari lingkungan untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin,

sorbitol, dan propilen glikol.

2.4 Komposisi Bahan Lip Balm

Komposisi bahan lip balm yang digunakan harus aman dan tidak

membahayakan kesehatan. Menurut Tranggono dan Latifah (2007) komposisi

utama sediaan pewarna bibir adalah minyak, lilin, lemak, dan zat warna. Berikut

ini merupakan bahan yang digunakan pada pembuatan lip balm.

11
a. Minyak biji bunga matahari

Minyak biji bunga matahari merupakan minyak yang berasal dari tumbuhan

yang memiliki kombinasi asam lemak yang tinggi. Asam linoleat (omega-6) dan

asam linolenat (omega-3) yang terdapat pada kandungan minyak biji bunga

matahari merupakan asam lemak essensial yang mencegah kering dan peradangan

pada kulit (Husna dan Purba, 2012).

b. Beeswax

Beeswax merupakan lilin hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah.

Bentuk fisiknya yaitu padatan berwarna putih kekuningan dengan bau khas lemah.

Besswax digunakan pada produk makanan dan kosmetik, umumnya digunakan

pada sediaan topikal dengan konsentrasi 5-20% sebagai bahan pengeras. Beeswax

dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi baik pada sediaan

topical maupun sediaan oral (Rowe et al., 2009).

c. Gliserin

Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, tidak berbau,

dan terasa manis. Gliserin digunakan luas pada formulasi farmaserikal meliputi

sediaan oral, telinga, mata, topical, dan parenteral. Pada sediaan farmasi dan

kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien dengan konsentrasi

tidak lebih dari 30% (Rowe et al., 2009)

d. Vaselin album

Vaselin album atau vaselin putih merupakan campuran hidrokarbon setengah

padat yang telah diputihkan dan diperoleh dari minyak mineral. Penampakan

vaselin album seperti lemak putih dan berminyak transparan dalam lapisan tipis

12
sehingga berfungsi sebagai pelicin. Vaselin album memiliki kelarutan yang

praktis tidak larut dalam air dalam etanol 95%, namun larut dalam kloroform dan

eter (Depkes RI, 2014)

e. Oleum cacao

Oleum cacao adalah lemak coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan

panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan di panggang. Oleum cacao

berbentuk lemak padat, berwarna putih kekuningan, bau khas aromatik coklat,

rasa khas lemak dan agak rapuh. Suhu lebur berkisar antara 31 ºC hingga 34 ºC

(Ditjen POM, 1979).

f. Essen

Essen yang biasa digunakan adalah minyak (essential oil) yang digunakan

dalam jumlah kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi. Konsentrasi essen yang

ditambahkan berkisar antara 0,1-0,5% dengan cara dicampurkan pada suhu 35ºC

agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Rieger, 2000).

2.5 Antioksidan dan Radikal Bebas

Antioksidan atau senyawa penangkap radikal bebas merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas. Antioksidan merupakan bahan yang berfungsi

mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul akibat

proses reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah

menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dapat mengurangi resiko terhadap

penyakit kronis seperti jantung koroner atau kanker (Prakash et al., 2001).

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Satu elektron atom

hidrogen dari antioksidan diberikan kepada molekul radikal bebas secara oksidasi

13
reduksi untuk menetralkan radikal bebas menjadi bentuk senyawa yang lebih

stabil dari sebelumnya (Sukandar et al., 2015). Senyawa radikal bebas timbul

akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil samping dari

proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas,

metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar

polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar

dan radiasi matahari atau kosmis (Fessenden dan Fessenden, 1986). Oleh sebab

itu, dibutuhkan antioksidan untuk menangkal radikal bebas (Reynertson, 2007).

Antioksidan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan

alami dan antoksidan sintetik. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang

diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan sintetik diperoleh dari

hasil sintesis reaksi kimia. Antioksidan alami umumnya adalah senyawa fenol

atau polifenol, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik

polifungsional. Antioksidan alami juga terdapat pada golongan flavonoid antara

lain adalah flavon, falvonol, isoflavon, dan kalkon (Prakash et al., 2001).

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan Metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)

Metode DPPH menggunakan radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

untuk menentukan kemampuan aktivitas antioksidan. Metode ini sering digunakan

untuk menguji senyawa yang berperan sebagai donor hidrogen serta mengevaluasi

aktivitas antioksidannya. Metode DPPH dapat digunakan pada sampel yang

berupa cairan ataupun padatan (Prakash et al., 2001).

14
Gambar 2. Reaksi DPPH dengan antioksidan
Sumber : (Dehpour et al., 2009)

Gambar 2 merupakan mekanisme reaksi DPPH dengan antioksidan (RH).

Senyawa penangkap radikal umumnya merupakan pendonor atom hidrogen (H)

sehingga atom H yang terdapat dalam senyawa antioksidan dapat ditangkap oleh

DPPH dan berubah menjadi bentuk netralnya. Senyawa DPPH memberikan

absorbansi maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang menunjukkan

warna ungu yang stabil. Warna DPPH akan berubah menjadi kuning seiring

dengan penambahan antioksidan yang menandakan elektron tunggal DPPH mulai

berpasangan dengan hidrogen (Dehpour et al., 2009).

Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini, yaitu pengukuran aktivitas

antioksidan secara kuantitatif dengan prinsip penangkapan radikal DPPH oleh

suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis sehingga dengan demikian akan diketahui nilai aktivitas

peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory

Concentration). Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji

yang dapat menghambat radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50

maka aktivitas penghambatan radikal bebas semakin tinggi. Keberadaan radikal

bebas stabil dalam hal ini yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa

antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal

15
bebas dapat dihambat (Molyneux, 2004). Tingkat kekuatan antioksidan senyawa

uji menggunakan metode DPPH dapat digolongan menurut nilai IC50 (Tabel 2).

Tabel 2. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH


Intensitas Nilai IC50 (ppm)
Antioksidan sangat kuat <50
Antioksidan kuat 50-100
Antioksidan sedang 101-150
Antioksidan lemah 250-500
Antioksidan tidak aktif >500
Sumber : Molyneux, 2004

Kusriani et al. (2015) menguji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun

bidara dengan nilai IC50 127,87 ppm yang masuk pada kategori antioksidan

sedang. Penelitian tersebut diperkuat oleh Haeria et al. (2016) yang menyatakan

ekstrak etanol daun bidara memiliki nilai IC50 90,96 ppm dan masuk pada

kategori antioksidan kuat. Kedua penelitian menggunakan daun bidara dan pelarut

etanol namun memiliki hasil IC50 yang berbeda. Hal yang dapat mempengaruhi

perbedaan kadar metabolit sekunder suatu senyawa dalam tanaman diantaranya

adalah letak geografis tanaman, faktor iklim yang meliputi suhu, udara dan

kelembaban, faktor esensial seperti cahaya, air, dan unsur hara tanah, serta faktor

gangguan hama atau penyakit dan gulma (Kardono et al., 2003)

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis merupakan instrumen yang dapat mendeteksi

komposisi kimia suatu bahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Spektrofotometer UV-Vis menggunakan prinsip absorpsi radiasi gelombang

elektromagnetik oleh sampel dalam rentang panjang gelombang sinar ultra

violet ( U V ) (200-400 nm) dan sinar tampak (visible) (400-800 nm) (Ewing,

2013).

16
Absorbsi terjadi akibat adanya perpindahan elektron pada kulit terluar ke

tingkat energi yang lebih tinggi (eksitasi) dikarenakan elektron menyerap energi

yang dipancarkan oleh sinar ultraviolet dan sinar tampak. Absorbansi adalah

perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan intensitas sinar datang. Nilai

absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang terkandung di dalamnya.

Semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu sampel, maka semakin

banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu

sehingga nilai absorbansinya semakin besar (Harris, 2007).

Gambar 3. Skema instrumentasi spektrofotometer UV-Vis (Harris, 2007).

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer (Gambar 3) meliputi

sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah lampu

wolfram, monokromator untuk memperoleh sinar yang monokromatis, sel

absorpsi pada pengukuran di daerah visibel menggunakan kuvet kaca tetapi untuk

pengukuran pada UV menggunakan sel kuarsa. Peranan detektor penerima adalah

memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar,

1990). Pada penelitian ini instrumen spektrofotometer UV-Vis digunakan dalam

pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara dan lip balm ekstrak daun

bidara dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).

17
2.8 Gass Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS)

Gass chromathography (GC) adalah metode pemisahan yang digunakan

untuk menganalisis senyawa yang mudah menguap atau senyawa yang mudah

diuapkan. Mass Spectrometer (MS) adalah suatu metode analisis instrumental

yang dipakai untuk identifikasi dan penentuan struktur dari komponen sampel

dengan cara menunjukkan massa relatif dari molekul komponen dan massa relatif

dari pecahannya.

GCMS merupakan gabungan metode analisis antara GC dan MS. Dalam

hal ini GC hanya berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran

dalam sampel, sedangkan spektometer massa berfungsi mendeteksi masing-

masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada system kromatografi gas.

Hasil kromatogram GC-MS akan diperoleh informasi jumlah senyawa yang

terdeteksi dan dari spektra GC-MS akan diperoleh informasi struktur senyawa

yang terdeteksi (Sastrohamidjojo, 2005).

Gambar 4. Skema instrumentasi GCMS (Sastrohamidjojo, 2005)

Prinsip kerja GC-MS adalah partisi antara fase diam dan fase gerak (gas),

sampel yang berupa cairan diinjeksikan ke dalam injektor kemudian diuapkan.

Instrumen GCMS (Gambar 4) terdiri dari gas pengangkut (carier gass), pengatur

aliran tekanan, tempat injeksi, kolom, serta detektor (Sastrohamidjojo, 2005). Gas

pengangkut berfungsi sebagai fase gerak. Pengatur aliran dan tekanan berfungsi

18
untuk mengalirkan uap sampel masuk ke dalam kolom. Kolom merupakan

jantung kromatografi. Detektor berfungsi sebagai pendeteksi cuplikan yang

terpisah.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 8 bulan. Tempat pelaksanaan

penelitian ini adalah di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan LIPI Cibinong.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain wadah lip balm,

alat-alat gelas (pyrex), timbangan analitik (Ohaus), magnetic stirrer, rotary

evaporator (Heidolph-Lborota 4000), pH meter (Mettler Toledo)

spektrofotometer UV-Vis Lambda 25 Perkin Elmer, spektroskopi GCMS

(Shimadzu), melting point, blender, kertas saring dan alat-alat gelas .

Bahan utama dalam penelitian ini adalah daun bidara yang diperoleh dari

kebun Bidara di Sumenep (Jawa Timur) dan sudah dideterminasi di Pusat Biologi

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong. Pelarut yang digunakan

adalah etanol teknis. Bahan uji penentuan aktivitas antioksidan menggunakan

DPPH (Sigma) dan metanol (Merck). Bahan penyusun dalam formulasi lip balm

yang digunakan adalah oleum cacao, vaselin album (Brataco), gliserin (Moon K),

minyak biji bunga matahari (Mazola), dan essen jeruk.

20
3.3 Diagram Alir Penelitian

Daun Bidara Determinasi

Ekstraksi Daun Bidara Daun Bidara


(Z. spina-christi)

Ekstrak Etanol Daun


Bidara

Analisis Formulasi Lip Balm Uji Aktivitas


Uji Fitokimia Ekstrak Daun Bidara Antioksidan
GCMS

Lip Balm Ekstrak


Daun Bidara

Analisis Sediaan Lip Balm Uji Organoleptik


Ekstrak Daun Bidara
1. Warna
1. Uji titik leleh 2. Aroma
2. Pemeriksaan pH 3. Tekstur
3. Uji oles 4. Homogenitas
4. Uji homogenitas 5. Kesukaan Umum
5. Uji stabilitas
6. Cemaran Mikroba

Formula terbaik Lip Balm Uji Aktivitas


Antioksidan
Terbaik

Gambar 5. Diagram alir penelitian

21
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Preparasi Sampel Daun Bidara (Ashri, 2016)

Daun bidara dibersihkan dengan air untuk menghilangkan kotoran. Daun

bidara kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selanjutnya sampel

daun dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk daun bidara.

3.4.2 Ekstraksi Daun Bidara (Ashri, 2016)

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara 200 g serbuk bidara direndam

dengan etanol 96% (v/v) hingga sampel terendam sempurna, kemudian diaduk

menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit dan disimpan selama 24 jam

ditempat yang terlindung dari sinar matahari. Hasil rendaman serbuk bidara

disaring kemudian dipisahkan dengan pelarutnya menggunakan vacuum rotary

evaporator untuk didapatkan ekstrak pekat daun bidara.

3.4.3 Uji Fitokimia (Ikalinus et al., 2015)

Pengujian fitokimia ekstrak etanol daun bidara terdiri dari pemeriksaan

steroid, triterpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Pemeriksaan steroid

dan triterpenoid dilakukan dengan menambahakan sampel dengan reagen

Lieberman Burchard (Lampiran 3). Perubahan warna hijau-biru menunjukkan

steroid dan perubahan warna merah menunjukkan triterpenoid. Pemeriksaan

flavonoid dilakukan dengan menggunakan 1 mL ekstrak ditambah serbuk Mg

dan beberapa tetes HCl pekat, reaksi positif jika terjadi perubahan warna

orange/jingga. Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan menggunakan 1 mL

ekstrak ditambahkan beberapa tetes pereaksi Wagner (Lampiran 3) yaitu pereaksi

dengan campuran berupa iodin dan kalium iodida, reaksi positif jika terbentuk

endapan coklat dan negatif jika tidak terjadi perubahan warna.

22
Pemeriksaan fenolat dilakukan dengan menambahkan FeCl3 1% (b/v)

pada ekstrak etanol daun bidara hingga terjadi perubahan warna, lalu warnanya

dibandingkan dengan ekstrak daun bidara, maka akan tampak warna lebih hitam

jika positif. Derajat disesuaikan dengan perubahan warna yang terjadi.

Pemeriksaan tanin dilakukan dengan sampel didihkan dengan 20 mL air lalu

disaring. Filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% (b/v) dan terbentuknya

warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Pemeriksaan saponin dilakukan dengan sampel dididihkan dengan 20 mL air

dalam penangas air. Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15 menit.

Terbentuknya busa yang stabil berarti positif terdapat saponin.

3.4.4 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak (Goyal et al., 2010)

Larutan blanko dibuat dengan cara menambahkan 2 mL metanol dengan 2

mL larutan DPPH 0.004 % (b/v) ke dalam tabung reaksi, lalu divortex hingga

homogen dan diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit dalam ruang gelap.

Sebanyak 2 mL sampel ekstrak dengan konsentrasi 2.5; 5; 10; 20; 40; dan 80 ppm

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH 0.004

% (b/v). Campuran tersebut dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu ruang dalam

ruang gelap selama 30 menit. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam %

inhibisi dan dihitung dengan rumus :

% Inhibisi = x 100%..............................(1)

Penentuan IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier, rumus

persamaan sebagai berikut :

23
Ket : x = konsentrasi sampel
y = % inhibisi

Hasil IC50 antioksidan daun bidara kemudian dibandingkan dengan IC50

standar asam askorbat. Asam askorbat dibuat dengan seri konsenterasi 0,5; 1; 2; 4;

6; dan 8 ppm (Lampiran 5). Standar asam askorbat juga diukur menggunakan

prosedur yang sama dengan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara.

3.4.5 Analisis GCMS (Owaisi et al., 2014)

Identifikasi jenis senyawa dilakukan dengan GCMS. Senyawa yang

diidentifikasi adalah ekstrak etanol daun bidara. Jenis kolom yang digunakan

adalah DB-5MS UI dan Helium sebagai gas pembawa dengan kondisi GCMS

yang bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kondisi GCMS


Komponen GCMS Spesifikasi
Panjang kolom 30 m
Diameter 0,25 mm
Tebal film 0,25 µm
Laju alir gas 1 mL/menit
Volume injeksi 1 µL

Jumlah senyawa pada ekstrak ditunjukkan oleh jumlah puncak pada hasil

kromatogram. Nama atau jenis senyawa yang ada diinterpretasikan berdasarkan

data spektromassa dari setiap puncak tersebut dengan menggunakan metode

similiarity pustaka pada database GCMS.

3.4.6 Formulasi Lip Balm (Ratih et al., 2014)

Lip balm dibuat sebanyak 20 gram tiap formula. Penambahan konsenterasi

ekstrak daun bidara sebanyak 0, 1, 2, dan 3% (b/b). Formula lip balm ditampilkan

pada Tabel 4.

24
Tabel 4. Formulasi lip balm dengan menggunakan ekstrak daun bidara (g)

Komposisi F0 F1 F2 F3 Kegunaan
Ekstrak Daun Bidara (%) 0 1 2 3 Zat Aktif
Minyak Biji Bunga
1 1 1 1 Emolien
Matahari (g)
Gliserin (g) 1 1 1 1 Humektan
Beeswax (g) 3 3 3 3 Pengeras
Vaselin Album (g) 1,40 1,40 1,40 1,40 Pelicin
Essen Jeruk (g) 0,40 0,40 0,40 0,40 Pewangi
Oleum Cacao (g) Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan Basis lip
hingga 20 g hingga 20 g hingga 20 g hingga 20 g balm
Keterangan : F0 = lip balm tanpa penambahan ekstrak daun bidara
F1 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 1 %
F2 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 2 %
F3 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 3 %

Campuran A terdiri dari beeswax, vaselin album, minyak biji bunga

matahari dan oleum cacao ditimbang dalam beaker glass kemudian dileburkan

menggunakan hot plate pada suhu 85 ºC hingga terbentuk massa cair. Campuran

B terdiri dari ekstrak daun bidara dan gliserin. Ekstrak daun bidara dimasukkan ke

dalam lumpang kemudian ditambahkan gliserin dan diaduk hingga homogen.

Campuran B dimasukkan ke dalam campuran A hingga campuran

homogen dan mulai mengental. Setelah suhu campuran tidak terlalu panas

dilakukan penambahan essen jeruk ke dalam campuran dan diaduk hingga

homogen. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam kemasan lip balm.

3.4.7 Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm (Nurhaida et al., 2017)

Sampel lip balm ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan 10 mL

metanol 98% (v/v), ditambahkan 20 mL n-heksan dan dilakukan ekstraksi cair-

cair dalam corong pisah. Setelah terpisah menjadi dua lapisan, fase n-heksan

dipisahkan. Fase metanol yang didapat lalu diuapkan sampai kental. Pengujian

antioksidan sediaan lip balm ekstrak daun bidara dilakukan sama dengan prosedur

pengujian antioksidan ekstrak daun bidara (Subbab 3.4.4).

25
3.4.8 Evaluasi Fisik Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara

Uji Titik Leleh (BSN, 1998)

Sampel lip balm diuji dengan alat melting point untuk dilihat titik lelehnya.

Sampel lip balm dimasukkan ke dalam pipa kapiler kemudian diletakkan dalam

alat melting point. Suhu yang dicatat merupakan suhu saat pertama kali sampel

mulai meleleh.

Pemeriksaan pH (BSN, 1998)

Mula-mula standarisasi alat pH meter dengan cara elektroda pH meter

dicelupkan ke dalam pH standar 6,86 dan dicuci dengan akuades. Sampel lip balm

dibuat dalam konsenterasi 1% (b/v) dengan cara 1 gram sediaan dileburkan dalam

100 mL air suling. Elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut dan dilihat angka

yang ditunjukkan pH meter. Angka tersebut merupakan pH sediaan. Pemeriksaan

pH dilakukan sebanyak 3 kali terhadap masing-masing formula.

Uji Oles (BSN, 1998)

Uji oles dilakukan secara visual degan cara mengoleskan sediaan lip balm

pada tangan peengamat selanjutnya diamati warna yang menempel dengan 5 kali

pengolesan dan didiamkan selama 15 menit. Sediaan dikatakan baik apabila tidak

meninggalkan bekas warna dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada

tekanan tertentu.

Pemeriksaan Homogenitas (BSN, 1998)

Pemeriksaan homogenitas dilakukan oleh pengamat dengan cara

mengoleskan sejumlah tertentu sediaan lip balm pada suatu kaca transparan.

Sediaan dikatakan homogen bila tidak terlihat butir kasar.

26
Pemeriksaan Stabilitas (Vishwakarma et al., 2011)

Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyimpan sediaan sejak hari

pertama dibuat pada suhu ruang selama 20 hari. Sediaan dikontrol setiap hari ke-

5 dalam jangka waktu 20 hari dan diamati adanya perubahan bentuk, warna, dan

bau dari sediaan..

Angka Lempeng Total (BSN, 1998)

Media Plate Count Agar (PCA) ditimbang sebanyak 5,3 g kemudian

dilarutkan dengan aquadest sebanyak 250 mL. Sampel lip balm (pada hari ke- 3)

diencerkan dengan pengenceran steril hingga 10-3 kemudian dihomogenkan. Satu

mL dari masing-masing pengenceran sampel dipipet ke dalam cawan petri steril

secara duplo lalu dituangkan 12 mL media Plate Count Agar (PCA) cair. Cawan

petri digoyangkan perlahan hingga sampel tercampur rata. Campuran tersebut

dibiarkan memadat, kemudian dimasukkan ke inkubator (35 ºC) dengan posisi

terbalik selama 48 jam. Jumlah koloni mikroba dalam contoh diamati dan dihitung

dengan menggunakan rumus :

Ket : AL = jumlah koloni


C = jumlah koloni dari tiap tiap petri
fp = faktor pengenceran

3.4.9 Uji Kesukaan Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara (BSN, 2006)

Pengujian meliputi uji kesukaan warna, aroma, dan tekstur yang dihasilkan

4 formulasi lip balm. Panelis yang melakukan uji organoleptik ini adalah 30 orang

panelis yang diambil secara acak termasuk panelis tidak terlatih (lembar kuisioner

terlampir pada Lampiran 11) dengan skala penilaian disajikan pada Tabel 5. Data

27
hasil uji kesukaan dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS meliputi uji one

way, ANOVA, dan uji Duncan.

Tabel 5. Skala penilaian uji kesukaan

Parameter Kriteria Skor


Tekstur Sangat tidak sesuai dengan tekstur khas lip balm 1
Tidak sesuai dengan tekstur khas lip balm 2
Agak sesuai dengan tekstur khas lip balm 3
Sesuai (pas) dengan tekstur khas lip balm 4
Sangat sesuai dengan tekstur khas lip balm 5

Warna Sangat tidak sesuai dengan warna khas lip balm 1


Tidak sesuai dengan warna khas lip balm 2
Agak sesuai dengan warna khas lip balm 3
Sesuai (pas) dengan warna khas lip balm 4
Sangat sesuai dengan warna khas lip balm 5

Aroma Sangat tidak sesuai dengan aroma khas lip balm 1


Tidak sesuai dengan aroma khas lip balm 2
Agak sesuai dengan aroma khas lip balm 3
Sesuai (pas) dengan aroma khas lip balm 4
Sangat sesuai dengan aroma khas lip balm 5

Homogenitas Sangat tidak homogen,


1
(bentuk lain yang tidak dikehendaki sangat nyata)
Tidak homogen, 2
(ada sedikit bentuk lain yang tidak dikehendaki)
Agak homogen, (agak (seperti) bentuk khas lip balm) 3
Homogen, (sesuai bentuk khas lip balm ) 4
Sangat homogen, (sangat sesuai bentuk khas lip
5
balm )

Kesukaan umum Sangat tidak suka 1


Tidak suka 2
Agak suka 3
Suka 4
Sangat suka 5

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstrak Daun Bidara

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bidara yang

berasal dari kebun bidara daerah Sumenep, Jawa Timur. Determinasi daun bidara

dilakukan untuk memastikan kebenaran identifikasi sampel uji yang akan

dianalisis sehingga menghindari kesalahan pengambilan sampel analisis

(Harborne, 1987). Hasil determinasi yang dilakukan di LIPI Cibinong

menunjukkan jenis daun bidara yang digunakan pada penelitian ini bernama latin

Ziziphus spina-christi (L.) Desf. (Lampiran 1).

Ekstraksi daun bidara dilakukan dengan metode maserasi. Pelarut yang

digunakan dalam proses ekstraksi adalah etanol teknis 96%. Ashri (2016)

menggunakan etanol dalam pengambilan ekstrak daun bidara, dan menghasilkan

rendemen ekstrak sebesar 10,663%. Etanol dipilih sebagai pelarut karena sifat

yang netral, absorbsinya baik, tidak beracun, tidak mudah ditumbuhi oleh mikroba

dan kapang (Saadah dan Nurhasnawati, 2015).

Hasil maserasi kemudian dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary

evaporator. Penggunaan vacuum rotary evaporator dalam pemekatan ekstrak

dilakukan karena mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga

senyawa yang terkandung dalam ekstrak tidak rusak. Ekstrak yang sudah pekat

kemudian dikumpulkan dan diletakkan di desikator untuk menghindari kerusakan

pada ekstrak.

29
Gambar 6. Ekstrak pekat daun bidara

Sampel seberat 200 g dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan

menghasilkan 73,3784 g ekstrak pekat dengan hasil rendemen sebesar 16,3063%.

Hasil rendemen ekstrak tidak berbeda jauh dengan yang diperoleh oleh Azizah

(2018) sebesar 19,1687%. Ekstrak yang didapatkan bertekstur kental dan

berwarna hijau pekat dengan aroma khas daun bidara (Gambar 6).

4.2 Hasil Pengujian Fitokimia Daun Bidara

Identifikasi fitokimia merupakan uji kualitatif untuk mengetahui

keberadaan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak.

Pengujian yang dilakukan adalah pemeriksaan golongan steroid, flavonoid,

alkaloid, fenolat, tanin, dan saponin. Sampel diekstraksi dengan menggunakan

pelarut metanol. Pelarut metanol dipilih karena metanol mampu mengekstrak

senyawa metabolit sekunder dengan baik (Salmiyah dan Bahruddin, 2018).

Tabel 6. Hasil uji fitokimia


Golongan Senyawa Perubahan Warna Kesimpulan
Steroid Hijau +
Flavonoid Jingga +
Triterpenoid Cincin Kecoklatan +
Alkaloid Endapan Coklat +
Fenolat Hitam +
Tanin Hijau Kehitaman +
Saponin Berbusa +

30
Berdasarkan pengujian fitokimia (Tabel 6), sampel daun bidara positif

memiliki kandungan senyawa seperti yang tertera pada Tabel 4. Hal ini diperkuat

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2018) bahwa komponen

senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun bidara adalah

steroid, alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, dan saponin. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa daun bidara memiliki aktivitas antioksidan karena

menunjukkan hasil positif terhadap uji golongan flavonoid, fenol, dan tanin

(Khanahmadi et al., 2010).

4.3 Hasil Analisis Ekstrak Daun Bidara Menggunakan GCMS

Identifikasi senyawa aktif menggunakan Gass Chromatography Mass

Spectrometry (GC-MS) dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang

terkandung di dalam ekstrak daun bidara. Pada analisis ini digunakan fase diam

berupa kolom DB-5MS UI dengan panjang 30 m, diameter 0,250 mm, dan tebal

film 0.25 µm. Hasil kromatogram ditunjukkan Gambar 7.


Intensitas

Waktu retensi
Gambar 7. Kromatogram ekstrak daun bidara

Hasil analisis GCMS diperoleh 14 senyawa kimia dengan waktu retensi,

kelimpahan, dan ruas puncak yang berbeda-beda (Lampiran 7). Berdasarkan hasil

dari similarity pustaka, puncak yang tertinggi ada pada peak ke-7 yang diduga

31
sebagai senyawa phytol dengan waktu retensi 32,471 menit, kadar 21,98 % dan

memiliki berat molekul (m/z) 296.

Gambar 8. Struktur senyawa phytol

Berdasarkan penelitian Bintoro et al (2017), salah satu komponen

fitokimia pada daun bidara adalah senyawa phytol. Phytol merupakan senyawa

golongan diterpen yang berperan dalam sintesis vitamin E. Peran tersebut

memungkinkan senyawa ini berfungsi sebagai antimikroba. Pada penelitian ini

tidak teridentifikasi senyawa kuersetin dan rutin yang bertanggung jawab sebagai

antioksidan pada daun bidara. Pada penelitain Putri (2017) dan Azizah (2018)

menganalisis kandungan ekstrak daun bidara menggunakan LCMS menemukan

kandungan senyawa kuersetin dan rutin yang bertanggung jawab sebagai

antioksidan.

4.4 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Bidara

Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak daun bidara (Z. spina-christi

L.) dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

karena bersifat akurat, efektif dan kuantitatif.

Tabel 7. Aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara


IC50
No Konsentrasi (ppm) %Inhibisi (SD)
(ppm)
1 0 0
2 2,5 28,35 ± 0,0028
3 5 33,33 ± 0,0014
4 10 40,23 ± 0,0028
25,224
5 20 47,13 ± 0,0028
6 40 62,45 ± 0,0014
7 80 93,49 ± 0,0007

32
Berdasarkan Tabel 7 nilai IC50 yang didapat sebesar 25,224 ppm, hasil

tersebut menunjukkan nilai lebih kecil apabila dibandingkan dengan penelitian

Kusriani et al., (2015) yang mendapatkan nilai IC50 sebesar 127,87 ppm dan

penelitian Haeria et al., (2016) yang mendapatkan nilai IC50 sebesar 90,9548 ppm.

Nilai IC50 yang semakin kecil maka aktivitas antioksidannya akan semakin kuat,

hal tersebut menunjukkan bahwa sampel daun bidara pada penelitian ini memiliki

aktivitas antioksidan sangat kuat (Molyneux, 2004).

Standar yang digunakan pada uji aktivitas antioksidan adalah standar asam

askorbat. Hasil IC50 daun bidara dibandingkan dengan IC50 standar askorbat yang

bernilai 4.03 ppm yang merupakan antioksidan yang sangat kuat dan disimpulkan

bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara lebih rendah dibandingkan

dengan standar askorbat (data terlampir di Lampiran 6).

Kuersetin

Gambar 9. Reaksi kuersetin dengan radikal bebas (Amic et al, 2003)

Gambar 9 menjelaskan penangkapan radikal bebas DPPH oleh kuersetin.

Gugus hidroksil dari kuersetin akan menyumbangkan atom hidrogen ke molekul

radikal DPPH menjadi molekul DPPH-H yang tidak bersifat radikal karena

adanya elektron yang berpasangan. Kuersetin yang telah memberikan atom

hidrogennya ke molekul radikal DPPH, akan mengalami stabilisasi resonansi dan

33
membentuk radikal kuersetin yang relatif stabil. Tahap selanjutnya, radikal

kuersetin akan mendonorkan atom hidrogen ke molekul radikal DPPH

membentuk DPPH-H, dan radikal kuersetin akan membentuk kuersetin kuinon

(Markovic et al, 2014).

4.5 Hasil Formulasi Sediaan Lip Balm

Basis utama penyusun lip balm ekstrak daun bidara adalah basis oleum

cacao. Basis oleum cacao digunakan karena memiliki titik leleh yang sama

dengan suhu tubuh sehingga mudah dioleskan dan dapat membentuk lapisan yang

halus. Basis ini memiliki beberapa keuntungan karena sifat yang inert, tidak

mudah terhidrolisis dan tidak membantu pertumbuhan jamur. Beeswax berfungsi

untuk memberikan struktur keras pada lip balm. Minyak yang digunakan pada

pembuatan lip balm yaitu minyak bunga matahari. Minyak berfungsi sebagai

bahan emolien yang berfungsi sebagai bahan yang dapat melembabkan kulit agar

kulit tampak halus dan lembut. Vaselin album digunakan sebagai pelicin dari

tekstur lip balm, tanpa vaselin album lip balm akan membentuk tekstur yang keras

sehingga akan sulit diaplikasikan ke bibir. Gliserin digunakan sebagai emolien

dan humektan yang bertujuan untuk mengikat kandungan air pada permukaan

kulit terluar sehingga kulit terjaga kelembabannya.

Proses formulasi lip balm dilakukan dengan meleburkan oleum cacao,

vaselin album, beeswax, dan minyak pada suhu 85 ºC sebagai campuran A.

Ekstrak daun bidara yang sudah ditambahkan gliserin dihaluskan dengan mortar

sebagai campuran B. Campuran B ditambahkan ke dalam campuran A kemudian

diaduk hingga homogen. Pencampuran ini dilakukan dalam keadaan campuran A

yang tidak terlalu panas sehingga meminimalisir kerusakan zat aktif pada ekstrak

34
daun bidara. Setelah itu ditambahkan essen jeruk untuk menyamarkan bau khas

yang ada pada sediaan. Formulasi dilakukan dengan penambahan ekstrak daun

bidara sebanyak 0; 1; 2; dan 3 %.

F0 F1 F2 F3

Gambar 10. Hasil formulasi lip balm daun bidara

Sediaan lip balm membentuk warna yang berbeda (Gambar 10). F0 dengan

konsentrasi ekstrak 0% berwarna kuning karena tidak memiliki kandungan ekstrak

daun bidara, F1 dengan konsentrasi ekstrak 1% memiliki sediaan berwarna hijau

muda, F2 dengan konsentrasi ekstrak 2% memiliki sediaan berwarna hijau pekat,

dan F3 dengan konsentrasi ekstrak 3% memiliki sediaan berwarna hijau tua.

Ekstrak daun bidara memiliki warna hijau karena adanya kandungan senyawa

klorofil pada daun bidara, sehingga variasi lip balm yang ditambahkan ekstrak

daun bidara akan menghasilkan warna hijau. Semakin banyak ekstrak yang

ditambahkan maka intensitas warna hijau pada lip balm akan semakin pekat.

4.6 Hasil Analisis Mutu Fisik Sediaan Lip Balm

Analisis hasil formulasi sediaan lip balm ekstrak daun bidara meliputi titik

leleh, nilai pH, uji oles, uji homogenitas, uji stabilitas dan uji cemaran mikroba

untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing sediaan lip balm.

35
Standardisasi produk sediaan lip balm mengacu pada persyaratan mutu fisik SNI

16-4769-1998.

Titik Leleh Sediaan

Titik leleh sediaan lip balm dipengaruhi oleh komponen penyusun lip balm

seperti konsentrasi pengeras, lemak, dan emolien. Penelitian ini menggunakan

pengeras yaitu beeswax yang memiliki titik leleh 62-64 ºC, lemak coklat yang

memiliki titik leleh 35 ºC dan emolien yaitu minyak biji bunga matahari dan

gliserin. Hasil yang baik akan diperoleh dengan menggunakan campuran wax

yang tidak lebih dari 50% karena akan menghasilkan lip balm yang teksturnya

keras sedangkan konsentrasi minyak dapat menurunkan titik leleh lip balm

(Ansel, 2008).

Tabel 8. Hasil uji titik leleh sediaan lip balm daun bidara
Titik Leleh (ºC)
Formula
T0 T1 Tc SNI 1998
F0 54 55 54,50
F1 53 54 53,50
50-70
F2 53 54 53,50
F3 53 54 53,50

Tabel 8 menunjukkan bahwa keempat formulasi lip balm yang dibuat

memiliki titik leleh yang tidak jauh berbeda yaitu pada kisaran 53,5 ºC – 54,5 ºC.

Hal tersebut dikarenakan keempat formulasi lip balm memiliki konsentrasi yang

sama untuk beeswax, oleum cacao, minyak, dan gliserin. Titik leleh yang

diperoleh dari pemeriksaan sedian lip balm ekstrak daun bidara memenuhi rentang

titik leleh menurut SNI 16-4769-1998 yaitu 50-70 ºC.

36
Nilai pH Sediaan

Pemeriksaan nilai pH sediaan lip balm dilakukan untuk mengetahui

tingkat keasaman sediaan lip balm yang dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Lip balm yang baik memiliki nilai keasaman yang mendekati nilai pH

fisiologis kulit bibir yaitu 3,8-4,7, karena apabila nilai pH terlalu rendah akan

menyebabkan kulit iritasi atau jika pH terlalu tinggi akan menyebabkan kulit

kering (Vishwakarma et al., 2011).

Tabel 9. Hasil uji pH sediaan lip balm daun bidara


Formula pH (SD) SNI 1998
F0 4,53 ± 0,007
F1 4,48 ± 0,000
3,8-4,7
F2 4,43 ± 0,007
F3 4,45 ± 0,007

Tabel 9 adalah hasil pemeriksaan pH yang menunjukkan bahwa keempat

sediaan lip balm memiliki nilai pH yaitu pada kisaran 4,43-4,53. Adanya

kandungan minyak biji bunga matahari yang bersifat asam menyebabkan pH

sediaan berada pada rentang 4,43-4,53. Hasil uji pH tersebut menunjukan bahwa

sediaan yang dibuat aman dan tidak menyebabkan iritasi pada bibir serta

memenuhi rentang pH penerimaan kulit sesuai SNI 16-4769-1998.

Uji Oles Sediaan

Sediaan lip balm dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika sediaan

tidak memberikan warna (transparan), merata, dan homogen saat dioleskan. Hasil

uji oles sediaan lip balm ekstrak daun bidara yang menunjukkan bahwa seluruh

sediaan yang memiliki daya oles yang baik (Tabel 10). Hal ini terlihat dengan

pengolesan sediaan yang tidak memberikan warna saat pengolesan juga merata.

Walaupun secara fisik sediaan lip balm daun bidara berwarna hijau, keseluruhan

37
sediaan memberikan hasil uji oles yang transparan dan menandakan bahwa

ekstrak terdispersi dengan baik dalam formula lip balm sehingga tidak

meninggalkan warna hijau.

Tabel 10. Hasil uji oles sediaan lip balm daun bidara
Formulasi Hasil oles
F0 Tidak berwarna, merata
F1 Tidak berwarna, merata
F2 Tidak berwarna, merata
F3 Tidak berwarna, merata

Uji Homogenitas Sediaan

Parameter pengujian homogentitas sediaan lip balm dilakukan untuk

melihat ada atau tidaknya butir-butir kasar. Butir-butir kasar menandakan sediaan

lip balm yang dibuat tidak homogen karena tidak terdispersinya antar komponen

lip balm membentuk susunan yang homogen.

Tabel 11. Hasil uji homogenitas sediaan lip balm daun bidara
Formulasi Hasil uji homogenitas
F0 Homogen, tidak ada bulir kasar
F1 Homogen, tidak ada bulir kasar
F2 Homogen, tidak ada bulir kasar
F3 Homogen, tidak ada bulir kasar

Berdasarkan Tabel 11, hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan

bahwa seluruh sediaan lip balm ekstrak daun bidara tidak memperlihatkan adanya

butir-butir kasar saat dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa

lip balm daun bidara memiliki susunan yang homogen. Terbentuknya

homogenitas yang baik akan berpengaruh pada pemerataan dosis lip balm pada

saat pemakaian. Lip balm yang homogen akan memberikan hasil yang baik karena

bahan obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata sehingga ketika

dioleskan maka dosis yang dioleskan sama rata dan penggunaan lip balm akan

efektif untuk melindungi bibir.

38
Pengamatan Stabilitas Sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan terhadap sediaan lip balm ekstrak daun

bidara dilakukan selama 20 hari pada temperatur ruang. Pengamatan ini dilakukan

untuk mengetahui terjadinya perubahan warna, aroma, dan tekstur atau bentuk

sediaan. Pengamatan disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengamatan stabilitas penyimpanan sediaan lip balm daun bidara
Hari Ke-
Formulasi Parameter
1 5 10 15 20
Warna - - - - -
F0 Aroma - - - - -
Tekstur - - - + +
Warna - - - - -
F1 Aroma - - - - -
Tekstur - - - + +
Warna - - - - -
F2 Aroma - - - - -
Tekstur - - - + +
Warna - - - - -
F3 Aroma - - - - -
Tekstur - - - + +
Keterangan : (-) tidak terjadi perubahan
(+) terjadi perubahan

Sediaan yang selama 20 hari disimpan di suhu ruang tidak mengalami

perubahan drastis baik dari warna dan aroma (Tabel 12). Seluruh sediaan lip balm

mulai mengalami perubahan tekstur pada penyimpanan di hari ke 15. Perubahan

yang terjadi adalah tekstur lip balm mengeluarkan warna bintik putih dan semakin

bertambah banyak di hari ke – 20. Warna dan aroma lip balm tidak mengalami

perubahan. Hal ini kemungkinan dikarenakan tidak adanya zat pengawet yang

dapat menjaga kestabilan dan keawetan dari lip balm sehingga tekstur lip balm

rusak.

39
Uji Cemaran Mikroba

Pengujian cemaran mikroba merupakan salah satu uji yang disyaratkan

pada SNI 16-4769-1998. Pengujian ini penting untuk dilakukan karena

kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan pemisahan fase, penyusutan

berat sampel, memengaruhi masa simpan, dapat menimbulkan bau yang tidak

sedap, dan dapat menyebabkan iritasi. Produk kosmetik yang terkontaminasi

mikroorganisme biasanya terlihat dari pembentukan koloni jamur yang berwarna,

perubahan bau, perubahan kekentalan yang merusak kualitas sediaan kosmetik

(Tranggono dan Latifah, 2007). Menurut Buckle et al, (2010), faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain pH, aktivitas air,

suhu, dan kandungan oksigen.

Tabel 13. Hasil uji cemaran mikroba


Formulasi Cemaran Mikroba SNI 16-4769-1998
F0 Tidak ada
F1 Tidak ada
Maksimum 102 koloni/g
F2 Tidak ada
F3 Tidak ada

Penghitungan cemaran mikroba dilakukan menggunakan metode Total

Plate Count (TPC) dimana semua koloni yang tumbuh dalam cawan petri

dihitung dan untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan petri yang dipilih

dalam perhitungan memiliki jumlah koloni 30-300 dalam beberapa pengenceran

(Waluyo, 2008). Jumlah maksimal cemaran mikroba pada produk masker

menurut SNI ialah 102 koloni/gram. Hasil uji cemaran mikroba pada seluruh

sediaan lip balm tidak menunjukkan jumlah koloni mikroba dalam rentang 30-

300 koloni sehingga perhitungan cemaran mikroba dianggap tidak ada. Oleh

karena itu, semua sediaan lip balm memenuhi standar berdasarkan SNI 16-6070-

1999 dan aman digunakan (Tabel 13).

40
4.7 Hasil Uji Kesukaan Sediaan Lip Balm Berbasis Ekstrak Daun Bidara

Uji kesukaan adalah salah satu jenis uji penerimaan. Panelis tidak terlatih

sebanyak 30 orang diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan dan

ketidaksukaan. Panelis terdiri dari 21 orang perempuan dan 9 orang laki-laki

dengan umur 22 tahun keatas, memiliki pengetahuan tentang lip balm dan sudah

bersedia menjadi panelis (Lampiran 10). Panelis sebelumnya diberikan

pengarahan untuk mengisi form uji organoleptik oleh salah satu pembimbing

penelitian (Lampiran 11). Pengujian dilakukan di Ruang Kelas 7.010 lantai 7

Fakultas Sains dan Teknologi.

Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan dan

ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan disebut sebagai skala hedonik yang

dapat direntangkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik

dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat

kesukaaan, dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis data secara

parametrik (Setyaningsih et al., 2010). Pengujian ini bertujuan untuk mencari

produk sediaan lip balm dengan variasi zat aktif yang digunakan sehingga

diperoleh sediaan yang paling disukai oleh panelis. Parameter sediaan lip balm

pada penelitian ini meliputi tekstur, warna, aroma, homogenitas, dan kesukaan

umum.

Tabel 14. Hasil analisis uji kesukaan lip balm berbasis daun bidara
Formulasi Tekstur Warna Aroma Homogenitas Kesukaan Umum
F0 4,03 ± 0,615 4,07 ± 0,944 4,07 ± 0,177 4,40b ± 0,563
b c b
4,23c ± 0,626
b c b a,b
F1 3,97 ± 0,809 4,00 ± 0,743 3,90 ± 0,913 4,23 ± 0,504 4,37c ± 0,556
a,b b a a
F2 3,70 ± 0,794 3,50 ± 0,900 3,30 ± 0,988 4,00 ± 0,643 3,43b ± 0,774
a a a a
F3 3,33 ± 0,922 2,67 ± 0,994 3,03 ± 1,217 4,00 ± 0,371 2,53a ± 0,937
a,b
Keterangan : Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama ( ) tidak berbeda nyata pada
taraf uji lanjut Duncan 5% taraf signifikansi P<0,05

41
Hasil uji analisis menggunakan metode one way ANOVA menunjukkan

bahwa formulasi lip balm daun bidara memiliki perbedaan yang nyata dimana

nilai P<0,05 yang berarti bahwa adanya pengaruh penambahan variasi ekstrak

daun bidara. Selanjutnya, uji Post Hoc dilakukan untuk mendapatkan formulasi

terbaik dari sediaan lip balm daun bidara.

Tabel 14 menunjukkan bahwa formula F0 memiliki rata-rata tertinggi

dalam skala penilaian. Formula F1 dengan konsenterasi 1% ekstrak memiliki rata-

rata tertinggi skala penilaian panelis yaitu berkisar dari 3,9 – 4,37. Formula F2

dan F3 memiliki rata-rata skala penilaian yang lebih rendah. Penambahan

konsenterasi ekstrak daun bidara akan menyebabkan warna sediaan terlihat

semakin hijau pekat dan aroma khas dari ekstrak daun bidara masih tercium. Hal

tersebut yang menyebabkan panelis lebih menyukai sampel F1 yang memiliki

warna hijau lebih muda dan aroma essen yang lebih dominan.

Tekstur

Tekstur merupakan parameter yang cukup penting di dalam suatu emulsi

dan sediaan kosmetika karena menunjukkan tingkat kehalusan yang dihasilkan.

Semakin halus ragam tekstur, maka semakin baik lip balm yang dihasilkan karena

tekstur tersebut merupakan parameter tercampurnya kompenen minyak dan air

(Mitsui, 1997). Hasil kesukaan panelis terhadap parameter tekstur lip balm (Tabel

14) berkisar antara skor 3,33-4,03 yang berarti panelis memberikan penilaian agak

suka sampai suka. Tingkat kesukaan tertinggi diberikan panelis untuk formula F0

dan tingkat kesukaan terendah diberikan untuk formula F3.

Hasil uji statistik oneway ANOVA dengan derajat kepercayaan 95%

memiliki nilai signifikan 0,003 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

42
nyata (P<0,05) penambahan ekstrak daun bidara ke dalam formulasi lip balm

terhadap tekstur yang dihasilkan. Hal ini menandakan bahwa panelis memiliki

tingkat kesukaan beragam terhadap tekstur lip balm yang dihasilkan dan formulasi

tertinggi yang dipilih adalah F1 (Lampiran 13).

Warna

Warna merupakan komponen yang dapat dilihat langsung oleh panelis dan

penting dalam menentukan kualitas dan derajat penerimaan suatu produk. Hasil

kesukaan panelis terhadap parameter warna lip balm (Tabel 14) berkisar antara

skor 2,67-4,07 yang berarti panelis memberikan penilaian tidak suka sampai suka.

Warna pada suatu produk dipengaruhi oleh bahan penyusunnya (Mitsui, 1997).

Lip balm yang tidak ditambahkan ekstrak daun bidara akan berwarna kuning

muda, sedangkan lip balm yang ditambahkan ekstrak daun bidara akan berwarna

hijau. Sediaan lip balm F0 dan F1 yang berwarna kuning muda dan hijau muda

lebih disukai oleh panelis dengan skor 4,07 dan 4,00 dibandingkan dengan lip

balm dengan F2 dan F3 yang berwarna hijau pekat. Hal tersebut disebabkan

karena ekstrak daun bidara memiliki warna hijau pekat sehingga mempengaruhi

kesukaan panelis terhadap parameter warna. Walaupun secara sensori lip balm

terlihat berwarna namun keempat sediaan lip balm tidak meninggalkan warna saat

dioleskan pada punggung tangan.

Hasil uji statistik oneway ANOVA dengan derajat kepercayaan 95%

memiliki nilai signifikan 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata (P<0,05) penambahan ekstrak daun bidara ke dalam formulasi lip balm

terhadap warna yang dihasilkan. Hal ini menandakan bahwa panelis memiliki

43
tingkat kesukaan beragam terhadap warna lip balm yang dihasilkan dan formulasi

tertinggi yang dipilih adalah F1 (Lampiran 13).

Aroma

Aroma merupakan salah satu parameter sensori yang melekat pada suatu

produk yang diamati dengan indra penciuman. Aroma terbentuk dari penambahan

essen yang bertujuan untuk menutupi bau ekstrak daun bidara dan bahan

komposisi lip balm lainnya sehingga aroma lip balm tercium lebih segar dan enak.

Hasil kesukaan panelis terhadap parameter aroma lip balm (Tabel 14) berkisar

antara skor 3,03-4,07 yang berarti panelis memberikan penilaian agak suka

sampai suka. Tingkat kesukaan tertinggi lip balm diberikan panelis untuk sediaan

F0 yaitu 4,07 dan tingkat kesukaan terendah untuk sediaan F3 yaitu 3,03. Tingkat

kesukaan tertinggi ada pada F0 karena tidak adanya penambahan ekstrak daun

bidara sehingga aroma yang dihasilkan sediaan wangi tanpa ada bau khas ekstrak.

Penambahan ekstrak yang semakin banyak akan menyebabkan wangi sediaan

lebih dominan sehingga sediaan tidak terlalu disukai.

Hasil uji statistik oneway ANOVA dengan derajat kepercayaan 95%

memiliki nilai signifikan 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata (P<0,05) penambahan ekstrak daun bidara ke dalam formulasi lip balm

terhadap aroma yang dihasilkan. Hal ini menandakan bahwa panelis memiliki

tingkat kesukaan beragam terhadap aroma lip balm yang dihasilkan dan formulasi

tertinggi yang dipilih adalah F1 (Lampiran 13).

Homogenitas

Homogenitas suatu sediaan sangat penting dilakukan untuk melihat ada

atau tidaknya komponen yang tidak bercampur pada sediaan lip balm. Adanya

44
butir-butir kasar menandakan sediaan lip balm yang dibuat tidak homogen karena

tidak terdispersinya antar komponen lip balm membentuk susunan yang homogen.

Panelis mengoleskan lip balm ke punggung tangan untuk melihat homogen atau

tidaknya sediaan. Hasil uji kesukaan panelis terhadap parameter homogenitas lip

balm (Tabel 14) berkisar antara skor 4,00-4,40 yang berarti panelis memberikan

penilaian bahwa semua sediaan lip balm terlihat homogen. Hal ini menunjukkan

bahwa semua komposisi sediaan lip balm bercampur dengan baik dan tidak

menunjukkan perbedaan homogenitasnya.

Hasil uji statistik oneway ANOVA dengan derajat kepercayaan 95%

memiliki nilai signifikan 0,009 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata (P<0,05) penambahan ekstrak daun bidara ke dalam formulasi lip balm

terhadap homogenitas yang dihasilkan. Hal ini menandakan bahwa panelis

memiliki tingkat kesukaan beragam terhadap homogenitas lip balm yang

dihasilkan dan formulasi tertinggi yang dipilih adalah F1 (Lampiran 13).

Kesukaan Umum

Kesukaan umum merupakan tingkat kesukaan panelis terhadap suatu

produk secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh penampakan tekstur, warna,

aroma, dan homogenitas. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

penerimaan panelis terhadap lip balm ekstrak daun bidara dan mendapatkan

formula yang tepat untuk diterima panelis. Hasil tingkat kesukaan umum panelis

terhadap lip balm (Tabel 14) berkisar antara skor 2,53-4,37 yang berarti panelis

menyatakan tingkat kesukaan dari tidak suka sampai suka. Hasil sediaan lip balm

yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi yaitu F1 dengan skor rata-rata 4,37 dan

tingkat kesukaan terendah yaitu F3 dengan skor 2,53 (Tabel 14). Skor rata-rata

45
yang diberikan panelis untuk tingkat kesukaan F0 yaitu 4,23 dimana skor tersebut

tidak berbeda jauh dengan skor rata-rata tertinggi yaitu F1. Sediaan lip balm

dengan penambahan ekstrak 1% yang berwarna hijau muda dan penambahan

ekstrak 0% dengan warna sediaan kuning muda dapat lebih diterima oleh panelis

dibandingkan dengan sediaan yang berwarna hijau pekat. Pengaruh tekstur,

warna, dan aroma dari sediaan lip balm dimana tekstur yang halus, warna yang

tidak terlalu pekat, aroma yang menutupi bau ekstrak dan komposisi lain,

sehingga sediaan F1 dipilih sebagai formula terbaik pada hasil uji kesukaan.

Hasil uji statistik oneway ANOVA dengan derajat kepercayaan 95%

memiliki nilai signifikan 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata (P<0,05) antara penambahan ekstrak penambahan ekstrak daun bidara ke

dalam formulasi lip balm terhadap tingkat kesukaan panelis dimana skor tertinggi

adalah F1. Skor tekstur, warna, aroma, homogenitas dan kesukaan umum didapat

nilai mean tertinggi yaitu F1. Seluruh skor yang dihasilkan dianggap sebagai

parameter yang mewakili penilaian dari panelis, sehingga formulasi yang dipilih

yaitu lip balm dengan penambahan ekstrak 1% (Lampiran 13).

4.8 Formula Terbaik Sediaan Lip Balm

Karakteristik lip balm dalam penelitian ini merujuk pada SNI 16-4769-

1998 dan uji kesukaan panelis. Tabel 15 menunjukkan hasil uji karakteristik

sediaan lip balm ekstrak daun bidara dengan formula sediaan lip balm F1 dipilih

sebagai formula terbaik karena telah memenuhi persyaratan SNI 16-4769-1998

serta memiliki tingkat kesukaan umum panelis tertinggi.

46
Tabel 15. Karakteristik sediaan lip balm ekstrak daun bidara

Parameter F0 F1 F2 F3 SNI
Titik Leleh (º C) 54,50 53,50 53,50 53,50 50 - 70
pH 4,53 4,48 4,43 4,45 3,8 – 4,7
Tidak Tidak Tidak
Tidak berwarna,
Uji Oles berwarna, berwarna, berwarna,
merata
merata merata merata
Uji Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Cemaran Mikroba Maksimal
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
(koloni/g) 102
a,b
Uji Kesukaan 3,70 ±
4,03b ± 0,615 3,97b ± 0,809 3,33a ± 0,922
Tekstur 0,794
Uji Kesukaan Warna 4,07c ± 0,944 4,00c ± 0,743 3,50b ± 0,900 2,67a ± 0,994
Uji Kesukaan Aroma 4,07b ± 0,177 3,90b ± 0,913 3,30a ± 0,988 3,03a ± 1,217
Uji Kesukaan
4,40b ± 0,563 4,23a,b ± 0,504 4,00a ± 0,643 4,00a ± 0,371
Homogenitas
Kesukaan Umum 4,23c ± 0,626 4,37c ± 0,556 3,43b ± 0,774 2,53a ± 0,937
Keterangan : F0 = lip balm tanpa penambahan ekstrak daun bidara
F1 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 1 %
F2 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 2 %
F3 = lip balm dengan penambahan ekstrak daun bidara 3 %

Produk lip balm pada penelitian ini memiliki titik leleh, pH, dan cemaran

mikroba yang masih ada dikisaran SNI 16-4769-1998. Berdasarkan hasil uji

kesukaan, produk terbaik lip balm yang mengandung ekstrak daun bidara

diperoleh pada formula F0 dengan konsenterasi ekstrak 1 % yang memiliki

memiliki titik leleh 53,5 ºC, pH 4,48, tekstur yang homogen dan tingkat uji

kesukaan tertinggi dibandingkan dengan formula F2 dan F3.

4.9 Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm Ekstrak Daun Bidara

Penambahaan bahan alami dalam bentuk ekstrak pada kosmetik

berpotensi menjaga keseimbangan fisiologis kulit manusia dengan tingkat

toksisitas yang rendah atau aman (Chancal dan Swarnlata, 2008). Penentuan

aktivitas antioksidan sediaan lip balm dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh senyawa antioksidan pada ekstrak etanol daun bidara yang ditambahkan

47
pada formulasi lip balm tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas

antioksidan formula terbaik lip balm.

Tabel 16. Aktivitas antioksidan sediaan lip balm F1 ekstrak daun bidara

IC50
No. Konsentrasi (ppm) %Inhibisi (SD)
(ppm)
1 0 0
2 12,5 1,82 ± 0,0014
3 25 7,27 ± 0,0028
4 50 9,55 ± 0,0014 339,234
5 100 18,64 ± 0,0028
6 200 31,14 ± 0,0007
7 400 57,50 ± 0,0035

Formula lip balm yang paling disukai responden, yaitu F1, diuji aktivitas

antioksidannya. Tabel 16 menunjukkan bahwa lip balm formula F1 memiliki IC50

bernilai 339,234 ppm. Nilai tersebut sangat jauh dari IC50 ekstrak daun bidara

yaitu sebesar 25,224 ppm. Hal ini dapat disebabkan karena adanya proses

pemanasan pada formulasi dan penambahan komposisi lip balm yang membuat

IC50 ekstrak daun bidara dan lip balm berbeda sangat jauh. Meskipun IC50 formula

F1 memiliki nilai IC50 yang sangat tinggi, namun berdasarkan Tabel 16 nilai

persen inhibisi akan semakin besar mengikuti kenaikan dari konsetrasi ekstrak.

Hal ini sesuai dengan penelitian Azizah (2018) yang menguji aktivitas antioksidan

sediaan masker daun bidara dengan variasi konsentrasi ekstrak dimana semakin

bertambahnya jumlah konsentrasi ekstrak maka persen inhibisinya juga akan

semakin meningkat.

Hasil uji aktivitas antioksidan ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm

formula F1 memiliki antioksidan yang lemah, berbeda dengan IC50 ekstrak daun

bidara yang antioksidannya tergolong kuat. Nurhaida et al (2017)

memformulasikan lipstik dari ekstrak buah naga dengan basic ingredients berupa

48
minyak, setil alkohol, oleum cacao, dan beeswax, hasil antioksidan lipstik tersebut

menunjukkan IC50 yang lebih tinggi dibandingkan IC50 ekstrak. Hal ini dapat

terjadi diduga akibat konsentrasi ekstrak yang masih sedikit dibandingkan bahan

penyusun lip balm juga dapat dikarenakan proses pemanasan saat

memformulasikan ekstrak yang menyebabkan rusaknya zat aktif pada ekstrak

sehingga IC50 yang dihasilkan cenderung rendah.

49
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Hasil uji kesukaan menunjukkan nilai perbedaan siginifikan pada taraf uji

P<0,05 sehingga penambahan ekstrak daun bidara pada sediaan lip balm

memengaruhi tekstur, warna, aroma, homogenitas dan kesukaan umum

panelis.

2. Keseluruhan formula lip balm memenuhi standar SNI 16-4769-1998 yaitu

memiliki titik leleh 53,5 – 54,5 ºC, nilai pH sebesar 4,43 – 4,53, seluruh

sediaan homogen, dan negatif cemaran mikroba.

3. Hasil sediaan lip balm paling disukai panelis adalah formula F1 yang

memenuhi persyaratan mutu fisik berdasarkan SNI 16-4769-1998 dan

memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 339,234 ppm.

4. Ekstrak etanol daun bidara melalui analisis GCMS tidak menunjukkan adanya

senyawa yang diduga bertanggung jawab sebagai antioksidan namun hasil

analisis aktivitas antioksidannya menunjukkan nilai IC50 sebesar 25,224 ppm.

5.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan komposisi zat warna

untuk memberi warna pada sediaan sehingga sediaan berwarna menarik dan

penambahan zat pengawet agar sediaan lip balm tahan untuk jangka simpan

yang lama.

50
2. Uji iritasi dapat dilakukan untuk mengetahui timbul atau tidaknya gejala

iritasi pada panelis sehingga lip balm aman digunakan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Adzu B, Haruna AK. 2007. Studies on The Use of Zizyphus Spina-Christi Against
Pain in Rats and Mice. African Journal of Biotechnology 6 : 1317–24.
Amic D, Dusanka DA, Beslo D, Trinasjtic. 2003. Structure-radikal
Scavengingactivity Relationship of Flavonoids. Crotia Chem Acta 76(18)
:55-61.
Ansel, HC. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Asgarpanah J, Haghighat E. 2015. Phytochemistry and Pharmacologic Properties
of Ziziphus Spina Christi ( L .) Willd . African Journal of Pharmacy and
Pharmacology 6(Agustus).
Ashri, NH. 2016. Uji Aktivitas Dan Identifikasi Senyawa Kimia ANtibakteri
Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus Spina-Christi L.) Terhadap Beberapa
Bakteri Patogen [Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Azizah. 2018. Formula Dan Aktivitas Antioksidan Serta Antibakteri Sediaan
Masker Gel Peel-Off Yang Diperkaya Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus Spina-
Christi L.) [Skripsi]. Jakarta: Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Bintoro A, Ibrahim AM, Situmeang B. 2017. “Analisis dan Identifikasi Senyawa
Saponin dari Daun Bidara.” ITEKIMA 2(1):84–94.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015
Tentang Persyaratan Teksin Bahan Kosmetika. Jakarta : Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 16-4769-1998 Syarat Mutu
Lipstik. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-2346-2006 Petunjuk
Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wotton M. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Chancal D, Swarnlata S. 2008. Novel Approaches in Herbal Cosmetic. Journal of
Comestic Dermatol 7:89–95.
Dafni A, Levy S, Lev E. 2005. The Ethnobotany of Christ‟s Thorn Jujube
(Ziziphus Spina-Christi) in Israel. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine 1(8):1–11.
Dehpour AA, Ebrahimzadeh MA, Fazel NS, Mohammad NS. 2009. Antioxidant

56
Activity of the Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its Essential Oil
Composition. Grasas Y Aceites 60(4):405–12.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Draelos ZD, Thaman LA. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product.
New Jersey: Taylor and Francis Group.
Ewing GW. 2013. Instrumental Methods of Chemical Analysis (5th Ed.). New
York: McGraw-Hill. New York: McGraw-Hill.
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. 1st ed.
edited by T. oleh A. H. Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Ghannadi A, Tavakoli N, Ardestani MM. 2003. Volatile Constituents of the
Leaves of Ziziphus Spina-Christi (L.) Willd. from Bushehr, Iran. Journal of
Essential Oil Research 15(3):191–92. Retrieved
(https://doi.org/10.1080/10412905.2003.9712109).
Goyal AK, Middha SK, Sen A. 2010. Evaluation of the DPPH Radical Scavening
Activity, Total Phenols, and Antoxidant Activities in Indian Wild Bambusa
vulgaris „Vittata‟ Methanolic Leaf Extract. Journal of Naturan
Pharmaceuticals.
Haeria H. 2016. Penentuan Kadar Flavonoid Total Dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Bidara ( Ziziphus Spina-Christi L .). Journal of
Pharmaceutical and Medicinal Sciences 1(2):57–61.
Harris D. 2007. Quantitative Chemical Analysis (7th Ed.). New York: Freeman.
Hasan NM., AlSorkhy MA, AlBattah FF. 2014. Ziziphus Jujube ( Ennab ) of the
Middle East , Food and Medicine, 2(6):7–11.
Husna N, Purba D. 2012. Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam
Sediaan Krim Tangan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology
1(1):63–69.
Ikalinus R, Widyastuti SK, Setiasih NLE. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera). Indonesia Medicus Veterinus,
4(1), 71-79. Jacobsen, P.L., Denis, P.L., Michael, A.S., Drore, E., Barbara,
D.W. (2011). The Little Lip Book. USA: Carma Laboratories Inc. Hal. 27-
29.
Jacobsen PL, Denis PL, Michael AS, Drore E, Barbara DW. (2011). The Little
Lip Book. USA: Carma Laboratories Inc. Hal. 27-29.

53
Kardono LBS, Artanti N, Dewiyanti ID, Basuki T, Padmawinata K. 2003.
Selected Indonesian MedicalPlants:Monographs and Description Volume 1.
Jakarta. Gramedia

Khanahmadi M, Rezazadeh SH, Taran M. 2010. In Vitro Antimicrobial and


Antioxidant Properties of Smyrnium Cordifolium Boiss (Umberlliferae)
Extract. Asian Journal of Plant Science 9.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kusriani RH, Nawawi A, Machter E. 2015. Penetapan Kadar Senyawa Fenolat
Senyawa Fenolat Total Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun, Buah Dan
Biji Bidara ( Ziziphus Spina-Christi L.). Prosiding SNaPP2015 Kesehatan
1(1):311–18.
Kwunsiriwong S. 2016. The Study on the Development and Processing Transfer
of Lip Balm Products from Virgin Coconut Oil: A Case Study. Official
Conference Proceedings of The Asian Conference on Sustainability, Energy
& the Environment.
Mitsui T. 1997. New Cosmetic Science. Tokyo: Elsevier.
Molyneux P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of
Science and Technology 26(December 2003):211–19.
Nurhaida A, Susilo H, Sari BL. 2017. Aktivitas Antioksidan Sediaan Lipstik
Dengan Pewarna Alami Ekstrak Buah Naga Super Merah ( Hylocereus
Costaricensis L .). Universitas Pakuan.
Owaisi MA, AlHadiwi N, Khan SA. 2014. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 4(12):964–70.
Retrieved (http://dx.doi.org/10.12980/APJTB.4.201414B295).
Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2001. Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories Analytical Progress 19.
Putri, RAZ. 2017. Uji Aktivitas Daun Bidara Arab (Ziziphus Spina-Christi L.)
Sebagai Antikanker Pada Sel Kanker Kolon (WiDr) Melalui Metode MTT
Dan Identifikasi Senyawa Aktif Dengan Metode LC-MS [Skripsi]. Malang.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Ratih H, Titta H, Puri RC. 2014. Formulasi Sediaan Lipbalm Minyak Bunga
Kenanga ( Cananga Oil ) Sebagai Emolien. Prosiding Sinopsium Penelitian
Bahan Obat Alami (SPBOA) XVI.
Reynertson KA. 2007. Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from
Edible Myrtaceae Fruit. The City University of New York.
Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. Edisi ke-8. New York: Chemical
Publishing Co Inc.

54
Rowe RC, Sheskey JP, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical. Edisi ke-
6. Washington DC: Excipients The Pharmaceutical Press.
Saadah H, Nurhasnawati H. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air Pada
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr).
Jurnal Ilmiah Manutung 1(2):149–53.
Salmiyah S dan Bahruddin A. 2018. Fitokimia dan Antioksidan pada Buah Tome-
Tome (Flacourtia Inermis), 10(1), 43–50.
Sastrohamidjojo H. 2005. Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro (D. S. Sard). Bogor: IPB Press.
Sukandar D, Hermanto S, Amelia ER. 2015. Penapisan Bioaktivitas Pangan
Fungsional Masyarakat Jawa Barat dan Banten. Jakarta: Cinta Buku Media.
Sulastomo E. 2013. Kulit Cantik Dan Sehat : Mengenal Dan Merawat Kulit.
Jakarta: Kompas.
Tjitrosoepomo G. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tranggono RI, Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.
Vishwakarma B, Dwivedi S, Dubey K, Joshi H. 2011. Formulation and
Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery &
Herbal Research.
Waluyo L. 2008. Teknik Dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Wibowo, DS. 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo.

55
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman

56
Lampiran 2. Hasil ekstraksi daun bidara

Berat Sampel (g) Berat Ekstrak (g) Rendemen


200 73,3784 16,3063 %

Contoh perhitungan

% Rendemen =

% Rendemen =

% Rendemen = 16,3063

57
Lampiran 3. Cara pembuatan reagen fitokimia

1. Lieberman Burchard
Ditambahkan 5 ml asam asetat anhidrat ke dalam 5 ml asam sulfat pekat
pelan-pelan, kemudian dengan hati-hati pula ditambah etanol absolut
sampai volume 50 ml, lalu didinginkan dengan air es. Pereaksi ini harus
dibuat baru (Mulyono, 2009).
2. Wagner
Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian
ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan
diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini
berwarna coklat.
3. FeCl3 1%
Ditimbang 1 gram FeCl3 ke dalam labu ukur 100 mL kemudian dikocok
hingga homogen.

58
Lampiran 4. Hasil pengujian fitokimia

Golongan Senyawa Pereaksi Perubahan Warna Gambar

Steroid Lieberman Burchard Hijau

Flavonoid NaOH 10% Jingga

Terpenoid Lieberman Burchard Cincin coklat

Alkaloid Wagner Endapan Coklat

Fenolat Akuades + FeCl3 1% Hitam

Tanin FeCl3 1% Hijau Kehitaman

Saponin Akuades Berbusa

59
Lampiran 5. Cara pembuatan reagen uji aktivitas antioksidan

1. Pembuatan larutan DPPH 0.004 % (b/v)


Serbuk DPPH ditimbang 0,0004 g kemudian dilarutkan dengan metanol
dalam labu ukur 10 mL.
2. Pembuatan larutan induk ekstrak daun bidara
Larutan induk 100 ppm disiapkan dengan cara ditimbang 0,001 g ekstrak
daun bidara dan dilarutkan dengan metanol absolut sambil dihomogenkan
dalam labu ukur 100 mL.
3. Perhitungan seri kadar ekstrak dari larutan induk
Larutan induk ekstrak daun bidara diencerkan dalam labu ukur 10 mL dan
dihomogenkan dengan metanol absolut.
a. Kadar ekstrak 2,5 ppm d. Kadar ekstrak 20 ppm
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
100 mL x V1 = 2,5 ppm x 100 mL x V1 = 20 ppm x
10 mL 10 mL
V1 = 0,25 mL V1 = 2 mL
b. Kadar ekstrak 5 ppm e. Kadar ekstrak 40 ppm
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
100 mL x V1 = 5 ppm x 100 mL x V1 = 40 ppm x
10 mL 10 mL
V1 = 0,5 mL V1 = 4 mL
c. Kadar ekstrak 10 ppm f. Kadar ekstrak 80 ppm
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
100 mL x V1 = 10 ppm x 100 mL x V1 = 80 ppm x
10 mL 10 mL
V1 = 1 mL V1 = 8 mL

4. Pembuatan larutan asam askorbat


Larutan stok 100 ppm disiapkan dengan cara ditimbang 0,001 g asam
askorbat dan dilarutkan dengan metanol absolut sambil dihomogenkan
dalam labu ukur 100 mL. Larutan induk diencerkan dengan seri
konsenteras 0,5; 1; 2; 4; 6; dan 8 ppm.

60
Lampiran 6. Aktivitas antioksidan ekstrak daun bidara

Absorbansi Persamaan
Konsentrasi Rata- Garis
No %Inhibisi (SD) IC50
(ppm) Simplo Duplo Rata Regresi
Linear
1 0 0,261 0,261 0,261 0
2 2,5 0,189 0,185 0,187 28,35 ± 0,0028
3 5 0,175 0,173 0,174 33,33 ± 0,0014
y = 0,8082x
4 10 0,158 0,154 0,156 40,23 ± 0,0028 + 29,6140
25,224
5 20 0,14 0,136 0,138 47,13 ± 0,0028 2
R = 0,9931
6 40 0,099 0,097 0,098 62,45 ± 0,0014
7 80 0,018 0,016 0,017 93,49 ± 0,0007
Persen Inhibisi (%)

100.00
80.00
60.00
40.00 y = 0,8082x + 29,614
20.00 R² = 0,9931
0.00
0 50 100
Konsenterasi (ppm)

Contoh Perhitungan:

% Inhibisi =

% Inhibisi = = 28,35

IC50:
y = 0,8082x + 29,614
50 = 0,8082x + 29,614
x = 25,224
IC50 =

61
Lampiran 7. Aktivitas antioksidan asam askorbat

Absorbansi Persamaan
No Konsentrasi Garis
Rata-Rata %Inhibisi (SD) IC50
. (ppm) Simplo Duplo Regresi
Linear
1 0 0,269 0,269 0,269 0
2 0,5 0,241 0,239 0,240 10,78 ± 0,0014
3 1 0,212 0,219 0,215 19,89 ± 0,0049 y = 10,505 x
+ 7,6654
4 2 0,189 0,193 0,191 29,00 ± 0,0028 4,03
5 4 0,130 0,136 0,133 50,56 ± 0,0042 R2 = 0,9982
6 6 0,071 0,073 0,072 70,00 ± 0,0014
7 8 0,025 0,020 0,0225 91,64 ± 0,0035

100.00
Persen Inhibisi (%)

80.00

60.00

40.00 y = 10,505x + 7,6654


R² = 0,9982
20.00

0.00
0 2 4 6 8 10
Konsenterasi (ppm)

62
Lampiran 8. Hasil analisis daun bidara menggunakan GCMS

Waktu
Peak Area% Prediksi Senyawa
Retensi

1 3,224 3,36 1-pentanol


2 23,360 3,99 1,2-benzenedicarboxylic acid
3 28,385 6,90 1,2-benzenedicarboxylic acid
4 29,512 8,34 Hexadecanoic acid
5 30,052 3,96 Palmitit acid
6 32,317 6,46 7,10,13-Hexadecatrienoic acid
7 32,471 21,98 Phytol
8 32,735 2,99 Octadecanoic acid
9 33,866 5,20 n-dokosane
10 35,245 13,83 2-propenoic acid
11 35,315 5,85 Nonadecane
12 36,721 5,47 Squalane
13 38,811 7,44 1,2-benzenedicarboxylic acid
14 40,293 4,23 2,3,5,8-tetrametildecane

63
Lampiran 9. Karakteristik sediaan lip balm daun bidara

Penentuan Nilai pH

Formulasi Nilai pH Nilai pH Suhu (°C) Rata-Rata pH SD


F0 4,52 4,53 25 4,53 0,007
F1 4,48 4,48 25 4,48 0,000
F2 4,44 4,42 25 4,43 0,007
F3 4,45 4,45 25 4,45 0,000

Uji Stabilitas

H0 H 50

H 10 H 15

H 20

64
Lampiran 10. Hasil uji cemaran mikroba

Suhu Inkubasi Jumlah Cemaran


Formulasi 10-1 10-2 10-3 SNI 1998
(°C) (jam) Mikroba
F0 30 48 21 11 7 2,1 x 102
F1 30 48 8 6 3 8 x 101 Maksimum 102
1 koloni/gram
F2 30 48 5 2 1 5 x 10
F3 30 48 2 1 0 2 x 101

F0 F1

F2 F4

Contoh perhitungan cemaran mikroba

AL = jumlah koloni

AL =

AL = 2.1 x 102

65
Lampiran 11. Surat undangan untuk panelis uji kesukaan

SURAT UNDANGAN PANELIS

Ciputat, 26 Juli 2019

Kepada Yth.
Panelis Uji Organoleptik
.......................................
Di
Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita haturkan hanya kepada hanya kepada Allah
SWT, karena sampai detik ini kita masih bisa merasakan nikmat atas segala karunia yang
diberikan kepada kita. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan orang-orang penerus perjuangannya.
Sehubung akan diadakannya Uji Kesukaan “Formula dan Aktifitas Antioksidan
Sediaan Lip Balm yang Diperkaya Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus sphina-crishti L.)” hasil
penelitian Maulidia, mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan teknologi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang InshaAllah dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Jum‟at, 2 Agustus 2019
Pukul : 09.00 - selesai
Tempat : Ruang 7.010 Fakultas Sains dan Teknologi
Maka saya selaku peneliti bermaksud mengundang saudara/i untuk dapat berpartisipasi dalam
kegiatan pengujian ini.
Demikianlah surat undangan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama yang
diberikan saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Mengetahui, Hormat Saya,

Dosen Pembimbing I Peneliti

Dr. Hendrawati, M.Si Siti Aidina

NIP. 19720815 200312 2 001

66
Lampiran 12. Lembar kuisioner uji kesukaan

DESKRIPSI PRODUK LIP BALM

DEFINISI

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin,
lemak, dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir dan
melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong, 2016). Aplikasi lip
balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Lip balm hanya memberikan kesan
basah dan cerah pada bibir (Sulastomo, 2013).

KARAKTERISTIK

Lip balm berbentuk padatan yang meleleh apabila dioleskan pada kulit. Lip balm
memiliki warna yang berbeda-beda tergantung bahan dasar yang digunakan, pada penelitian
ini lip balm memiliki warna hijau karena bahan yang digunakan merupakan ekstrak daun
bidara yang saat dioleskan tidak meninggalkan bekas warna (transparan). Aroma pada lip
balm ini adalah aroma khas essen jeruk tanpa ada bau negatif. Sedangkan homogenitas lip
balm terlihat dengan tanda bercampurnya bahan-bahan yang digunakan secara sempurna
tanpa ada bulir-bulir kasar yang terlihat maupun saat dipegang.

CARA PENGGUNAAN

Lip balm dapat digunakan secara langsung kapanpun dan dimanapun dengan cara
dioleskan langsung pada bibir. Namun dalam pengujian ini, lip balm diambil
menggunakan cotton bud dan dioleskan ke punggung tangan.

67
ACUAN PENILAIAN OLEH PANELIS

SKOR KRITERIA KARAKTER LIP BALM

Jika sampel sangat sesuai dengan karakteristik lip balm


5 Sangat suka
(seperti penjelasan diatas), tanpa ada kekurangan.

Jika sampel memiliki karakteristik lip balm tetapi ada


4 Suka
sedikit kekurangan

Jika sampel memiliki karakteristik lip balm tetapi


3 Agak suka
kekurangan lebih banyak

Jika sampel tidak sesuai dengan karakteristik lip balm dan


2 Tidak suka
panelis

Sangat tidak Jika sampel sangat tidak sesuai dengan karakteristik lip
1
suka balm

Karakterisasi Produk Lip Balm

Nama Panelis :………………………………… Tanggal Pengujian :………………..


Jenis Sampel : Lip Balm
Instruksi : Dihadapan saudara terdapat empat sampel berkode.
Untuk tekstur peganglah sambil diamati, lalu berilah penilaian
dengan tanda (), langsung tanpa membandingkan dengan sampel
yang lain.
Untuk warna, amati dengan indra penglihatan mata dan berilah
penilaian.
Untuk aroma, hiruplah dengan hidung, lalu dipegang sambil diamati
dan langsung berikan penilaian anda (tanda ), tanpa membandingkan
dengan sampel yang lain.

68
Kode Sampel
Spesifikasi Nilai
F1 F3 F0 F2

TEKSTUR

Sangat tidak sesuai dengan tekstur khas lip balm 1

Tidak sesuai dengan tekstur khas lip balm 2

Agak sesuai dengan tekstur khas lip balm 3

Sesuai (pas) dengan tekstur khas lip balm 4

Sangat sesuai dengan tekstur khas lip balm 5

WARNA

Sangat tidak sesuai dengan warna khas lip balm 1

Tidak sesuai dengan warna khas lip balm 2

Agak sesuai dengan warna khas lip balm 3

Sesuai (pas) dengan warna khas lip balm 4

Sangat sesuai dengan warna khas lip balm 5

AROMA

Sangat tidak sesuai dengan aroma khas lip balm 1

Tidak sesuai dengan aroma khas lip balm 2

Agak sesuai dengan aroma khas lip balm 3

Sesuai (pas) dengan aroma khas lip balm 4

Sangat sesuai dengan aroma khas lip balm 5

Karakterisasi Produk Lip Balm

Nama Panelis :………………………………… Tanggal Pengujian :………………..


Jenis Sampel : Lip Balm
Instruksi : Dihadapan saudara terdapat empat sampel berkode. Peganglah dan
dioleskan ke punggung tangan sambil diamati homogenitas lip balm
tersebut dan berikan pernyataan anda dengan tanda checklist () pada
kolom skor nilai. Tanpa membandingkan antar sampel.

69
Untuk Kesukaan Umum nyatakanlah tingkat kesukaan dari kesan
keseluruhan tiap sampel tersebut. Lalu nyatakan skor nilainya dengan
tanda ( )

Kode Sampel
Spesifikasi Nilai
F1 F3 F0 F2

HOMOGENITAS
Sangat tidak homogen, 1
(bentuk lain yang tidak dikehendaki sangat nyata)
Tidak homogen, 2
(ada sedikit bentuk lain yang tidak dikehendaki)
Agak homogen, (agak (seperti) bentuk khas lip balm) 3

Homogen, (Sesuai bentuk khas lip balm ) 4


Sangat homogen, (sangat sesuai bentuk khas lip
5
balm )
KESUKAAN UMUM

Sangat tidak suka 1


Tidak suka 2
Agak suka 3
Suka 4
Sangat suka 5

Komentar: ............................................................... Tanda Tangan


Panelis

……………………….

70
Lampiran 13. Data hasil uji kesukaan sediaan lip balm daun bidara

PANELIS TEKSTUR WARNA


F0 F1 F2 F3 F0 F1 F2 F3
1 4 3 3 4 2 4 4 4
2 4 3 3 4 1 3 4 4
3 5 5 5 5 4 4 4 4
4 4 5 4 2 4 5 5 1
5 5 4 3 3 5 4 4 4
6 5 4 4 4 5 4 3 1
7 5 4 4 4 5 4 3 2
8 5 5 3 3 5 4 3 3
9 4 4 3 4 5 5 2 3
10 4 3 2 2 5 3 4 1
11 4 5 5 4 4 5 5 4
12 4 4 5 5 5 4 4 2
13 4 3 4 2 4 4 5 2
14 3 2 3 2 3 4 4 2
15 4 5 2 4 5 4 3 3
16 4 3 4 2 5 4 5 4
17 4 4 3 3 4 3 2 2
18 4 4 4 2 4 3 3 2
19 3 4 4 3 5 3 3 2
20 4 3 3 4 4 4 2 2
21 4 4 4 3 4 5 2 2
22 4 5 5 4 3 5 4 3
23 4 5 3 4 4 5 3 4
24 4 3 4 4 4 3 3 2
25 4 4 4 2 4 3 3 2
26 2 4 4 3 4 5 4 2
27 4 5 4 3 4 5 3 3
28 4 4 4 4 4 4 3 3
29 4 4 4 4 3 3 4 4
30 4 4 4 3 4 4 4 3
Mean 4.03 3.97 3.70 3.33 4.07 4.00 3.50 2.67

71
PANELIS AROMA HOMOGENITAS
F0 F1 F2 F3 F0 F1 F2 F3
1 5 3 5 5 4 4 4 4
2 5 3 5 5 4 4 4 4
3 5 4 4 4 5 5 5 4
4 5 5 3 2 4 5 5 4
5 5 3 3 4 5 4 4 4
6 5 4 4 2 5 5 5 5
7 4 3 3 2 5 4 4 4
8 5 5 2 3 5 5 3 4
9 5 5 2 5 5 4 3 4
10 4 4 4 3 4 3 3 4
11 5 4 4 4 5 4 4 4
12 5 5 5 1 5 4 5 4
13 4 4 4 3 4 4 4 4
14 2 4 3 2 4 4 4 4
15 3 5 2 5 5 4 4 4
16 2 4 3 2 4 5 5 4
17 3 4 2 3 4 4 4 4
18 4 5 2 3 5 5 4 4
19 4 4 4 3 4 4 4 3
20 4 3 4 2 4 4 4 4
21 4 5 4 4 4 4 3 4
22 2 5 2 3 4 4 4 4
23 2 3 2 3 3 5 3 4
24 5 4 3 4 4 4 4 4
25 5 4 3 1 5 4 4 3
26 4 3 2 1 4 4 3 4
27 4 5 4 4 4 4 4 4
28 4 2 3 2 4 4 4 4
29 4 3 4 4 5 5 5 5
30 4 2 4 2 5 4 4 4
Mean 4.07 3.90 3.30 3.03 4.40 4.23 4.00 4.00

72
PANELIS KESUKAAN UMUM
FO F1 F2 F3
1 4 4 3 3
2 4 4 3 3
3 4 4 4 4
4 5 4 4 1
5 5 4 4 4
6 5 4 3 2
7 5 4 3 2
8 4 5 3 3
9 5 4 3 2
10 4 5 3 1
11 4 4 5 4
12 3 5 4 1
13 4 5 4 2
14 3 5 2 2
15 5 5 3 4
16 4 5 4 2
17 4 4 2 2
18 5 4 3 2
19 5 4 3 3
20 4 3 2 2
21 5 5 4 3
22 3 5 4 4
23 4 4 4 3
24 4 4 4 2
25 5 4 3 2
26 4 5 3 2
27 4 4 4 2
28 4 4 3 3
29 4 5 5 4
30 4 5 4 2
Mean 4.23 4.37 3.43 2.53

73
Lampiran 14. Daftar hadir uji kesukaan lip balm daun bidara

74
75
Lampiran 15. Analisis statistika uji kesukaan sediaan lip balm daun bidara

Tekstur
One way
Descriptives
Tekstur
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
F0 30 4,03 ,615 ,112 3,80 4,26 2 5
F1 30 3,97 ,809 ,148 3,66 4,27 2 5
F2 30 3,70 ,794 ,145 3,40 4,00 2 5
F3 30 3,33 ,922 ,168 2,99 3,68 2 5
Total 120 3,76 ,830 ,076 3,61 3,91 2 5

ANOVA
Tekstur
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 9,092 3 3,031 4,822 ,003
Within Groups 72,900 116 ,628
Total 81,992 119

Duncan
Subset for alpha = 0,05
Tekstur N
a B
F3 30 3,33
F2 30 3,70 3,70
F1 30 3,97
F0 30 4,03
Sig. ,076 ,127

76
Warna
One way
Descriptives
Warna
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
F0 30 4,07 ,944 ,172 3,71 4,42 1 5
F1 30 4,00 ,743 ,136 3,72 4,28 3 5
F2 30 3,50 ,900 ,164 3,16 3,84 2 5
F3 30 2,67 ,994 ,182 2,30 3,04 1 4
Total 120 3,56 1,052 ,096 3,37 3,75 1 5

ANOVA
Warna
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 37,558 3 12,519 15,444 ,000
Within Groups 94,033 116 ,811
Total 131,592 119

Duncan
Subset for alpha = 0.05
Warna N
a b C
F3 30 2,67
F2 30 3,50
F1 30 4,00
F0 30 4,07
Sig. 1,000 1,000 ,775

77
Aroma
One way

Descriptives
Aroma
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
F1 30 4,07 1,015 ,185 3,69 4,45 2 5
F2 30 3,90 ,923 ,168 3,56 4,24 2 5
F3 30 3,30 ,988 ,180 2,93 3,67 2 5
F4 30 3,03 1,217 ,222 2,58 3,49 1 5
Total 120 3,58 1,113 ,102 3,37 3,78 1 5

ANOVA
Aroma
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 21,492 3 7,164 6,604 ,000
Within Groups 125,833 116 1,085
Total 147,325 119

Duncan
Konsentrasi N Subset for alpha = 0,05
A b
F3 30 3,03
F2 30 3,30
F1 30 3,90
F0 30 4,07
Sig. ,323 ,537

78
Homogenitas
One way

Descriptives
Homogenitas
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
F0 30 4,40 ,563 ,103 4,19 4,61 3 5
F1 30 4,23 ,504 ,092 4,05 4,42 3 5
F2 30 4,00 ,643 ,117 3,76 4,24 3 5
F3 30 4,00 ,371 ,068 3,86 4,14 3 5
Total 120 4,16 ,550 ,050 4,06 4,26 3 5

ANOVA
Homogenitas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,425 3 1,142 4,067 ,009
Within Groups 32,567 116 ,281
Total 35,992 119

Duncan
Subset for alpha = 0,05
Homogenitas N
a b
F2 30 4,00
F3 30 4,00
F1 30 4,23 4,23
F0 30 4,40
Sig. ,110 ,226

79
Kesukaan umum
One way

Descriptives
Kesukaan Umum
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
F0 30 4,23 ,626 ,114 4,00 4,47 3 5
F1 30 4,37 ,556 ,102 4,16 4,57 3 5
F2 30 3,43 ,774 ,141 3,14 3,72 2 5
F3 30 2,53 ,937 ,171 2,18 2,88 1 4
Total 120 3,64 1,035 ,095 3,45 3,83 1 5

ANOVA
Kesukaan Umum
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 64,425 3 21,475 39,437 ,000
Within Groups 63,167 116 ,545
Total 127,592 119

Duncan
Kesukaan Subset for alpha = 0,05
N
Umum a b C
F3 30 2,53
F2 30 3,43
F0 30 4,23
F1 30 4,37
Sig. 1,000 1,000 ,485

80
Lampiran 16. Aktivitas antioksidan sediaan lip balm paling disukai

Absorbansi Persamaan
Konsentrasi Garis
No. Rata-Rata %Inhibisi (SD) IC50
(ppm) Simplo Duplo Regresi
Linear
1 0 0,22 0,22 0,22 0
2 12,5 0,217 0,215 0,216 1,82 ± 0,0014
y= 0,1412
3 25 0,202 0,206 0,204 7,27 ± 0,0028 x + 2,1001
4 50 0,2 0,198 0,199 9,55 ± 0,0014 339,234
5 100 0,177 0,181 0,179 18,64 ± 0,0028 R2 =
0,9924
6 200 0,151 0,152 0,152 31,14 ± 0,0007
7 400 0,096 0,091 0,094 57,50 ± 0,0035

70
Persen Inhibisi (%)

60
50
40
y = 0,1412x + 2,1001
30
R² = 0,9924
20
10
0
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi (ppm)

Contoh Perhitungan:

IC50:

IC50 = 339,234

81
Lampiran 15. Standar Nasional Indonesia 16-4769-1998

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1. Penampakan - Baik, homogen
2. Suhu Lebur ºC 50-70
3. pH 3,8 – 4,7
Sesuai Permenkes
4. Pewarna
No.376/Menkes/Per/VIII/1990
Sesuai Permenkes
5. Pengawet
No.376/Menkes/Per/VIII/1990
6. Cemaran Mikroba
5.1 Angka lempeng total koloni/g Maksimal 102
5.2 Jamur koloni/g Negatif
5.3 Coliform APM/g <3
5.4 Stapylococcus aureus koloni/g Negatif
5.5 Psedomonas-aeruginosa koloni/g Negatif

82

Anda mungkin juga menyukai