Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
TINJAUAN KHUSUS
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Nelayan berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No.74 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang meliputi tentang pengelolaan
sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai diantaranya yaitu perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pemusnahan, pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan, dan pelayanan
farmasiklinik. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penanggung jawab
kefarmasian di puskesmas Nelayan 1 orang Apoteker dan dibantu oleh 1
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang mempunyai STRA (Surat Tanda
Registrasi Apotek) dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) serta sarana dan
prasarana yang baik.
Secara umum kondisi bangunan yang ada di Puskesmas Nelayan dalam
kondisi yang baik dan terawat. Jumlah ruangan yang ada di Puskesmas
Nelayan sudah cukup memadai untuk melakukan pelayanan yang baik untuk
pasien. Fasilitas berupa ruang tunggu juga sudah cukup untuk menampung
pasien yang ada di Puskesmas Nelayan. Namun, ruang konseling belum ada
sekat sehingga konseling dilakukan di ruang penyerahan obat dan kurang
nyaman untuk melakukan konseling karena berada di pintu keluar masuknya
petugas farmasi. Ruangan konseling diperuntukan untuk melakukan kegiatan
konseling yang nyaman dan sesuai dengan standar mutu pelayanan.
Beberapa fasilitas mengalami kerusakan seperti kerusakan refrigator
vaksin. Sehingga disimpan di kulkas vaksin kecil, dengan kapasitas yang
sedikit. Sebagian vaksin disimpan di Puskesmas Pesisir. Dibutuhkan refrigator
vaksin yang baru untuk menampung vaksin dengan jumlah banyak.
A. Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Nelayan
Pelayanan kesehatan di puskesmas mencakup pelayanan
kefarmasian yang menjadi suatu rangkaian pelaksanaan upaya kesehatan
yang akan meningkakan mutu pelayanan kesehatan masyarakat secara
umum. Tujuan dari pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan adalah untuk mencegah, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah terkait obat dan penggunaan obat serta masalah-
masalah yang terkait dengan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian dilakukan karena tuntutan dari masyarakata, sehingga
dilakukan pelayanan kefarmasian yang awalnya drug oriented atau
berorientasi pada produk menjadi patient oriented atau berorientasi pada
pasien dengan landasan pharmaceutical care atau pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas Nelayan mulai
pukul 08.00 sampai 14.00. Pelayanan kefamasian di puskesmas Nelayan
terdiri dari satu orang apoteker sebagai penanggung jawab dan 1 orang
tenaga teknis kefarmasian (TTK). TTK dipuskesmas Namun, pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Nelayan juga dibantu oleh mahasiswa
apoteker yang melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Kegiatan PKPA hanya dilakukan pada periode waktu tertentu.
B. Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas Nelayan
Puskesmas Nelayan menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
yang dijalankan oleh satu orang apoteker sebagai apoteker penanggung
jawab dan dibantu oleh 1 orang Tenaga teknis Kefarmasian (TTK).
Tenaga Farmasi di Puskesmas Nelayan memiliki tugas khusus sebagai
sebagai pusat pengelola obat yaitu melakukan pelayanan farmasi klinik
serta melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan medis habis
pakai.
C. Sarana Pelayanan Farmasi Puskesmas Nelayan
Puskesmas Nelayan memiliki sarana dan prasarana pelayanan obat
yang terdiri dari beberapa ruangan untuk melakukan pelayanan farmasi
yang baik diantaranya:
1. Ruang penerimaan resep
Puskesmas Nelayan memiliki ruang penerimaan resep yang terletak
di bagian paling depan dekat dengan ruang tunggu pasien, sehingga
memudahkan pasien untuk duduk diruang tunggu setelah meletakkan
resep yang diterima dari dokter. Tempat penerimaan resep terdiri
dari meja yang memiliki keranjang untuk meletakan resep.
2. Ruang dispensing
Puskesmas Nelayan memiliki ruang dispensing atau ruang pelayanan
resep dan peracikan yang terdiri dari lemari obat, meja peracikan
obat. Di dalam ruang dispensing juga tesedia peralatan untuk
meracik obat seperti mortar. Terdapat juga buku catatan pelayanan
resep, etiket obat dan alat tulis lainnya.
3. Ruang pelayanan informasi obat dan penyerahan obat
Puskesmas Nelayan memiliki ruang pelayanan informasi obat yang
terdiri dari kursi dan meja untuk apoteker dan pasien (saling
berhadapan) dengan kaca yang memisahkan. Ruang PIO juga
menjadi tempat untuk penyerahan obat resep. Ruangan ini terletak
dibagian paling depan, bersamaan dengan tempat penerimaan resep
dan dekat dengan ruang tunggu pasien, sehingga memudahkan
apoteker yang akan memberikan pelayanan PIO untuk memanggil
pasien.
4. Ruang konseling
Puskesmas Nelayan memiliki ruang konseling namun ruangan
tersebut bergantian dengan promkes.
5. Ruang penyimpanan atau gudang sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP
Kondisi ruang penyimpanan harus selalu diperhatikan kebersihan
dan beberapa aspek lain, untuk menjaga kualitas dan menjamin mutu
produk serta keamanan. Beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam perawatan ruang penyimpanan yaitu kondisi sanitasi,
temperature, ventilasi, dan kelembapan ruangan, ruang
penyimpanan. Ruang penyimpanan perekalan farmasi ini terdiri dari
rak penyimpanan obat yang dilengkapi dengan kartu stok obat,
lemari penyimpanan khusus obat psikotropika, rak untuk alat
kesehatan, dan lain-lain.
6. Ruang Arsip
Puskesmas Nelayan memiliki ruang arsip yang menyatu dengan
gudang obat. Ruang arsip dibutuhkan untuk penyimpanan dokumen
yang berkaitan dengan pengelolaan obat, bahan medik habis pakai,
pelayanan kefarmasian dalam periode tertentu.
D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kegiatan pengelolaan perekalan farmasi yang dilakukan di
Puskesmas Nelayan merupakan salah proses manajerial sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai. Terlaksanannya kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi dengan baik merupakan tugas dan tanggung jawab
apoteker yang ada di Puskesmas Nelayan. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan perbekalan farmasi diantara:
1. Perencanaan perbekalan farmasi
Dalam melakukan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi
di Puskesmas Nelayan apoteker memiliki tanggung jawab untuk
menjalankannya. Ada beberapa pertimbangan dalam melakukan
seleksi perbekalan farmasi untuk memaksimalkan hasil perencanaan
yang didapatkan. Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan
perbekalan sediaan farmasi di puskesmas Nelayan diantaranya pola
penyakit/epidemiologi, pola konsumsi obat pada periode sebelumnya
atau dapat pula mengkombinasikan kedua metode tersebut dan
perencanaan pengembangan. Dalam perencanaan perbekalan
farmasi, ada beberapa acuan untuk melakukan seleksi obat yaitu obat
yang ada dalam formularium Nasional (Fornas) dan Daftar Obat
Essensial Nasional (DOEN), serta formularium puskesmas. Proses
perencanaan obat di puskesmas dilakukan secara berjenjang,
misalnya untuk perencanaan selama satu bulan, sedangkan untuk
perencanaan kebutuhan obat selama satu tahun dilaporkan dalam
Rencana Kebutuhan Obat atau RKO.
Apoteker unit Farmasi membuat rencana kebutuhan obat
(RKO) yang berisi kebutuhan obat untuk 1 tahun ditambah buffer
stock paling tidak 20% dan estimasi lead time selama 3-6 bulan.
Pengelolaan keuangan sumber dana APBD telah ditentukan
seluruhnya oleh pemerintah yang digunakan untuk acuan
pembelanjaan sehingga tidak dapat dialihkan untuk kebutuhan
operasional lainnya. Di samping dana APBD yang diberikan kepada
puskesmas dalam bentuk uang, ada pula yang diberikan dalam
bentuk barang, misal obat-obatan.
Obat-obatan, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang
bersumber dana APBD yang di drop oleh Dinas Kesehatan Kota
Cirebon ke Puskesmas Nelayan akan dicatat sebagai asset,
dipergunakan sebagaimana mestinya dan dilaporkan sebagai asset
bersumber dana APBD.
2. Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Nelayan dapat diajukan kepada UPT Farmasi Kota
Cirebon melalui SIMIF diisi sesuai dengan kebutuhan obat di
Puskesmas Nelayan yang sudah terencana pada RKO dan
menyesuaikan ketentuan yang ada di peraturan perundang-undangan.
Jika Puskesmas membutuhkan obat-obatan diluar pengadaan Dinkes
dan UPT Farmasi, maka dapat melakukan pemesanan ke Pedagang
Besar Farmasi oleh apoteker dengan mengutamakan pembeliaan
melalui e-katalog. Apabila tidak dapat dilakukan pembeliaan melalui
e-katalog dapat dilakukan pembelian langsung kepada PBF, dengan
membandingkan 3 harga dan mencari yang termurah dengan
menggunakan dana JKN.
3. Penerimaan perbekalan farmasi
Proses selanjutnya setelah Puskesmas Nelayan melakukan
pengadaan yaitu kegiatan penerimaan perbekalan farmasi dari UPT
Farmasi Kota Cirebon. Perbekalan farmasi yang diterima harus
sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas dan
diterima langsung oleh apoteker penanggung jawab ruang obat
Puskesmas Nelayan. Selanjutnya apoteker langsung bertanggung
jawab untuk melakukan penyimpanan dan pemindahan serta
pemeliharaan maupun penggunaan perbekalan farmasi dan juga
harus memastikan adanya kelengkapan catatan atau dokumen yang
menyertai obat yang diterima. Apoteker juga harus memastikan
semua barang yang diteria sesuai dengan permintaan, yaitu dengan
memeriksa kartu serah terima barang atau SBBK, jenis, jumlah,
bentuk sediaan, kondisi barang, kadaluarsa dan no batch.
4. Penyimpanan perbekalan farmasi
Dalam rangka menjamin agar obat yang diterima tetap aman
atau tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik dan agar mutunya
tetap terjamin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka
dilakukanlah kegiatan penyimpanan perbekalan sediaan farmasi di
Puskesmas. Puskesmas Nelayan memiliki dua tempat penyimpanan
perbekalan farmasi yaitu di gudang dan di ruang pelayanan obat
sebagai stok harian. Prinsip penyimpanan yang ada di Puskesmas
Nelayan yaitu sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out). Dalam Gudang perbekalan farmasi, obat disusun
berdasarkan bentuk sediaannya, stabilitasnya atau suhu, penandaan
LASA, High Alert, obat dari sumber dana yang berbeda juga
dipisahkan dan secara penyimpanan secara alfabetis. Sedangkan
untuk obat narkotik dan psikotropik dalam lemari terpisah dan
double kunci.
Untuk menjaga suhu dan kelembaban udara, gudang
penyimpanan obat, dilengkapi dengan pendingin ruangan dan
termohigrometer untuk memantau suhu dan kelembaban udara.
Obat-obat dengan kondisi penyimpanan khusus seperti obat yang
harus diletakkan pada suhu sejuk atau beku dapat diletakkan di
dalam lemari pendingin yang juga dilengkapi dengan
termohigrometer. Sebelum obat diserahkan ke loket, obat juga
dipindahkan ke lemari penyimpanan obat lebih kecil yang dekat
dengan loket untuk mempermudah dan mempercepatan pelayanan
resep. Lemari penyimpanan obat ini menyimpan obat yang disusun
berdasarkan bentuk sediaan dan alphabet.
5. Pendistribusian perbekalan farmasi
Kegiatan pengeluaran dan penyerahan perbekalan farmasi
dengan merata serta teratur merupakan proses pendistribusian
perbekalan farmasi. Pendistribusian perbekalan farmasi memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan obat di sub-unit pelayanan
kesehatan serta menjamin sediaan farmasi yang disampaikan ke
puskesmas jaringan terjaga mutunya dan jenisnya serta dapat di
sampaikan tepat jumlah dan tepat waktu. Pendistribusian ini
dilakukan ke beberapa sub-unit puskesmas diantaranya sub unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas, puskesmas
jejaring, puskesmas keliling, posyandu, dan Pustu,. Selain kepada
pasien dan subunit Puskesmas, distribusi sediaan dan perbekalan
farmasi dapat didistribusikan pada masyarakat wilayah tanggung
jawab Puskesmas melalui kegiatan bakti sosial dan pengabdian
masyarakat Puskesmas.
6. Pengendalian perbekalan farmasi
Pengendalian perbekalan farmasi menjadi kegiatan yang
memiliki tujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang ditetapkan.
Kegiatan pengendalian perbekalan farmasi ini mencegah terjadinya
kelebihan atau kekurangan maupun kekosongan obat di Puskesmas
Nelayan. Proses pengendalian ini juga mencakup pengendalian
persediaan dan pengandalian mutu sediaan farmasi yaitu penanganan
terhadap obat yang rusak, obat yang hilang maupun kadaluarsa
melalui stok opname yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.
Stok op name yang dilakukan di Puskesmas Nelayan dilakukan
setiap akhir bulan untuk melakukan pengecekan ketersediaan, dan
mutu obat. Perbekalan farmasi di puskesmas Nelayan dilengkapi
dengan kartu stok untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah obat
yang tersedia.
Kartu barang dipersiapkan untuk setiap obat dan BMHP yang
terdapat di gudang penyimpanan obat. Setiap kali ada barang yang
diambil dari gudang, maka akan dicatat pada kartu barang. Dalam
mencatat keluar masuk barang pada kartu stok, perlu menuliskan
Nama obat dan nomer bets barang. Dengan bantuan kartu stok,
pengendalian keluar masuk barang, kadaluarsa dan kerusakan obat
dapat dikendalikan.
7. Pemusnahan obat dan BMHP
Untuk pemusnahan obat Puskesmas Nelayan melakukan
pemusnahan yang dibantu oleh pihak ketiga. Pemusnahan dilakukan
tiap 1 tahun sekali bersamaan dengan sampah medis yang ada di
puskesmas. Untuk jumlah pemusnahannya tidak bisa dipastikan.
Untuk obat yang kadaluarsa/rusak atau hilangakan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan.
8. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan perbekalan farmasi
Rangkaian kegiatan dalam melakukan tatalaksana perbekalan
farmasiecara tertib, dan terkontrol baik obat, alkes dan bahan medis
habis pakai. Pencatatan dan pelaporan pada Puskesmas menjadi
penting karena merupakan bahan untuk monitoring dan evaluasi
pada kinerja Puskesmas. Ada beberapa laporan yang harus dibuat
oleh apoteker penanggung jawab ruang farmasi di Puskesmas
Nelayan diantaranya LPLPO, pelaporan penggunaan obat generik,
pelaporan 40 indikator, Laporan POR, laporan SIPNAP, laporan
PIO, dan laporan konseling, serta pencatatan dan pengarsipan
program-program kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
Nelayan seperti program Prolanis, TB MDR.
9. Pemantauan dan evaluasi perbekalan farmasi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi pebekalan farmasi di
puskesmas Nelayan dilakukan dalam periode waktu tertentu untuk
mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan pengelolaan
perbekalan farmasi sehingga dapat dijaga kualitas dan pemerataan
pelayanan. Selain itu evaluasi perlu dilakukan untuk melakukan
perbaikan terhadap pengelolaan perbekalan farmasi dan memberikan
penilaian terhadap kinerja pengelolaan. Metode evaluasi yang
dilakukan di puskesmas Nelayan melalui penilaian POR, semakin
besar nilai persentase POR makan akan semakin rasional.
Di Puskesmas Nelayan sendiri, untuk kegiatan Monitoring dan
Evaluasi (monev) dilakukan oleh Tim Mutu Puskesmas. Tim ini
bertanggung jawab dalam melakukan survey dan inspeksi diri di
lingkungan Puskesmas. Setiap temuan kesalahan akan dicari akar
masalahnya. Kemudian temuan masalah tersebut akan dicari
penyelesaian dan pencegahannya.
E. Pelayanan Farmasi Klinik
Kegiatan pelayanan farmasi klinik di berbagai tempat pelayanan
kesehatan dan Puskesmas Nelayan merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang secara langsung bertanggung jawab kepada pasien.
Ada beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Nelayan,
diantaranya pengkajian resep dan penyerahan obat, konseling, pelayanan
informasi obat, dan evaluasi penggunaan obat.
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian resep dilakukan pada setiap resep yang masuk ke
instalasi farmasi Puskesmas Nelayan tujuannya untuk mencegah
terjadinya kesalahan penulisan maupun masalah lain terkait obat.
Apabila ditemukan masalah terkait penulisan resep maka harus
dilakukan konfirmasi atau konsultasi kepada dokter yang menuliskan
resep tersebut. Resep yang ada di Puskesmas Nelayan yaitu resep
manual.resep manual yaitu resep yang ditulis langsung oleh dokter
dan dibawa oleh pasien ke loket pelayanan resep di ruang farmasi.
Selanjutnya setelah melakukan pengkajian resep yang dilakukan oleh
apoteker, TTK (Tenaga Teknik Kefarmasian) akan melakukan
dispensing. Proses dispensing yaitu menyiapkan obat sesuai dengan
permintaan resep, dan memberi etiket pada obat. Puskesmas Nelayan
memiliki beberapa jenis etiket untuk memberikan petunjuk
penggunaan obat pada pasien yaitu etiket antibiotik, etiket obat luar,
etiket sirup, dan lain-lain. Obat-obatan yang memerlukan peracikan
khusus harus dilakukan oleh apoteker/TTK salah satunya meracik
puyer. Setelah obat selesai disiapkan, obat dan resep dimasukan
kedalam keranjang untuk pelayanan informasi obat dan penyerahan
obat. Obat langsung diserahkan oleh apoteker.
2. Pelayanan PIO
Pelayanan PIO (Pemberian Infomasi Obat) di Puskesmas
Nelayan dilakukan langsung oleh apoteker dibantu oleh TTK yang
sedang bertugas. Kegiatan pelayanan informasi obat di Pusksmas
Nelayan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker kepada
dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien secara akurat,
jelas dan terkini. informasi yang diberikan terkait cara penggunaan
obat, dosis obat, dan informasi penting lain terkait obat yang akan
digunakan oleh pasien secara langsung dan tidak langsung. Pada saat
melakukan pelayanan informasi obat apoteker dituntut untuk mampu
menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain dan
masyarakat umum terkait informasi obat. Alur pelayanan pemberian
informasi obat ini yaitu dengan memanggil pasien sesuai urutan, lalu
mengkonfirmasi kembali nama pasien, umur dan alamat, tujuannya
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat karena banyak pasien
yang memiliki kesamaan nama. Dokumentasi dilakukan pada buku
khusus yang dibuat pertanggal untuk mengetahui jumlah pasien yang
datang untuk menerima obat. Pasien diberikan informasi terkait
nama obat, cara penggunaan obat, cara penyimpanan obat, dan efek
samping yang mungkin muncul setelah mengkonsumsi obat-obatan,
serta memberikan intruksi untuk menghabiskan obat (untuk
antibiotik) atau memberhentikan penggunaan obat untuk penyakit-
penyakit simptomatik. Resep yang sudah diberikan obatnya oleh
pasien dikumpulkan dalam satu tanggal, dan digunakan untuk
dokumentasi pengeluaran obat atau penggunaan instalasi farmasi
puskesmas Nelayan.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan
obat pada pasien serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai
obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-
ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai
obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi di puskesmas Nelayan, karena keterbatasan jumlah
personel Apoteker, maka konseling diutamakan kepada pasien
yang menderita penyakit hipertensi, diabetes dan kompleksitas
penggunaan obat. Konseling sebenarnya dapat dilakukan pada
setiap pasien yang bingung atau masih belum memahami terapi
atau obat-obat yang di dapat, selama pasien setuju dan tidak
keberatan dilakukan konseling.
4. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan evaluasi penggunaan obat dilakukan untuk
mengevaluasi penggunaan obat pada pasien. Kegiatan ini dilakukan
secaa terstruktur dan berkesinambungan dalam rangka menjamin
bahwa obat yang digunkan telah sesuai indikasi, serta terjangkau
atau rasional bagi pasien. Puskesmas Nelayan melakukan kegiatan
EPO pada kelompok pasien diare non-spesifik, pasien ISPA non -
pneumonia. Kegiatan EPO yang dilakukan Puskesmas Nelayan
meliputi evaluasi terhadap ketepatan penggunaan obat untuk
menangani penyakit tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Puskesmas Nelayan memiliki stuktur organisasi sesuai standar
Peraturan Menteri Kesehatan yaitu salah satu syaratnya memiliki kepala
Puskesmas. Pelayanan Farmasi di Puskesmas Nelayan telah memenuhi
standar pelayanan kefarmasian, diantaranya pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai. Pada umumnya Sarana prasarana di Puskesmas Nelayan
dalam kondisi yang baik dan terawat, namun ada beberapa bagian yang harus
perbaikan dan penambahan fasilitas tertentu yang ada di puskesmas.
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Nelayan memiliki prosedur yang
teratur dan terstruktur yaitu dimulai dari pemuatan resep, lalu obat yang
langsung disiapkan oleh instalasi farmasi, dan diserahkan langsung kepada
pasien oleh apoteker sekaligus melakukan PIO (Pemberian Informasi Obat)
kepada pasien. Kegiatan mahasiswa selama praktik kerja profesi apoteker di
puskesmas Nelayan yaitu melakukan PIO, stok of name obat di Gudang
farmasi, dispensing obat dan meracik obat, menulis etiket, mengisi stok obat
di ruang instalasi farmasi, mendokumentasi resep kedalam buku untuk data
LPLPO, menghitung jumlah dan ketersediaan obat.
5.2 Saran
1. Peningkatan sarana prasarana diperlukan untuk meningkatan pelayanan
kesehatan di Puskesmas Nelayan, terutama ruang konseling diperuntukan
untuk kegiatan konseling agar pasien merasa lebih nyaman dan tertutup
untuk menjaga kerahasiaan pasien, pada saat melakukan konseling.
2. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat tenaga
profesi pelayanan kesehatan pun harus ditingkatkan, salah satunya dengan
menambah tenaga farmasi, seperti Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) agar
pelayanan pasien lebih optimal.
3. Adanya/tersedianya ruangan khusus untuk obat rusak atau ED di
puskesmas untuk mengurangi terjadi kesalahan dalam pengambilan
obat/cemaran silang yang ada di gudang obat.