Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran
penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sebagaimana
tercantum dalam undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Banyak cara
yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut diantaranya dengan
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut tidak
terlepas dari sumber daya manusia di bidang kesehatan diantaranya adalah
tenaga kefarmasian. Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian
mempunyai peran besar dilingkungan dinas kesehatan terutama di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota dan Pusat Kesehatan Masyarakat.
Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 tentang pekerjan kefarmasian
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian. Di
era Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian), perubahan pelayanan dari
paradigma lama yaitu drug oriented (menekankan pada pelayanan yang hanya
berorientasi pada pengelolaan obat sebagai komoditi semata) ke paradigma
baru patient oriented (pelayanan yang komprehensif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup pasien) menunjukkan bahwa apoteker sangat
dibutuhkan dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Selain melakukan
pekerjaan kefarmasian, Apoteker juga dapat berperan dalam bidang
pemerintahan sebagai penyusun kebijakan di bidang kefarmasian, perijinan,
pengawasan, dan pengendalian sarana kefarmasian.
Program Pendidikan Apoteker Universitas YPIB Majalengka bekerja
sama dengan Puskesmas Nelayan kota Cirebon untuk memberikan
kesempatan bagi calon apoteker untuk memberikan pengalaman kerja dan
memperluas pengetahuan tentang puskesmas melalui program Praktek Kerja
Profesi Apoteker. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada calon
apoteker untuk memperoleh wawasan, pengalaman yang bermanfaat, dan
wawasan yang luas mengenai peran apoteker di puskesmas.

1.1 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di
Puskesmas Nelayan kota Cirebon yaitu agar mahasiswa mengetahui
fungsi, peran dan tugas seorang apoteker di puskesmas. Serta
mempersiapkan calon apoteker untuk menjalani menghadapi tantangan
di bidang farmasi dimasa mendatang.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mendidik dan melatih mahasiswa calon apoteker agar lebih
kompeten dalam melaksanakan tugas kefarmasian di puskesmas.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa
calon apoteker dalam menjalankan profesinya dengan penuh
amanah di puskesmas.
c. Memberikan pembelajaran kepada mahasiswa bagaimana cara
menjalin kerjasama dan komunikasi antar tenaga kesehatan di
puskesmas.
1.1.3 Lokasi dan Waktu
Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 10
Januari 2023 sampai dengan 25 Januari 2023 di UPT Puskesmas
Nelayan Jl. Kapten Samadikun No.2B, Kebon Baru, Kec. Kejaksan,
Kota Cirebon, Jawa Barat 4512.
BAB II

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Pengertian Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut dengan Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan prventif di wilayah kerjanya.
(PERMENKES RI No. 43 Tahun 2019).

2.2 Tujuan Puskesmas


Puskesmas sebagai organisasi atau lembaga milik Pemerintah berperan
sebagai ujung tombak terdepan dalam melaksanakan pembangunan dibidang
kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas harus menerapkan
fungsi manajemen dengan sebaik-baiknya, karena dalam organisasi
Puskesmas terdapat sumber-sumber daya, program, sarana dan prasarana
yang sangat kompleks, yang mana bila tidak menjalankan manajemen dengan
baik akan timbul banyak permasalahan-permasalahan yang akan mengganggu
proses dalam mencapai tujuan. Proses pencapaian tujuan yang diinginkan
Puskesmas harus melalui Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan
Penilaian (evaluasi) dengan demikian suatu organisasi akan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.

2.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya masyarakat sehat.
Dalam melaksanakan tugas, puskesmas menyelenggarakan fungsi sebagai :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsinya, puskesmas berwenang untuk :
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.

2.4 Sumber Daya Manusia di Puskesmas


Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas:
1. Dokter dan/atau dokter layanan primer (dokter gigi)
2. Tenaga kesehatan lainnya seperti :
a) perawat
b) bidan
c) tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku
d) tenaga sanitasi lingkungan
e) nutrisionis
f) tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian
g) ahli teknologi laboratorium medik
3. Tenaga non kesehatan
Sedangkan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud harus
dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
Setiap dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan
Tenaga Kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan di
Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standarprofesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, dan etika profesi. Selain harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, dan etika profesi setiap dokter dan/atau dokter
layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lain harus
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja.
Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lain harus memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga
Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan
rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta
memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan
jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima
puluh) pasien perhari.
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat
izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2.5 Organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kepala Puskesmas merupakan penanggung
jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas, pembinaan
kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan
bangunan, prasarana, dan peralatan.
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala Tata Usaha
3. Penanggung jawab.
Penanggumg jawab yang dimaksud terdiri dari :
a) Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat;
b) Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium;
c) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas;
d) Penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan puskesmas;
dan
e) Penanggung jawab mutu.

2.6 Sarana Prasarana Kesehatan


Pelayanan di puskesmas Nelayan meliputi pelayanan Pendaftaran, BP
Anak, BP Dewasa, BP Gigi, BP KIA dan KB, Laboratorium, serta Farmasi
yang berada di lantai satu sedangkan lantai dua digunakan untuk ruang
Kepala Puskesmas, ruang Kepala Sub Bag Tata Usaha, ruang Staf, dan ruang
pertemuan. Puskesmas Nelayan telah cukup memiliki peralatan medis yang
memadai. Peralatan medis tersebut digunakan untuk pelayanan kepada pasien
meliputi Poliklinik Set, PHN Kit, Dental Unit, Laboratorium Sederhana dan
lain-lain.
Untuk memperlancar pelayanan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Puskesmas terutama kegiatan yang di laksanakan di luar gedung, Puskesmas
Nelayan memiliki kendaraan dinas berupa sepeda motor sebanyak 7 unit dan
mobil puskesmas keliling sebanyak 1 unit, tapi dalam keadaan rusak.
Kendaraan tersebut digunakan sebagai sarana transportasi kedinasan terutama
untuk pelayanan Posyandu, Posbindu, Pembinaan rumah sehat, penjaringan
anak sekolah dan untuk pelaksanaan rujukan ke rumah sakit serta kegiatan
operasional kedinasan lainnya.

2.7 Visi, Misi, Motto


2.7.1 Visi
‘’Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu menuju
Puskesmas Nelayan yang Aspiratif, Maju, Adil, dan Nyaman
(AMAN).’’
2.7.2 Misi
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan Prima.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
3. Melaksanakan program kesehatan wajib dan program kesehatan
pengembangan secara terpadu dan berkesinambungan yang
berorientasi pada kepuasan masyarakat.
2.7.3 Moto
Puskesmas Nelayan Bersinar
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

Berdasarkan pada Permenkes nomor 74 ahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, yang meliputi pengelolaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan famasi klinik.
3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar perlu dilaksanakan secara
efektif dan efisien sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan baik dari
segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran Pelayanan
Kesehatan Dasar. Obat yang diadakan harus dijamin keamanan, mutu maupun
khasiat dan keabsahannya serta telah mempunyai Ijin Edar atau Nomor
Register.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
Nelayan Kota Cirebon meliputi :
3.1.1 Perencanaan Kebutuhan
Proses perencanaan kebutuhan di UPT Puskesmas Nelayan
menggunakan metode konsumsi. Kegiatan perencanaan meliputi
seleksi obat serta bahan medis habis pakai dipergunakaan untuk
menentukan jumlah dan kebutuhan yang diperlukan selama kurun
waktu 1 (satu) tahun ke depan. Dalam merencanakan kebutuhan obat
dan bahan medis habis pakai Puskesmas Nelayan mengacu pada
FORNAS dan DOEN terbaru.
Penentuan RKO (Rencana Kebutuhan Obat) disesuaikan
berdasarkan penggunaan obat periode lalu (selama 1 tahun) yang
datanya dapat dilihat berdasarkan rekapan data LPLPO. Data RKO
ataupun LPLPO, keduanya dilaporkan ke UPT FARMASI dengan
menggunakan aplikasi SIMIF. Dilakukan juga perencanaan dengan
menggunakan dana JKN yang telah tersedia untuk tiap puskesmas.
Pembagian dana JKN sendiri diatur berdasarkan dana kapitasi masing-
masing puskesmas. Sistim perencanaan di Puskesmas Nelayan sudah
memenuhi ketentuan pada PMK No. 74 tahun2016, dimana penentuan
jumlah ditentukan berdasarkan metode konsumsi dengan proses yang
berjenjang (bottom up) ke UPT Farmasi.
3.1.2 Pengadaan
Pelayanan kefarmasian di puskesmas Nelayan dilakukan oleh
apoteker dan asisten apoteker. Permintaan obat dilaksanakan oleh
Puskesmas Nelayan ke UPT Farmasi. Proses pengadaan dilakukan
dengan melakukan pemesanan obat ke gudang farmasi dengan
menyerahkan LPLPO yang ditujukan kepada UPT Farmasi. Proses
pengadaan dilakukan sesuai dengan jumlah yang diminta oleh
LPLPO. Selanjutnya UPT Farmasi Kota Cirebon akan memenuhi
permintaan obat yang diminta dengan menyertakan SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar) sebagai tanda adanya barang yang keluar dari
gudang. Pihak puskesmas akan datang untuk melakukan pengambilan
dan pengecekan barang yang akan diterima, apakah sudah sesuai
antara SBBK dengan obat yang sudah disiapkan pihak UPT Farmasi.
Pengadaan produk farmasi atau BMHP yang menggunakan dana JKN
dapat dilakukan melalui e-purchasing yang harganya dapat dilihat
terlebih dahulu pada e-katalog.
3.1.3 Penerimaan
Setelah obat sampai ke puskesmas melalui pengiriman dari UPT
Farmasi, apoteker akan melakukan pengecekan kembali terkait
kesesuaian produk yang datang dengan surat tanda terima yang ada.
Obat-obat yang diterima dibuat berita acara tanda penerimaan dan
pemeriksaan obat yang berisi nama barang, jumlah, kekuatan sediaan,
bentuk/fisik, masa kadaluarsa dan nomor bets. Kemudian dicocokkan
dengan SBBK dan dibuat laporan penerimaan oleh puskesmas. Produk
yang dipesan menggunakan dana JKN alurnya berbeda dengan yang
biasanya. Produk farmasi atau BMHP akan datang langsung dari PBF
ke puskesmas tanpa melalui perantara UPT Farmasi (biasanya
sebelum datang akan melakukan konfirmasi melalui pesan elektronik
atau telepon dengan pihak puskesmas). Pengecekan terkait produk
yang datang dilakukan sama seperti alur biasanya.
3.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP di gudang puskesmas
Nelayan, diletakkan dalam rak/palet dan dipisahkan berdasarkan jenis
sediaan dan sumber dananya (APBD melalui Dinas Kesehatan Kota
Cirebon dan pembelian mandiri menggunakan dana JKN). Pengurutan
penyimpanan sediaan berdasarkan urutan alpabet sehingga mudah
dicari. Selain berdasarkan urutan alpabet, barang akan disusun
berdasarkan tanggal kadaluarsa atau waktu barang masuk
(menggunakan prinsip First In First Out serta First Expired First
Out). Penyimpanan obat di UPT Puskesmas Nelayan terbagi menjadi
2 tempat, yaitu penyimpanan dalam loket dan penyimpanan dalam
gudang obat. Pada setiap palet juga diletakkan kartu stok yang diisi
ketika ada barang masuk dan keluar (terdapat juga buku besar yang
berisi pengeluaran dan pemasukkan produk setiap harinya dari gudang
farmasi). Penyimpanannya dipisahkan dengan obat – obat yang sudah
kadaluarsa maupun rusak. Untuk obat kadaluarsa maupun rusak diberi
tanda khusus agar tidak salah dalm pengambilan obat. Sedangkan
untuk obat yang ada di loket, produk disimpan dalam rak yang
dilengkapi dengan keranjang untuk penyimpanan tiap item obat. Obat
slow moving dan fast moving di simpan di rak terpisah. Untuk obat
LASA diberi tanda khusus di bagian keranjang agar kita berhati-hati
dalam pengambilannya. Ruangan dilengkapi dengan pendingin udara
atau Air Conditioner (AC) dan alat pengukur suhu.
Terdapat lemari kecil untuk penyimpanan narkotika dan
psikotropika dengan sistem double door dan double lock, tertanam
pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan untuk menjamin
keamanan sesuai dengan ketentuan pada PMK no. 3 tahun 2015
tentang peredaran, pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika
dan prekusor. Terdapat lemari pendingin atau medical refrigerator
untuk menyimpan obat-obatan gigi, suppositoria dan sediaan lain yang
perlu disimpan pada suhu 20C – 80C. Penyimpanan vaksin tidak di
dalam gudang farmasi puskesmas Nelayan, tapi disimpan di ruangan
tersendiri di dalam cooler freezer dengan suhu 20c – 8oc untuk
menjaga agar vaksin tidak rusak. Sistem penyimpanan di puskesmas
Nelayan sudah memenuhi ketentuan PMK No 74 tahun 2016.
3.1.5 Pendistribusian
Distribusi di UPT Puskesmas Nelayan menggunakan system
satu pintu, sehingga semua sediaan farmasi dan BMHP yang
dibutuhkan oleh bagian-bagian di puskesmas mengajukan permintaan
terlebih dahulu ke farmasi untuk mendapatkan obat maupun BMHP.
Distribusi dilakukan dari gudang obat ke ruangan obat/ loket obat
untuk melayani resep dari ruangan pemeriksaan umum, gigi, KIA,
anak, laboratorium, TB DOTS, posyandu serta puskesmas keliling.
Kegiatan distribusi ini sudah sesuai dengan PMK No. 74 tahun 2016.
3.1.6 Pengendalian
Proses pengendalian untuk sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai di UPT Puskesmas Nelayan dilakukan dengan cara
pencatatan di kartu stok baik di gudang maupun di loket farmasi.
Pemisahan obat rusak/kadaluarsa, stok opname (dilakukan setiap hari
untuk loket dan setiap bulan untuk gudang obat). Pengendalian
sediaan farmasi terdiri pengendalian persediaan, pengendalian
penggunaan dan penanganan sediaan farmasi hilang/rusak/kadaluarsa.
Apabila terdapat ketidak sesuaian jumlah sisa stok, maka dilakukan
penelusuran sumber kesalahan. Sistem pengendalian yang dilakukan
di puskesmas Nelayan telah mampu mencapai tujuan kegiatan
pengendalian menurut PMK No. 74 tahun 2016, yaitu mencegah
terjadinya kelebihan dan kekosongan sediaan farmasi dan BMHP.
3.1.7 Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Pencatatan penggunaan sediaan obat dan bahan medis habis
pakai di UPT Puskesmas Nelayan dilakukan secara manual setiap hari
dan setiap bulan meliputi :
a. Kartu Stok Obat
Merupakan dokumen pencatatan persediaan obat yang diletakkan
di tempat penyimpanan obat.
b. Kartu Stok Loket Obat
Catatan ini digunakan oleh loket obat untuk mencatat jumlah
penerimaan resep harian untuk masing-masing produk yang
tertera pada loket obat.
c. Buku Mutasi Harian
Pengambilan obat dari gudang, digunakan untuk di bagian depan
(dispensing). Berisi nama obat yang diambil, jumlah dan paraf
yang mengambil obat. Dicatat setiap hari.
d. Laporan Penggunaan Narkotik dan Psikotropik
Laporan yang digunakan untuk mencatat penggunaan obat
narkotik dan psikotropik puskesmas Nelayan dilakukan dalam
satu bulan, kemudian diserahkan kepada Dinas Kesehatan kota
Cirebon untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam SIPNAP secara
online (setiap puskesmas akan lebih dabhulu mengumpulkan di
Dinkes Kota Cirebon)
e. Pelaporan Form Pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin
Indikator
Di dalam form pemantauan ketersediaan obat dan vaksin indicator
terdapat 20 jenis item obat dan vaksin dilaporkan ketersediaan
dan jumlahnya setiap bulan sekali ke UPT Farmasi.
Pelaporan lain yang dilakukan puskesmas antara lain :
 Pelaporan terkait indikator peresepan di puskesmas (prosentase
penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia, prosentase
penggunaan antibioti pada diare non spesifik). Dilaporkan
setiap bulan.
 Laporan penerimaan obat di puskesmas Nelayan dilaporkan
tiap bulan
 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
UPT Puskesmas Nelayan direkapitulasi dari penggunaan
harian di puskesmas.
 Rencana Kebutuhan Obat (RKO), dilaporkan setiap tahun
 Laporan yang telah selesai dibuat akan ditandatangani oleh
petugas pembuat laporan dan diketahui oleh kepala puskesmas.
Laporan yang telah ditandatangani akan dikirim ke UPT
Farmasi dan sebagai arsip.
3.1.8 Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dilakukan untuk resep dan sediaan farmasi atau
bahan medis habis pakai yang telah kadaluarsa atau rusak mutunya.
Pemusnahan resep dilakukan setiap 5 tahun sekali (kecuali resep
narkoba dan psikotropika). Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai, yaitu :
a. Membuat daftar sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang akan dimusnahkan
b. Menyiapkan berita acara pemusnahan
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan, dilakukan sesuai jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku dan jumlah obat yang akan
dimusnahkan.
f. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga yang bekerjasama
dengan puskesmas Nelayan. Penarikan sediaan farmasi dan
BMHP di puskesmas Nelayan dilakukan apabila ada perintah
penarikan produk baik dari industri atau dari BPOM
g. Penarikan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas Nelayan
dilakukan apabila ada perintah penarikan produk baik dari
industri produsen ato dari BPOM. Produk yang diperintahkan
untuk ditarik akan ditelusuri distribusinya sesuai dengan data
pendistribusian produk pada kartu stok (penelusuran nomor batch
produk). Produk recall yang telah didistribusikan ke bagian
puskesmas lain akan dikumpulkan kembali ke ruang farmasi
untuk dikirim ke UPT Farmasi. Pihak UPT Farmasi yang akan
mengirimkan kembali ke PBF. Kegiatan penarikan ini telah sesuai
dengan ketentuan pada PMK No. 74 tahun 2016.
3.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan kesehatan di Puskesmas Nelayan terdiri dari layanan balai
pengobatan umum, layanan Kesehatan ibu dan anak, pengobatan gigi,
laboratorium dan farmasi. Berdasarkan pada Permenkes no. 74 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi
klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi : pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, evaluasi penggunaan obat (EPO),
Pengkajian resep dan Penyerahan obat.
Alur pelayanan Kesehatan di puskesmas Nelayan :
1. Pendaftaran pasien sesuai dengan poli yang dibutuhkan. Pendaftaran
dapat dilakukan melalui jalur umum dan jalur BPJS.
2. Pasien berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan resep.
3. Resep masuk loket farmasi dan selanjutnya dilakukan pengkajian,
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi (pasien umum atau BPJS,
nama, umur dan berat badan untuk pasien anak, nama dan paraf dokter,
tanggal resep dan ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik (bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan kesediaan,
aturan dan cara penggunaan, inkompatibilitas obat/ketidakcampuran
obat) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat, duplikasi obt, alergi, interaksi dan efek samping obat
serta kontra indikasi).
4. Menyiapkan obat dan diberi etiket
Etiket putih, untuk obat dalam yaitu obat yang masuk ke dalam tubuh
melalui kerongkongan. Etiket biru, untuk obat luar yaitu obat yang
digunakan diluar tubuh seperti salep, krim, suppositoria, inhaler, obat
kumur.
Penyerahan obat (double check ketersesuaian antara pasien dengan obat
yang akan diberikan untuk mencegah kesalahan pemberian obat.
3.2.1 Pelayanan Informasi Obat
Pemberian obat oleh tenaga kefarmasian (apoteker) kepada
pasien disertai juga dengan pemberian informasi obat yang meliputi :
nama obat dan kandungannya, jumlah obat yang diberikan, aturan dan
cara penggunaan, cara penyimpanan, indikasi obat, efek samping dan
kontra indikasi. PIO juga merupakan bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan lain, rekan sejawat secara akurat, jelas dan terkini.
3.2.2 Konseling
Konseling berbeda dengan PIO. Bagian isi dari konseling lebih
lengkap dengan penambahan informasi terkait aspek non farmakologi
dan diskusi secara dua arah. Tujuan pemberian konseling kepada
pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk
memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada 3
pertanyaan utama (Three Prime Question) yang dapat digunakan oleh
apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya.
Pertanyaannya adalah sebagai berikut :
1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat yang diresepkan ?
2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat
ini?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini
Biasanya pasien yang menerima konseling adalah pasien dengan
kriteria seperti :
a. Pasien dengan penyakit kronis (hipertensi, DM dan kolesterol)
b. Pasien dengan obat yang berindeks terapik sempit, poli farmasi,
pasien geriatric, pasien pediatrik
c. Pasien yang menerima obat dengan cara penggunaan khusus.
d. Pasien yang menerima obat dengan efek samping tertentu (dapat
menimbulkan efek ketergantungan)
e. Pasien yang punya riwayat ketidak patuhan minum obat.
Konseling di puskesmas Nelayan dilakukan jika ada pasien TB
baru dan tidak dilakukan untuk pasien yang lain. Yang sering
dilakukan adalah PIO (Pelayanan Informasi Obat).
3.2.3 Evaluasi Penggunaan Obat
Penggunaan yang di evaluasi oleh puskesmas Nelayan adalah
antibiotik pada ISPA non pneumonia dan antibiotik pada diare non
spesifik. Evaluasi penggunaan obat dilaporkan setiap bulan ke Dinas
Kesehatan Kota dalam bentuk laporan penggunaan obat rasional
(POR).
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Nelayan berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No.74 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang meliputi tentang pengelolaan
sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai diantaranya yaitu perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pemusnahan, pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan, dan pelayanan
farmasiklinik. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penanggung jawab
kefarmasian di puskesmas Nelayan 1 orang Apoteker dan dibantu oleh 1
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang mempunyai STRA (Surat Tanda
Registrasi Apotek) dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) serta sarana dan
prasarana yang baik.
Secara umum kondisi bangunan yang ada di Puskesmas Nelayan dalam
kondisi yang baik dan terawat. Jumlah ruangan yang ada di Puskesmas
Nelayan sudah cukup memadai untuk melakukan pelayanan yang baik untuk
pasien. Fasilitas berupa ruang tunggu juga sudah cukup untuk menampung
pasien yang ada di Puskesmas Nelayan. Namun, ruang konseling belum ada
sekat sehingga konseling dilakukan di ruang penyerahan obat dan kurang
nyaman untuk melakukan konseling karena berada di pintu keluar masuknya
petugas farmasi. Ruangan konseling diperuntukan untuk melakukan kegiatan
konseling yang nyaman dan sesuai dengan standar mutu pelayanan.
Beberapa fasilitas mengalami kerusakan seperti kerusakan refrigator
vaksin. Sehingga disimpan di kulkas vaksin kecil, dengan kapasitas yang
sedikit. Sebagian vaksin disimpan di Puskesmas Pesisir. Dibutuhkan refrigator
vaksin yang baru untuk menampung vaksin dengan jumlah banyak.
A. Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Nelayan
Pelayanan kesehatan di puskesmas mencakup pelayanan
kefarmasian yang menjadi suatu rangkaian pelaksanaan upaya kesehatan
yang akan meningkakan mutu pelayanan kesehatan masyarakat secara
umum. Tujuan dari pelayanan kefarmasian dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan adalah untuk mencegah, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah terkait obat dan penggunaan obat serta masalah-
masalah yang terkait dengan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian dilakukan karena tuntutan dari masyarakata, sehingga
dilakukan pelayanan kefarmasian yang awalnya drug oriented atau
berorientasi pada produk menjadi patient oriented atau berorientasi pada
pasien dengan landasan pharmaceutical care atau pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas Nelayan mulai
pukul 08.00 sampai 14.00. Pelayanan kefamasian di puskesmas Nelayan
terdiri dari satu orang apoteker sebagai penanggung jawab dan 1 orang
tenaga teknis kefarmasian (TTK). TTK dipuskesmas Namun, pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Nelayan juga dibantu oleh mahasiswa
apoteker yang melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Kegiatan PKPA hanya dilakukan pada periode waktu tertentu.
B. Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas Nelayan
Puskesmas Nelayan menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
yang dijalankan oleh satu orang apoteker sebagai apoteker penanggung
jawab dan dibantu oleh 1 orang Tenaga teknis Kefarmasian (TTK).
Tenaga Farmasi di Puskesmas Nelayan memiliki tugas khusus sebagai
sebagai pusat pengelola obat yaitu melakukan pelayanan farmasi klinik
serta melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan medis habis
pakai.
C. Sarana Pelayanan Farmasi Puskesmas Nelayan
Puskesmas Nelayan memiliki sarana dan prasarana pelayanan obat
yang terdiri dari beberapa ruangan untuk melakukan pelayanan farmasi
yang baik diantaranya:
1. Ruang penerimaan resep
Puskesmas Nelayan memiliki ruang penerimaan resep yang terletak
di bagian paling depan dekat dengan ruang tunggu pasien, sehingga
memudahkan pasien untuk duduk diruang tunggu setelah meletakkan
resep yang diterima dari dokter. Tempat penerimaan resep terdiri
dari meja yang memiliki keranjang untuk meletakan resep.
2. Ruang dispensing
Puskesmas Nelayan memiliki ruang dispensing atau ruang pelayanan
resep dan peracikan yang terdiri dari lemari obat, meja peracikan
obat. Di dalam ruang dispensing juga tesedia peralatan untuk
meracik obat seperti mortar. Terdapat juga buku catatan pelayanan
resep, etiket obat dan alat tulis lainnya.
3. Ruang pelayanan informasi obat dan penyerahan obat
Puskesmas Nelayan memiliki ruang pelayanan informasi obat yang
terdiri dari kursi dan meja untuk apoteker dan pasien (saling
berhadapan) dengan kaca yang memisahkan. Ruang PIO juga
menjadi tempat untuk penyerahan obat resep. Ruangan ini terletak
dibagian paling depan, bersamaan dengan tempat penerimaan resep
dan dekat dengan ruang tunggu pasien, sehingga memudahkan
apoteker yang akan memberikan pelayanan PIO untuk memanggil
pasien.
4. Ruang konseling
Puskesmas Nelayan memiliki ruang konseling namun ruangan
tersebut bergantian dengan promkes.
5. Ruang penyimpanan atau gudang sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP
Kondisi ruang penyimpanan harus selalu diperhatikan kebersihan
dan beberapa aspek lain, untuk menjaga kualitas dan menjamin mutu
produk serta keamanan. Beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam perawatan ruang penyimpanan yaitu kondisi sanitasi,
temperature, ventilasi, dan kelembapan ruangan, ruang
penyimpanan. Ruang penyimpanan perekalan farmasi ini terdiri dari
rak penyimpanan obat yang dilengkapi dengan kartu stok obat,
lemari penyimpanan khusus obat psikotropika, rak untuk alat
kesehatan, dan lain-lain.
6. Ruang Arsip
Puskesmas Nelayan memiliki ruang arsip yang menyatu dengan
gudang obat. Ruang arsip dibutuhkan untuk penyimpanan dokumen
yang berkaitan dengan pengelolaan obat, bahan medik habis pakai,
pelayanan kefarmasian dalam periode tertentu.
D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kegiatan pengelolaan perekalan farmasi yang dilakukan di
Puskesmas Nelayan merupakan salah proses manajerial sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai. Terlaksanannya kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi dengan baik merupakan tugas dan tanggung jawab
apoteker yang ada di Puskesmas Nelayan. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan perbekalan farmasi diantara:
1. Perencanaan perbekalan farmasi
Dalam melakukan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi
di Puskesmas Nelayan apoteker memiliki tanggung jawab untuk
menjalankannya. Ada beberapa pertimbangan dalam melakukan
seleksi perbekalan farmasi untuk memaksimalkan hasil perencanaan
yang didapatkan. Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan
perbekalan sediaan farmasi di puskesmas Nelayan diantaranya pola
penyakit/epidemiologi, pola konsumsi obat pada periode sebelumnya
atau dapat pula mengkombinasikan kedua metode tersebut dan
perencanaan pengembangan. Dalam perencanaan perbekalan
farmasi, ada beberapa acuan untuk melakukan seleksi obat yaitu obat
yang ada dalam formularium Nasional (Fornas) dan Daftar Obat
Essensial Nasional (DOEN), serta formularium puskesmas. Proses
perencanaan obat di puskesmas dilakukan secara berjenjang,
misalnya untuk perencanaan selama satu bulan, sedangkan untuk
perencanaan kebutuhan obat selama satu tahun dilaporkan dalam
Rencana Kebutuhan Obat atau RKO.
Apoteker unit Farmasi membuat rencana kebutuhan obat
(RKO) yang berisi kebutuhan obat untuk 1 tahun ditambah buffer
stock paling tidak 20% dan estimasi lead time selama 3-6 bulan.
Pengelolaan keuangan sumber dana APBD telah ditentukan
seluruhnya oleh pemerintah yang digunakan untuk acuan
pembelanjaan sehingga tidak dapat dialihkan untuk kebutuhan
operasional lainnya. Di samping dana APBD yang diberikan kepada
puskesmas dalam bentuk uang, ada pula yang diberikan dalam
bentuk barang, misal obat-obatan.
Obat-obatan, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang
bersumber dana APBD yang di drop oleh Dinas Kesehatan Kota
Cirebon ke Puskesmas Nelayan akan dicatat sebagai asset,
dipergunakan sebagaimana mestinya dan dilaporkan sebagai asset
bersumber dana APBD.
2. Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Nelayan dapat diajukan kepada UPT Farmasi Kota
Cirebon melalui SIMIF diisi sesuai dengan kebutuhan obat di
Puskesmas Nelayan yang sudah terencana pada RKO dan
menyesuaikan ketentuan yang ada di peraturan perundang-undangan.
Jika Puskesmas membutuhkan obat-obatan diluar pengadaan Dinkes
dan UPT Farmasi, maka dapat melakukan pemesanan ke Pedagang
Besar Farmasi oleh apoteker dengan mengutamakan pembeliaan
melalui e-katalog. Apabila tidak dapat dilakukan pembeliaan melalui
e-katalog dapat dilakukan pembelian langsung kepada PBF, dengan
membandingkan 3 harga dan mencari yang termurah dengan
menggunakan dana JKN.
3. Penerimaan perbekalan farmasi
Proses selanjutnya setelah Puskesmas Nelayan melakukan
pengadaan yaitu kegiatan penerimaan perbekalan farmasi dari UPT
Farmasi Kota Cirebon. Perbekalan farmasi yang diterima harus
sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas dan
diterima langsung oleh apoteker penanggung jawab ruang obat
Puskesmas Nelayan. Selanjutnya apoteker langsung bertanggung
jawab untuk melakukan penyimpanan dan pemindahan serta
pemeliharaan maupun penggunaan perbekalan farmasi dan juga
harus memastikan adanya kelengkapan catatan atau dokumen yang
menyertai obat yang diterima. Apoteker juga harus memastikan
semua barang yang diteria sesuai dengan permintaan, yaitu dengan
memeriksa kartu serah terima barang atau SBBK, jenis, jumlah,
bentuk sediaan, kondisi barang, kadaluarsa dan no batch.
4. Penyimpanan perbekalan farmasi
Dalam rangka menjamin agar obat yang diterima tetap aman
atau tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik dan agar mutunya
tetap terjamin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka
dilakukanlah kegiatan penyimpanan perbekalan sediaan farmasi di
Puskesmas. Puskesmas Nelayan memiliki dua tempat penyimpanan
perbekalan farmasi yaitu di gudang dan di ruang pelayanan obat
sebagai stok harian. Prinsip penyimpanan yang ada di Puskesmas
Nelayan yaitu sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out). Dalam Gudang perbekalan farmasi, obat disusun
berdasarkan bentuk sediaannya, stabilitasnya atau suhu, penandaan
LASA, High Alert, obat dari sumber dana yang berbeda juga
dipisahkan dan secara penyimpanan secara alfabetis. Sedangkan
untuk obat narkotik dan psikotropik dalam lemari terpisah dan
double kunci.
Untuk menjaga suhu dan kelembaban udara, gudang
penyimpanan obat, dilengkapi dengan pendingin ruangan dan
termohigrometer untuk memantau suhu dan kelembaban udara.
Obat-obat dengan kondisi penyimpanan khusus seperti obat yang
harus diletakkan pada suhu sejuk atau beku dapat diletakkan di
dalam lemari pendingin yang juga dilengkapi dengan
termohigrometer. Sebelum obat diserahkan ke loket, obat juga
dipindahkan ke lemari penyimpanan obat lebih kecil yang dekat
dengan loket untuk mempermudah dan mempercepatan pelayanan
resep. Lemari penyimpanan obat ini menyimpan obat yang disusun
berdasarkan bentuk sediaan dan alphabet.
5. Pendistribusian perbekalan farmasi
Kegiatan pengeluaran dan penyerahan perbekalan farmasi
dengan merata serta teratur merupakan proses pendistribusian
perbekalan farmasi. Pendistribusian perbekalan farmasi memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan obat di sub-unit pelayanan
kesehatan serta menjamin sediaan farmasi yang disampaikan ke
puskesmas jaringan terjaga mutunya dan jenisnya serta dapat di
sampaikan tepat jumlah dan tepat waktu. Pendistribusian ini
dilakukan ke beberapa sub-unit puskesmas diantaranya sub unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas, puskesmas
jejaring, puskesmas keliling, posyandu, dan Pustu,. Selain kepada
pasien dan subunit Puskesmas, distribusi sediaan dan perbekalan
farmasi dapat didistribusikan pada masyarakat wilayah tanggung
jawab Puskesmas melalui kegiatan bakti sosial dan pengabdian
masyarakat Puskesmas.
6. Pengendalian perbekalan farmasi
Pengendalian perbekalan farmasi menjadi kegiatan yang
memiliki tujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang ditetapkan.
Kegiatan pengendalian perbekalan farmasi ini mencegah terjadinya
kelebihan atau kekurangan maupun kekosongan obat di Puskesmas
Nelayan. Proses pengendalian ini juga mencakup pengendalian
persediaan dan pengandalian mutu sediaan farmasi yaitu penanganan
terhadap obat yang rusak, obat yang hilang maupun kadaluarsa
melalui stok opname yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.
Stok op name yang dilakukan di Puskesmas Nelayan dilakukan
setiap akhir bulan untuk melakukan pengecekan ketersediaan, dan
mutu obat. Perbekalan farmasi di puskesmas Nelayan dilengkapi
dengan kartu stok untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah obat
yang tersedia.
Kartu barang dipersiapkan untuk setiap obat dan BMHP yang
terdapat di gudang penyimpanan obat. Setiap kali ada barang yang
diambil dari gudang, maka akan dicatat pada kartu barang. Dalam
mencatat keluar masuk barang pada kartu stok, perlu menuliskan
Nama obat dan nomer bets barang. Dengan bantuan kartu stok,
pengendalian keluar masuk barang, kadaluarsa dan kerusakan obat
dapat dikendalikan.
7. Pemusnahan obat dan BMHP
Untuk pemusnahan obat Puskesmas Nelayan melakukan
pemusnahan yang dibantu oleh pihak ketiga. Pemusnahan dilakukan
tiap 1 tahun sekali bersamaan dengan sampah medis yang ada di
puskesmas. Untuk jumlah pemusnahannya tidak bisa dipastikan.
Untuk obat yang kadaluarsa/rusak atau hilangakan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan.
8. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan perbekalan farmasi
Rangkaian kegiatan dalam melakukan tatalaksana perbekalan
farmasiecara tertib, dan terkontrol baik obat, alkes dan bahan medis
habis pakai. Pencatatan dan pelaporan pada Puskesmas menjadi
penting karena merupakan bahan untuk monitoring dan evaluasi
pada kinerja Puskesmas. Ada beberapa laporan yang harus dibuat
oleh apoteker penanggung jawab ruang farmasi di Puskesmas
Nelayan diantaranya LPLPO, pelaporan penggunaan obat generik,
pelaporan 40 indikator, Laporan POR, laporan SIPNAP, laporan
PIO, dan laporan konseling, serta pencatatan dan pengarsipan
program-program kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
Nelayan seperti program Prolanis, TB MDR.
9. Pemantauan dan evaluasi perbekalan farmasi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi pebekalan farmasi di
puskesmas Nelayan dilakukan dalam periode waktu tertentu untuk
mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan pengelolaan
perbekalan farmasi sehingga dapat dijaga kualitas dan pemerataan
pelayanan. Selain itu evaluasi perlu dilakukan untuk melakukan
perbaikan terhadap pengelolaan perbekalan farmasi dan memberikan
penilaian terhadap kinerja pengelolaan. Metode evaluasi yang
dilakukan di puskesmas Nelayan melalui penilaian POR, semakin
besar nilai persentase POR makan akan semakin rasional.
Di Puskesmas Nelayan sendiri, untuk kegiatan Monitoring dan
Evaluasi (monev) dilakukan oleh Tim Mutu Puskesmas. Tim ini
bertanggung jawab dalam melakukan survey dan inspeksi diri di
lingkungan Puskesmas. Setiap temuan kesalahan akan dicari akar
masalahnya. Kemudian temuan masalah tersebut akan dicari
penyelesaian dan pencegahannya.
E. Pelayanan Farmasi Klinik
Kegiatan pelayanan farmasi klinik di berbagai tempat pelayanan
kesehatan dan Puskesmas Nelayan merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang secara langsung bertanggung jawab kepada pasien.
Ada beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Nelayan,
diantaranya pengkajian resep dan penyerahan obat, konseling, pelayanan
informasi obat, dan evaluasi penggunaan obat.
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian resep dilakukan pada setiap resep yang masuk ke
instalasi farmasi Puskesmas Nelayan tujuannya untuk mencegah
terjadinya kesalahan penulisan maupun masalah lain terkait obat.
Apabila ditemukan masalah terkait penulisan resep maka harus
dilakukan konfirmasi atau konsultasi kepada dokter yang menuliskan
resep tersebut. Resep yang ada di Puskesmas Nelayan yaitu resep
manual.resep manual yaitu resep yang ditulis langsung oleh dokter
dan dibawa oleh pasien ke loket pelayanan resep di ruang farmasi.
Selanjutnya setelah melakukan pengkajian resep yang dilakukan oleh
apoteker, TTK (Tenaga Teknik Kefarmasian) akan melakukan
dispensing. Proses dispensing yaitu menyiapkan obat sesuai dengan
permintaan resep, dan memberi etiket pada obat. Puskesmas Nelayan
memiliki beberapa jenis etiket untuk memberikan petunjuk
penggunaan obat pada pasien yaitu etiket antibiotik, etiket obat luar,
etiket sirup, dan lain-lain. Obat-obatan yang memerlukan peracikan
khusus harus dilakukan oleh apoteker/TTK salah satunya meracik
puyer. Setelah obat selesai disiapkan, obat dan resep dimasukan
kedalam keranjang untuk pelayanan informasi obat dan penyerahan
obat. Obat langsung diserahkan oleh apoteker.
2. Pelayanan PIO
Pelayanan PIO (Pemberian Infomasi Obat) di Puskesmas
Nelayan dilakukan langsung oleh apoteker dibantu oleh TTK yang
sedang bertugas. Kegiatan pelayanan informasi obat di Pusksmas
Nelayan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker kepada
dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien secara akurat,
jelas dan terkini. informasi yang diberikan terkait cara penggunaan
obat, dosis obat, dan informasi penting lain terkait obat yang akan
digunakan oleh pasien secara langsung dan tidak langsung. Pada saat
melakukan pelayanan informasi obat apoteker dituntut untuk mampu
menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain dan
masyarakat umum terkait informasi obat. Alur pelayanan pemberian
informasi obat ini yaitu dengan memanggil pasien sesuai urutan, lalu
mengkonfirmasi kembali nama pasien, umur dan alamat, tujuannya
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat karena banyak pasien
yang memiliki kesamaan nama. Dokumentasi dilakukan pada buku
khusus yang dibuat pertanggal untuk mengetahui jumlah pasien yang
datang untuk menerima obat. Pasien diberikan informasi terkait
nama obat, cara penggunaan obat, cara penyimpanan obat, dan efek
samping yang mungkin muncul setelah mengkonsumsi obat-obatan,
serta memberikan intruksi untuk menghabiskan obat (untuk
antibiotik) atau memberhentikan penggunaan obat untuk penyakit-
penyakit simptomatik. Resep yang sudah diberikan obatnya oleh
pasien dikumpulkan dalam satu tanggal, dan digunakan untuk
dokumentasi pengeluaran obat atau penggunaan instalasi farmasi
puskesmas Nelayan.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan
obat pada pasien serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai
obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-
ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai
obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi di puskesmas Nelayan, karena keterbatasan jumlah
personel Apoteker, maka konseling diutamakan kepada pasien
yang menderita penyakit hipertensi, diabetes dan kompleksitas
penggunaan obat. Konseling sebenarnya dapat dilakukan pada
setiap pasien yang bingung atau masih belum memahami terapi
atau obat-obat yang di dapat, selama pasien setuju dan tidak
keberatan dilakukan konseling.
4. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan evaluasi penggunaan obat dilakukan untuk
mengevaluasi penggunaan obat pada pasien. Kegiatan ini dilakukan
secaa terstruktur dan berkesinambungan dalam rangka menjamin
bahwa obat yang digunkan telah sesuai indikasi, serta terjangkau
atau rasional bagi pasien. Puskesmas Nelayan melakukan kegiatan
EPO pada kelompok pasien diare non-spesifik, pasien ISPA non -
pneumonia. Kegiatan EPO yang dilakukan Puskesmas Nelayan
meliputi evaluasi terhadap ketepatan penggunaan obat untuk
menangani penyakit tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Puskesmas Nelayan memiliki stuktur organisasi sesuai standar
Peraturan Menteri Kesehatan yaitu salah satu syaratnya memiliki kepala
Puskesmas. Pelayanan Farmasi di Puskesmas Nelayan telah memenuhi
standar pelayanan kefarmasian, diantaranya pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai. Pada umumnya Sarana prasarana di Puskesmas Nelayan
dalam kondisi yang baik dan terawat, namun ada beberapa bagian yang harus
perbaikan dan penambahan fasilitas tertentu yang ada di puskesmas.
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Nelayan memiliki prosedur yang
teratur dan terstruktur yaitu dimulai dari pemuatan resep, lalu obat yang
langsung disiapkan oleh instalasi farmasi, dan diserahkan langsung kepada
pasien oleh apoteker sekaligus melakukan PIO (Pemberian Informasi Obat)
kepada pasien. Kegiatan mahasiswa selama praktik kerja profesi apoteker di
puskesmas Nelayan yaitu melakukan PIO, stok of name obat di Gudang
farmasi, dispensing obat dan meracik obat, menulis etiket, mengisi stok obat
di ruang instalasi farmasi, mendokumentasi resep kedalam buku untuk data
LPLPO, menghitung jumlah dan ketersediaan obat.

5.2 Saran
1. Peningkatan sarana prasarana diperlukan untuk meningkatan pelayanan
kesehatan di Puskesmas Nelayan, terutama ruang konseling diperuntukan
untuk kegiatan konseling agar pasien merasa lebih nyaman dan tertutup
untuk menjaga kerahasiaan pasien, pada saat melakukan konseling.
2. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat tenaga
profesi pelayanan kesehatan pun harus ditingkatkan, salah satunya dengan
menambah tenaga farmasi, seperti Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) agar
pelayanan pasien lebih optimal.
3. Adanya/tersedianya ruangan khusus untuk obat rusak atau ED di
puskesmas untuk mengurangi terjadi kesalahan dalam pengambilan
obat/cemaran silang yang ada di gudang obat.

Anda mungkin juga menyukai