Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR)

“MEMBAHAS KASUS CSR IN THE MARKETPLACE, WORKPLACE,


COMMUNITY AND ECOLOGICAL ENVIRONMENT”

Di susun oleh:

Kelas: EM-M

Nesty Rosita (141180066)

Nazri Adlani (141180070)

Dicky Hangga Setyawan (141180161)

Dosen Pengampu: Agus Haryadi ,DRS.MSI

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2019

1
i
KATA PENGANTAR

2
Marketplace

Kasus Dana CSR di Sulteng, Ini Penjelasan PT Vale Indonesia

Oleh : Tempo.co

Selasa, 13 Desember 2016

Seorang pekerja mengawasi proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk, Sorowako,
Sulawesi (8/1). REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO.CO, Palu - Senior Manager Communications PT Vale Indonesia Bayu Aji


mengatakan, kerjasama PT Vale Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
sudah sesuai dengan mekanisme dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. "Mekanisme
hibah yang disalurkan oleh PT Vale kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah
melalui proses tata kelola perusahaan," ujarnya melalui surat klarifikasi yang ditujukan
kepada Tempo, Selasa, 13 Desember 2016.

Menurut Bayu, PT Vale Indonesia adalah perusahaan terbuka dan terikat sejumlah peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional. Penerimaan
dana berupa hibah dari pihak ketiga kepada pemerintah daerah termasuk salah satu sumber
penerimaan daerah yang diperkenankan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan,

3
khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

“Dengan demikian, pemberian hibah tersebut bukan merupakan sesuatu yang melawan
hukum karena telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Bayu.

Rujukan lainnya, kata Bayu, adalah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, serta Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah.

Bayu menegaskan, tidak ada ketentuan yang melarang pemberian dana untuk kegiatan CSR
dan atau ComDev dilakukan melalui mekanisme hibah. “Tujuan dilakukannya hibah dalam
hal ini justru agar pemberian, pengalokasian dan penggunaan dananya transparan, terarah dan
akuntabel," ucapnya. Ia mengatakan PT Vale siap untuk berkoordinasi dengan pihak terkait
untuk menjelaskan hal tersebut.

Sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat Front Pemuda Peduli Daerah (FPPD) Sulawesi
Tengah melaporkan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ke Komisi Pemberantasan
Korupsi. Longki dilaporkan terkait dugaan korupsi dana Coorporate Social Responsibility
(CSR) PT Vale Indonesia senilai Rp 11,7 miliar dan belasan kasus proyek lainnya.

Dalam laporan ke KPK bernomor 87808 tanggal 09 Desember 2016, FPPD menduga Longki
telah mencederai hak-hak rakyat mendapatkan dana CSR atas beroperasinya perusahaan yang
mengolah sumber daya alam di wilayah setempat.

Dalam laporan itu, kata Ketua FPPD, Eko Arianto, Longki diduga melakukan konspirasi
jahat terhadap penggunaan dana CSR dari PT Vale Indonesia, yang diterima pada 14 Januari
2016. Dana itu tidak digunakan untuk pembangunan berkelanjutan, tapi melenceng. Bahkan
sarat dengan banyak kepentingan.

Berdasarkan data yang dihimpun FPPD, terlihat jelas cara distribusi dana CSR ke 14 SKPD
dan Biro Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Distribusi dana tidak bersentuhan dengan
substansi kepentingan dan kebutuhan rakyat secara langsung.

Penandatanganan serah terima dana CSR dilaksanakan di ruang kerja Wakil Gubernur
(almarhum) Sudarto. Direktur PT Vale Indonesia, Nikolas D. Karter, dengan tegas
menyebutkan dana Rp 11,7 miliar itu adalah bagian dari program CSR perusahaan untuk
membantu masyarakat Sulawesi Tengah dan telah dicanangkan sejak 2015.

Namun, berdasarkan kesepakatan yang diteken Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah dengan
PT Vale Indonesia, dana CSR yang menjadi tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat
Sulawesi Tengah diubah menjadi dana hibah. Atas dasar itulah, pemerintah provinsi
kemudian mengelola dana itu secara langsung.

4
Pengelolaan dana itu dilakukan dengan menggunakan alas hukum dana hibah. Dana CSR itu
juga dijadikan sebagai pendapatan daerah dari sektor lain lain. Setelah itu pemerintah
Sulawesi Tengah memasukkan dana itu kedalam batang APBD Perubahan 2016 sebelum
didistribusikan ke SKPD.

Cara pengelolaan dana CSR itu ditentang oleh sejumlah anggota DPRD Sulawesi Tengah.
Mereka menolak dana CSR dimasukan ke dalam APBD Perubahan tahun 2016. Sebab
peralihan dana CSR menjadi dana hibah tidak punya dasar hukum.

Dalam laporan FPPD ke KPK juga mencantumkan hasil investigasi dan bukti pelaporan soal
beberapa proyek yang terindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Beberapa proyek
bermasalah itu diduga melibatkan Longki. Proyek-proyek tersebut adalah:

1. Proyek Pengadaan KTP Kabupaten Parigi Moutong tahun 2004, senilai Rp 8 miliar,
kontraktor PT Utama Beton.
2. Proyek Pembangunan Pasar Sentral Parigi senilai Rp 46 miliar (secara bertahap),
kontraktor PT Waskita Karya.
3. Proyek pembangunan Pasar Kota Raya bertahap Rp 10 miliar.
4. Pembangunan Kantor Bupati Parimo dengan total nilai Rp 74 miliar. Dikerjakan oleh PT
Global.
5. Pembangunan Gedung DPRD Parimo senilai Rp 32 miliar.
6. Pengadaan mobil pembakaran sampah Rp 1,8 miliar.
7. Pengadaan spare parts alat berat di Towera, senilai Rp 1,5 miliar.
8. Pembangunan Terminal Tiboli Rp 12 miliar (bertahap).
9. Pembangunan Jembatan Ponulele Rp 50 miliar.
10. Pembangunan Balai Sungai Napu Rp13 miliar.
11. Pengadaan Mobil Pick Up 10 unit Rp 1,4 miliar.
12. Rehabilitasi lahan dan hutan sejak tahun anggaran 2011-2013, lokasi tersebar di seluruh
daerah di Sulawesi Tengah, terutama di Taman Lore Lindu, Lembah Bosowa.

Sementara itu, Longki mengatakan dana bantuan dari PT Vale diterima berdasarkan MoU
antara pemerintah daerah dan PT Vale. Dana itu dimasukan ke kas pemerintah daerah dan
telah dibuat peraturan daerah melalui DPRD berkaitan dengan APBD Perubahan 2016.
“Terima kasih dengan laporan-laporan mereka (FPPD)," katanya saat dihubungi Tempo,
Ahad, 11 Desember 2016.

Longki menjelaskan, uang itu digunakan sesuai ketentuan peraturan undang-undang yang
berlaku. “Apanya yang di korupsi," ujarnya.

Ihwal dugaan korupsi anggaran proyek lain, menurut Longki, bisa dilihat setelah ada
pemeriksaaan KPK atau pemeriksaan dari mana saja. "Tuduhan korupsi yang lain itu masih
bagian dari ketidakpuasan dari kelompok tertentu waktu pilkada lalu," ucap Longki.

Workplace

5
Workplace

Contoh Kasus

Perbedaan Penerapan Bisnis CSR yang dilakukan AQUA dan Freeport

Aqua melakukan program CSR dengan motto “1 Liter air Aqua untuk 10 liter air bersih”.
Aqua melakukan kegiatan CSR berupa WASH (water access, sanition, hygiene program).
Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan masyarakat pra-sejahtera dan
berkontribusi secara aktif serta berkelanjutan untuk memberikan solusi dengan penyediaan air
bersih di Indonesia. Program ini dilakukan AQUA untuk mengupayakan ketersediaan air
bersih di daerah-daerah. Lihat saja, di Indonesia masih kerap kali masyarakat kekurangan
akses air bersih. Bahkan di daerah yang sumber airnya minim, masyarakat harus rela antri
berjam-jam bahkan harus berjalan berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan 1 jerigen air.
Bukan cuma ketersediaan air yang minim di daerah, tetapi banyak juga masyarakat daerah
yang tidak memperhatikan apakah air yang mereka konsumsi tersebut bersih atau tidak. Yang
terpenting bagi merka bagaimana bisa mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari, seperti
mandi, minum dan lain sebagainya.

Melihat hal tersebut, AQUA pada akhirnya berusaha membantu kehidupan masyarakat
melalui program CSR yaitu 1 liter air AQUA untuk 10 liter air bersih. AQUA membantu
kegiatan pengadaan air khususnya di daerah Timor Tengah Selatan, NTT. Sejalan dengan
adanya program CSR yang dilakukan AQUA melalui program 1 Liter AQUA untuk 10 liter
air bersih tersebut membuat AQUA mendapatkan penghargaan oleh Metro TV dalam
kategori pelestarian lingkungan. Akibat program CSR yang diterapkannya tersebut, pada
akhirnya AQUA berhasil mendapatkan citra baik di kalangan masyarakat apalagi jika dilihat
memang AQUA masih menjadi produk nomor 1 pilihan masyarakat di Indonesia sehingga
kepercayaan masyarakat kepada AQUA semakin besar. Selain itu, dengan adanya program
ini, AQUA juga berhasil mendongkrak pendapatan bersih perusahaan dari bisnisnya.

Perusahaan lain yang masih kurang menerapkan CSR dalam bisnisnya yaitu PT. Freeport
Indonesia. Selaku perusahaan pertambangan yang paling besar di Indonesia, PT Freeport
masih kurang menerapkan CSR dalam perusahaannya. Hal ini bisa dilihat dari masih
banyaknya kemiskinan, pendidikan masyarakat sekitar masih kurang diperhatikan,
lingkungan sekitar terkena imbas akibat pembuangan limbah yang sembarang, protes maupun
demo beberapa masyarakat, dan lain sebagainya. Padahal, jika dilihat-lihat, perusahaan
sebesar Freeport pasti mempunyai keuntungan sangat besar sekali dari hasil sumber daya
alam yang seharusnya dinikmati juga oleh masyarakat sekitar. Hal ini sangat jelas sekali
dampaknya, jika saja PT. Freeport menerapkan CSR lebih baik dalam perusahaannya

6
mungkin saja kemiskinan akan sedikit dikurangi dan pendidikan akan lebih terjamin, maupun
citra perusahaan mungkin dapat menjadi lebih baik di mata masyarakat. Selain itu jika saja
PT. Freeport perduli akan lingkungan sekitar, mungkin tidak akan ada pencemaran
lingkungan dengan adanya pembuangan limbah.

Ecological environment

Tanggung Jawab Sosial Industri Rokok

Hasanudin Abdurakhman - detikNews

Jakarta - Tanggung jawab sosial korporasi, atau yang lebih dikenal sebagai CSR (Corporate
Social Responsibility) adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan oleh sebuah perusahaan
terhadap efek yang terjadi akibat bisnis yang mereka lakukan. Efek tersebut meliputi efek
terhadap lingkungan (ekologi) serta terhadap efek sosial.

Secara ringkas, CSR sebuah perusahaan sepatutnya menyentuh dulu hal-hal yang terkait
dengan bisnis mereka secara langsung. Setelah kewajiban itu tunai, barulah perusahaan
tersebut dapat melakukan kegiatan CSR dalam bentuk lain. Namun sayangnya di Indonesia
penerapannya bergeser sangat jauh. Di Indonesia, CSR lebih sering dimaknai sebagai
sumbangan dana oleh perusahaan untuk kegiatan yang sifatnya non-profit.

Dalam konsep CSR, kegiatan itu disebut tanggung jawab filantropis. Tanggung jawab ini
adalah bagian pucuk pada Piramida Caroll yang menggambarkan struktur CSR. Artinya,
sebenarnya ada berbagai tanggung jawab lain yang lebih mendasar yang harus ditunaikan
perusahaan, yaitu tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, dan tanggung jawab
etis. Sayangnya, ketiga jenis tanggung jawab itu sering diabaikan.

Bukan hanya diabaikan, ketiga jenis tanggung jawab itu sering dimanipulasi. Banyak
perusahaan yang mengeluarkan uang untuk filantropi, kemudian menjadikannya sebagai
senjata untuk public relation. Iklan-iklan yang memberitakan kegiatan filantropi itu
diproduksi, untuk membangun citra bahwa perusahaan itu adalah perusahaan yang baik,
banyak menyumbang untuk kepentingan masyarakat. Karena itu pengabaian perusahaan
terhadap berbagai tanggung jawabnya menjadi luput dari perhatian.

7
Dalam hal industri rokok, ada begitu banyak tanggung jawab sosial yang mereka abaikan.
Yang pertama dan utama adalah tanggung jawab terhadap efek rokok pada kesehatan
manusia, baik perokok maupun orang-orang di sekitarnya. Alih-alih bertanggung jawab,
industri rokok cenderung membantah efek rokok terhadap kesehatan. Mustahil kita bisa
menyaksikan ada perusahaan rokok yang menyantuni perokok yang sakit akibat merokok.

Industri rokok juga tutup mata terhadap perokok di bawah umur. Alih-alih melakukan usaha
mencegah anak-anak remaja merokok, industri rokok justru menjadikan mereka sebagai
target pemasaran.

Yang tak kalah penting adalah tata krama para perokok. Di Indonesia masih sangat banyak
perokok mengabaikan tata krama. Orang bisa merokok di sembarang tempat, seperti dalam
angkutan umum, atau tempat umum. Lalu mereka dengan enteng membuang puntung rokok
sembarangan, menjadi sampah yang mengotori lingkungan. Yang lebih mengerikan, ada
banyak perokok yang dengan enteng menyulut rokok di depan anak-anaknya, menjadikan
mereka perokok pasif.

Apa yang dilakukan industri rokok terhadap hal itu? Tidak ada. Mereka menghabiskan entah
berapa puluh miliar uang setiap tahun untuk berbagai iklan dan sponsor. Adakah yang
memberi pendidikan kepada para perokok? Tidak.

Yang terjadi di Jepang menurut saya bagus untuk dijadikan teladan. Di Jepang kita tidak akan
menemukan iklan rokok dalam siaran TV, dalam arti iklan yang mengajak orang untuk
membeli rokok. Atau, iklan yang membangun citra baik untuk perokok. Perusahaan rokok
Japan Tobacco menyiarkan iklan di TV, tapi tidak untuk mengiklankan rokok. Perusahaan itu
menyiarkan iklan yang mendidik perokok untuk menjaga tata krama ketika merokok.
Misalnya, mengingatkan orang soal bahaya lentingan api rokok atau gangguan asap bagi
orang lain.

Pernahkah itu dilakukan oleh industri rokok Indonesia? Tidak. Mereka tidak peduli terhadap
efek apapun yang terjadi, sebagai akibat produk bisnis mereka. Mereka lebih fokus pada
kegiatan filantropi, melalui klub olah raga, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Kasarnya,
mereka menyogok masyarakat dengan sumbangan-sumbangan, dengan mengabaikan
tanggung jawab yang lebih fundamental.

Community

Anda mungkin juga menyukai