Pemikiran Islam kontemporer umumnya ditandai dengan lahirnya suatu kesadaran
baru atas keberadaan tradisi di satu sisi dan keberadaan modernitas di sisi yang lain, serta bagaimana sebaiknya membaca keduanya. Maka “tradisi dan modernitas” (al-turâts wa al- hadâtsah) merupakan isu pokok dalam pemikiran Islam kontemporer. Apakah tradisi harus dilihat dengan kacamata modernitas ataukah modernitas harus dilihat dengan kacamata tradisi atau bisakah keduanya dipadukan? Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional yang melihat modernitas sebagai semacam dunia lain, dan berbeda pula dengan pemikiran Islam modernis yang menggilas tradisi demi pembaharuan, pemikiran Islam kontemporer melihat bahwa turâts adalah prestasi sejarah, sementara hadâtsah adalah realitas sejarah. Maka tidak bisa menekan turâts apalagi menafikannya hanya demi pembaharuan; rasionalisasi atau modernisasi sebagaimana perspektif modernis selama ini. Juga tidak bisa menolak begitu saja apa-apa yang datang dari ‘perut’ hadâtsah, terutama perkembangan sains dan teknologi. Karena sekalipun banyak mengandung kelemahan, karenanya juga dikritik, tetap banyak memberikan penjelasan atas problem kehidupan, keilmuan, mungkin juga keberagamaan. Sebagaimana yang telah dipahami bahwa Islam adalah nama din (agama) yang Diajarkan Nabi Muhammad, berpedoman pada kitab suci Al-quran yang diturunkan Kedunia melalui wahyu Allah Subhanahu wata’ala dan dilengkapi dengan al-Hadits Sebagai sumber kedua dalam Islam. Sementara itu istilah kontemporer diartikan pada Waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa ini. Dengan demikian Dapat dipahami secara bahasa Islam kontemporer berarti din (agama) yang diajarkan Oleh Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam pada masa lampau dan berkembang Sampai saat ini. Diantara pakar memberikan rumusan secara istilah bahwa Islam kontemporer Adalah gagasan untuk mengkaji Islam sebagai nilai alternatif baik dalam perspektif Interprestasi, tekstual maupun kajian kontekstual mengenai kemampuan Islam Memberikan solusi baru kepada temuan-temuan di semua dimensi kehidupan dari masa Lampau hingga sekarang. Maka dari rumusan ini terlihat ketika berbicara IslamKontemporer bermakna berbicara tentang gagasan atau pemikiran yang dilahirkan dari Ajaran Islam sebagai agama yang memiliki nilai-nilai universal. Sehingga kemudian Melahirkan pemikiran Islam kontemporer, yang dimaksudkan untuk menghadirkan islam sebagai solusi ditengah kehidupan masyarakat sekaligus menjawab berbagai isu-Isu kontemporer sebagai tantangan dakwah Islam di era global ini. Pemikiran Islam Kontemporer inilah yang harus didakwahkan, sehingga mampu memposisikan Islam itu Sebagai ajaran yang universal dan rahmatan lil ‘alamin. Inilah sesungguhnya hakikat Dari dakwah Islam, yaitu kesungguhan dalam berusaha mengaktualisasikan fungsi Kerisalahan yang diwariskan nabi Muhammad dan selanjutnya nilai-nilai risalah itu Dapat dimanifestasikan sebagai sumber gagasan, sikap, perilaku atau cara hidup (way of Life) bagi semua manusia. Globalisasi sesuatu yang tidak bisa dielakkan dan menjadi jalan sejarah untuk Disikapi dengan kearifan dan optimisme. Khususya seorang muslim sudah memiliki Bekal atau pedoman (guidance) yang sempurna dalam menghadapai berbagai persoalan Yang telah, sedang dan akan terjadi. Dari proses dialektika dan koneksitas era global Sejarah Islam Indonesia kontemporer yang komprehensif masih cukup langka ditemukan. Memang ada beberapa kajian tentang subjek ini, tapi lazimnya terbatas pada aspek tertentu Islam Indonesia kontemporer. Hasilnya, orang sulit mendapat gambaran lengkap, utuh, dan komprehensif tentang dinamika Islam Indonesia secara keseluruhan. Seiring tumbangnya pemerintahan Soeharto, Islam di Indonesia menunjukkan dinamika yang kian bergemuruh. Berbagi kelompok dalam banyak bentuk bermunculan seperti organisasi massa, partai politik dan lembaga-lembaga kajian dan organisasi non pemerintah (ornop). Ini tentu tidak terlepas dari keterbukaan politik dan kebebasan berekspresi serta kebebasan berkumpul dalam sistem demokrasi sekarang. Sesungguhnya kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang tentang polarisasi Islam paska orde baru ini. Mark Woodward (2001) misalnya mengelompokkan respon silam atas perubahan paska orde baru ke dalam lima kelompok. Pengelompokan Woodward ini tampaknya melihat dari sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat Islam Indonesia yang lama maupun yang baru. Pertama adalah indigenized Islam. Indigenized Islam adalah sebuah ekspresi Islam yang bersifat lokal; secara formal mereka mengaku beragama Islam tetapi biasanya mereka lebih mengikuti aturan-aturan lokalitas ketimbang ortodoksi Islam. Karakteristik ini paralel dengan apa yang disebut Clifford Geerts sebagai Islam Abangan untuk konteks Jawa. Kedua adalah kelompok tradisional Nahdlatul Ulama (NU). NU adalah penganut aliran Sunny terbesar di Indonesia yang dianggap memiliki ekspresinya sendiri karena disamping ia memiliki kekhasan yang tidak dimiliki kelompok lain seperti basis yang kuat di pesantren dan di pedesaan, hubungan guru murid yang khas. Kelompok ketiga adalah Islam modernis. Mereka terutama berbasis pada Muhammadiyah. Sasaran utamanya adalah pelayanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Ia memperkenalkan ide-ide modernisasi dalam pengertian klasik. Keempat adalah islamisme atau islamis. Gerakan ini tidak hanya mengusung Arabisme dari konseruatisme tetapi juga di dalam dirinya terdapat paradigma ideologi Islam Arab. Tidak heran jika jihad dan penerapan syari’ah Islam menjadi karakter utama dari kelompok ini. Kelompok kelima adalah neo-modernisme Islam. Ia lebih dicirikan dengan gerakan intelektual dan kritiknya terhadap doktrin Islam yang mapan. Mereka berasal dari berbagai kelompok termasuk kalangan tradisional maupun dari kalangan modernis. Kelompok ini sangat kritis terhadap penerapan syariah Islam tanpa perubahan dan kritik terhadap doktrin terlebih dahulu, serta membela kesetaraan perempuan, pluralisme dan toleransi. Terjadinya perbedaan dalam melihat kondisi Islam di Indonesia itu merupakan dampak dari pengembangan pemikiran khususnya dalam dinamika intelektual yang diorientasikan kepada pembangunan kebangsaan. Satu hal yang mestinya sadari bahwa semakin banyaknya organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok Islam yang muncul belakangan ini sebenarnya dapat menjadi kekayaan wacana tentang Islam di Indonesia. Barangkali yang jauh lebih penting adalah, bagaimana mengupayakan pembinaan kesadaran bersama, bahwa Islam ditengah-tengah kehidupan bangsa ini laksana satu panji beragam arti, dan keragaman makna sebaiknya diyakini sebagai anugerah ilahi untuk dinikmati kita bersama.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita