Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ADILLA DEWI MUSTIKA

KELAS : 3 REG A MGT 5

NIM : 210304260

TUGAS MENTORING AIK

ISLAM KONTEPORER

Pemikiran Islam kontemporer umumnya ditandai dengan lahirnya suatu kesadaran


baru atas keberadaan tradisi di satu sisi dan keberadaan modernitas di sisi yang lain, serta
bagaimana sebaiknya membaca keduanya. Maka “tradisi dan modernitas” (al-turâts wa al-
hadâtsah) merupakan isu pokok dalam pemikiran Islam kontemporer. Apakah tradisi harus
dilihat dengan kacamata modernitas ataukah modernitas harus dilihat dengan kacamata
tradisi atau bisakah keduanya dipadukan?
Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional yang melihat modernitas sebagai
semacam dunia lain, dan berbeda pula dengan pemikiran Islam modernis yang menggilas
tradisi demi pembaharuan, pemikiran Islam kontemporer melihat bahwa turâts adalah
prestasi sejarah, sementara hadâtsah adalah realitas sejarah. Maka tidak bisa menekan
turâts apalagi menafikannya hanya demi pembaharuan; rasionalisasi atau modernisasi
sebagaimana perspektif modernis selama ini. Juga tidak bisa menolak begitu saja apa-apa
yang datang dari ‘perut’ hadâtsah, terutama perkembangan sains dan teknologi. Karena
sekalipun banyak mengandung kelemahan, karenanya juga dikritik, tetap banyak
memberikan penjelasan atas problem kehidupan, keilmuan, mungkin juga keberagamaan.
Sebagaimana yang telah dipahami bahwa Islam adalah nama din (agama) yang
Diajarkan Nabi Muhammad, berpedoman pada kitab suci Al-quran yang diturunkan Kedunia
melalui wahyu Allah Subhanahu wata’ala dan dilengkapi dengan al-Hadits Sebagai sumber
kedua dalam Islam. Sementara itu istilah kontemporer diartikan pada Waktu yang sama,
semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa ini. Dengan demikian Dapat dipahami secara
bahasa Islam kontemporer berarti din (agama) yang diajarkan Oleh Nabi Muhammad
Shallahu ‘alaihi wasallam pada masa lampau dan berkembang Sampai saat ini.
Diantara pakar memberikan rumusan secara istilah bahwa Islam kontemporer
Adalah gagasan untuk mengkaji Islam sebagai nilai alternatif baik dalam perspektif
Interprestasi, tekstual maupun kajian kontekstual mengenai kemampuan Islam Memberikan
solusi baru kepada temuan-temuan di semua dimensi kehidupan dari masa Lampau hingga
sekarang. Maka dari rumusan ini terlihat ketika berbicara IslamKontemporer bermakna
berbicara tentang gagasan atau pemikiran yang dilahirkan dari Ajaran Islam sebagai agama
yang memiliki nilai-nilai universal. Sehingga kemudian Melahirkan pemikiran Islam
kontemporer, yang dimaksudkan untuk menghadirkan islam sebagai solusi ditengah
kehidupan masyarakat sekaligus menjawab berbagai isu-Isu kontemporer sebagai tantangan
dakwah Islam di era global ini. Pemikiran Islam Kontemporer inilah yang harus didakwahkan,
sehingga mampu memposisikan Islam itu Sebagai ajaran yang universal dan rahmatan lil
‘alamin. Inilah sesungguhnya hakikat Dari dakwah Islam, yaitu kesungguhan dalam berusaha
mengaktualisasikan fungsi Kerisalahan yang diwariskan nabi Muhammad dan selanjutnya
nilai-nilai risalah itu Dapat dimanifestasikan sebagai sumber gagasan, sikap, perilaku atau
cara hidup (way of Life) bagi semua manusia.
Globalisasi sesuatu yang tidak bisa dielakkan dan menjadi jalan sejarah untuk
Disikapi dengan kearifan dan optimisme. Khususya seorang muslim sudah memiliki Bekal
atau pedoman (guidance) yang sempurna dalam menghadapai berbagai persoalan Yang
telah, sedang dan akan terjadi. Dari proses dialektika dan koneksitas era global
Sejarah Islam Indonesia kontemporer yang komprehensif masih cukup langka
ditemukan. Memang ada beberapa kajian tentang subjek ini, tapi lazimnya terbatas pada
aspek tertentu Islam Indonesia kontemporer. Hasilnya, orang sulit mendapat gambaran
lengkap, utuh, dan komprehensif tentang dinamika Islam Indonesia secara keseluruhan.
Seiring tumbangnya pemerintahan Soeharto, Islam di Indonesia menunjukkan
dinamika yang kian bergemuruh. Berbagi kelompok dalam banyak bentuk bermunculan
seperti organisasi massa, partai politik dan lembaga-lembaga kajian dan organisasi non
pemerintah (ornop). Ini tentu tidak terlepas dari keterbukaan politik dan kebebasan
berekspresi serta kebebasan berkumpul dalam sistem demokrasi sekarang. Sesungguhnya
kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang tentang polarisasi Islam paska orde baru ini.
Mark Woodward (2001) misalnya mengelompokkan respon silam atas perubahan paska
orde baru ke dalam lima kelompok. Pengelompokan Woodward ini tampaknya melihat dari
sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat Islam Indonesia yang lama maupun
yang baru.
Pertama adalah indigenized Islam. Indigenized Islam adalah sebuah ekspresi Islam
yang bersifat lokal; secara formal mereka mengaku beragama Islam tetapi biasanya mereka
lebih mengikuti aturan-aturan lokalitas ketimbang ortodoksi Islam. Karakteristik ini paralel
dengan apa yang disebut Clifford Geerts sebagai Islam Abangan untuk konteks Jawa. Kedua
adalah kelompok tradisional Nahdlatul Ulama (NU). NU adalah penganut aliran Sunny
terbesar di Indonesia yang dianggap memiliki ekspresinya sendiri karena disamping ia
memiliki kekhasan yang tidak dimiliki kelompok lain seperti basis yang kuat di pesantren dan
di pedesaan, hubungan guru murid yang khas.
Kelompok ketiga adalah Islam modernis. Mereka terutama berbasis pada
Muhammadiyah. Sasaran utamanya adalah pelayanan sosial seperti pendidikan dan
kesehatan. Ia memperkenalkan ide-ide modernisasi dalam pengertian klasik. Keempat
adalah islamisme atau islamis. Gerakan ini tidak hanya mengusung Arabisme dari
konseruatisme tetapi juga di dalam dirinya terdapat paradigma ideologi Islam Arab. Tidak
heran jika jihad dan penerapan syari’ah Islam menjadi karakter utama dari kelompok ini.
Kelompok kelima adalah neo-modernisme Islam. Ia lebih dicirikan dengan gerakan
intelektual dan kritiknya terhadap doktrin Islam yang mapan. Mereka berasal dari berbagai
kelompok termasuk kalangan tradisional maupun dari kalangan modernis. Kelompok ini
sangat kritis terhadap penerapan syariah Islam tanpa perubahan dan kritik terhadap doktrin
terlebih dahulu, serta membela kesetaraan perempuan, pluralisme dan toleransi.
Terjadinya perbedaan dalam melihat kondisi Islam di Indonesia itu merupakan
dampak dari pengembangan pemikiran khususnya dalam dinamika intelektual yang
diorientasikan kepada pembangunan kebangsaan. Satu hal yang mestinya sadari bahwa
semakin banyaknya organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok Islam yang muncul
belakangan ini sebenarnya dapat menjadi kekayaan wacana tentang Islam di Indonesia.
Barangkali yang jauh lebih penting adalah, bagaimana mengupayakan pembinaan kesadaran
bersama, bahwa Islam ditengah-tengah kehidupan bangsa ini laksana satu panji beragam
arti, dan keragaman makna sebaiknya diyakini sebagai anugerah ilahi untuk dinikmati kita
bersama.

Anda mungkin juga menyukai