ONIP 2017
(OLIMPIADE NASIONAL INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA)
DIBUAT OLEH :
SERLY MARLINDAH
GURU KELAS SDIT AULIYA
TANGERANG SELATAN, BANTEN 2017
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Karena atas rahmat dan kasih
sayangNya peneliti dapat berkesempatan mengadakan pengembangan alat peraga
stik perkalian bagi siswa SD. Serta atas izinNyalah penulis dapat menyelesaikan
produk inovasi pengembangan pembelajaran matematika ini dengan baik.
Alhamdulillahirabbil aalamiin
iv
Serly Marlindah, S.Pd.
ABSTRAK
SERLY MARLINDAH, 2017. Guru Kelas SD. Alat Peraga Stik Perkalian Bagi
peraga Stik Perkalian bagi siswa SD yang dilakukan di SDIT Auliya bertujuan
Matematika merupakan pelajaran yang cenderung dihindari oleh siswa SD, SMP,
atau SMA, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika yang
perkembangan pola pikir siswa dimulai dari hal yang bersifat konkrit dan secara
terutama di tingkat SD, sangat diperlukan adanya alat peraga yang dapat diamati
dapat mempraktikkan secara langsung operasi hitung perkalian dan operasi hitung
v
Menurut Madnesen dan Sheal: Bahwa kebermaknaan belajar tergantung
bagaimana cara siswa belajar, yaitu jika belajar hanya dengan membaca
kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%,
siswa. Alat peraga stik perkalian juga mampu memberikan kebermaknaan belajar
alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang
dapat lebih mudah dipahami. Cara ini dapat membantu mempermudah siswa
dan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian. Terutama
untuk matematika sekolah dasar pada materi operasi hitung perkalian dan operasi
Kata-kata kunci: Alat peraga stik perkalian, Inovasi, Minat dan Hasil belajar
matematika siswa.
vi
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN JUDUL .......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
ABSTRAK..................…………………………………………….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………….... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………….... 1
B. Tujuan Penelitian ………………………………… 4
C. Manfaat Penelitian ……………………………….. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar ………………………………… 6
2. Hakikat Hasil Belajar ………………………….. 7
3. Hakikat Matematika ............................................ 9
4. Alat Peraga Matematika ...................................... 10
B. Kerangka Berpikir ………………………………… 16
BAB III PERANCANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD
A. Spesifikasi Produk ..................…………………… 18
B. Kebutuhan Pengembangan .....…………………… 20
BAB IV PENGEMBANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD
A. Proses Pengembangan Produk ……………............. 22
B. Penerapan Pada Pembelajaran Matematika ………. 24
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………….. 28
B. Saran ……………………………………………… 28
vii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 30
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang cukup berkembang pesat saat ini.
Baik sebagai penunjang ilmu-ilmu yang lain maupun kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu penguasaan matematika secara baik perlu ditanamkan agar
konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga sebagian siswa tidak menganggap bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Maka dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah sebaiknya dilakukan dengan efektif, efisien dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
konvensional, masih banyak guru yang melaksanakan proses belajar mengajar secara
monoton, hal ini dapat membosankan, membahayakan dan merusak minat siswa. Karena
metode yang mereka gunakan adalah metode ceramah dengan media chalk and talk. Hal
itu disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu: (1) sekolah sudah memiliki alat peraga
tetapi belum memanfaatkannya secara optimal; (2) sekolah sama sekali belum memiliki
alat peraga; (3) sekolah telah memiliki alat peraga namun belum memadai baik tempat,
1
Asyhadi. 2005. Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. Yogyakarta: IHT Media, hlm
2.
1
Realitas ini membuat pelajaran matematika sebagai pelajaran yang kurang
difavoritkan. Bagi banyak siswa, matematika menimbulkan kenangan masa sekolah yang
merupakan beban berat. Piaget mengungkapkan bahwa, siswa cerdas sekalipun secara
sistematis menemui kegagalan dalam pelajaran matematika.3 Hal ini nampak dari
Agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi, tentu dibutuhkan suatu metode
bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara siswa belajar, yaitu jika
mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-
pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan
mendengar dan melihat. Oleh karena itu guru mesti menghadirkan pembelajaran yang
dapat mendukung cara belajar siswa secara aktif, salah satunya dengan menggunakan alat
peraga matematika.
Belajar aktif adalah belajar di mana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga
kegiatan siswa belajar lebih dominan daripada kegiatan guru mengajar. Mereka dapat
memanfaatkan alat peraga yang disediakan oleh guru. Siswa tidak hanya dapat
2
Puskur. 2007. Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta :
Balitbang, hlm 10-11.
3
Maier. 1985. Kompendium Didaktik Matematika. Bandung: CV Remaja Karya, hlm 9.
4
Erman Suherman. ( 10 desember 2004 ). Model-model Pembelajaran Matematika Berorientasi
Kompetensi Siswa. MGMP Matematika di LPMP Jawa Barat.
2
dirasakan sebagai belajar sambil bermain, dan ini sangat tepat dengan kondisi
Merupakan suatu yang biasa apabila para siswa merasa susah dalam mempelajari
matematika, karena salah satu karakteristik matematika adalah terdiri dari serangkaian
semuanya berada dalam tahap berpikir formal. Oleh karena itu guru harus dapat
menjembatani siswa yang belum berpikir formal agar dapat mempelajari konsep yang
memvisualisasikan konsep abstrak tersebut menjadi sesuatu yang nyata dan mudah
dipahami. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran matematika untuk menanamkan konsep agar mudah dimengerti oleh para
siswa.5
matematika abstrak sehingga perlu peragaan, sifat materi matematika tidak mudah
dipahami, citra pembelajaran matematika selama ini kurang baik, kemampuan kognitif
siswa masih konkrit dan motivasi belajar siswa tidak tinggi. Sementara alat peraga
matematika dapat membantu siswa meningkatkan minat, sehingga siswa lebih mengerti
Alat peraga matematika yang digunakan adalah Stik Perkalian. Alat peraga ini
diciptakan oleh peneliti dari kayu yang dibuat menjadi stik dengan warna yang menarik
dan stik tersebut ditempatkan pada selembar papan kayu. Selain dari kayu, alat peraga ini
juga bisa dibuat dari bahan sedotan balon, fiber dan lainnya. Alat ini dibuat untuk
membantu siswa memahami konsep operasi hitung perkalian dan operasi hutung
5
Rohayati, A. Alat Peraga Pembelajaran Matematika. (Makalah, 2010), hlm 3.
6
Rohayati, loc.cit.
3
konkrit. Tujuannya untuk mengarahkan siswa mengerjakan operasi hitung perkalian dan
operasi hitung perkalian bilangan bulat ke dalam bentuk yang abstrak, sehingga konsep
yang didapat siswa semakin kuat. Karena perkalian adalah ilmu dasar dari matematika
maka siswa harus menguasainya dengan baik. Cara menggunakan Stik Perkalian ini
dapat terbantu menemukan strategi atau konsep untuk memecahkan masalah operasi
hitung perkalian dari konkret ke dalam bentuk yang abstrak. Mereka berlatih untuk
menguraikan masalah operasi hitung perkalian dari tingkat yang sederhana dan konkrit,
B. Tujuan
Tujuan penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian bagi
siswa SD yaitu:
Stik Perkalian
3. Menciptakan pembelajaran yang efektif yaitu siswa aktif dalam kegiatan pembelajran
C. Manfaat
1. Siswa
peraga Stik Perkalian sehingga minat dan hasil belajar siswa terhadap matematika
4
meningkat dan dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
konkret .
2. Guru
alat peraga Stik Perkalian dalam proses pembelajaran matematika untuk pemahanam
konsep perkalian.
3. Sekolah
peraga Stik Perkalian. Agar tercipta suasana kelas yang kondusif untuk proses belajar
di sekolah.
alat peraga Stik Perkalian. Dan produk inovasi pengembangan alat peraga stik
Sekolah Dasar.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, cara
Seorang Filosof Cina Confucius mengatakan bahwa saya dengar maka saya
lupa, saya lihat maka saya ingat, dan saya alami maka saya paham. Bagaimana pula
dengan hidup untuk mengikat makna, belajar itu harus mampu memberikan arti bagi
yang mempelajarinya, dan arti akan hadir kalau belajar itu dialami. Pembelajaran
didasarkan pada karya Piaget dan Dienes, “the Nuffield Mathematics Project of Great
Britain”, yang memusatkan pada partisipasi aktif siswa dalam suatu suasana
7
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,
hlm 2.
8
Marks, Hiatt dan Neufeld. 1988. Metode Pengajaran untuk Matematika Sekolah Dasar.
Jakarta: Erlangga, hlm 6.
6
Belajar didefinisikan sebagai modifikasi terhadap lingkungan melalui
adalah lebih baik daripada sekedar bicara. Karena itu, proses belajar adalah
melakukan, bereaksi, mengalami, dan mencoba. Sementara hasil dari belajar adalah
dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.”10 Tujuan pendidikan sebagai arah dari proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat
dikemukakan oleh Benyamin Bloom bahwa ”hasil belajar yang dicapai siswa ada tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”. 11 Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari perngetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan
9
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 91.
10
H. Y. Waluyo , dkk. 1987. Penilaian Pencapaian Hasil Berlajar. Jakarta: Karunika, hlm 24.
11
Nana Sudjana, 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar-mengajar. Bandung: Rosda Karya.
hlm 22.
7
sikap yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah ini menjadi objek penilaian
hasil belajar, tetapi diantara ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang dipakai dalam
penilaian hasil belajar penelitian ini karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar produk
(product outcome) yaitu hasil belajar yang diperoleh atau dinilai pada akhir
keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Jadi hasil belajar itu bukan selama
proses belajar berlangsung namun hanya pada akhir proses belajar mengajar.
Hasil belajar yang harus dicapai harus dirumuskan benar-benar oleh guru, agar
pada akhir proses belajar mengajar guru dapat mengadakan evaluasi apakah tujuan
Menurut Fry, Ron ”If the test results show everyone getting an A or everyone
getting DS ang FS (after honest at tempts to do well) the teacher has messed up.”12
Maksudnya yaitu guru memiliki peranan yang sangat penting terhadap proses belajar
mengajar. Dimana guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar saja namun guru juga
proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan
12
Fry, Ron. 1999. The great big book of how study. USA: Book-mart pres. P.433
13
Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 200.
8
penilaian ini adalah memperoleh data hasil belajar siswa pada akhir proses belajar-
mengajar.
3. Hakikat Matematika
membantu siswa sebagai alat penunjang dalam mempelajari ilmu lain, melainkan juga
dalam rangka pembentukan sikap dan kepribadian agar dapat berpikir logis, rasional,
dan sistematis.
yang diterima tanpa bukti, ia lahir dari unsur pangkal yang menjadi pijakan bagi
tentang konsep-konsep secara tersendiri maupun hubungan yang ada diantara konsep
tersebut yang akan melahirkan konsep baru. Karena matematika dipenuhi oleh
konsep-konsep, juga konsep yang ada (baru) dibentuk oleh beberapa konsep
banyak kesepakatan yang harus dipenuhi dan diikuti, jika tidak maka akan
konsep tidak cukup hanya melalaui hafalan dan ingatan tetapi harus dimengerti dan
dipahami melalui suatu proses berpikir dan beraktivitas secara nyata. Kemampuan
9
mengkonkritkan konsep matematika akan dapat membantu proses penguasaan materi
pelajaran matematika, ini dapat dilakukan dengan bantuan alat peraga ke arah
induktif semua bangunan atau sistem maupun hubungan yang ada di dalamnya.
Karena itu pelajaran matematika pada setiap jenjang pendidikan memiliki keterkaitan
satu dengan lainnya, untuk menguasai suatu sistem maka harus didahului dengan
penguasaan terhadap sistem yang lain. Oleh karena itu penanaman konsep keliru pada
sistem yang menjadi prasyarat akan mengakibatkan kekeliruan pula pada semua
dengan berbagai operasi hitung. Sedangkan penggunaan abjad atau lambang tertentu
Sementara itu obyek pembahasan geometri berkenaan dengan titik, garis, bidang,
maupun ruang. Semua cabang ini mesti dikuasai oleh siswa untuk dapat memahami
Dari semua cabang matematika, yang menjadi obyek dalam produk inovasi ini
adalah aritmatika pada konsep operasi hitung perkalian dan oeprasi hitung perkalian
bilangan bulat.
konsep dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap berpikir semi konkret, tahap berpikir
konkret, tahap berpikir semi abstrak dan tahap berpikir abstrak. 15 Dari uraian tersebut
15
Darhim. 2010. Workshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, Modul 1.9
10
jelas sekali bahwa media pembelajaran atau alat peraga dapat menjadi jembatan bagi
operasi abstrak serta prinsip dan asas yang abstrak. Objek yang abstrak tersebut dalam
pendidikan matematika diusahakan agar mudah dipahami oleh siswa, dengan cara
Pada dasarnya siswa belajar melalui hal-hal yang konkrit untuk memahami
perantara atau visualisasinya, sehingga konsep abstrak tersebut dapat mengendap dan
tahan lama. Pembelajaran matematika harus dilakukan sesuai dengan kondisi atau
menggunakan alat peraga matematika, siswa akan aktif dan asyik bekerja tanpa ada
rasa tertekan dan tegang. Hal ini sangat menguntungkan siswa, terutama bagi mereka
16
Federick H. Bell. 1978. Teaching and learning Mathematics. USA: Wm. C. Brown
Company Publisher, hlm 323-324.
11
sepenuhnya dalam bentuk-bentuk abstrak dan yang berupa simbol dari objek-objek
matematika. Semua hasil kerja yang telah diperoleh Piaget, Bruner, Dienes dan
Matematika adalah salah satu subjek yang harus dipelajari dengan membaca
dan berbuat. Prinsip pembelajaran berbantuan alat peraga adalah siswa belajar sambil
berbuat, belajar sambil mengobservasi, dan memulai dari yang konkrit ke yang
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga matematika adalah
seperangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara
konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dengan alat peraga, hal-hal yang
abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkrit yang
dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi
menangkap arti konsep tersebut.17 Dalam proses belajar mengajar alat peraga
dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif
dan efisien.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu
mempercayai bahwa siswa belajar lebih efektif manakala siswa tertarik dengan apa
17
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakart:
PPPG Matematika, hlm 3.
12
yang mereka pelajari dan siswa berprestasi baik kalau siswa menyukai matematika.
Oleh karena itu, perhatian yang terus menerus hendaknya diarahkan penciptaan,
matematika.18 Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara
lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan
unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau
tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam
pencapain tersebut, peranan alat peraga memegang peranan yang penting sebab
dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat
peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata
dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah
Sejak tahun 1950-an sampai tahun 1970-an tidak kurang dari 20 rangkuman
paling lengkap adalah rangkuman Higgins dan Suydam tahun 1976, menyimpulkan
bahwa.
(1) Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian alat peraga
dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong
prestasi siswa. (2) Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang
meyakinkan dari belajar dengan alat peraga terhadap yang tidak memakai.
Besarnya persentase yang menyatakan bahwa penggunaan alat peraga itu
paling tidak hasil belajarnya sama dengan yang tidak menggunakan alat
peraga adalah 90%. (3) Manipulasi alat peraga itu penting bagi siswa SD di
semua tingkatan. (4) Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi alat peraga itu
hanya berhasil ditingkat yang lebih rendah.19
18
Turmudi. 2009. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser
Cita Pustaka, hlm 87.
19
Lithanta. 2009. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media Pembelajaran
Matematika yang Menyenangkan. (Guru SDN Mangunharjo V), hlm 4.
13
siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik; memperjelas makna bahan pelajaran
sehingga siswa lebih mudah memahaminya; membuat lebih aktif kegiatan belajar
dapat menyajikan dan memperjelas konsep matematika dalam bentuk real. Sedangkan
kelemahan penggunaan alat peraga yaitu mengajar dengan memakai alat peraga lebih
banyak menuntut guru; banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan pembelajaran;
berkorban secara materil; dan alat peraga dipandang sebagai alat bantu semata bagi
guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat
fungsi dan manfaat di antaranya, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran
besar, dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit membuat
siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti,
siswa akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda yang ada
di sekitarnya.
matematika melalui latihan. Akan tetapi, jika selalu mengulang dan berlatih
keterampilan matematika dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan
sebelumnya, menyebabkan berkurangnya minat siswa. Jadi, penting bagi guru untuk
mencari pendekatan baru untuk topik-topik yang sudah biasa diajarkan agar nampak
baru dan menarik, salah satunya dengan penggunaan alat peraga. Alat peraga
14
Jika alat peraga matematika dipandang sebagai media pembelajaran, maka ia
matematika. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar
dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu
yang cukup lama.21 Pada sisi lain alat peraga matematika dapat dipandang sebagai
matematika.
Tahap perkembangan pola pikir siswa dimulai dari hal yang bersifat konkrit
dan secara perlahan menuju hal yang sifatnya abstrak. Pada pembelajaran matematika
terutama di kelas bawah, sangat diperlukan adanya alat peraga yang dapat diamati
atau dipegang oleh siswa ketika melakukan aktivitas belajar. Aktivitas sedapat
mungkin melibatkan seluruh indra pada siswa terutama pendengaran, penglihatan, dan
perabaan. Dalam hal ini alat peraga dapat menjembatani proses abstraksi. Di samping
itu, dengan alat peraga siswa dapat berlatih untuk menguraikan masalah dari tingkat
sederhana dan konkret ini, kemudian siswa dapat membangun pengetahuan sendiri
agar memperoleh manfaat yang baik. Guru perlu mengetahui kapan, kenapa, dan
kemungkinan dapat diamati (dinilai), dapat digunakan dengan baik, serta pengaruhnya
penggunaan dapat efektif, yaitu alat peraga mengandung hubungan yang jelas dengan
21
Djamarah dan Zain, op.cit., hlm.122
15
suatu konsep matematika, penggunaan alat peraga diarahkan secara kerjasama untuk
variatif dalam bentuk, ukuran, warna serta tingkatan pemahaman konsep yang
diharapkan, guru menjamin ketersediaan alat peraga yang dibutuhkan siswa serta
mudah untuk digunakan, guru mampu mengatasi kesulitan yang terjadi dari
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam pembuatan alat peraga
harus memperhatikan standar dan syarat penggunaan alat peraga, maka dari itu alat
peraga tidak dapat dibuat secara asal. Alat peraga merupakan alat bantu dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama dan harus efisien
dalam penggunaannya.
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Agar kegiatan
belajar mencapai hasil yang optimal, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang
dan guru. Sehingga akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan.
dengan tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Fungsi media pembelajaran atau
alat peraga dalam pembelajaran matematika dimaksudkan agar komunikasi antara guru
dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang
16
Penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian dalam
pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan operasi hitung perkalian dan
operasi hitung perkalian bilangan bulat merupakan suatu metode yang membantu
inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian siswa dapat mempraktIkkan secara
langsung operasi hitung perkalian dan operasi hitung perkalian bilangan bulat. Cara ini
dapat membantu mempermudah siswa memahami konsep lebih baik sehingga akan
perkalian dipengaruhi oleh penggunakan alat peraga Stik Perkalian atau dengan kata lain
penggunaan alat peraga stik perkalian sangat membantu proses belajar mengajar
matematika siswa. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh positif yang signifikan
melalui penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian terhadap
hasil belajar matematika pada pokok bahasan operasi hitung perkalian dan operasi hitung
BAB III
17
A. Spesifikasi Produk
1. Nama Produk
Alat peraga Stik Perkalian yang digunakan dalam proses pembelajaran pada
sub pokok bahasan operasi hitung perkalian dan operasi hitung perkalian bilangan
Papan
Stik
Stik
Gambar 1
Alat Peraga Stik Perkalian
18
Alat peraga stik perkalian dapat digunakan untuk melakukan operasi
hitung perkalian dengan satu angka, dua angka, dan tiga angka atau lebih.
Tetapi alat peraga yang dibuat dikhususkan hanya untuk perkalian sampai
vertikal dan horizontal pada selembar papan yang sudah diatur ukurannya,
alat peraga stik perkalian mengikuti konsep yang diarahkan oleh guru. Guru
dengan teknik tanpa menyimpan dan menyimpan. Alat peraga ini dibuat untuk
gagasan yang bersifat konkret. Dengan demikian diharapkan alat peraga Stik
Perkalian dapat memperlancar proses belajar siswa pada materi operasi hitung
dalam diri siswa. Selain itu alat peraga stik perkalian diharapkan dapat
proses pembelajaran.
operasi hitung perkalian bilangan bulat yang diajarkan di kelas 4, 5 dan 6 SD.
Alat peraga Stik Perkalian terdiri dari dua komponen yaitu papan stik dan
stiknya. Stik dibedakan menjadi dua warna yaitu kuning dan putih. Konsep
19
mengerjakan operasi hitung bilangan bulat sama seperti cara di atas yang
membedakan hanya pada tanda positif dan negatif saja. Tanda positif dan
Perkalian bertanda sama (+) dengan (+) ataupun (-) dengan (-) diambil stik
yang berwarna sama, maka hasil perkaliannya menghasilkan tanda yang sama
yaitu bertanda (+). Jika perkalian bertanda berbeda (+) dengan (-) ataupun (-)
dengan (+) maka mengunakan stik yang berbeda warna. Jika warnanya
B. Kebutuhan Pengembangan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga Stik Perkalian
adalah:
a. Kayu
c. Plitur kayu
Alat yang digunakan untuk membuat alat peraga Stik Perkalian juga bisa terbuat
dari fiber, sedotan warna yang dipakai pada pegangan balon atau lidi yang diberi
warna (untuk stiknya) dan papan tipis dengan lapisan kain flanel untuk (tempat
stiknya). Atau bisa menggunakan alat dan bahan yang lebih modern yaitu dengan
menggunakan kertas magnet, agar mudah diperagakan secara berdiri dan dapat
ditempel di papan tulis tetapi dengan menggunakan bahan dibutuhkan biaya yang
lebih.
20
2. Proses Pembuatannya
Alat peraga stik perkalian terbuat dari kayu yang tidak mudah rapuh. Kayu
cm dengan jarak antara stik 1 cm dan pembatas antara nilai puluhan dan satuan
adalah 4 cm. Alat peraga stik perkalian terdiri dari dua komponen yaitu stik dan
papan kayu. Kayu yang berbentuk stik akan ditempatkan pada selembar papan
kayu yang sudah diukir bentuknya sesuai dengan ukuran stik. Stik dicat agar lebih
menarik ketika digunakan oleh siswa SD. Stik dibuat menjadi dua warna yaitu
warna kuning dan putih. Warna kuning dipilih sebagai warna stik karena warna
kuning mempunyai banyak arti positif yaitu kreatif, membangun percaya diri,
ceria, bahagia, energik dan optimis. Sedangkan warna putih dipilih karena
memiliki makna bersih, suci, dan ringan. Papan stik tidak diberi cat berwarna,
hanya diberi plitur kayu agar tahan lama dan terlihat keasliannya yang terbuat dari
bahan alam.
Alat Stik Perkalian ini dibuat dari kayu agar bahan-bahannya mudah didapat
peraga Stik Perkalian. Karena di daerah terpencil masih sangat memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan kayu sangat mudah untuk didapatkan. Dalam pembuatan alat
21
BAB IV
peraga stik perkalian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Hasil pembelajaran matematika menggunakan alat peraga stik perkalian pada materi
operasi hitung yang dilihat oleh penulis terdapat semangat yang sangat besar yang
ditunjukkan oleh siswa. Diawali dengan guru mempersiapkan bahan ajar dan alat
22
Gambar 2
Penggunaan LCD untuk memberikan contoh cara mengerjakan operasi hitung
perkalian menggunakan alat peraga stik perkalian
23
Gambar 3
Proses kegiatan belajar siswa dengan menggunakan alat peraga stik perkalian
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan produk inovasi alat peraga
lebih baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga stik
perkalian bagi siswa SD sebagai inovasi dalam pembelajaran sudah terlaksana dengan
baik.
materi operasi hitung perkalian satu angka, dua angka, tiga angka atau lebih.
Cara I
5 titik potong
41 5 = 200 + 00 + 5 = 205
20 titik potong
Jadi, 41 5 = 205
24
Cara II
5 titik potong
41 5 = 20 5
20 titik potong
Jadi, 41 5 = 205
Cara 1
35 titik potong
25 7 = 140 + 35 = 175
14 titik potong
Jadi, 25 ¿ 7 = 175
Cara II
35 titik potong
25 7 = 14 35 = = 175
14 titik potong
25
Jadi, 25 ¿ 7 = 175
Cara I
6 titik potong
2 titik potong
6 titik potong
Jadi, 31 22 = 682
Cara II
6 titik potong
2 titik potong
6 titik potong
Jadi, 31 22 = 682
26
2. Berikut ilustrasi pengerjannya, untuk perkalian 46 × 33
Cara I
12 titik potong
18 titik potong
18 titik potong
12 titik potong
Jadi, 46 × 33 = 1518
Cara II
12 titik potong
18 titik potong
46 33 = 12 (18+12) 18 = 12 30 18 = = 1518
18 titik potong
12 titik potong
Dengan memahami konsep nilai tempat puluhan dan satuan seperti yang telah
27
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
1. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian sebagai produk
semua siswa terlibat aktif pada kegiatan yang disampaikan dengan pembelajaran
berkelompok.
perkalian siswa SD terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dan minat siswa dalam
belajar matematika.
B. Saran
1. Diharapkan kepada guru SD dapat menerapkan dan mengembangkan alat peraga Stik
Perkalian dalam proses pembelajaran, maksud dari digunakannya alat peraga stik
perkalian adalah untuk membantu guru dalam penyampaian pelajaran di samping juga
28
pelajaran matematika bersifat abstrak, maka diharapkan dengan alat peraga ini
bentuk penguasaan metode dan media untuk memotivasi siswa dalam pelajaran
3. Bagi siswa hendaknya bisa memperhatikan pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka capai sehingga dapat dipergunakan pada kehidupan sehari-hari dan tentunya
meningkatakan keterampilan yang telah dimiliki agar dapat bersaing pada kehidupan
di abad 21 serta dapat memperkuat konsep perkalian sehingga selalu mudah di ingat.
4. Bagi kepala sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan kepada guru kelas
dengan memberikan kesempatan menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk
proses belajar.
5. Bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sejenis hendaknya
memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada di dalam penelitian ini. Agar hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadi, A. (2005). Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. IHT Media Bagi Staf
LPMP Pengelola Laboratorium Matematika Tanggal 5 s.d. 11 September 2005 di PPPG
Matematika Yogyakarta.
Fry, R. (1999). The great big book of how study. USA: Book-mart pres.
Marks, J.L., Hiatt, A.A., Neufeld, E.M. (1988). Metode Pengajaran untuk Matematika
Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga.
Pujiati. (2004). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Disajikan
pada Diklat Intruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, 10–23 Oktober 2004, Dirjen
Dikdasmen, PPPG Matematika Jogjakarta
30
Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser
Cita Pustaka.
Waluyo, H.Y. et al. (1987). Penilaian Pencapaian Hasil Berlajar. Jakarta: Karunika.
31