Anda di halaman 1dari 39

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA STIK

PERKALIAN BAGI SISWA SD

ONIP 2017
(OLIMPIADE NASIONAL INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA)

DIBUAT OLEH :
SERLY MARLINDAH
GURU KELAS SDIT AULIYA
TANGERANG SELATAN, BANTEN 2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Karena atas rahmat dan kasih
sayangNya peneliti dapat berkesempatan mengadakan pengembangan alat peraga
stik perkalian bagi siswa SD. Serta atas izinNyalah penulis dapat menyelesaikan
produk inovasi pengembangan pembelajaran matematika ini dengan baik.
Alhamdulillahirabbil aalamiin

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menghargai setiap dukungan


dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangsih yang sangat
berarti bagi peneliti. Dukungan dalam bentuk tenaga, pemikiran, biaya dan
berbagai hal bisa terwujud dalam penyelesaian produk inovasi ini.

Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih


kepada Bapak Ir. Triwisaksana, M.Sc selaku Ketua Yayasan Auliya Insan Utama,
dan juga kepada Ibu Dra. Lilia Sari selaku Direktur Sekolah Islam Terpadu
Auliya, serta kepada Bapak Hervin Kusbernadi, S.Pd selaku kepala Sekolah SDIT
Auliya, Ibu Atin Djuremi selaku Wakil Kepala Sekolah SDIT Auliya yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun produk inovasi ini di
SDIT Auliya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta
penulis Ibu Amih dan Bapak Jajang yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis. Dan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Wahidin Headi, Bapak Nanang Maulana Sasmita, Bapak Islan Ali Akbar,
Bapak Usep, Bapak Anto, Ibu Dery Dona Dea, Dian Niagari dan Atih Rohati yang
telah membantu penulis dengan ikhlas dan penuh semangat.

Penulis menyadari segala keterbatasan dalam penyusunan produk inovasi


ini, tetapi penulis berharap produk inovasi ini bisa bermanfaat khususnya bagi
sekolah, guru, dan siswa di SDIT Auliya, Tangerang Selatan, Banten dan secara
lebih luas bagi semua pemerhati dunia pendidikan matematika .

Tangerang Selatan, 25 September 2017


Penulis

iv
Serly Marlindah, S.Pd.
ABSTRAK

SERLY MARLINDAH, 2017. Guru Kelas SD. Alat Peraga Stik Perkalian Bagi

Siswa SD. ONIP (Olimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran). Tangerang Selatan,

Banten: Sekolah Dasar Islam Terpadu AULIYA.

Produk inovasi pembelajaran matematika yang berjudul pengembangan alat

peraga Stik Perkalian bagi siswa SD yang dilakukan di SDIT Auliya bertujuan

untuk membantu pemahaman dan penguatan konsep materi perkalian matematika

dan mengasah kompetensi abad 21 yaitu communication, critical Thinking and

problem, collaboration, serta creativity and innovation.

Matematika merupakan pelajaran yang cenderung dihindari oleh siswa SD, SMP,

atau SMA, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika yang

diperolah. Pengajaran konsep matematika yang abstrak masih didominasi oleh

cara-cara konvensional seperti ceramah dan ekspositori. Sementara tahap

perkembangan pola pikir siswa dimulai dari hal yang bersifat konkrit dan secara

perlahan menuju hal yang sifatnya abstrak. Pada pembelajaran matematika

terutama di tingkat SD, sangat diperlukan adanya alat peraga yang dapat diamati

atau dipegang oleh siswa ketika melakukan aktivitas belajar. Dengan

menggunakan produk inovasi pengembangan alat peraga stik perkalian siswa

dapat mempraktikkan secara langsung operasi hitung perkalian dan operasi hitung

perkalian bilangan bulat.

v
Menurut Madnesen dan Sheal: Bahwa kebermaknaan belajar tergantung

bagaimana cara siswa belajar, yaitu jika belajar hanya dengan membaca

kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%,

mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar

dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.

Alat peraga stik perkalian dapat menciptakan pembelajaran matematika yang

menyenangkan serta dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika

siswa. Alat peraga stik perkalian juga mampu memberikan kebermaknaan belajar

bagi siswa karena pembelajaran matematika menggunakan benda konkret. Dengan

alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang

berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga

dapat lebih mudah dipahami. Cara ini dapat membantu mempermudah siswa

memahami konsep lebih baik sehingga akan mendorong peningkatan hasil

belajarnya secara optimal. Hasil produk inovasi pembelajaran matematika ini

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan terhadap minat

dan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian. Terutama

untuk matematika sekolah dasar pada materi operasi hitung perkalian dan operasi

hitung perkalian bilangan bulat.

Kata-kata kunci: Alat peraga stik perkalian, Inovasi, Minat dan Hasil belajar

matematika siswa.

vi
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN JUDUL .......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
ABSTRAK..................…………………………………………….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………….... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………….... 1
B. Tujuan Penelitian ………………………………… 4
C. Manfaat Penelitian ……………………………….. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar ………………………………… 6
2. Hakikat Hasil Belajar ………………………….. 7
3. Hakikat Matematika ............................................ 9
4. Alat Peraga Matematika ...................................... 10
B. Kerangka Berpikir ………………………………… 16
BAB III PERANCANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD
A. Spesifikasi Produk ..................…………………… 18
B. Kebutuhan Pengembangan .....…………………… 20
BAB IV PENGEMBANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN
ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD
A. Proses Pengembangan Produk ……………............. 22
B. Penerapan Pada Pembelajaran Matematika ………. 24
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………….. 28
B. Saran ……………………………………………… 28

vii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 30

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang cukup berkembang pesat saat ini.

Baik sebagai penunjang ilmu-ilmu yang lain maupun kegunaannya dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu penguasaan matematika secara baik perlu ditanamkan agar

konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga sebagian siswa tidak menganggap bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Maka dalam proses pembelajaran

matematika di sekolah sebaiknya dilakukan dengan efektif, efisien dan sesuai dengan

perkembangan zaman.

Saat ini pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan cara

konvensional, masih banyak guru yang melaksanakan proses belajar mengajar secara

monoton, hal ini dapat membosankan, membahayakan dan merusak minat siswa. Karena

metode yang mereka gunakan adalah metode ceramah dengan media chalk and talk. Hal

itu disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu: (1) sekolah sudah memiliki alat peraga

tetapi belum memanfaatkannya secara optimal; (2) sekolah sama sekali belum memiliki

alat peraga; (3) sekolah telah memiliki alat peraga namun belum memadai baik tempat,

kualitas maupun kuantitasnya.1

Pembelajaran matematika menjadi perhatian dalam kajian kebijakan kurikulum


pendidikan matematika, dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di
beberapa sekolah, diantaranya (1) pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak
didukung alat peraga; (2) guru cenderung menggunakan metode ceramah; (3)
evaluasi tidak mengacu pada indikator yang telah diajarkan; (4) siswa kesulitan
menggunakan alat pembelajaran matematika, seperti penggaris, jangka, kalkulator,
dan busur.2

1
Asyhadi. 2005. Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. Yogyakarta: IHT Media, hlm
2.

1
Realitas ini membuat pelajaran matematika sebagai pelajaran yang kurang

difavoritkan. Bagi banyak siswa, matematika menimbulkan kenangan masa sekolah yang

merupakan beban berat. Piaget mengungkapkan bahwa, siswa cerdas sekalipun secara

sistematis menemui kegagalan dalam pelajaran matematika.3 Hal ini nampak dari

rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.

Agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi, tentu dibutuhkan suatu metode

pembelajaran yang mampu memberikan kebermaknaan belajar bagi siswa, karena

menurut Madnesen dan Sheal:

bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara siswa belajar, yaitu jika

belajar hanya dengan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari

mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-

komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan

mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.4

Dari uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan

pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan

mendengar dan melihat. Oleh karena itu guru mesti menghadirkan pembelajaran yang

dapat mendukung cara belajar siswa secara aktif, salah satunya dengan menggunakan alat

peraga matematika.

Belajar aktif adalah belajar di mana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga

kegiatan siswa belajar lebih dominan daripada kegiatan guru mengajar. Mereka dapat

aktif dalam mengkonstruksi maupun mengorganisir belajarnya sendiri dengan

memanfaatkan alat peraga yang disediakan oleh guru. Siswa tidak hanya dapat

memanfaatkan beragam sumber belajar, melainkan pembelajaran yang dilaluinya akan

2
Puskur. 2007. Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta :
Balitbang, hlm 10-11.
3
Maier. 1985. Kompendium Didaktik Matematika. Bandung: CV Remaja Karya, hlm 9.
4
Erman Suherman. ( 10 desember 2004 ). Model-model Pembelajaran Matematika Berorientasi
Kompetensi Siswa. MGMP Matematika di LPMP Jawa Barat.

2
dirasakan sebagai belajar sambil bermain, dan ini sangat tepat dengan kondisi

perkembangan mental siswa di sekolah.

Merupakan suatu yang biasa apabila para siswa merasa susah dalam mempelajari

matematika, karena salah satu karakteristik matematika adalah terdiri dari serangkaian

konsep-konsep yang abstrak, sedangkan tahap perkembangan mental siswa belum

semuanya berada dalam tahap berpikir formal. Oleh karena itu guru harus dapat

menjembatani siswa yang belum berpikir formal agar dapat mempelajari konsep yang

abstrak, dengan menghadirkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

memvisualisasikan konsep abstrak tersebut menjadi sesuatu yang nyata dan mudah

dipahami. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran matematika untuk menanamkan konsep agar mudah dimengerti oleh para

siswa.5

Alasan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika, karena objek

matematika abstrak sehingga perlu peragaan, sifat materi matematika tidak mudah

dipahami, citra pembelajaran matematika selama ini kurang baik, kemampuan kognitif

siswa masih konkrit dan motivasi belajar siswa tidak tinggi. Sementara alat peraga

matematika dapat membantu siswa meningkatkan minat, sehingga siswa lebih mengerti

dan mempunyai daya ingat yang baik.6

Alat peraga matematika yang digunakan adalah Stik Perkalian. Alat peraga ini

diciptakan oleh peneliti dari kayu yang dibuat menjadi stik dengan warna yang menarik

dan stik tersebut ditempatkan pada selembar papan kayu. Selain dari kayu, alat peraga ini

juga bisa dibuat dari bahan sedotan balon, fiber dan lainnya. Alat ini dibuat untuk

membantu siswa memahami konsep operasi hitung perkalian dan operasi hutung

perkalian bilangan bulat dalam proses pembelajaran matematika menggunakan benda

5
Rohayati, A. Alat Peraga Pembelajaran Matematika. (Makalah, 2010), hlm 3.
6
Rohayati, loc.cit.

3
konkrit. Tujuannya untuk mengarahkan siswa mengerjakan operasi hitung perkalian dan

operasi hitung perkalian bilangan bulat ke dalam bentuk yang abstrak, sehingga konsep

yang didapat siswa semakin kuat. Karena perkalian adalah ilmu dasar dari matematika

maka siswa harus menguasainya dengan baik. Cara menggunakan Stik Perkalian ini

sangat sederhana. Sehingga siswa mudah memahami penggunaannya.

Dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian dalam pembelajarnnya, siswa

dapat terbantu menemukan strategi atau konsep untuk memecahkan masalah operasi

hitung perkalian dari konkret ke dalam bentuk yang abstrak. Mereka berlatih untuk

menguraikan masalah operasi hitung perkalian dari tingkat yang sederhana dan konkrit,

sehingga mereka dapat membangun pengetahuannya sendiri, memahami persoalan, dan

mencari strategi pemecahan masalah.

B. Tujuan

Tujuan penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian bagi

siswa SD yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman konsep materi operasi hitung perkalian menggunakan

Stik Perkalian

2. Meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung perkalian bilangan bulat untuk

siswa kelas 4, 5 dan 6 dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian.

3. Menciptakan pembelajaran yang efektif yaitu siswa aktif dalam kegiatan pembelajran

di dalam kelas sehingga minat dan hasil belajar siswa meningkat.

C. Manfaat

1. Siswa

Agar siswa termotivasi dalam mempelajari matematika dengan menggunakan alat

peraga Stik Perkalian sehingga minat dan hasil belajar siswa terhadap matematika

4
meningkat dan dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan

konkret .

2. Guru

Untuk guru SD sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang penggunaan

alat peraga Stik Perkalian dalam proses pembelajaran matematika untuk pemahanam

konsep perkalian.

3. Sekolah

Menambah referensi media pembelajaran dalam mengembangkan penggunaan alat

peraga Stik Perkalian. Agar tercipta suasana kelas yang kondusif untuk proses belajar

di sekolah.

4. Dunia pendidikan matematika

Untuk menambah wawasan bagi dunia pendidikan matematika tentang penggunaan

alat peraga Stik Perkalian. Dan produk inovasi pengembangan alat peraga stik

perkalian dapat digunakan dalam dunia pendidikan matematika terutama di unit

Sekolah Dasar.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak tergantung kepada proses belajar. Menurut Slameto bahwa

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” 7 Adapun tingkah laku yang

mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek kepribadian, baik fisik

maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, cara

berpikir, ketrampilan dan sikap.

Seorang Filosof Cina Confucius mengatakan bahwa saya dengar maka saya

lupa, saya lihat maka saya ingat, dan saya alami maka saya paham. Bagaimana pula

dengan hidup untuk mengikat makna, belajar itu harus mampu memberikan arti bagi

yang mempelajarinya, dan arti akan hadir kalau belajar itu dialami. Pembelajaran

yang menekankan kepada pemahaman, I do and I understand, sebuah proyek yang

didasarkan pada karya Piaget dan Dienes, “the Nuffield Mathematics Project of Great

Britain”, yang memusatkan pada partisipasi aktif siswa dalam suatu suasana

percobaan yang menggunakan bahan peraga konkrit.8

7
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,
hlm 2.
8
Marks, Hiatt dan Neufeld. 1988. Metode Pengajaran untuk Matematika Sekolah Dasar.
Jakarta: Erlangga, hlm 6.

6
Belajar didefinisikan sebagai modifikasi terhadap lingkungan melalui

pengalaman, pengalaman merupakan guru yang terbaik, belajar dari pengalaman

adalah lebih baik daripada sekedar bicara. Karena itu, proses belajar adalah

melakukan, bereaksi, mengalami, dan mencoba. Sementara hasil dari belajar adalah

semua pencapaian oleh pembelajaran melalui aktivitasnya. Demikianlah pandangan

Witherington dan Burton.9

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar bukan

hanya mengingat (mengumpulkan pengetahuan), melainkan juga mengalami,

melakukan, beraktivitas, dan berinteraksi dengan lingkungan, dengan demikian siswa

akan lebih akrab dengan materi pelajarannya, memahami, serta mendatangkan

kebermaknaan bagi dirinya.

2. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Sudiarto bahwa “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang

dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang ditetapkan.”10 Tujuan pendidikan sebagai arah dari proses belajar

mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat

dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang

dikemukakan oleh Benyamin Bloom bahwa ”hasil belajar yang dicapai siswa ada tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”. 11 Ranah kognitif

berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari perngetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan
9
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 91.
10
H. Y. Waluyo , dkk. 1987. Penilaian Pencapaian Hasil Berlajar. Jakarta: Karunika, hlm 24.
11
Nana Sudjana, 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar-mengajar. Bandung: Rosda Karya.
hlm 22.

7
sikap yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah ini menjadi objek penilaian

hasil belajar, tetapi diantara ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang dipakai dalam

penilaian hasil belajar penelitian ini karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar produk

(product outcome) yaitu hasil belajar yang diperoleh atau dinilai pada akhir

pelaksanaan proses belajar mengajar yang digunakan untuk melihat tingkat

keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Jadi hasil belajar itu bukan selama

proses belajar berlangsung namun hanya pada akhir proses belajar mengajar.

Hasil belajar yang harus dicapai harus dirumuskan benar-benar oleh guru, agar

pada akhir proses belajar mengajar guru dapat mengadakan evaluasi apakah tujuan

belajar mengajar tercapai atau tidak.

Menurut Fry, Ron ”If the test results show everyone getting an A or everyone

getting DS ang FS (after honest at tempts to do well) the teacher has messed up.”12

Maksudnya yaitu guru memiliki peranan yang sangat penting terhadap proses belajar

mengajar. Dimana guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar saja namun guru juga

bisa sebagai motivator bagi siswanya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa “Evaluasi hasil belajar merupakan

proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan

pengukuran hasil belajar.”13 Berdasarkan penjelasan diatas, maka tujuan utama

12
Fry, Ron. 1999. The great big book of how study. USA: Book-mart pres. P.433
13
Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 200.

8
penilaian ini adalah memperoleh data hasil belajar siswa pada akhir proses belajar-

mengajar.

3. Hakikat Matematika

Secara etimologis, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar, ia lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran).

Kemampuan bernalar ini dapat dilihat dari cara memecahkan persoalan-persoalan

matematika maupun persoalan-persoalan kehidupan.14 Matematika tidak hanya

membantu siswa sebagai alat penunjang dalam mempelajari ilmu lain, melainkan juga

dalam rangka pembentukan sikap dan kepribadian agar dapat berpikir logis, rasional,

dan sistematis.

Matematika bersifat aksiomatik karena ia berangkat dari prinsip-prinsip umum

yang diterima tanpa bukti, ia lahir dari unsur pangkal yang menjadi pijakan bagi

definisi konsep dalam matematika. Dalam pengembangannya matematika membahas

tentang konsep-konsep secara tersendiri maupun hubungan yang ada diantara konsep

tersebut yang akan melahirkan konsep baru. Karena matematika dipenuhi oleh

konsep-konsep, juga konsep yang ada (baru) dibentuk oleh beberapa konsep

sebelumnya yang memiliki keterkaitan, sehingga matematika dikatakan sebagai ilmu

yang menjaga sistematika. Mempelajari matematika berarti berhadapan dengan cukup

banyak kesepakatan yang harus dipenuhi dan diikuti, jika tidak maka akan

meruntuhkan bangunan matematika sebagai sebuah sistem yang utuh.

Karena matematika penuh dengan konsep yang abstrak, maka penanaman

konsep tidak cukup hanya melalaui hafalan dan ingatan tetapi harus dimengerti dan

dipahami melalui suatu proses berpikir dan beraktivitas secara nyata. Kemampuan

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematik Kontemporer. Bandung:


14

Depdiknas-JICA-UPI, hlm 16.

9
mengkonkritkan konsep matematika akan dapat membantu proses penguasaan materi

pelajaran matematika, ini dapat dilakukan dengan bantuan alat peraga ke arah

pembelajaran visualisasi dan kinestetik. Tahap berikutnya dalam belajar matematika

adalah menuntut kemampuan mengabstraksi, menganalisis secara deduktif dan

induktif semua bangunan atau sistem maupun hubungan yang ada di dalamnya.

Karena itu pelajaran matematika pada setiap jenjang pendidikan memiliki keterkaitan

satu dengan lainnya, untuk menguasai suatu sistem maka harus didahului dengan

penguasaan terhadap sistem yang lain. Oleh karena itu penanaman konsep keliru pada

sistem yang menjadi prasyarat akan mengakibatkan kekeliruan pula pada semua

sistem yang berhubungan dengan sistem tersebut.

Matematika yang dipelajari di sekolah mencakup aritmatika, aljabar, geometri,

dan statistika. Aritmatika berkenaan dengan hubungan bilangan-bilangan nyata

dengan berbagai operasi hitung. Sedangkan penggunaan abjad atau lambang tertentu

untuk mempresentasikan lambang bilangan merupakan wilayah garapan aljabar.

Sementara itu obyek pembahasan geometri berkenaan dengan titik, garis, bidang,

maupun ruang. Semua cabang ini mesti dikuasai oleh siswa untuk dapat memahami

ilmu matematika sebagai alat secara aplikatif.

Dari semua cabang matematika, yang menjadi obyek dalam produk inovasi ini

adalah aritmatika pada konsep operasi hitung perkalian dan oeprasi hitung perkalian

bilangan bulat.

4. Alat Peraga Matematika

Menurut Ruseffendi, tahap berpikir siswa dalam upaya memahami suatu

konsep dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap berpikir semi konkret, tahap berpikir

konkret, tahap berpikir semi abstrak dan tahap berpikir abstrak. 15 Dari uraian tersebut

15
Darhim. 2010. Workshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, Modul 1.9

10
jelas sekali bahwa media pembelajaran atau alat peraga dapat menjadi jembatan bagi

siswa untuk mampu berpikir abstrak.

Matematika mempunyai objek abstrak berupa fakta abstrak, konsep abstrak,

operasi abstrak serta prinsip dan asas yang abstrak. Objek yang abstrak tersebut dalam

pendidikan matematika diusahakan agar mudah dipahami oleh siswa, dengan cara

menyajikannya melalui benda-benda konkrit. Sehingga kehadiran alat peraga dapat

menjembatani konkritisasi konsep matematika yang abstrak.

Pada dasarnya siswa belajar melalui hal-hal yang konkrit untuk memahami

konsep matematika yang abstrak. Siswa memerlukan benda-benda konkrit sebagai

perantara atau visualisasinya, sehingga konsep abstrak tersebut dapat mengendap dan

tahan lama. Pembelajaran matematika harus dilakukan sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan siswa, agar pembelajaran efektif dan menyenangkan, misalnya dengan

menggunakan alat peraga matematika, siswa akan aktif dan asyik bekerja tanpa ada

rasa tertekan dan tegang. Hal ini sangat menguntungkan siswa, terutama bagi mereka

yang daya abstraknya kurang tajam.

Menurut Frederick H. Bell mengemukakan mengenai pembelajaran yang

diawali dari hal yang konkrit, yaitu.

”Research and observation in education show that many mathematics


students need to work with concrete representations of concepts and principles before
they can meaningfully comprehend abstract and symbolic from of these
mathematical objects. The work of piaget, Bruner, Dienes and other supports the
proposition that manipulating concrete objects is an important activity in
learning mathematics”. 16

Artinya yaitu penelitian dan observasi dalam pendidikan menunjukan

banyaknya siswa terbiasa mengerjakan matematika dengan gambaran nyata dari

konsep-konsep dan hal-hal yang mendasar sebelum mereka dapat memahami

16
Federick H. Bell. 1978. Teaching and learning Mathematics. USA: Wm. C. Brown
Company Publisher, hlm 323-324.

11
sepenuhnya dalam bentuk-bentuk abstrak dan yang berupa simbol dari objek-objek

matematika. Semua hasil kerja yang telah diperoleh Piaget, Bruner, Dienes dan

lainnya mendukung pernyataan bahwa dengan menggunakan benda-benda konkrit

merupakan aktivitas penting dalam pembelajaran matematika.

Matematika adalah salah satu subjek yang harus dipelajari dengan membaca

dan berbuat. Prinsip pembelajaran berbantuan alat peraga adalah siswa belajar sambil

berbuat, belajar sambil mengobservasi, dan memulai dari yang konkrit ke yang

abstrak. Siswa belajar dengan objek-objek yang kemudian digeneralisasikan.

Pembelajaran ini khusus untuk mengabaikan keabstrakan hakikat matematika,

namun dapat menarik minat siswa terhadap matematika yang abstrak.

Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau

membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga matematika adalah

seperangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara

sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-

konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dengan alat peraga, hal-hal yang

abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkrit yang

dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi

utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakkan konsep agar siswa mampu

menangkap arti konsep tersebut.17 Dalam proses belajar mengajar alat peraga

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif

dan efisien.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Guru umumnya

mempercayai bahwa siswa belajar lebih efektif manakala siswa tertarik dengan apa

17
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakart:
PPPG Matematika, hlm 3.

12
yang mereka pelajari dan siswa berprestasi baik kalau siswa menyukai matematika.

Oleh karena itu, perhatian yang terus menerus hendaknya diarahkan penciptaan,

pengembangan, pemeliharaan, dan dorongan untuk bersikap positif terhadap

matematika.18 Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara

lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan

unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau

tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam

pencapain tersebut, peranan alat peraga memegang peranan yang penting sebab

dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat

peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata

dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah

dipahami oleh siswa.

Sejak tahun 1950-an sampai tahun 1970-an tidak kurang dari 20 rangkuman

penelitian penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika. Di antaranya yang

paling lengkap adalah rangkuman Higgins dan Suydam tahun 1976, menyimpulkan

bahwa.

(1) Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian alat peraga
dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong
prestasi siswa. (2) Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang
meyakinkan dari belajar dengan alat peraga terhadap yang tidak memakai.
Besarnya persentase yang menyatakan bahwa penggunaan alat peraga itu
paling tidak hasil belajarnya sama dengan yang tidak menggunakan alat
peraga adalah 90%. (3) Manipulasi alat peraga itu penting bagi siswa SD di
semua tingkatan. (4) Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi alat peraga itu
hanya berhasil ditingkat yang lebih rendah.19

Penggunaan alat peraga mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam

pengajaran, kelebihan penggunaan alat peraga yaitu menumbuhkan minat belajar

18
Turmudi. 2009. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser
Cita Pustaka, hlm 87.
19
Lithanta. 2009. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media Pembelajaran
Matematika yang Menyenangkan. (Guru SDN Mangunharjo V), hlm 4.

13
siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik; memperjelas makna bahan pelajaran

sehingga siswa lebih mudah memahaminya; membuat lebih aktif kegiatan belajar

mengajar seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan sebagainya; serta

dapat menyajikan dan memperjelas konsep matematika dalam bentuk real. Sedangkan

kelemahan penggunaan alat peraga yaitu mengajar dengan memakai alat peraga lebih

banyak menuntut guru; banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan pembelajaran;

berkorban secara materil; dan alat peraga dipandang sebagai alat bantu semata bagi

guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat

bantu tersebut diabaikan.

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika mempunyai beberapa

fungsi dan manfaat di antaranya, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran

matematika dengan gembira sehingga minatnya mempelajari matematika semakin

besar, dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit membuat

siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti,

siswa akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda yang ada

di sekitarnya.

Kebanyakan siswa memerlukan praktik untuk memelihara keterampilan

matematika melalui latihan. Akan tetapi, jika selalu mengulang dan berlatih

keterampilan matematika dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan

sebelumnya, menyebabkan berkurangnya minat siswa. Jadi, penting bagi guru untuk

mencari pendekatan baru untuk topik-topik yang sudah biasa diajarkan agar nampak

baru dan menarik, salah satunya dengan penggunaan alat peraga. Alat peraga

visual sering menjadi perantara untuk memotivasi pengulangan kembali materi

pelajaran, menyembunyikan kesan tidak menyenangkan pada topik yang tidak

menarik tetapi topik tersebut sangat diperlukan.20


20
Ibid., hlm.82

14
Jika alat peraga matematika dipandang sebagai media pembelajaran, maka ia

mempunyai fungsi melancarkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran

matematika. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar

dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu

yang cukup lama.21 Pada sisi lain alat peraga matematika dapat dipandang sebagai

sumber belajar. Sedapat mungkin guru menghadirkan benda-benda konkrit (alat

peraga) untuk dieksplorasi oleh siswa, sehingga mereka menemukan konsep

matematika.

Tahap perkembangan pola pikir siswa dimulai dari hal yang bersifat konkrit

dan secara perlahan menuju hal yang sifatnya abstrak. Pada pembelajaran matematika

terutama di kelas bawah, sangat diperlukan adanya alat peraga yang dapat diamati

atau dipegang oleh siswa ketika melakukan aktivitas belajar. Aktivitas sedapat

mungkin melibatkan seluruh indra pada siswa terutama pendengaran, penglihatan, dan

perabaan. Dalam hal ini alat peraga dapat menjembatani proses abstraksi. Di samping

itu, dengan alat peraga siswa dapat berlatih untuk menguraikan masalah dari tingkat

sederhana dan konkret ini, kemudian siswa dapat membangun pengetahuan sendiri

dan memahami persoalan.

Dalam menggunakan alat peraga, guru harus menggunakannya secara efektif

agar memperoleh manfaat yang baik. Guru perlu mengetahui kapan, kenapa, dan

bagaimana menggunakan alat peraga secara efektif di ruang kelas, meliputi

kemungkinan dapat diamati (dinilai), dapat digunakan dengan baik, serta pengaruhnya

dalam membantu proses belajar melalui eksplorasi alat peraga.

Standar penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika agar

penggunaan dapat efektif, yaitu alat peraga mengandung hubungan yang jelas dengan

21
Djamarah dan Zain, op.cit., hlm.122

15
suatu konsep matematika, penggunaan alat peraga diarahkan secara kerjasama untuk

membantu meningkatkan pemahaman matematika siswa, alat peraga sebaiknya

variatif dalam bentuk, ukuran, warna serta tingkatan pemahaman konsep yang

diharapkan, guru menjamin ketersediaan alat peraga yang dibutuhkan siswa serta

mudah untuk digunakan, guru mampu mengatasi kesulitan yang terjadi dari

penggunaan alat peraga, dan guru melaksanakan penilaian berbasis kinerja.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam pembuatan alat peraga

harus memperhatikan standar dan syarat penggunaan alat peraga, maka dari itu alat

peraga tidak dapat dibuat secara asal. Alat peraga merupakan alat bantu dalam proses

pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama dan harus efisien

dalam penggunaannya.

B. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Agar kegiatan

belajar mencapai hasil yang optimal, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang

menyenangkan sehingga memungkinkan terjadinya interaksi timbal balik antara siswa

dan guru. Sehingga akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan.

Proses pembelajaran memerlukan media yang penggunaannya diintegrasikan

dengan tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan

pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Fungsi media pembelajaran atau

alat peraga dalam pembelajaran matematika dimaksudkan agar komunikasi antara guru

dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang

konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya. Dengan demikian siswa

yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan.

16
Penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian dalam

pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan operasi hitung perkalian dan

operasi hitung perkalian bilangan bulat merupakan suatu metode yang membantu

mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan. Dengan menggunakan produk

inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian siswa dapat mempraktIkkan secara

langsung operasi hitung perkalian dan operasi hitung perkalian bilangan bulat. Cara ini

dapat membantu mempermudah siswa memahami konsep lebih baik sehingga akan

mendorong peningkatan hasil belajarnya secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa keberhasilan dalam mempelajari operasi hitung

perkalian dipengaruhi oleh penggunakan alat peraga Stik Perkalian atau dengan kata lain

penggunaan alat peraga stik perkalian sangat membantu proses belajar mengajar

matematika siswa. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh positif yang signifikan

melalui penggunaan produk inovasi pengembangan alat peraga Stik Perkalian terhadap

hasil belajar matematika pada pokok bahasan operasi hitung perkalian dan operasi hitung

perkalian bilangan bulat.

BAB III

PERANCANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN

ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD

17
A. Spesifikasi Produk

1. Nama Produk

Alat peraga stik perkalian.

2. Gambar Alat Peraga Stik Perkalian

Alat peraga Stik Perkalian yang digunakan dalam proses pembelajaran pada

sub pokok bahasan operasi hitung perkalian dan operasi hitung perkalian bilangan

bulat dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Papan
Stik

Stik

Gambar 1
Alat Peraga Stik Perkalian

3. Jenis Inovasi Pembelajaran

a. Inovasi Pembelajaran pada operasi hitung perkalian

18
Alat peraga stik perkalian dapat digunakan untuk melakukan operasi

hitung perkalian dengan satu angka, dua angka, dan tiga angka atau lebih.

Tetapi alat peraga yang dibuat dikhususkan hanya untuk perkalian sampai

dengan tiga angka. Proses pengerjaannya dengan meletakkan stik ke arah

vertikal dan horizontal pada selembar papan yang sudah diatur ukurannya,

kemudian dihitung banyaknya perpotongan antara stik. Siswa menggunakan

alat peraga stik perkalian mengikuti konsep yang diarahkan oleh guru. Guru

menjelaskan terlebih dahulu konsep penggunaan alat peraga Stik Perkalian

dengan teknik tanpa menyimpan dan menyimpan. Alat peraga ini dibuat untuk

pembentukan konsep, pemahaman konsep, latihan dan penguatan pada siswa

untuk menuju mengerjakan soal-soal perkalian yang bersifat abstrak. Karena

pemakaian alat peraga dalam proses pembelajaran akan mengkomunikasikan

gagasan yang bersifat konkret. Dengan demikian diharapkan alat peraga Stik

Perkalian dapat memperlancar proses belajar siswa pada materi operasi hitung

perkalian serta mempercepat pemahaman dan memperkuat daya ingat di

dalam diri siswa. Selain itu alat peraga stik perkalian diharapkan dapat

menarik perhatian dan membangkitkan minat serta motivasi siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian penggunaan alat peraga Stik

Perkalian pada proses pembelajaran akan sangat mempengaruhi keefektifan

proses pembelajaran.

b. Inovasi Pembelajaran pada operasi hitung perkalian bilangan bulat

Alat peraga Stik Perkalian dapat juga digunakan untuk melakukan

operasi hitung perkalian bilangan bulat yang diajarkan di kelas 4, 5 dan 6 SD.

Alat peraga Stik Perkalian terdiri dari dua komponen yaitu papan stik dan

stiknya. Stik dibedakan menjadi dua warna yaitu kuning dan putih. Konsep

19
mengerjakan operasi hitung bilangan bulat sama seperti cara di atas yang

membedakan hanya pada tanda positif dan negatif saja. Tanda positif dan

negatif menggunakan konsep warna pada Stik Perkalian. Contohnya,

Perkalian bertanda sama (+) dengan (+) ataupun (-) dengan (-) diambil stik

yang berwarna sama, maka hasil perkaliannya menghasilkan tanda yang sama

yaitu bertanda (+). Jika perkalian bertanda berbeda (+) dengan (-) ataupun (-)

dengan (+) maka mengunakan stik yang berbeda warna. Jika warnanya

berbeda maka hasil perkalian tersebut bertanda negatif (-).

B. Kebutuhan Pengembangan

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga Stik Perkalian

adalah:

a. Kayu

b. Cat berwarna kuning dan putih.

c. Plitur kayu

d. Alat ukiran kayu atau pengungkit

e. Alat pemotong kayu

Alat yang digunakan untuk membuat alat peraga Stik Perkalian juga bisa terbuat

dari fiber, sedotan warna yang dipakai pada pegangan balon atau lidi yang diberi

warna (untuk stiknya) dan papan tipis dengan lapisan kain flanel untuk (tempat

stiknya). Atau bisa menggunakan alat dan bahan yang lebih modern yaitu dengan

menggunakan kertas magnet, agar mudah diperagakan secara berdiri dan dapat

ditempel di papan tulis tetapi dengan menggunakan bahan dibutuhkan biaya yang

lebih.

20
2. Proses Pembuatannya

Alat peraga stik perkalian terbuat dari kayu yang tidak mudah rapuh. Kayu

tersebut dibentuk sesuai konsep yang sudah dirancang dengan ukuran 36 cm x 36

cm dengan jarak antara stik 1 cm dan pembatas antara nilai puluhan dan satuan

adalah 4 cm. Alat peraga stik perkalian terdiri dari dua komponen yaitu stik dan

papan kayu. Kayu yang berbentuk stik akan ditempatkan pada selembar papan

kayu yang sudah diukir bentuknya sesuai dengan ukuran stik. Stik dicat agar lebih

menarik ketika digunakan oleh siswa SD. Stik dibuat menjadi dua warna yaitu

warna kuning dan putih. Warna kuning dipilih sebagai warna stik karena warna

kuning mempunyai banyak arti positif yaitu kreatif, membangun percaya diri,

ceria, bahagia, energik dan optimis. Sedangkan warna putih dipilih karena

memiliki makna bersih, suci, dan ringan. Papan stik tidak diberi cat berwarna,

hanya diberi plitur kayu agar tahan lama dan terlihat keasliannya yang terbuat dari

bahan alam.

Alat Stik Perkalian ini dibuat dari kayu agar bahan-bahannya mudah didapat

terutama untuk sekolah-sekolah didaerah terpencil yang ingin menggunkaan alat

peraga Stik Perkalian. Karena di daerah terpencil masih sangat memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan kayu sangat mudah untuk didapatkan. Dalam pembuatan alat

peraga Stik Perkalian dibutuhkan ketelitian dan kesabaran.

21
BAB IV

PENGEMBANGAN PRODUK INOVASI PEMBELAJARAN

ALAT PERAGA STIK PERKALIAN BAGI SISWA SD

A. Proses Pengembangan Produk

Kegiatan pengembangan produk inovasi pembelajaran dilakukan di SDIT

Auliya khususnya di kelas 3 Samanhudi. Hasil pengembangan produk inovasi alat

peraga stik perkalian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Hasil pembelajaran matematika menggunakan alat peraga stik perkalian pada materi

operasi hitung yang dilihat oleh penulis terdapat semangat yang sangat besar yang

ditunjukkan oleh siswa. Diawali dengan guru mempersiapkan bahan ajar dan alat

peraga yang akan digunakan.

22
Gambar 2
Penggunaan LCD untuk memberikan contoh cara mengerjakan operasi hitung
perkalian menggunakan alat peraga stik perkalian

23
Gambar 3
Proses kegiatan belajar siswa dengan menggunakan alat peraga stik perkalian
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan produk inovasi alat peraga

stik perkalian, nampak bahwa kualiatas pembelajaran yang ditampilkan sudah

memuaskan. Kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran yang didesain oleh penulis.

Siswa tampak antusias dan mengatakan bahwa proses pembelajaran yang

dilakukan menyenangkan, sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan

lebih baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga stik

perkalian bagi siswa SD sebagai inovasi dalam pembelajaran sudah terlaksana dengan

baik.

B. Penerapan Pada Pembelajaran Matematika

Penerapan alat peraga Stik Perkalian pada pembelajaran matematika pada

materi operasi hitung perkalian satu angka, dua angka, tiga angka atau lebih.

a. Melakukan perkalian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka

menggunakan alat peraga stik perkalian

1. Berikut ilustrasi pengerjannya, untuk perkalian 41 ¿ 5=....

Cara I

5 titik potong

41 5 = 200 + 00 + 5 = 205

20 titik potong

Jadi, 41 5 = 205
24
Cara II
5 titik potong

41 5 = 20 5

20 titik potong

Jadi, 41 5 = 205

2. Berikut ilustrasi pengerjannya, untuk perkalian 25 ¿ 7=....

Cara 1

35 titik potong

25 7 = 140 + 35 = 175

14 titik potong

Jadi, 25 ¿ 7 = 175

Cara II

35 titik potong

25 7 = 14 35 = = 175

14 titik potong

25
Jadi, 25 ¿ 7 = 175

b. Melakukan perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka

menggunakan alat peraga stik perkalian

1. Berikut ilustrasi pengerjannya, untuk perkalian 31 × 22.

Cara I

6 titik potong

2 titik potong

2 titik potong 31 22 = 600 + (20 + 60) + 2 = 600 + 80 + 2


= 682

6 titik potong

Jadi, 31 22 = 682
Cara II

6 titik potong

2 titik potong

2 titik potong 31 22 = 6 (2+6) 2 = 682

6 titik potong

Jadi, 31 22 = 682

26
2. Berikut ilustrasi pengerjannya, untuk perkalian 46 × 33

Cara I

12 titik potong
18 titik potong

46 33 = 1200 + (180 + 120) + 18 = 1200 + 300 + 18 = 1518

18 titik potong
12 titik potong

Jadi, 46 × 33 = 1518

Cara II

12 titik potong
18 titik potong

46 33 = 12 (18+12) 18 = 12 30 18 = = 1518

18 titik potong
12 titik potong

Setelah memahami konsep perkalian dengan menggunakan alat peraga

Stik Perkalian, siswa diarahkan untuk mengerjakan perkalian secara abstrak.

Dengan memahami konsep nilai tempat puluhan dan satuan seperti yang telah

dijelaskan dalam konsep perkalian menggunakan alat peraga.

27
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis hasil belajar dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Stik Perkalian sebagai produk

inovasi pembelajaran matematika pada materi operasi hitung perkalian, dapat

meningkatkan hasil belajar siswa

2. Alat peraga stik perkalian sebagai produk inovasi pembelajaran menjadikan

pembelajaran lebih bermakna dan kontekstual serta lebih menyenangkan karena

semua siswa terlibat aktif pada kegiatan yang disampaikan dengan pembelajaran

berkelompok.

3. Keberhasilan pembelajaran matematika khususnya materi tentang operasi hitung

perkalian siswa SD terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dan minat siswa dalam

belajar matematika.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada guru SD dapat menerapkan dan mengembangkan alat peraga Stik

Perkalian dalam proses pembelajaran, maksud dari digunakannya alat peraga stik

perkalian adalah untuk membantu guru dalam penyampaian pelajaran di samping juga

mempermudah siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan, mengingat

28
pelajaran matematika bersifat abstrak, maka diharapkan dengan alat peraga ini

kesulitan siswa dalam menangkap dan memahami pelajaran dapat diatasi.

2. Diharapkan kepada guru SD perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

bentuk penguasaan metode dan media untuk memotivasi siswa dalam pelajaran

matematika dan hendaknya guru dapat memanfaatkan benda-benda di sekitar dalam

proses pembelajaran sehingga belajar matematika menjadi lebih menarik, efektik,

menyenangkan dan memperbaharui semangat siswa, membantu memantapkan

pengetahuan pada benak siswa serta menghidupkan pelajaran.

3. Bagi siswa hendaknya bisa memperhatikan pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka capai sehingga dapat dipergunakan pada kehidupan sehari-hari dan tentunya
meningkatakan keterampilan yang telah dimiliki agar dapat bersaing pada kehidupan
di abad 21 serta dapat memperkuat konsep perkalian sehingga selalu mudah di ingat.
4. Bagi kepala sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan kepada guru kelas
dengan memberikan kesempatan menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk
proses belajar.
5. Bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sejenis hendaknya
memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada di dalam penelitian ini. Agar hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Asyhadi, A. (2005). Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. IHT Media Bagi Staf
LPMP Pengelola Laboratorium Matematika Tanggal 5 s.d. 11 September 2005 di PPPG
Matematika Yogyakarta.

Darhim. (2010). Whorkshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka


Cipta.

Fry, R. (1999). The great big book of how study. USA: Book-mart pres.

Marks, J.L., Hiatt, A.A., Neufeld, E.M. (1988). Metode Pengajaran untuk Matematika
Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga.

Pujiati. (2004). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Disajikan
pada Diklat Intruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, 10–23 Oktober 2004, Dirjen
Dikdasmen, PPPG Matematika Jogjakarta

Puskur. (2007). Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.


Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar-mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Suherman, E. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Kompetensi


Siswa. Makalah disajikan dalam acara Diklat Pembelajaran bagi Guru-guru Pengurus
MGMP Matematika di LPMP Jawa Barat tanggal 10 Desember 2004: Tidak
Diterbitkan.

30
Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser
Cita Pustaka.

Waluyo, H.Y. et al. (1987). Penilaian Pencapaian Hasil Berlajar. Jakarta: Karunika.

31

Anda mungkin juga menyukai