Anda di halaman 1dari 21

Pelaksanaan Pondasi Bore Pile

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu langkah
awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu. Inilah gunanya ilmu ukur tanah. Umumnya
yang ngerjain adalah alumni STM geodesi dan pertanahan. Proses ini sebaiknya  dilakukan sebelum
alat- alat proyek masuk, karena jika sesudahnya wah susah itu untuk ‘nembak’-nya. Dan dari
pemetaan ini dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan
kondisi lapangan. Bayangin…!! jika salah kerja di tempat orang lain. Bisa kacau itu..!!
Berikut ini adalah tahapan- tahapan awal pekerjaan :

 Foto 1 : Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.

Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat- alat berat dalam suatu proyek . Disebut alat- alat
berat memang karena bobotnya yang berat, makanya manajer proyek harus dapat memastikan
perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal
dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut ambles karena daya
dukung tanahnya yang jelek.
 
Foto 2 : Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat- pelat baja.
Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya
diragukan. Jika sampai ambles, untuk ‘ngangkat’ kembali biayanya lebih besar dibanding biaya yang
diperlukan untuk mengadakan pelat- pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu
didasarkan dari pengalaman- pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di buku teks. Itu yang saya
maksud dengan ‘seni’ agar pekerjaan lancar. Coba, di buku mana itu ada..!?

Foto 3 : Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.


Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat dilakukan.
Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda
lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa- bisa perlu
dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh
terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat- alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu manuver
alat- alat berat itu sendiri. Ini gambar detail strukturnya, biasanya digambarkan seperti ini. Ini fondasi
franki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya membesar. Itu khas-nya Franky. Ada yang
diameternya lebih dari 1 m, tapi prinsipnya hampir sama. Kedalaman pondasi adalah sampai tanah
keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).

Gambar 4 Detail Pondasi Franki


Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya
sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat- alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat- alat yang digunakan untuk mengebor.
Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.
Foto 5 : Persiapan Alat Bor
Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat
ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Foto 6. tahapan Awal Pengeboran
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang terintegrasi
dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya
lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut ada
beberapa ukuran diameter tiang bor yang dipakai. Jadi pada gambar- gambar nanti, fotonya
gabungan dari dua alat tersebut.
Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang
bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material
dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan
yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin
bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor.

Foto 7. Mesin Bor dan Auger

Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang
berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam
kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
Foto 8. Persiapan Pemasangan casing

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat
dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya.
Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang tertutup lagi. Jadi
pemasangan casing penting.
Foto 9. Casing yang telah tertanam di dalam tanah

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah
diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Foto 8. Pembersihan lumpur dan tanah di dalam lubang
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang
bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor
khusus, Belling Tools sebagai berikut.
Foto 10. Penggunaan mata bor Belling Tool untuk pengeboran tanah keras.

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu
dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui
pemeriksaan manual.

 
 Foto 11. Pemeriksaan kedalaman manual pondasi

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam
menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya
diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka
secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang
dibor. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah penempatan
tulangan rebar.
Foto 12. Pengangkatan tulangan
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.
Ngangkatnya bertahap.

Foto 13. Penyambungan tulangan pondasi

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.


Gambar 14. Kondisi lubang pondasi yang telah siap di cor

Pengecoran beton :
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini
merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun
proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi
tersebut secara keseluruhan.
Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya
ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton
mengisi bagian yang tidak tepat.

Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa
tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.
Foto 14. Pipa Tremi untuk pengecoran

Cukup panjang kan..? Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa mengambil
gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak khusus lho, nggak
berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di
dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya..?

Foto 15. Pengecoran dengan pipa tremi

Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat
memasukkan beton segar. Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian
lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang,
mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan
sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada
kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa
tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor menentukan.
Kenapa ?

Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka jelas
mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi,
sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi
segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam
lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat
pipa tadi memegang peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan mengerjakan hal
tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya teori, lha itu seninya di lapangan. Perlu feeling yang tepat.
Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-nya besar lho.
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus
dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman.
Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu
pengalaman yang membentuk mental engineer yang handal. 
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus
mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena
pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung
dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan
tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur
maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini
tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar foto di atas
menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar
tadi. 

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada
keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho
dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak
continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat
muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran
dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi
tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran
dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. 

Sumber : www.wiryanto.wordpress.com, perencanaanstruktur.com

Anda mungkin juga menyukai