2428-Article Text-7978-1-10-20191022
2428-Article Text-7978-1-10-20191022
2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
Potensi Fusarium Non Patogenik untuk Mengendalikan Fusarium oxysforum f. sp. cubense
pada Tanaman Pisang Barangan
ABSTRACT
Fusarium oxysforum f. sp. cubense (Foc) is one of the important pathogens causing fusarium wilt
on banana plants. This pathogen reduces the productivity of banana plants and cause more than 35
% of dead banana plant. The disease management has been done from chemical control to
biological control. The use of Non Phatogenic Fusarium (FoNP) in some plants is quite effective in
suppressing fusarium wilt disease. The aim of this research was to know the potency of FoNP
isolates E3 and E5 (BALITTRO, Bogor) which were applied on barangan cultivar ‘barangan’ to
control fusarium wilt disease. The method of this research was Randomized Complete Design
Factorial withtwo isolates of-FoNP; i.e. E5 and E3. Application was conducted by immersing the
banana seeds with the fungal incolum. Conidia suspension (106 conidia/ ml) and FoNP
methabolites were used, with or without pathogen with the following treatments: P1 : conidia
suspension E5 with Foc; P2 : conidia suspension E3 with Foc; P3 : conidia suspension E5 without
Foc; P4 : conidia suspension E3 without Foc; P5 : metabolite E5 with Foc; P6 : metabolite E3 with
Foc; P7 : metabolite E5 without Foc; P8: metabolite E3 with Foc; P9 : Foc; P10 : without Foc.
The results showed that there weas no symptoms caused by Foc on leaves or banana herbs in the
field. In the in vitro experiments, Non Pathogenic Fusarium isolates E5 and E3 could inhibit the
growth of Foc with the inhibiting zone was 29. 16 % and 19. 22 % respectively.
Keywords: Barangan Cultivar, Fusarium oxysforum f. sp. cubense, non pathogenic fusarium,
fusarium wilt disease.
ABSTRAK
Fusarium oxysforum f. sp. cubense (Foc) merupakan salah satu jamur patogen penting penyebab
penyakit layu fusarium pada tanaman pisang. Patogen ini mampu menurunkan produktivitas
tanaman pisang dan menyebabkan lebih dari 35% tanaman pisang mati. Pengendalian telah
dilakukan mulai dari pengendalian kimia hingga hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi FoNP isolat E3 dan E5 (asal BALITTRO, Bogor) yang diaplikasikan pada tanaman pisang
barangan dalam mengendalikan penyakit layu fusarium. Penelitian ini menggunakan metode
rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan 2 isolat FoNP yaitu E5 dan E3. Aplikasi
dilakukan dengan cara perendaman. Masing – masing isolat digunakan suspensi konidia (106
konidia/ ml) dan metabolit FoNP , ada atau tanpa patogen dengan perlakuan sebagai berikut : P1 :
suspensi konidia E5 + Foc; P2 : suspensi konidia E3 + Foc; P3 : suspensi konidia E5 tanpa Foc; P4
: suspensi konidia E3 tanpa Foc; P5 : metabolit E5 + Foc; P6 : metabolit E3 + Foc; P7 : metabolit
E5 tanpa Foc; P8 : metabolit E3 tanpa Foc; P9 : Foc; P10: tanpa Foc. Hasil penelitian menunjukkan
tidak adanya gejala yang ditimbulkan oleh Foc pada daun maupun bonggol tanaman pisang
barangan dilapangan. Pada percobaan in vitro diketahui fusarium non patogenik isolat E5 dan E3
dapat menghambat pertumbuhan Foc dengan daerah hambat masing – masing adalah sebesar 29, 16
% dan 19, 22 %.
Kata kunci: Pisang Barangan, Fusarium oxysforum f. sp. cubense, fusarium non patogenik, penyakit
layu fusarium.
303
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
304
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
305
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
selama ± 7 hari dengan menggunakan kertas berdasarkan skala Mohammed et al. (1999)
mikrometer ukuran 0,001 µ. Setelah itu yang dimodifikasi, yaitu:
metabolit FoNP diaplikasikan pada perlakuan 1= Tidak ada bintik hitam pada
P5, P6, P7 dan P8 dilakukan dengan cara akar jaringan bonggol,
bibit pisang barangan sehat digunting 2= Bintik hitam yang menutupi <1/3
ujungnya lalu direndam dalam metabolit dari jaringan bonggol,
FoNP selama 30 menit. 3= Bintik hitam yang menutupi 1/3
Semua bibit yang telah diberi dari jaringan bonggol,
perlakuan ditanam pada polibag yang berisi 4= Bintik hitam yang menutupi 1/3-2/3
medium tanam yang telah dicampur dengan dari jaringan bonggol,
miselium Foc dengan konsentrasi 106. 5= Bintik hitam yang menutupi >2/3
Perlakuan air steril P9 dan P10 menjadi dari jaringan bonggol,
perlakuan kontrol. 6= Bintik hitam pada seluruh jaringan
bonggol sampai bonggol busuk/
Pemeliharaan Tanaman tanaman mati.
Keparahan penyakit pada dihitung
Penyiraman dengan rumus:
Penyiraman tanaman dilakukan setiap
pagi hari atau sore hari. Penyiraman x 100%
dilakukan secukupnya untuk menjaga
kelembaban.
Tabel 1.Penilaian keparahan penyakit
Pemupukan berdasarkan indeks keparahan pada daun dan
Pemupukan dilakukan menggunakan bonggol (Mohammed et al. (1999).
pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 1 gram per
pot pada awal tanam dan 30 hst dengan cara Indeks Keparahan Penilaian
Penyakit Keparahan
menaburkan pupuk di sekeliling batang
(Disease
tanaman. severity index)
Daun Bonggol
Peubah Amatan 1 1 Tidak ada serangan
1,1-2 1,1-2 (No damage)
1. Kejadian penyakit, dihitung setiap 2,1-4 2,1-4 Ringan (Weak)
minggu. Pengamatan dimulai 2 bulan >4 >4 Parah (Severe)
setelah perlakuan (BSP) dengan Sangat parah (Highly
menggunakan rumus: severe)
1. Pengujian in vitro
Pengujian in vitro dilakukan dengan
di mana: metode kultur ganda (dual culture). Biakan
P = Persentase tanaman terserang, FoNP dan Foc diambil dengan cork borer
T1 = Jumlah tanaman terserang tiap berdiameter 5 mm dan jarum inokulasi.
perlakuan, Kedua koloni ditumbuhkan berdampingan
T2 = Jumlah tanaman yang diamati. dengan jarak 3 cm dalam satu cawan petri.
Biakan diinkubasi pada suhu 27oC selama 5
2. Keparahan penyakit pada bonggol hari. Perlakuan pada tiap cawan petri adalah
dilakukan pada akhir pengamatan, yaitu 6 (a) FoNP (E5) dan Foc, (b) FoNP (E3) dan
BSP. Bonggol dibersihkan dan seluruh akar Foc.(Gambar 1). Pengamatan dilakukan setiap
dibuang, kemudian bonggol dipotong secara hari selama 5 hari. Pengamatan dilakukan
melintang pada bagian leher. Selanjutnya terhadap adanya zona hambatan (zona bening)
dilakukan skoring kerusakan bonggol
306
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
dan besarnya persentase penghambatan yang digunakan, karena isolat Foc yang
terhadap Foc dengan rumus : digunakan merupakan koleksi Laboratorium
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU
yang sudah lama disimpan dan berkali – kali
dilakukan subkultur. Simatupang (2015)
Keterangan: menyatakan bahwa degenerasi isolat yaitu
IZ = persentase daerah hambatan (%) menurunnya daya virulensi isolat karena
isolat telah disimpan dalam waktu yang cukup
lama.
r1 = rata – rata jari – jari koloni jamur kontrol Uji in vitroFusarium oxysforum f.sp.cubense
(tanpa agens antagonis). terhadap Fusarium Non Patogenik
r2 = rata – rata jari – jari koloni patogen yang
dikulturkan dengan agens antagonis A B
(Muslim, 1995). a1 b a2 b
Kejadian Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian didapat,
hingga 6 bulan setelah inokulasi Foc, semua
tanaman pisang belum menunjukkan gejala
layu fusarium seperti menguningnya daun Gambar 1. Uji in vitro Fusarium Non
pisang yang dimulai pada daun tua. Patogenik terhadap Fusarium oxysforum
Penguningan dimulai dari pinggir daun. f.sp. cubense:
Selain itu gejala juga dapat terlihat pada (A) FONP E5 (a1) vs Foc(b).
pangkal batang yaitu jika pangkal batang (B) FONP E3 (a2) vs Foc (b).
dibelah membujur maka akan terlihat garis –
garis menghitam kesemua arah. Namun pada Tabel 1. Daya hambat FoNP terhadap Foc
penelitian ini selain tidak terdapatnya gejala – pada uji in vitro
gejala tersebut di atas, semua tanaman uji
memperlihatkan pertumbuhan yang cukup Isolat Daya hambat
baik. Menurut Mardiah (2013) kinerja FoNP Hari ke – 5 (%)
mampu menginduksi ketahanan tanaman
terhadap beberapa patogen terutama layu. E5 29,16
FoNP biasanya berada pada bagian perakaran
tanaman (rizosfer) dan melakukan simbiosis E3 19,22
terhadap akar tanaman sehingga
menyebabkan tanaman inang tumbuh subur. Keterangan : E5 dan E3 : Fusarium Non
Selanjutnya Soesanto (2008) Patogenik
menyatakan bahwa kelompok strain FoNP
ketika diterapkan pada beberapa perakaran Hasil pengujian Foc dan FoNP secara
tanaman dapat menunda gejala penyakit yang in vitro didapat adanya penghambatan
diakibatkan oleh patogen. FoNP dapat pertumbuhan Foc oleh FoNP isolat E5 dan
menginduksi ketahanan tanaman terhadap E3. FoNP isolat E5 mempunyai kemampuan
penyakit layu Fusarium, busuk Phytophthora, menghambat Foc lebih baik dibanding FoNP
dan layu Verticilium. isolat E3. (Gambar 1) dan (Tabel 1) yaitu
Tidak terlihatnya gejala layu fusarium pada 29,16% dan 19,22%. Mekanisme
semua tanaman uji juga dapat disebabkan penghambatan berupa kompetisi ruang,
oleh menurunnya virulensi Foc pada isolat nutrisi, dan mikroparasit. Soesanto (2008)
307
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
menyatakan bahwa persaingan akan nutrisi Phytophthora infestans pada tanaman kentang
dan persaingan ruang hidup merupakan peran di Jepang dengan cara kompetisi nutrisi dan
utama pada hampir semua agens hayati. antibiosis.
Jamur non patogenik sudah banyak
dimanfaatkan sebagai agens hayati, jamur – Keparahan Penyakit Pada Bonggol
jamur non patoenik tersebut dapat diisolasi Hasil pengamatan tidak ditemukannya gejala
dari rizosfer tanaman ataupun dengan penyakit pada bongol pisang (pangkal batang)
memanfaatkan jamur yang mengkolonisasi berupa garis-garis menghitam bila bonggol
permukaan tanaman. dipotong melintang, semua pangkal batang
Muslim (1995) berhasil tanaman uji terlihat sehat (Gambar 2). Hasil
mengkolonisasi jamur seperti Myrothecium penelitin ini sejalan dengan pengamatan pada
spp, Fusarium spp, Penicillium spp, kejadian penyakit. Dimana pada kejadian
Trichoderma spp dari permukaan daun penyakit juga tidak ditemukannya gejala layu
kentang. Jamur – jamur tersebut mampu fusarium hingga akhir penelitian.
menghambat perkembangan serangan
A B C D
E F G H
Gambar 2. Bonggol pisang dari setiap perlakuan isolat E3 dan E5. (A) Suspensi Konidia E5+ Foc
P13; (B) Suspensi Konidia E3 + Foc P13; (C) Suspensi Konidia E5 + Foc P21; (D)
Metabolit E3 + Foc P34; (E) Metabolit E5 + Foc P32; (F) Metabolit E3 tanpa Foc P42;
(G) Metabolit E5 tanpa Foc P44; (H) Kontrol negatif P61.
Bentuk Interaksi miselium FoNP terhadap miselium Fusarium oxysforum f.sp.cubense
A B C
G G
a a
m m
ba ba
r r
5. 5.
In In
te te
Gambar
ra 3. Interaksi jamur FoNP dengan F. oxysforum f. sp. cubense. (A)
ra hifa FoNP menyebabkan
ks hifa F. oxysforum f. sp. cubense membengkok, (B) hifa FoNPks menyebabkan hifa F.
i oxysforum f. sp. cubense melilit, (C) hifa FoNP menyebabkan
i hifa F. oxysforum f. sp.
ja cubense lisis. (Perbesaran 40 x 10). ja
m m 308
ur ur
F F
o o
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
309
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
Huda M. 2010. Pengendalian Layu Fusarium Nasir N., Jumjunidang & Riska .2005.
Pada Tanaman Pisang (Musa Deteksi dan pemetaan distribusi F.
paradisiacal L.) Secara Kultur oxysporum f.sp.cubense pada daerah
Teknis dan Hayati. Institut Pertanian potensial pengembangan agribisnis
Bogor. Bogor. Skripsi. pisang di Indonesia, J. Hort.,15 (1) :
Jumjunidang C., Hermanto., Riska. 2011. 50-7.
Virulensi isolat Fusarium Perez L., Vicente. 2004. Fusarium wilt
oxysporum f. sp. cubense VCG (Panama Desease) of bananas: An
01212/16 pada pisang barangan dari updating Review of The Current
varietas pisang dan lokasi yang Knowledge on The Desease and it’s
berbeda. J . Hort. 21(2): 145-151. Causal Agent. XIV Reunion
Maimunah. 1999. Evaluasi Resistensi Lima International Acrobat Instituto de
Kultivar Pisang (Musa spp.) Investigationes de Sanidad Vegetal
Terhadap Tiga Macam Isolat dan (INISAV). Ministerio de Agricultura
Differensiasi Isolat Fusarium de Cuba.
oxysporum f. sp. cubense Sebagai Ploetz R C. 2006. Fusarium-induced diseases
Penyebab Penyakit Layu. Tesis. of tropical, perennial crops. J.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Phytophathol. 96:648-652.
Mardiah A S. 2013. Efektifitas Fusarium Ploetz R C., K. G. Pegg. 2000. Fungal
oxysporum (FoNP) dalam Diseases of the Root, Corm and
Mengendalikan Fusarium Pseusodotem, In: Jones (eds).
oxysporum f. s. lycopersici Penyebab Diseases of Banana.Abaca and
Layu pada Tanaman Tomat Enset. New York. CABI
(Solanum Lycopersicum L.). Skripsi. Publishing.143-159.
Fakultas Biologi Purwokerto: Purwantisari S., dan Hastuti RB. 2009. Uji
Universitas jenderal Soedirman. antagonisme jamurpatogen
Mohammed A A., Mak C.,Liew KW & Ho Y Phytophthora infestans penyebab
W. 1999. Early Evaluation of penyakit busuk daun dan umbi
Banana Plants at Nursery Stage of tanaman kentang dengan
Fusarium Wilt Tolerance. In: A.B. menggunakan Trichoderma spp.
Molina, N.H. Nik Masdek and K.W. isolat lokal, BIOMA11 (1): 24-32.
Liew (Eds). Banana Fusarium Wilt Purwantisari S., dan Rini BH. 2009. Isolasi
Management: Towards Sustainable dan Identifikasi Jamur Indigenous
Cultivation. Proceedings of The Rhizosfer Tanaman Kentang dari
International Workshop on Banana. Lahan Pertanian Kentang Organik di
Fusarium Wilt Diseases. Malaysia. Desa Pakis. Laboratorium
INIBAP.174-185. Mikrobiologi Jurusan Biologi
Muslim A. 1995. Biological control of potato FMIPA Undip. Magelang.
late blight with phylloplane Saragih YS., dan Silalahi FH. 2006. Isolasi
microorganisms. [Thesis]. Graduate dan identifikasi spesies fusarium
School of Agriculture. Hokkaido penyebab penyakit layu pada
University. Sapporo. Japan. tanaman markisa asam. Jurnal
Nasir N., Jumjunidang. 2003. Karakterisasi Hortikultura 16 (4): 336-344.
ras F. oxysporum f. sp. cubense Semangun H. 1996. Penyakit-Penyakit
dengan metode vegetative Tanaman Hortikultura di Indonesia.
compatibility group test dan Gadjah Mada University Press.
identifikasi kultivar pisang yang Yogyakarta.
terserang, J. Hort.,13 (4): 267-84. Semangun H. 2004. Penyakit-Penyakit
Tanaman Hortikultura di Indonesia.
310
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
311
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (37): 303-311 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi
312