Jigging Floatasi PDF Free
Jigging Floatasi PDF Free
JIGGING
1. PENGERTIAN JIGGING
Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis,
bekrja secara mekanis yang menggunakan adanya perbedaan kemampuan menerobos dari
butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig
merupakan suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan horizontal terletak pada
bagian atasnya dimana terdapat lapisan pemisah. Tangki jig dilengkapi dengan lubang
pengeluaran konsentrat (spigot) pada bagian bawahnya. Disamping itu jig juga memiliki
suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan (pulsion) yang diimbangi dengan
pemakaian air tambahan.
GAMBAR I
1
mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan
mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga
mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang
masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar
akan terbawa aliran arus horizontal.
GAMBAR II
GAMBAR III
2
GAMBAR IV
3
Fungsi Under Water adalah :
Untuk mengeleminasi atau mengurangi, suction pada partikel
Melebarkan debit air pada tangki
Syarat - syarat pada Jig yang harus ada yaitu :
Harus ada pengatur stroke
Harus ada pengatur Under Water
Harus ada pengatur konsentrat atau feed
Screen (rangging)
Syarat – syarat pada “ Jig Bed” yaitu :
Mempunyai kecepatan mengendap antara mineral besar dan ringan
Tidak mudah hancur
Ukuran Jig bed lebih besar dari screen
Filtrasi ukuran butir kecil
Fungsi Jig Bed yaitu :
Agar gaya pulsion yang mengurangi material yang masuk
Memisahkan mineral besar dari yang ringan
Didalam proses jigging tidak semua mineral atau material itu terpisahkan antara
besar dan ringan tetapi ada kemungkinan mineral tersebutt menumpuk bersama-
sama Jig Bed.
4
Pan Alucrican Jig, alat ini memeiliki kutub baja yang dapat
memberikan frekuensi proses yang lebih tinggi dari pada yang lain. Jenis
ini di desain untuk memperoleh emas dari oprasi penambangan placer atau
sebagai suatu unit di tempatkan bersama – sama dengan pengengkat ball
mill classifier.
Fulsator
Air pulsator; Contohnya Simon Carves CoatWasshing Jig”
Air Pulsator Jig, jenis ini memiliki bentuk pembersihan (pemurnian) batu
bata di gunakan simon carves jig.
Kapasitas Jig untuk alat alat jig di pengaruhi oleh :
Ukuran material atau partikel
Kecepatan pemasukan feed
Mudah sukarnya pemisahan mineral di pengaruhi oleh GG
Prinsip - prinsip atau tingkah laku partikel pada lairan fluida yaitu :
Tebal air (pemisahannya lambat)
Kemiringan bidang aliran miring
Ukuran partikel dari mineral yang dipisahkan (pemisahan tdk sulit
karena lebih seragam).
Perbedaan density (berat jenis)
Bentuk partikel
Persen padatan dalam aliran (persen solid)
Kekasaran dasar dari aliran
DA HS CT
Gambar V
DIFFERENTIAL ACCELERATION, HINDERET SETTING DAN
CONSOLIDATION TRICKLING
Berdasarkan ketiga faktor pemisahan mineral dalam jig diatas, maka terjadilah
proses pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya, dalam hal ini mineral
berharga seperti kasiterit, xenotin, monasit, ilmenit, zircon, Pb dan biji besi dengan
mineral tailing yang berupa kuarsa dan clay. Mineral-mineral yang berat jenisnya
lebih besar baik yang berukuran kecil maupun besar berada di bawah saringan,
kemudian masuk kedalam tangki dan keluar melalui spigot sebagai konsentrat.
Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran kecil ataupun
besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan arus horizontal diatas
permukaan bed dan terbuang sebagai tailing . Apabila ketiga faktor tersebut
disatukan maka proses tersebut dinamakan ideal jigging process. Berdasarkan
jumlah kompartemennya jig dapat dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain :
tipe 1x2
tipe 2x2
tipe 1x3
tipe 2x3
6
Gambar VI
JIG 1X2 CELL
Gambar VII
JIG 2X2 CELL
Gambar VIII
JIG 1X3 CELL
7
Gambar IX
JIG 2X3 CELL
10
B. FLOATASI
1. PENGERTIAN FLOATASI
Flotasi berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat
diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan / larutan
berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang
bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan
terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk
buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotasi
melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam
cairan) dan gas (gelembung udara).
Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga berdasarkan perbedaan tegangan
permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan cara mengapungkan mineral ke
permukaan. Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi
(hidrofilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidrofobik). Partikel - partikel
yang basah tidak mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa air. Untuk dapat
diflotasi maka suatu zat harus bersifat hidrofobik sehingga dapat menempel pada
gelembung udara. Zat yang tidak bersifat diflotasi yaitu hidrofil dapat diubah menjadi
hidrofob dengan penambahan suatu senyawa yang disebut dengan kolektor berupa suatu
surfaktan sehingga zat itu dapat pula di flotasi.
2. JENIS-JENIS FLOTASI
Adapun jenis-jenis dari flotasi ada 3 antara lain:
a. Aerasi Pada Tekanan Atmosfer (Air Flotation)
Udara akan masuk kedalam fluida dengan menggunakan mekanisme rotor-
disperser. Rotor yang terendam dalam fluida akan mendorong udara menuju
bukan disperser sehingga udara bercampur dengan air sehingga partikel yang
mengapung dapat disisihkan. Sistem ini memiliki keuntungan antara lain tidak
memerlukan area yang luas dan lebih efektif dalam menyisihkan partikel minyak.
b. Vacum Flotation
Limbah cair diaerasi hingga jenuh sehingga akan terbentuk gelembung udara
yang akan lolos ke atmosfer dengan mengangkat partikel-partikel ke atas
(www.geocities.com). Secara garis besar flotasi merupakan proses pemisahan
suatu zat yang ada di dalam zat cair (fluida) maupun gas dengan prinsip
11
pengapungan. Dimana zat yang akan dihilangkan berada di atas (hidrofobik)
sedangkan fluidanya berada di bawah (hidrofilik).
c. Dissolved Air Flotation (DAF)
Udara dilarutkan di dalam air buangan di bawah tekanan beberapa atmosfer
sampai jenuh, ke tekanan atmosfer. Akibat terjadinya perubahan tekanan maka
udara yang terlarut akan lepas kembali dalambentuk gelembung-gelembung udara
yang sangat halus. Dari keempat metode di atas, metode Disolves Air Flotation
(DAF) telah digunakan secara luas untuk pengolahan air limbah industi, karena
effisien untuk pemisahan padat – cair pada material dengan spesifik gravity yang
< 1 atau tinggi.
Adapun metode Disolve Air Flotation (DAF) ada dua jenis yaitu :
Dengan Resirkulasi
Tanpa Resirkulasi.
13
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FLOTASI
Faktor - faktor yang mempengaruhi flotasi adalah sebagai berikut :
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap,
sehingga susah untuk terflotasi.
b. pH larutan
Partikel cenderung mudah mengendap pada pH yang tinggi, sehingga dia lebih susah
terflotasi.
c. Surfaktan
Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar
dan gugus nonpolar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat partkel hidrofil menjadi
hidrofob.
d. Bahan kima lainnya misalnya koagulan
Penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran partikel menjadi lebih kecil.
e. Laju Udara
Laju udara berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan
hidrofobik, persen padatan. Untuk flotasi pada partikel kasar, dapat dilakukan dengan
persen padatan yang besar demikian juga sebaliknya. Besar laju pengumpanan,
berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal.
f. Ukuran Gelembung Udara
g. Ketebalan Lapisan Buih
h. Penambahan Reagen Kimia
Dengan adanya perbedaan sifat permukaan hidrofobik dan hidrofilik perlu adanya
suatu reagen kimia untuk mengubah permukaan mineral.
14
7. MEKANISME FLOTASI SECARA FISIKA DAN KIMIA
Gambar 3. Flotasi
8. LANGKAH-LANGKAH FLOTASI
Langkah-langkah flotasi adalah sebagai berikut :
a. Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau grinding yang
diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan agar ukuran butir
mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau berhasil. Analisis
pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop sehingga dapat dilihat
15
derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga
dilakukan desliming, sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
b. Conditioning
Conditioning yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat
langsung dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi
dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses basah.Pada
tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier, collector dan terakhir
frother.
c. Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara kedalam pulp.
Gelembung uadara diinjeksikan kedalam tangki untuk mengapungkan padatan
sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut,
padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan.
Demikia pula halnya pada padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal
ini merupakan keunggulan dari teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan
flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan
9. REAGEN FLOTASI
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen flotasi. Penggunaan
reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat kimia dari partikel
tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan menyerap (adsorsi) reagen
flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral secara flotasi ditentukan oleh ketepatan
penentuan reagen kimia yang digunakan. Secara garis besarnya reagen yang digunakan
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
a. Kolektor
Kolektor adalah suatu reagen yang memberikan sifat menempel pada udara
sehingga mineral tersebut senang pada udara. Collector merupakan zat organik dalam
bentuk asam, basa atau garam yang berbentuk heteropolar, yaitu satu ujungnya
senang pada air dan ujung lainnya senang pada udara. Molekul kolektor berupa
senyawa yang dapat terionisasi menjadi ion-ion dalam air (ionizing collector) atau
berupa senyawa yang tidak dapat terionisasi dalam air (non ionizing collector). Non
ionizing collector umumnya merupakan hidrokarbon cair yang dihasilkan dari
minyak maupun batubara (heptane = C7H12, toluen = C6H5CH3).
Sedangkan ionizing collector merupakan jenis kolektor yang molekulnya
memiliki struktur heteropolar, yaitu salah satu kutubnya bersifat polar (dapat
16
dibasahi air), sedangkan kutub lainnya bersifat non polar (tidak dapat dibasahi air).
Berdasarkan sifat, ionizing collector diklasifikasikan menjadi dua, yaitu annionic
collector dan cationinc collector. Macam kolektor antara lain :
Xanthat, hasil reaksi alkohol, alkali dan sulfida karbon
Aerofloat, reaksi fenol dengan penta sulfida phosphor
Thio carbonalit (urae), sebagai serbuk halus
Fatty acid (asam lemak), untuk flotasi non logam
Oleic acid
Palmatic acid
b. Modifier
Merupakan suatu reagent, bila ditambahkan ke dalam pulp akan memberikan
pengaruh tertentu terhadap air atau mineral agar dapat membantu atau menghalangi
kerja dari collector. Pengaruh umum yang dihasilkan adalah memperkuat atau
memperlemah hydrophobisitas dari suatu permukaan mineral tertentu. Modifier ini
biasanya an organik. Macam-macam conditioner/modifier:
Reagent pengontrol Ph
Berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi asam atau basa.
Pengaruh pH dalam flotasi sangat penting sebab pH dapat mampengaruhi
aksi dari reagent lain terutama kolektor. Reagent kolektor akan bekerja
dengan baik pada permukaan mineral tertentu bila mencapai harga pH kritis.
pH kritis adalah ambang batas pH dimana kolektor dapat bekerja dengan baik
pada minerl tertentu. Harga pH kritis akan naik bersama naiknya kolektor
yang dipakai.
Tinggi rendahnya pH ditentukan oleh konsentrasi ion-ion hidrogen dan
ion-ion hidroksil (OH). Pengaruh ion-ion hidrogen hidroksil adalah terhadap
hidrasi permukaan bila tanpa kolektor dan adsorbsi kolektor pada permukaan
mineral. Kapur biasanya digunakan dalam flotasi sebagai Ca(OH)2 padat dan
biasanya kapur yang dimasukkan sebanyak 1,4 gram CaO per liter
(tergantung pada mineral yang dipisahkan). Kapur ini dapat dipakai sebagai
reagent pengendap dalam timbal sulfida dan emas. Yang digunakan sebagai
pengontrol pH adalah ; soda abu (NaCO3) dan Caustic Soda.
Depressing Agent (reagent pengendap)
Berfungsi untuk mencegah dan menghalangi mineral yang mempunyai
flotablita sama supaya tidak menempel pada gelembung udara. Biasanya
yang digunakan adalah seng sulfat (ZnSO4) untuk menekan mineral sfalerit
17
dan sodium sianida (NaCN) untuk menekan mineral pyrite. Zn(CN)2 +
Na2SO4 ZnSO4 + 2 NaCNHasil reaksi tersebut dapat menekan sfalerit
sehingga menjadi hydrofillic dan mencegahadsorbsi colector. Macam yang
lain antara lain : lime (kapur), NaCN atau KCN dan Na sulfida.
Activating Agent (reagent pangaktif)
Berfungsi mengembalikan sifat flotabilit mineral sehingga tidak
terpengaruh oleh aksi reagent kolektor yang telah diberikan sebelumya.
Contohnya tembaga sulfat (CuSO4) terhadap mineral sfalerit. Mineral sfalerit
tidak dapat diapungkan dengan baik oleh kolektor xanthate. Proses
pengaktifan tembaga sulfat pada sfalerit akibat terbentuknya molekul
tembaga sulfida (CuS) pada permukaan mineral dengan reaksi ion CuS +
Zn++ ZnS + Cu++
Sulfidizing Agent
Penambahan Na2S akan mengakibatkan endapan yang berupa selaput sulfida
pada mineral tersebut sehingga logam oksida dapat terselimuti sulfida.
Pemakaian sulfida yang berlebihan akan membuat sulfida itu mengandap.
Reagent Dispersi (dispersant, defloculator)
Berfungsi menjaga agar partikel-partikel mineral tidak membentuk
gumpalan tetapi tetap berada dalam suspensi. Fraksi mineral yang bersifat
non polar mempunyai kecenderungan untuk membentuk gumpalan,
sedangkan mineral-mineral yang polar tidak berkecenderungan demikian
tetapi tetap melayang. Reagent yang biasa digunakan adalah waterglass.
Kedudukan sebaran dapat dipertahankan oleh reagent waterglass akibat
adsorbsi ion-ionnya terhadap permukaan mineral. Reagent ini disebut juga
defloculating agent. Mineral yang senang pada udara itu biasanya
menggumpal, sedang yang senang terhadap air akan melayang dalam air, oleh
karena itu penambahan reagent ini bertujuan agar mineral tersebut menyebar.
Reagent yang sering dipakai adalah ; NaSiO2 (waterglass) dan Na3PO4
(trinatrium phosphat) untuk butir yang halus. Untuk suatu reagent yang sama
mungkin dapat bertindak sebagai aktivator terhadap suatu mineral, tetapi
merupakan depresant untuk mineral yang lain.
c. Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air.
Kehadiran froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai dalam flotasi
18
untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai permukaan yang aktif dan
biasanya pada flotasi berguna untuk meningkatkan gelembung udara dan menolong
supaya gelembung menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan partikel
mineral dan menaikaan stabilitas busa. Kontak antar mineral udara dan air dikenal
dengan kontak tiga fasa dan sudut yang terbentuk antara mineral dengan antar muka
udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan sudut kontak. Sudut kontak = 0,
berarti permukaan padatan diselimuti air (hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara
menutupi padatan. Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan
permukaan mineral.
Penggunaan Frother
Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari fungsinya
yaitu :
Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup lama.
Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan gelembung
didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan mineral – mineral
akan menimbulkan kondisi yang lebih baik yang menguntungkan
proses flotasi.
Karakteristik Frother
Beberapa karateristik Frother adalah sebagai berikut :
Suatu substansi organik.
Molekulnya heteropolar terdiri dari satu atau lebih gugusan HC yang
dihubungkan satu grup yang polar.
Kelarutannya tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
Tidak ter-ion.
Busa atau buih akan segera patah detelah berpindah dari sell flotasi.
Mempunyai aktivitas kimia yang lemah.
Contoh Frother :
MIBC = Methyl Isobutyl Carbinol
Minyak pinus (kayu putih)
Terpentin
Pemakaian : 5 – 100 g/t
19
10. PERALATAN FLOTASI
a. Flotasi Cell
Beberapa variabel yang mempengaruhi hasil flotasi dengan menggunakan
flotasi cell adalah kecepatan pengaliran udara, gelas poros dari alat, densitas dari
pulp, ukuran alat ( ketinggian kolom dari dasar sampai permukaan pulp) dan kondisi
dari pulp (PH, adsorbsi, desorbsi). Dengan kondisi yang tertentu dari kecepatan
aliran udara, ukuran atau diameter bukaan (P = opening) dari gelas poros
menghasilkan gelembung udara dengan diameter yang kecil. Densitas dari pulp,
volume dari pulp dan ukuran alat juga merupakan faktor variabel yang penting. Jika
densitasnya terlalu tinggi, tabrakan antar partikel akan lebih besar dan kemungkinan
penempelan partikel-partikel yang mengapung harus diapungkan.
Salah satu faktor penentu dalam proses flotasi yang mempengaruhi
kemampuan flotasi dari mineral – mineral adalah mesin flotasi perbaikan dari
perencanaan impeller dan bentuk dari pada cell, dan beberapa harga parameter
operasi seperti kecepatan impeller/konsumsi udara dan tenaga, memegang peranan
penting. Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri dalam merencanakan
cell ini. Sebagai contoh ratio kedalaman dan panjang dari tank, jumlah sudut – sudut
pada impeller dan ratio dari ketebalan impeller terhadap diameternya mempuinyai
harga – harga berlainan.. Flotasi cell (flotation cell) dan flotasi cell mikro (mikro
flotation cell) merupakan contoh dari jenis alat flotasi. Untuk skala laboratorium alat
flotasi yang digunakan adalah mikroself flotasi. Gambaran skematis dari flotasion
cell ditunjukan pada gambar berikut ini.
Pada proses flotasi mineral berharga bersama dengan reagen akan menempel
pada gelembung udara naik kepermukaan sedangkan sisanya berupa pasir halus dan
air laut ini disebut dengan tailing.
20
21
11. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN DARI FLOTASI
Keunggulan dari proses pengapungan (flotasi) adalah pada umumnya cukup efektif
pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar (28 mesh) yang berarti bahwa biaya
penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth flotation sering digunakan mengkonsentrasi
emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah dan seng. Partikel emas
dari batuan okosida biasanya tidak merespon dengan baik namun efektif terutama bila
dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite, metode flotasi mampu memecahkan bijih
yang tidak dapat diolah dengan menggunakan metode pengolahan mineral konvensional
Kekurangan dari metode flotasi ini adalah tingginya biaya investasi infrastruktur,
biaya produksi juga lebih tinggi. Perkiraan bahwa hukum segregasi investasi dalam
infrastruktur adalah sekitar dua kali pabrik flotasi dari kapasitas yang sama, biaya
produksi akan menjadi 2 sampai 3 kali lebih tinggi. Segregasi dalam pengobatan bijih
tembaga oksida tahan api, tembaga kelas dalam bijih harus lebih besar dari 2% untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik ekonomi. Metode pemisahan digunakan untuk
menyelesaikan hanya mereka yang sebaliknya tidak dapat memproses bijih. Oleh karena
itu, sebelum menggunakan metode ini untuk menangani pengolahan bijih untuk sebuah
studi komprehensif, jika metode pengobatan lain, tidak disukai hukum segregasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aris Mukimin, 2006, Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam dengan Teknologi
Elektrokoagulasi Flotasi, Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro
Semarang
Metcalf dan Eddy, 1991, Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse,
McGrawHill, New York
Othmer, Kirk, 1998, Consise Encyclopedia of Chemical Technology, John Wiley and Sons,
Inc., New York.
Rich, Linvil G. 1961. Unit Operations of Sanitary Engineering. New York, USA: John Wiley
& Sons Inc.
Ziyadanogullari, Recep and Firat Aydin, 2005, A New Application For Flotation Of Oxidized
Copper Ore, Dicle University, Faculty of Science and Art, Chemistry Department,
Turkey, Vol. 4, No. 2, pp 67-73, 2005
23