Anda di halaman 1dari 23

A.

JIGGING

1. PENGERTIAN JIGGING
Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis,
bekrja secara mekanis yang menggunakan adanya perbedaan kemampuan menerobos dari
butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig
merupakan suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan horizontal terletak pada
bagian atasnya dimana terdapat lapisan pemisah. Tangki jig dilengkapi dengan lubang
pengeluaran konsentrat (spigot) pada bagian bawahnya. Disamping itu jig juga memiliki
suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan (pulsion) yang diimbangi dengan
pemakaian air tambahan.

GAMBAR I

JIG TAMPAK DEPAN

2. PRINSIP KERJA PROSES JIGGING


Apabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik. Sehingga batuan pada lapisan
bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh

1
mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan
mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga
mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang
masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar
akan terbawa aliran arus horizontal.

GAMBAR II

JIG TAMPAK SAMPING PADA SAAT PULSION

GAMBAR III

JIG TAMPAK SAMPING PADA SAAT SUCTION

2
GAMBAR IV

JIG TAMPAK ATAS DIAFRAGMA PADA SAAT PULSION DAN SUCTION

3. PEMBAGIAN JENIS JIG BERDASARKAN SCREEN DAN PENIMBULAN


SUCTION DAN PULSION” .
a. Pembagian jig berdasarkan ayakannya (Screen)
 Moveble sieve jig
Jenis ini, ayakan (screen) bergerak dan tidak menentukan adanya jig
bed, material yang dipisahkan harus lebih besar dari screen, pulsion, dan
suction, ditimbulkan dengan cara menarik turunkan pengungkit. Dengan
demikian mineral – mineral ringan dapat keluar dari kotak penampung
Feed” dan mineral – mineral besar tetap berada di atas screen sehingga
pemisahan bisa terjadi.
 Fixed screen jig
Pada jenis ini ayakannya tidak bergerak (tetap) dan diatas ayakan
terdapat jig bed ukuran material yang akan di pisahkan harus lebih kecil dari
screen agar dapat menerobos screen. Pada fixed screen jig untuk
menimbulkan pulsion dan suction dapat di jelaskan sebagai berikut :
Sebagai contoh adalah pluager; pada saat pluager bergerak ke bawah terjadi
proses pulsion, rotary value yang etrdapat di dalam under water pipa penutup
dan akibatnya air tidak dapat masuk dan mneral – mineral akan tersangkut
dengan ketinggian yang berbeda – beda (berat jenis dan besar butir),
sedangkan jika pluger bergerak ke atas maka terjadi suction dan rotary value
pada under water pipa akan membuka sehingga ada aliran air yang masuk ke
dalam tangki (hucth).

3
 Fungsi Under Water adalah :
 Untuk mengeleminasi atau mengurangi, suction pada partikel
 Melebarkan debit air pada tangki
 Syarat - syarat pada Jig yang harus ada yaitu :
 Harus ada pengatur stroke
 Harus ada pengatur Under Water
 Harus ada pengatur konsentrat atau feed
 Screen (rangging)
Syarat – syarat pada “ Jig Bed” yaitu :
 Mempunyai kecepatan mengendap antara mineral besar dan ringan
 Tidak mudah hancur
 Ukuran Jig bed lebih besar dari screen
 Filtrasi ukuran butir kecil
 Fungsi Jig Bed yaitu :
 Agar gaya pulsion yang mengurangi material yang masuk
 Memisahkan mineral besar dari yang ringan
Didalam proses jigging tidak semua mineral atau material itu terpisahkan antara
besar dan ringan tetapi ada kemungkinan mineral tersebutt menumpuk bersama-
sama Jig Bed.

b. Pembagian jig berdasarkan penimbulan Pulsion dan Suction


 Pluiger; Contohnya Harz Jig”
Harz Jig, jenis ini biasanya terbuat dari kayu ada juga yang terbuat dari
batu, jig jari – jari ini di buat dengan beberapa komportemen yang
berjejer dan tailing yang dihasilkan dari kompartemen sebelumnya
merupakan feed bagi kompartemen berikutnya. Amplitudo terbesar terjadi
pada kompartemen pertama dan terkecil pada kompartemen yang terakhir,
sehingga concentrat terjadi pada kompartemen pertama dan midling terjadi
pada kompartemen berikutnya.
 Diafragma; Contohnya Pendelary Jig, Pan American Jig dan Rouss Jig” .
Bendelary Jig, jenis ini di sebut Pluaysnya dengan karet di afragma
terhadap frame; hal ini untuk mencegah kebocoran air di sekeliling plug
yang sering terjadi pada harz jig.

4
Pan Alucrican Jig, alat ini memeiliki kutub baja yang dapat
memberikan frekuensi proses yang lebih tinggi dari pada yang lain. Jenis
ini di desain untuk memperoleh emas dari oprasi penambangan placer atau
sebagai suatu unit di tempatkan bersama – sama dengan pengengkat ball
mill classifier.
 Fulsator
 Air pulsator; Contohnya Simon Carves CoatWasshing Jig”
Air Pulsator Jig, jenis ini memiliki bentuk pembersihan (pemurnian) batu
bata di gunakan simon carves jig.
 Kapasitas Jig untuk alat alat jig di pengaruhi oleh :
 Ukuran material atau partikel
 Kecepatan pemasukan feed
 Mudah sukarnya pemisahan mineral di pengaruhi oleh GG
 Prinsip - prinsip atau tingkah laku partikel pada lairan fluida yaitu :
 Tebal air (pemisahannya lambat)
 Kemiringan bidang aliran miring
 Ukuran partikel dari mineral yang dipisahkan (pemisahan tdk sulit
karena lebih seragam).
 Perbedaan density (berat jenis)
 Bentuk partikel
 Persen padatan dalam aliran (persen solid)
 Kekasaran dasar dari aliran

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES JIGGING


a. Differential acceleration
Differential acceleration merupakan faktor perbedaan kecepatan jatuh partikel
mineral ke bed, karena adanya gerakan yang terjadi pada alat jig. Hal ini akan
menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis besar akan memiliki
kecepatan jatuh yang lebih besar.
b. Hinderet setting
Hinderet setting adalah faktor kerapatan batuan pada lapisan bed, faktor
dimana kecepatan jatuh setelah mineral mencapai kecepatan akhir atau setelah
mengendap pada bed, dimana partikel mineral terangkat dan turun pada saat terjadi
pulsion dan suction mengalami kesulitan untuk melalui media pemisah di dalam jig.
Jadi dapat dikatakan faktor pengaturan kerapatan bed.
5
c. Consolidation trickling
Consolidation trickling adalah faktor atau cara pengaliran campuran partikel
mineral pada waktu akhir jatuh, dimana berlaku setelah lapisan bed menutup pada
saat akhir dorongan (pulsion) . Partikel mineral ringan berukuran besar tidak sanggup
berpindah ke kompartemen berikutnya karena pengaruh kecepatan yang terjadi pada
partikel mineral tersebut. Sedangkan mineral berat dengan ukuran kecil mempunyai
kesempatan untuk menerobos celah-celah lapisan bed, karena partikel tersebut cukup
kecil bila dibandingkan dengan rongga bed. Kondisi seperti inilah yang dikendalikan
dalam Consolidation trickling.

DA HS CT
Gambar V
DIFFERENTIAL ACCELERATION, HINDERET SETTING DAN
CONSOLIDATION TRICKLING

Berdasarkan ketiga faktor pemisahan mineral dalam jig diatas, maka terjadilah
proses pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya, dalam hal ini mineral
berharga seperti kasiterit, xenotin, monasit, ilmenit, zircon, Pb dan biji besi dengan
mineral tailing yang berupa kuarsa dan clay. Mineral-mineral yang berat jenisnya
lebih besar baik yang berukuran kecil maupun besar berada di bawah saringan,
kemudian masuk kedalam tangki dan keluar melalui spigot sebagai konsentrat.
Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran kecil ataupun
besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan arus horizontal diatas
permukaan bed dan terbuang sebagai tailing . Apabila ketiga faktor tersebut
disatukan maka proses tersebut dinamakan ideal jigging process. Berdasarkan
jumlah kompartemennya jig dapat dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain :
 tipe 1x2
 tipe 2x2
 tipe 1x3
 tipe 2x3

6
Gambar VI
JIG 1X2 CELL

Gambar VII
JIG 2X2 CELL

Gambar VIII
JIG 1X3 CELL

7
Gambar IX
JIG 2X3 CELL

5. PARAMETER PADA PROSES JIGGING


Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa parameter
yang mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi proses
pemisahan tersebut antara lain :
a. Amplitudo membran atau frekuensi stroke
Amplitudo membran adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction), sedangkan frekuensi stroke
merupakan banyaknya dorongan per menit. Bila jumlah (rpm) pukulan besar, maka
panjang langkahnya (amplitudo) lebih pendek demikian sebaliknya.
Amplitudo membrane dan frekuensi stroke ini akan berpengaruh kepada
kecepatan aliran vertical ke atas dimana kecepatannya tidak boleh lebih besar dari
pada kecepatan jatuh partikel. Apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan
kehilangan mineral berharga yang mempunyai ukuran butir lebih kecil. Oleh sebab
itu amplitude membrane dan frekuensi stroke yang digunakan harus disesuaikan
dengan ukuran butir partikel mineral berharga yang ada di lapangan.
b. Kecepatan aliran horizontal
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir di atas lapisan
bed . Fungsi kecepatan horizontal adalah untuk membawa material ringan, baik yang
berukuran besar ataupun kecil. Kecepatan aliran horizontal ini sangat berpengaruh
terhadap pengendapan mineral.
c. Ketebalan bed dan ukuran batu pada lapisan bed yang digunakan
Bed merupakan bahan padat yang terdiri dari lapisan batu hematite yang
digunakan sebagai media pemisah mineral berat pada jig. Ketebalan dan ukuran bed
sangat mempengaruhi hasil pemisahan dan tergantung kepada mineral yang akan
dipisahkan . Semakin tebal dan besar ukuran butir bed, maka akan semakin sulit
8
kecepatan aliran vertical ke atas untuk mendorong lapisan bed, sehingga semakin
sedikit partikel mineral berharga yang mengendap sebagai konsentrat. Sebaliknya
semakin tipis dan kecil ukuran butir bed, maka ada kemungkinan aliran vertical ke
atas akan melontarkan bed, sehingga ruangan antara bed menjadi terlalu besar. Hal
ini menyebabkan mineral ringan yang berukuran besar akan menerobos lapisan bed
dan mengendap sebagai konsentrat, sehingga kadar konsentrat menjadi rendah.
d. Volume air tambahan (Under water)
Selama proses pemisahan berlangsung dengan baik sesuai rencana, air di
dalam tangki ada yang masuk ada pula yang keluar. Air yang masuk adalah air yang
bercampur bersama feed dan air yang berasal dari header tank (air tambahan).
Sedangkan air yang keluar adalah air yang keluar bersama-sama dengan tailing dan
air yang keluar melalui spigot bersama konsentrat. Volume air tambahan adalah
jumlah air yang dialirkan ke jig yang berguna sebagai air tambahan. Manfaat air
tambahan ini adalah untuk mengimbangi hisapan, mengimbangi jangan terlalu
banyaknya aliran air diatas jig yang menuju ke dasar dapat terjadi apa yang
dinamakan gerak pulsasi (gerakan ketas dan hisapan ke bawah) dan menggantikan air
yang keluar melalui lubang spigot.
e. Ukuran lubang spigot
Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan mempengaruhi
volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran lubang spigot terlalu
besar, maka volume air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar. Hal
ini akan mengakibatkan tangki jig menjadi kosong, dan jig akan mengalami
kekurangan air. Untuk menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran lubang
spigot diusahakan sekecil mungkin. Hali ini bertujuan agar pada proses pemisahan
berikutnya tidak terjadi kelebihan air dan pemakaian air tambahan dapat terjaga.
f. Feeding dan proses padatan
Feeding adalah proses pemasukan bahan baku campuran mineral baik bijih
berharga atau mineral lainnya dengan mengalir kepermukaan jig, yang disesuaikan
dengan kapasitas alat pencucian. Distribusi feed dipermukaan jig harus diatur dengan
baik agar proses jigging dapat berjalan dengan sempurna.
Penyebaran dan kekentalan (proses padatan) feed yang masuk kepermukaan jig
perlu diperhatikan. Penyebaran feed yang tidak merata mengakibatkan terjadinya
penumpukan dan kelebihan beban yang terlalu besar yang diterima oleh permukaan
jig. Feed yang terlalu kental akan menyebabkan penumpukan dan kecepatan aliran
9
kecil, sebaliknya feed yang terlalu encer akan menyebabkan kecepatan aliran yang
besar sehingga banyak mineral berharga yang hilang sebagai tailing.
g. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak stroke yang menyebabkan terjadinya
pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat pulsion, jumlah putaran
gear box dan panjang pukul motor yang digunakan.
h. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat 1,5
mm) yang dipasang diantara rooster bawah dan rooster atas. Posisi pemasangan jig
screen berpengaruh terhadap jumlah dan luas lubang bukaan jig screen tersebut.
i. Kecepatan aliran didalam jig tank
Kecepatan aliran didalam tangki jig berpengaruh terhadap proses pengendapan
mineral berharga. Apabila kecepatan aliran vertikal keatas akibat pulsion lebih besar
dari kecepatan jatuh butir mineral berharga, maka mineral berharga tidak memiliki
kesempatan untuk turun mengendap sebagai konsentrat. Sebaliknya jika kecepatan
aliran vertikal ke atas terlalu kecil maka kadar konsentrat akan menjadi rendah. Hal
ini disebabkan karena mineral pengotor yang kecepatan jatuhnya juga kecil akan
turun sebagai konsentrat.
j. Kemiringan jig
Kemiringan jig berpengaruh terhadap kecepatan aliran horizontal pada kondisi
yang stabil, dengan perbandingan kemiringan jig 1:12, dalam artian bila kemirinagan
jig ditambah satu derajat maka kecepatan akan bertambah dua belas kali dari
kecepatan pada posisi jig yang datar.

10
B. FLOATASI

1. PENGERTIAN FLOATASI
Flotasi berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat
diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan / larutan
berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang
bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan
terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk
buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotasi
melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam
cairan) dan gas (gelembung udara).
Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga berdasarkan perbedaan tegangan
permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan cara mengapungkan mineral ke
permukaan. Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi
(hidrofilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidrofobik). Partikel - partikel
yang basah tidak mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa air. Untuk dapat
diflotasi maka suatu zat harus bersifat hidrofobik sehingga dapat menempel pada
gelembung udara. Zat yang tidak bersifat diflotasi yaitu hidrofil dapat diubah menjadi
hidrofob dengan penambahan suatu senyawa yang disebut dengan kolektor berupa suatu
surfaktan sehingga zat itu dapat pula di flotasi.

2. JENIS-JENIS FLOTASI
Adapun jenis-jenis dari flotasi ada 3 antara lain:
a. Aerasi Pada Tekanan Atmosfer (Air Flotation)
Udara akan masuk kedalam fluida dengan menggunakan mekanisme rotor-
disperser. Rotor yang terendam dalam fluida akan mendorong udara menuju
bukan disperser sehingga udara bercampur dengan air sehingga partikel yang
mengapung dapat disisihkan. Sistem ini memiliki keuntungan antara lain tidak
memerlukan area yang luas dan lebih efektif dalam menyisihkan partikel minyak.
b. Vacum Flotation
Limbah cair diaerasi hingga jenuh sehingga akan terbentuk gelembung udara
yang akan lolos ke atmosfer dengan mengangkat partikel-partikel ke atas
(www.geocities.com). Secara garis besar flotasi merupakan proses pemisahan
suatu zat yang ada di dalam zat cair (fluida) maupun gas dengan prinsip

11
pengapungan. Dimana zat yang akan dihilangkan berada di atas (hidrofobik)
sedangkan fluidanya berada di bawah (hidrofilik).
c. Dissolved Air Flotation (DAF)
Udara dilarutkan di dalam air buangan di bawah tekanan beberapa atmosfer
sampai jenuh, ke tekanan atmosfer. Akibat terjadinya perubahan tekanan maka
udara yang terlarut akan lepas kembali dalambentuk gelembung-gelembung udara
yang sangat halus. Dari keempat metode di atas, metode Disolves Air Flotation
(DAF) telah digunakan secara luas untuk pengolahan air limbah industi, karena
effisien untuk pemisahan padat – cair pada material dengan spesifik gravity yang
< 1 atau tinggi.
Adapun metode Disolve Air Flotation (DAF) ada dua jenis yaitu :
 Dengan Resirkulasi
 Tanpa Resirkulasi.

Kedua jenis tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Disolves Air Flotation dengan Resirkulasi

Gambar 2. Disolves Air Flotation tanpa Resirkulasi


12
3. PRINSIP FLOTASI
Flotasi adalah suatu proses dimana padatan, cairan atau zat terlarut dibawa ke
permukaan larutan dengan penggunaan gelembung udara. Prinsip flotasi antara lain :
 Penempelan partikel (mineral) pada gelembung udara
 Gelembung mineral harus stabil
 Ada sifat float dan sink
Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat dipisahkan salah satu jenisnya dari
campurannya atau bila memungkinkan dan dapat terpisah keseluruhan jenis sehingga
dapat terkonsentrasi dari tiap-tiap jenis. Pemisahan dari partikel-partikeldalam flotasi ini
ditunjukkan oleh penentuan kontak antara tiga fasa yaitu fasa partikel padat yang akan
diapungkan, larutan aqua electrolit, dan gas (biasanya dipakai udara) hampir semua zat
anorganik dapat dibasahi oleh fasa akua. Oleh karena itu, langkah pertama dalam flotasi
adalah mengggantikan sebagian dari antar fasa padat-cair menjadi antara fasa padat-
gas. Sebagian hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan menjadi hidrofobik.

4. PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI DALAM FLOTASI


Dalam flotasi ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya adala
sebagai berikut :
a. Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran mineral
b. Persen solid yang baik 25% - 45% (pryor), 15% - 30% (gaudin)
c. Sudut kontak yang baik sekitar 600 – 900,
Berarti usaha adhesinya besar sehingga udara dapat menempel pada permukaan
mineral yang mengakibatkan mineral dapat mengapung. Sudut kontak merupakan
sudut yan dibentuk antara gelembung udara dengan mineral pada suatu titik
singgung. Sudut kontak mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung
udara. Untuk melepaskan gelembung dan mineral dibutuhkan usaha adhesi (Wum).
d. pH Kritis
pH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi kolektor yang
digunakan dalam pengapungan mineral. Pada gambar dibawah menunjukkan
hubungan antara konsentrasi sodium diethyl dithiophosphate dan pH kritis. Mineral
yang digunakan adalah pyrite, galena dan chalcophyrite. Konsentrasi kolektor
tersebut dapat mengapungkan chalcophyrite dari galena pada pH 7 – 9, galena dari
pyrite pada pH 4 – 6 dan chalcophyrite dari pyrite pada pH 4 – 9.

13
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FLOTASI
Faktor - faktor yang mempengaruhi flotasi adalah sebagai berikut :
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap,
sehingga susah untuk terflotasi.
b. pH larutan
Partikel cenderung mudah mengendap pada pH yang tinggi, sehingga dia lebih susah
terflotasi.
c. Surfaktan
Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar
dan gugus nonpolar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat partkel hidrofil menjadi
hidrofob.
d. Bahan kima lainnya misalnya koagulan
Penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran partikel menjadi lebih kecil.
e. Laju Udara
Laju udara berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan
hidrofobik, persen padatan. Untuk flotasi pada partikel kasar, dapat dilakukan dengan
persen padatan yang besar demikian juga sebaliknya. Besar laju pengumpanan,
berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal.
f. Ukuran Gelembung Udara
g. Ketebalan Lapisan Buih
h. Penambahan Reagen Kimia
Dengan adanya perbedaan sifat permukaan hidrofobik dan hidrofilik perlu adanya
suatu reagen kimia untuk mengubah permukaan mineral.

6. SYARAT-SYARAT DALAM FLOTASI


Syarat-syarat dari flotasi adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai penerima pulp dan pengeluaran kosentrat.
b. Dapat menghasilkan/ada aliran udara yang dapat dimasukan kedalam sistem tersebut.
c. Feed harus dalam bentuk pulp.

14
7. MEKANISME FLOTASI SECARA FISIKA DAN KIMIA

Gambar 3. Flotasi

a. Flotasi secara fisika


Pengambilan bahan-bahan yang tersuspensi berukuran besar dan bahan yang
mudah mengendap atau bahan yang dapat terapung terlebih dahulu disingkirkan
atau dibuang. Cara yang paling efisien untuk menyisihkan bahan yang tersuspensi
berukuran besar dengan cara pengendapan. Sedangkan bahan yang tersuspensi
dapat mengendap dapat dipisahkan dengan cara pengendapan.

b. Flotasi secara Kimia


Pemisahan menggunakan cara kimia biasanya menghilangkan partikel-partikel
yang sulit untuk diendapkan atau tidak mudah mengendap. Sehingga dengan
adanya penambahan bahan kimia tertentu yang diperlukan maka partikel yang tidak
mudah diendapkan menjadi mudah diendapan. Sebagai contoh penyisihkan bahan-
bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi yang rendah dapat
dilakukan dengan mengoksidasikannya dengan klor (Cl2), kalsium permanganate,
dll.

8. LANGKAH-LANGKAH FLOTASI
Langkah-langkah flotasi adalah sebagai berikut :
a. Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau grinding yang
diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan agar ukuran butir
mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau berhasil. Analisis
pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop sehingga dapat dilihat

15
derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga
dilakukan desliming, sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
b. Conditioning
Conditioning yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat
langsung dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi
dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses basah.Pada
tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier, collector dan terakhir
frother.
c. Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara kedalam pulp.
Gelembung uadara diinjeksikan kedalam tangki untuk mengapungkan padatan
sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut,
padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan.
Demikia pula halnya pada padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal
ini merupakan keunggulan dari teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan
flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan

9. REAGEN FLOTASI
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen flotasi. Penggunaan
reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat kimia dari partikel
tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan menyerap (adsorsi) reagen
flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral secara flotasi ditentukan oleh ketepatan
penentuan reagen kimia yang digunakan. Secara garis besarnya reagen yang digunakan
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
a. Kolektor
Kolektor adalah suatu reagen yang memberikan sifat menempel pada udara
sehingga mineral tersebut senang pada udara. Collector merupakan zat organik dalam
bentuk asam, basa atau garam yang berbentuk heteropolar, yaitu satu ujungnya
senang pada air dan ujung lainnya senang pada udara. Molekul kolektor berupa
senyawa yang dapat terionisasi menjadi ion-ion dalam air (ionizing collector) atau
berupa senyawa yang tidak dapat terionisasi dalam air (non ionizing collector). Non
ionizing collector umumnya merupakan hidrokarbon cair yang dihasilkan dari
minyak maupun batubara (heptane = C7H12, toluen = C6H5CH3).
Sedangkan ionizing collector merupakan jenis kolektor yang molekulnya
memiliki struktur heteropolar, yaitu salah satu kutubnya bersifat polar (dapat
16
dibasahi air), sedangkan kutub lainnya bersifat non polar (tidak dapat dibasahi air).
Berdasarkan sifat, ionizing collector diklasifikasikan menjadi dua, yaitu annionic
collector dan cationinc collector. Macam kolektor antara lain :
 Xanthat, hasil reaksi alkohol, alkali dan sulfida karbon
 Aerofloat, reaksi fenol dengan penta sulfida phosphor
 Thio carbonalit (urae), sebagai serbuk halus
 Fatty acid (asam lemak), untuk flotasi non logam
 Oleic acid
 Palmatic acid
b. Modifier
Merupakan suatu reagent, bila ditambahkan ke dalam pulp akan memberikan
pengaruh tertentu terhadap air atau mineral agar dapat membantu atau menghalangi
kerja dari collector. Pengaruh umum yang dihasilkan adalah memperkuat atau
memperlemah hydrophobisitas dari suatu permukaan mineral tertentu. Modifier ini
biasanya an organik. Macam-macam conditioner/modifier:
 Reagent pengontrol Ph
Berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi asam atau basa.
Pengaruh pH dalam flotasi sangat penting sebab pH dapat mampengaruhi
aksi dari reagent lain terutama kolektor. Reagent kolektor akan bekerja
dengan baik pada permukaan mineral tertentu bila mencapai harga pH kritis.
pH kritis adalah ambang batas pH dimana kolektor dapat bekerja dengan baik
pada minerl tertentu. Harga pH kritis akan naik bersama naiknya kolektor
yang dipakai.
Tinggi rendahnya pH ditentukan oleh konsentrasi ion-ion hidrogen dan
ion-ion hidroksil (OH). Pengaruh ion-ion hidrogen hidroksil adalah terhadap
hidrasi permukaan bila tanpa kolektor dan adsorbsi kolektor pada permukaan
mineral. Kapur biasanya digunakan dalam flotasi sebagai Ca(OH)2 padat dan
biasanya kapur yang dimasukkan sebanyak 1,4 gram CaO per liter
(tergantung pada mineral yang dipisahkan). Kapur ini dapat dipakai sebagai
reagent pengendap dalam timbal sulfida dan emas. Yang digunakan sebagai
pengontrol pH adalah ; soda abu (NaCO3) dan Caustic Soda.
 Depressing Agent (reagent pengendap)
Berfungsi untuk mencegah dan menghalangi mineral yang mempunyai
flotablita sama supaya tidak menempel pada gelembung udara. Biasanya
yang digunakan adalah seng sulfat (ZnSO4) untuk menekan mineral sfalerit
17
dan sodium sianida (NaCN) untuk menekan mineral pyrite. Zn(CN)2 +
Na2SO4 ZnSO4 + 2 NaCNHasil reaksi tersebut dapat menekan sfalerit
sehingga menjadi hydrofillic dan mencegahadsorbsi colector. Macam yang
lain antara lain : lime (kapur), NaCN atau KCN dan Na sulfida.
 Activating Agent (reagent pangaktif)
Berfungsi mengembalikan sifat flotabilit mineral sehingga tidak
terpengaruh oleh aksi reagent kolektor yang telah diberikan sebelumya.
Contohnya tembaga sulfat (CuSO4) terhadap mineral sfalerit. Mineral sfalerit
tidak dapat diapungkan dengan baik oleh kolektor xanthate. Proses
pengaktifan tembaga sulfat pada sfalerit akibat terbentuknya molekul
tembaga sulfida (CuS) pada permukaan mineral dengan reaksi ion CuS +
Zn++ ZnS + Cu++
 Sulfidizing Agent
Penambahan Na2S akan mengakibatkan endapan yang berupa selaput sulfida
pada mineral tersebut sehingga logam oksida dapat terselimuti sulfida.
Pemakaian sulfida yang berlebihan akan membuat sulfida itu mengandap.
 Reagent Dispersi (dispersant, defloculator)
Berfungsi menjaga agar partikel-partikel mineral tidak membentuk
gumpalan tetapi tetap berada dalam suspensi. Fraksi mineral yang bersifat
non polar mempunyai kecenderungan untuk membentuk gumpalan,
sedangkan mineral-mineral yang polar tidak berkecenderungan demikian
tetapi tetap melayang. Reagent yang biasa digunakan adalah waterglass.
Kedudukan sebaran dapat dipertahankan oleh reagent waterglass akibat
adsorbsi ion-ionnya terhadap permukaan mineral. Reagent ini disebut juga
defloculating agent. Mineral yang senang pada udara itu biasanya
menggumpal, sedang yang senang terhadap air akan melayang dalam air, oleh
karena itu penambahan reagent ini bertujuan agar mineral tersebut menyebar.
Reagent yang sering dipakai adalah ; NaSiO2 (waterglass) dan Na3PO4
(trinatrium phosphat) untuk butir yang halus. Untuk suatu reagent yang sama
mungkin dapat bertindak sebagai aktivator terhadap suatu mineral, tetapi
merupakan depresant untuk mineral yang lain.

c. Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air.
Kehadiran froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai dalam flotasi
18
untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai permukaan yang aktif dan
biasanya pada flotasi berguna untuk meningkatkan gelembung udara dan menolong
supaya gelembung menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan partikel
mineral dan menaikaan stabilitas busa. Kontak antar mineral udara dan air dikenal
dengan kontak tiga fasa dan sudut yang terbentuk antara mineral dengan antar muka
udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan sudut kontak. Sudut kontak = 0,
berarti permukaan padatan diselimuti air (hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara
menutupi padatan. Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan
permukaan mineral.
 Penggunaan Frother
Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari fungsinya
yaitu :
 Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup lama.
 Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
 Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan gelembung
didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan mineral – mineral
akan menimbulkan kondisi yang lebih baik yang menguntungkan
proses flotasi.
 Karakteristik Frother
 Beberapa karateristik Frother adalah sebagai berikut :
 Suatu substansi organik.
 Molekulnya heteropolar terdiri dari satu atau lebih gugusan HC yang
dihubungkan satu grup yang polar.
 Kelarutannya tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
 Tidak ter-ion.
 Busa atau buih akan segera patah detelah berpindah dari sell flotasi.
 Mempunyai aktivitas kimia yang lemah.
Contoh Frother :
MIBC = Methyl Isobutyl Carbinol
Minyak pinus (kayu putih)
Terpentin
Pemakaian : 5 – 100 g/t

19
10. PERALATAN FLOTASI
a. Flotasi Cell
Beberapa variabel yang mempengaruhi hasil flotasi dengan menggunakan
flotasi cell adalah kecepatan pengaliran udara, gelas poros dari alat, densitas dari
pulp, ukuran alat ( ketinggian kolom dari dasar sampai permukaan pulp) dan kondisi
dari pulp (PH, adsorbsi, desorbsi). Dengan kondisi yang tertentu dari kecepatan
aliran udara, ukuran atau diameter bukaan (P = opening) dari gelas poros
menghasilkan gelembung udara dengan diameter yang kecil. Densitas dari pulp,
volume dari pulp dan ukuran alat juga merupakan faktor variabel yang penting. Jika
densitasnya terlalu tinggi, tabrakan antar partikel akan lebih besar dan kemungkinan
penempelan partikel-partikel yang mengapung harus diapungkan.
Salah satu faktor penentu dalam proses flotasi yang mempengaruhi
kemampuan flotasi dari mineral – mineral adalah mesin flotasi perbaikan dari
perencanaan impeller dan bentuk dari pada cell, dan beberapa harga parameter
operasi seperti kecepatan impeller/konsumsi udara dan tenaga, memegang peranan
penting. Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri dalam merencanakan
cell ini. Sebagai contoh ratio kedalaman dan panjang dari tank, jumlah sudut – sudut
pada impeller dan ratio dari ketebalan impeller terhadap diameternya mempuinyai
harga – harga berlainan.. Flotasi cell (flotation cell) dan flotasi cell mikro (mikro
flotation cell) merupakan contoh dari jenis alat flotasi. Untuk skala laboratorium alat
flotasi yang digunakan adalah mikroself flotasi. Gambaran skematis dari flotasion
cell ditunjukan pada gambar berikut ini.

Pada proses flotasi mineral berharga bersama dengan reagen akan menempel
pada gelembung udara naik kepermukaan sedangkan sisanya berupa pasir halus dan
air laut ini disebut dengan tailing.

20
21
11. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN DARI FLOTASI
Keunggulan dari proses pengapungan (flotasi) adalah pada umumnya cukup efektif
pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar (28 mesh) yang berarti bahwa biaya
penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth flotation sering digunakan mengkonsentrasi
emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah dan seng. Partikel emas
dari batuan okosida biasanya tidak merespon dengan baik namun efektif terutama bila
dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite, metode flotasi mampu memecahkan bijih
yang tidak dapat diolah dengan menggunakan metode pengolahan mineral konvensional
Kekurangan dari metode flotasi ini adalah tingginya biaya investasi infrastruktur,
biaya produksi juga lebih tinggi. Perkiraan bahwa hukum segregasi investasi dalam
infrastruktur adalah sekitar dua kali pabrik flotasi dari kapasitas yang sama, biaya
produksi akan menjadi 2 sampai 3 kali lebih tinggi. Segregasi dalam pengobatan bijih
tembaga oksida tahan api, tembaga kelas dalam bijih harus lebih besar dari 2% untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik ekonomi. Metode pemisahan digunakan untuk
menyelesaikan hanya mereka yang sebaliknya tidak dapat memproses bijih. Oleh karena
itu, sebelum menggunakan metode ini untuk menangani pengolahan bijih untuk sebuah
studi komprehensif, jika metode pengobatan lain, tidak disukai hukum segregasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aris Mukimin, 2006, Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam dengan Teknologi
Elektrokoagulasi Flotasi, Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro
Semarang

Metcalf dan Eddy, 1991, Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse,
McGrawHill, New York

Othmer, Kirk, 1998, Consise Encyclopedia of Chemical Technology, John Wiley and Sons,
Inc., New York.

Rich, Linvil G. 1961. Unit Operations of Sanitary Engineering. New York, USA: John Wiley
& Sons Inc.

Ziyadanogullari, Recep and Firat Aydin, 2005, A New Application For Flotation Of Oxidized
Copper Ore, Dicle University, Faculty of Science and Art, Chemistry Department,
Turkey, Vol. 4, No. 2, pp 67-73, 2005

23

Anda mungkin juga menyukai