Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TAHAPAN-TAHAPAN KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bimbingan Penyuluhan


Dosen Pembimbing :
Dini Permana Sari, S.Psi, MM, Psik

Disusun Oleh:

Nando Maulana
Sum Yati

Semester IV
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan Kota Depok Jawa
Barat Indonesia 16511.
Tahun 2021.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,
curahan, dan rahmat-Nya kepada kita. Shalawat beserta salam marilah kita haturkan kepada Nabi
akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang yakni Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya, makalah yang kami susun ini berjudul “Tahapan-tahapan
Bimbingan Konseling” yang bersumber dari buku-buku yang relevan dalam mata kuliah
“Bimbingan dan Penyuluhan”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua kpihak yang telah membantu di
dalam penyelesaian makalah ini, terutama Dosen Pengajar Mata Kuliah Bombingan dan
Penyuluhan yang telah membimbing kami di dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, Tiada Gading yang Tak Retak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, serta
penulis memohon Ridha serta berkah dari Allah SWT. Demikian juga dengan penyusunan
makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapan demi kesempurnaan makalah
ini.

Depok, 23 Oktober 2021
Penyusun

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Prosedur Bimbingan dan Konseling.....................................................................................3

a. Menurut E.G Williamson..................................................................................................3

b. Menurut Brammer Abergo dan Shostrom.........................................................................5

B. Tahapan Konseling...............................................................................................................7

a. Initial Stage.......................................................................................................................7

b. Working Stage...................................................................................................................7

c. Final stage.........................................................................................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9

A. Kesimpulan...........................................................................................................................9

a. Menciptakan Hubungan........................................................................................................9

b. Eksplorasi.............................................................................................................................9

c. Pemecahan Masalah ( Merumuskan Masalah, Identifikasi Alternatife, Menguji


Alternatife, Pembatasan Keputusan)........................................................................................9

d. Implementasi........................................................................................................................9

e. Terminasi..............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Bimbingan konseling merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan di
indonesia dalam upaya membantu siswa agar mencapai perkembangan yang
optimal,sesuai dengan potensinya.oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan konseling
disekolah menjadi tanggung jawab dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dalam kehidupan manusia baik secara berkelompok maupun individu tidak
pernah lepas dari masalah dalam menjalani kehidupan, baik masalah ekonomi, masalah
dalam keluarga, masalah dalam pendidikan atau masalah dalam masyarakat dan masalah
lainnya. Berbagai masalah yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia itu
terjadi karena beberapa faktor. Masalah bisa berkenaan dengan perkembangan, perbedaan
individu, kebutuhan individu dil. Suatu kejadian atau peristiwa bisa dikatakan masalah,
jika orang yang mengalaminya itu menganggapnya itu sebagai suatu masalah yang harus
diselesaikan dan tidak jarang banyak orang beranggapan bahwa yang namanya masalah
harus dihindari.
Dalam ilmu Konseling masalah itu tidak bisa kita hindari, tetapi justru
menyelesaikan masalah tersebut dengan berbagai metode yang digunakan agar konseli
bisa terlepas dari masalah yang mereka alamai. Tentu ada masalah yang butuh waktu
lama untuk menyelesaikan masalah tersebut dan ada pula yang dapat diselesaikan dalam
waktu dekat, tergantung apa masalah yang dihadapi oleh konseli. Dalam konseling,
ketika konseli mempunyai masalah disinilah peran konselor memainkan peran dalam hal
mengkonseling kliennya. Bimbingan dan konseling tersebut merupakan sebuah proses
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien (konseli) baik melalui tatap muka atau
hubungan timbal balik antara konselor dan konseli, sehingga konsell dapat
mengungkapkan masalahnya dan konselor memberikan bantuan kepada konseli agar
konsell tersebut juga bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena itu diperlukan
strategi atau cara dalam menyelesaikan. lah dengan prosedur-prosedur ada dalam
bimbingan konseling.
Dalam Makalah ini akan dipaparkan secara gamblang bagaimana seharusnya
dalam konseling itu, seorang konselor menyelesaikan masalah dengan baik dan terarah
sehingga sebagai konselor terus dibekali dengan berbagai ilmu yang digunakan dalam
proses problem solving dan juga bagaimana seorang konselor dapat memahami srategi
dalam menyelesaikan masalah.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tahapan menciptakan hubungan ?
2. Apa yang dimaksud tahapan eksplorasi ?
3. Apa yang dimaksud tahapan pemecahan masalah ?
4. Apa yang dimaksud tahapan implementasi ?
5. Apa yang dimaksud tahapan terminasi ?

c. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui arti dari tahapan menciptakan hubungan.
2. Mengetahui arti dari tahapan eksplorasi.
3. Mengetahui arti dari tahapan pemecahan masalah.
4. Mengetahui arti dari tahapan implementasi.
5. Mengetahui arti dari tahapan terminasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Bimbingan dan Konseling


Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun
harus dilakukan dengan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu. Berikut adalah prosedur
dan langkah langkah menurut para ahli
d. Menurut E.G Williamson
Dalam melaksanakan konseling E.G. Williamson menyarankan enam langkah harus
ditempuh. Langkah-langkah ini dijelaskan sebagai berikut:
e. Analisis
Langkah analisa ini berarti mengumpulkan data, fakta atau infomasi tentang
diri klien dan lingkungannya. Data, fakta atau informasi ini dikumpulkan dari
berbagai sumber dengan menggunakan alat-alat pengumpulan data memadai melalui
beberapa tahapan yaitu; wawancara atau interview dengan klien, penelitian secara
langsung, dan pengamatan atau analisis terhadap data sebanyak-banyaknya
f. Synthesis
Langkah sintesa ialah suatu langkah pemilihan terhadap sumber data, fakta, atau
informasi yang telah tersedia dipilih sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang
sedang atau akan dihadapi dalam proses konseling. Dalam langkah ini juga
dilakukan pengumpulan data, perangkuman dan penyusunan data, fakta,atau
informasi yang telah tersedia itu untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada klien bersangkutan serta
kesanggupannya untuk menyesuaikan diri. Sebagaimana dikatakan Bimo
Walgito, bahwa sintesis adalah langkah mengorganisir data yang ada,
dipelajari, diperbandingkan satu dengan yang lain untuk memperoleh gambaran
penyebab terjadinya masalah pada klien.1
g. Diagnosis
Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah yng dihadapi kasus
beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah
mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yag
yang dihadapi serta latar belakangnya.2 Langkah diagnosis berarti suatu bentuk
perumusan kesimpulan tentang hakikat serta sebab-sebab yang dihadapi.
h. Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa
yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah prognosis ini
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnos yaitu setelah ditetapkan
masalah beserta latar belakangnya.
i. Treatment
Langkah ini ,merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam rangka
prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinu
dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
j. Evaluasi dan Follow-up
Langkah terakhir dalam penyelesaian masalah ialah proses pengevaluasian terhadap
hasil dari tahapan-tahapan sebelumnya. 3
Sebagai langkah untuk melihat atau menilai bagaimana progam kerja seorang
konselor,apakah berhasil atau tidak dari adanya pelaksanaan program bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan teknik-teknik dan langkah yang benar,sehingga
membutuhkan pengamatan dalam jangka waktu yaang lama. Indikator dalam
evaluasi ini adalah, sampai sejauh mana sasaran tercapai. Keputusan untuk
menghentikan adalah usaha bersama antara klien dan konselor, meskipun klien
merupakan determinator utama bila sasaran sudah tercapai.4 Dalam langkah
follow-up atau tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu
yang lebih jauh.

Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991),42.


Jeanette Murad Lesmana,Dasar-Dasar Konseling,(Jakarta:UI Press,2006),100.
5I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, 105-106.
6 M. Umar, dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia,
1998), 53-57.
Menurut pendapat yang lain, bahwa langkah penyelesaian masalah terdiri dari 5
langkah, yaitu identifikasi, diagnosis, prognosis, terapi/treatment aatau pemberian
bantuan dan tindak lanjut atau follow up.

Prosedur atau langkah dalam menyelesaikan masalah sebagai berikut:

1. Analisis: Langkah pengumpulan data (informasi), seperti: data kepribadian,


prilaku, pendidikan, latar belakang konseli dari berbagai sumber.
2. Sintesis: Pengklasifikasian masalah dari analisis yang sudah ada.
3. Diagnosis: Menetapkan latar belakang masalah berdasarkan analisis dan sintesis.
4. Prognosis: Langkah dimana menentukan jenis bantuan yang di gunakan dalam proses
konseling .
5. Konseling: langkah pelaksanaan pemberian bantuan berdasarkan hasil prognosis.
6. Follow up: tindak lanjut sejauh mana program dan tindakan disepakati dan
dilaksanakan oleh klien.
k. Menurut Brammer Abergo dan Shostrom
Menurut ahli konseling Brammer Abrego dan Shostrom memberikan
langkah – langkah konseling sebagai berikut:

1. Menciptakan Hubungan
Membangun hubungan ( menciptakan hubungan)
Supaya klien bisa menjelaskan atau menceritakan tentang semua problemnya kepada
konselor serta keprihatinan dan alasannya datang maka dibangunlah langkah awal agar
bisa membangun hubungan positif sesuai dengan apa yang di harapkan. Dengan
berlandaskan kepercayaan, kejujuran, keterbukaan, dalam berekspresi. Konselor harus
menunjukkan bahwa konselor bisa memegang komitmen untuk membantu klien dan
menjaga rahasia antara klien dan konselor dalam proses konseling. Dengan dmikian
sasaran selanjutnya yaitu untuk menentukan sampai sejauh manakah permasalahan yang
sedang di hadapi kliennya. Walaupun kebanyakan klien merasa ragu ketika membuat
komitmen yang pasti, karena konseling sama dengan akan terjadinya perubahan.
2. Eksplorasi
Dalam hal ini yang di cari adalah strategi apa yang dapat memudahkan terjadinya
perubahan. Dimana hal ini dapat dilihat dari sifat masalah,gaya dan teori yang di anut
oleh konselor, keinginan klien dan gaya komunikasinya. Konselor akan memikirkan
berbagai alternative, melakukan evaluasi, kemungkinan konsekuensi dari berbagai
alternative serta rencana tindakan.

3. Pemecahan Masalah ( Merumuskan Masalah, Identifikasi Alternatife, Menguji


Alternatife, Pembatasan Keputusan)
Yang utama dalam proses ini adalah mendiskusikan apa yang mereka ingin dapatkan
dalam proses konseling ini. Didiskusikan sasaran – sasaran
secaraspesifikdantingkahlakudalam mencapai harapan adalah tolak ukur konseling yang
berasil. Jadi sasaran yang utamanya adalah dengan mendiagnosis. Permasalahan apa
yang di hadapi dan solusi apa yang di harapkan dengan mengikut sertakan lingkungan
yang ada disekitar dalam proses konseling.
Selanjutnya, konselor mulai memikirkan rencana dan strategi yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah klien. Hal yang harus diingat oleh konselor adalah selain
membantu klien mencari alternative pendekatan yang sesuai dengan klien , konselor juga
harus mengembangkan minat untuk mencari alternatif lain dalam memecahkan
masalahnya.

4. Implementasi
Dalam implementasi program bimbingan dan konseling para konselor dan guru
pembimbing memegang peranan yang sangat penting, mereka merupakan ujung tombak
pelaksana program. Konselor dan guru pembimbing selain dituntut memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya, juga dituntut memiliki semangat kerja
yang tinggi, rasa cinta terhadap tugasnya, kesungguhan, ketekunan dan kesedihan
memberikan layanan demi kepentingan siswa.
5. Terminasi
Dalam langkah ini terjadi fase evaluasi terhadap hasil konseling dan khirnya terminasi.
Indikatornya adalah smpi sejauh mana sasaran tercapai. Bila tidak semua sasaran
tercapai, sampai sejauh manakah sasaran tercapai. Keputusan untuk menghentikan usaha
adalah antara klien dan konselornya
Menurut Willis (2009) pada langkah terakhir sebuah proses konseling ditandai pada
beberapa hal:
1. Menurunnya tingkat kecemasan klien
2. Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
3. Adanya rencana hidup dimasa mendatang dengan program yang jelas
4. Terjadi perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah mampu berfikir
realistis dan percaya diri.

B. Tahapan Konseling
Tahap-Tahap Konseling Menurut Corey (2012),
pelaksanaan Konseling Rasional emotif perilaku, terdiri dari tiga tahapan, yaitu initial stage,
working stage dan final stage. Siklus terapi didasarkan atas formulasi Dobson (2013) dan Ellis
(2008), peneliti mengintegrasikan siklus tersebut dalam tahapan Konseling emotif behavior,
yaitu:
a. Initial Stage
Sesi pertama, bertujuan melakukan assesment sebagai baseline dari kondisi pra-konseling.
Assesment dilakukan, terhadap belive yang ditengarai mempengaruhi Activating event dan
consequence individu (konseli) tersebut, selanjutnya, dilakukan interpretasi dan pengujian belief
atau bisik diri, konseli yang bersifat rasional ataupun irasional.
Menurut Corey (2012), Belief (B) adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri
individu terhadap suatu peristiwa yang mengarah pada respon activating event dan consequence.
Menurut Jose A. Corraliza (2008) belief adalah memiliki peran yang lebih besar untuk mengubah
lingkungan dibanding kebutuhan dan pengetahuan. Pada sesi ini konselor harus dapat
mengidentifikasi masalah secara spesifik, konseli diperkenankan untuk menceritakan terlebih
dahulu hal-hal yang membuat mereka ingin mengikuti konseling dan masalah yang dialami,
diskusi mengenai harapan konseli membuat mereka lebih santai. Setelah diketahui semua
keterkaitan dan kedalaman dari masing-masing aspek, serta bentuk permasalahanya, konselor
merumuskan tujuan konseling yang akan dilaksanakan.
b. Working Stage
Setelah perumusan tujuan, dilakukan perencanaan dan perumusan treatment bersama dengan
konseli, serta dilakukan kontrak atau komitmen secara prosedural dan terjadwal. Pada tahap ini,
konseli diajak untuk menjalankan peran aktifnya dalam mengatasi permasalahan, konseli dibantu
untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Konseli
mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat
pikiran irasional konseli (dispute) dengan menggunakan teknik-teknik konseling untuk
menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
c. Final stage
Menurut Corey (2012, p. 359), pada tahap ini pilihan kegiatan yang dilaksanakan oleh
konselor adalah:
1. Memberi dan menerima balikan
2. Memberi kesempatan untuk mempraktikan perilaku baru
3. Belajar lebih lanjut dari pengembangan perencanaan yang spesifik untuk
mengaplikasikan perubahan pada situasi diluar terapi (konseling)
4. Mempersiapkan untuk menghadapi adanya kemungkinan memburuk
5. Mendampingi dalam meninjau pengalaman dan pemaknaan bagi dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menciptakan Hubungan
Membangun hubungan ( menciptakan hubungan)
Supaya klien bisa menjelaskan atau menceritakan tentang semua problemnya kepada
konselor serta keprihatinan dan alasannya datang maka dibangunlah langkah awal agar bisa
membangun hubungan positif sesuai dengan apa yang di harapkan.
Eksplorasi
Dalam hal ini yang di cari adalah strategi apa yang dapat memudahkan terjadinya
perubahan. Dimana hal ini dapat dilihat dari sifat masalah,gaya dan teori yang di anut oleh
konselor, keinginan klien dan gaya komunikasinya.
Pemecahan Masalah ( Merumuskan Masalah, Identifikasi Alternatife, Menguji
Alternatife, Pembatasan Keputusan)
Yang utama dalam proses ini adalah mendiskusikan apa yang mereka ingin dapatkan dalam
proses konseling ini. Didiskusikan sasaran – sasaran secaraspesifikdantingkahlakudalam
mencapai harapan adalah tolak ukur konseling yang berasil
Implementasi
Dalam implementasi program bimbingan dan konseling para konselor dan guru pembimbing
memegang peranan yang sangat penting, mereka merupakan ujung tombak pelaksana
program
Terminasi
Dalam langkah ini terjadi fase evaluasi terhadap hasil konseling dan khirnya terminasi.
Indikatornya adalah smpi sejauh mana sasaran tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991),42. Jeanette Murad
Lesmana,Dasar-Dasar Konseling,(Jakarta:UI Press,2006),100. 5I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan
di sekolah, 105-106. 6 M. Umar, dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka
Setia,1998), 53-57.

Habsy, Bakhrudin All. "Konseling rasional emotif perilaku: Sebuah tinjauan filosofis." Indonesian Journal
of Educational Counseling 2.1 (2018): 13-30.

Astuti, Budi. "Modul konseling individual." Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu
Pendidikan, FIP UNY, Jakarta (2012).

Deni, Febrini. "Bimbingan konseling." Yogyakarta: Teras (2011).

Nurhayati, Eti. "Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi Inovatif." (2018).

Anda mungkin juga menyukai