Anda di halaman 1dari 2

Eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart) (Solms) merupakan tumbuhan air terbesar yang hidup

mengapung bebas (floating plants) yang ditemukan pertama kali pada air tergenang di Daerah Aliran
Sungai Amazon di Brasil pada tahun 1824 oleh Karl von Martius (Pieterse dalam Dinges, 1982).
Tumbuhan air, terutama eceng gondok dianggap sebagai pengganggu atau gulma air karena
menimbulkan kerugian. Pada suatu bendungan (waduk) gulma air akan menimbulkan dampak negatif
berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan secara optimal yaitu mempercepat pendangkalan,
menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evapotranspirasi, mempersulit
transportasi perairan, menurunkan hasil perikanan. Disisi lain, potensi eceng gondok sebagai sumber
bahan organik alternatif dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu terutama untuk mengetahui produksi
biomassanya. Dilaporkan bahwa produksi biomassa eceng gondok di Rawa Pening dapat mencapai 20
30,5 kg/m
2
atau 200 300 ton/ Ha (Slamet, dkk, 1975). National Academy of Science (1977) juga
melaporkan bahwa biomassa eceng gondok di Bangladesh dapat mencapai lebih dari 300 ton per hektar
per tahun. Dari data tersebut, eceng gondok merupakan bahan organik yang potensial untuk
dikembangkan antara lain untuk pupuk organik dan media tumbuh. Pengolahan eceng gondok melalui
teknologi pengomposan menghasilkan produk berupa bahan organik yang lebih halus dan telah
terdekomposisi sempurna. Proses pengomposan itu sendiri merupakan proses hayati yang melibatkan
aktivitas mikroorganisme antara lain bakteri, fungi dan protozoa (Golueke, 1992). Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok sebagai sumber bahan organik mampu memperbaiki
struktur fisik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, pertumbuhan vegetatif dan produksi jagung
manis (Soewarno, 1985 ; Suprihati 1991).

Eichhornia crassipes (Malt) (Solms) (eceng gondok)
Program peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura untuk memenuhi kebutuhan dan
memenuhi swasembada pangan di Kabupaten Kutai Kartanegara terus dilakukan dengan berbagai cara
dan usaha, baik secara traditional maupun modern. Peningkatan produksi pangan yang harus dicapai
diharapkan selain dari segi kualitas juga dari segi kuantitas. Dalam kaitannya dengan hal ini, peran
pemupukan sangat penting. Untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan pupuk organik sebagai
substitusi pupuk kimia sangat diperlukan, karena produk yang dihasilkan bersifat organik dan bersifat
ramah lingkungan. Dengan adanya upaya pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam menambah
fungsi lahan untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan, maka diharapkan beberapa
permasalahan akan kelangkaan atau kekurangan pupuk dapat teratasi dengan pemanfaatan eceng
gondok dan bahan organik lokal lainnya melalui penerapan teknologi pengomposan.

Eceng Gondok Blsu Dloluh Judl Kompos
MedunBlsnls Medun. Eceng gondok selumu lnl dlpundung sebuglun musyurukut sebugul tumbuhun yung tlduk bergunu.
Sebuglun besur petunl yung persuwuhunnyu dltumbuhl eceng gondok membuungnyu begltu su|u. Puduhul, eceng gondok
mengundung unsur nltrogen (N) yung cukup tlnggl, suluh sutu unsur yung sungut dlbutuhkun oleh tunumun.
Hul lnl dlungkupkun Slumet, suluh seorung Ketuu Gubungun Kelompok Tunl (Gupoktun) dl Dusun Re|osurl,Desu Puluu
Bunyuk, Kecumutun Tun|ungpuru, Kubuputen Lungkut.

Petunl yung tergubung dulum kelompok kuml suduh memunfuutkun eceng gondok sebugul buhun buku utumu kompos.
Husllnyu pun |uuh leblh bulk |lku dlbundlngkun dengun pupuk kompos yung menggunukun buhun buku rumput llur
lulnnyu, kutu Slumet.

Slumet menguku suduh tlgu kull menggunukun pupuk kompos berbuhun buku eceng gondok untuk tunumun pudl polu
System of Rlce Intenslflcutlon (SRI) orgunlk yung teluh dlterupkunnyu se|uk tuhun lulu. 2010 yung lulu. Dengun kompos
yung muslh |urung dlmunfuutkun tersebut, Slumet menguku blsu memproduksl 8,9 ton pudl per hektur.

Tlduk hunyu untuk konsumsl sendlrl, gupoktun yung dlplmpln Slumet |ugu suduh blsu menduputkun keuntungun durl husll
pen|uulun pupuk orugunlk tersebut. Jlku cuucu bulk, kutunyu, plhuknyu blsu memproduksl 15 ton pupuk kompos berbuhun
buku ecek gondok setlup bulun.

Numun, kutunyu, untuk dlgunukun terhudup tunumun, khususnyu pudl, kompos buutunnyu lnl hurus dlcumpur dengun
buhun lulnnyu dengun komposlsl yung teput. Untuk komposlsl sutu ton pupuk, ungkupnyu, dlbuut dengun komposlsl eceng
gondok busuh 450 kllogrum, pupuk kundung 250 kllogrum, subut kelupu 150 kllogrum, dolomlt 50 kllogrum dun tunuh
humus 250 kllogrum. "Dengun perbundlngun komposlsl sepertl lnl, muduh-muduhun, husllnyu ukun mukslmul dlbudlngkun
dengun menggunukun pupuk klmlu," lmbuhnyu.

Untuk sutu hektur tunumun pudl orgunlk, lun|ut Slumet, dlrlnyu menggunukun kompos sebunyuk 3 ton dun tlduk
menggunukun pupuk klmlu lugl. "Dulu, wuktu suyu menggunukun pupuk klmlu, mukslmul produksl sutu hektur suwuh ltu
hunyu 6 ton su|u, tupl klnl husllnyu |uuh leblh bulk mencupul 8,9 ton. Mukunyu suyu memlllh untuk tetup bertunl orgunlk
su|u," pupurnyu, seruyu menyebutkun hurgu pupuk kompos yung mereku produksl dl|uul Rp450 per kllogrum. (cw 01)

Anda mungkin juga menyukai