Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN KURIKULUM (Kajian mengenai kurikulum dari berbagai sumber) Oleh Fitrian Eka Paramita (208013000040) A.

Pengertian dan Karakteristik Kurikulum Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh para pakar dalam bidang pengembangan kurikulum. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah (Hamalik 1999: 16). Berkaitan dengan tafsirannya yang beragam, William Schubert (dalam Idi, 2007: 45) mengemukakan berbagai karakteristik kurikulum yang berlandaskan pengetahuan atas perbedaan pengertian tersebut. Pilihan terhadap karakteristikkarakteristik kurikulum itu mencakup: Curriculum as Subject Matter Kurikulum sebagai bahan ajar (Subject Matter), adalah gambaran kurikulum paling tradisional yang menggambarkan suatu kurikulum sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang diajarkan. Curriculum as Experience Adalah suatu gambaran melihat kurikulum sebagai seperangkat pengalaman. Dalam hubungannya dengan pendidikan, semua pengalaman tersebut telah direncanakan khusus dengan cara penulisan kurikulum, tetapi banyak pengalaman ditemukan atau didapatkan anak didik dalam konteks pendidikan. Melalui pengalaman hidden curriculum, para anak didik memperoleh banyak bentuk belajar yang belum atau tidak direncanakan yang biasanya sangat penting. Curriculum as Intention Karakteristik kurikulum ini mempunyai pendapat bahwa suatu perencanaan kurikulum ini mempunyai pendapat bahwa suatu perencanaan kurikulum yang komprehensif terhadap pengalaman belajar anak didik ditentukan lebih awal sebelum mereka memulai kurikulum itu merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak didik.

Curriculum as Cultural Reproduction Salah satu karakteristik kurikulum yang menerima dukungan adalah pendapat bahwa kurikulum harus merefleksikan suatu budaya masyarakat tertentu.

Curriculum as Currere Adalah karakteristik kurikulum yang berkembang akhir-akhir ini ialah karakteristik sebagai suatu proses daripada pemberian pengertian individu secara terus menerus kea rah yang lebih berarti. Esensinya, karakteristik ini menekankan pada perspektif pengalaman, sedang akibat terhadap kurikulum adalah intepretasi terhadap pengalaman hidup.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang mesing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps. 37). Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsop tersebut, pengembangan kurikulum agar berdasarkan factor-faktor sebagai berikut: 1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk, merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan. 2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita. 3. Perkembangan peserta didik, yang merujuk pada karakteristik perkembangan peserta didik. 4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (cultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis). 5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya. 6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa. Keenam faktor tersebut saling kait mengait antara satu dengan yang lainnya.

C. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum Kurikulum sebagai suatu system keseleruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu: 1. Tujuan Kurikulum Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikatagorikan sebagai tujuan umum kurikulum. 2. Materi Kurikulum Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Bab IX, PS. 39). 3. Metode Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. 4. Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki cirri-ciri tersendiri. a. b. Mata Pelajaran Terpisah-pisah (isolated subject) Mata Ajaran-Mata Ajaran Berkolerasi (correlated) Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah. Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan sebagai akibat pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan siswa dalam memahami pelajaran tersebut. c. Bidang Studi (broadfield) Beberapa mata pelajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama dikorelasikan/difungsikan dalam satu bidang pengajaran. d. Program yang Berpusat pada Anak (Childecectered Program) Kurikulum dititikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata ajaran e. Core Program Core berarti inti atau pusat. Core program adalah suatu program inti berupa suatu unit atau masalah. Masalah itu diambil dari suatu mata ajaran 3

tertentu. Beberapa mata ajaran lainnya diberikan malalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Mata pelajaran tersebut tidak diberikan secara terpisah f. Eclectic Program Eclectic Program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat pada peserta didik. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluuasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan. D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 1. Prinsip Relevansi Pengembangan kurikulum yang melipuri tujuan, isi dan system penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Prinsip Efektivitas Prinsip efektivitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditemukan. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu: a. b. Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan Efektivitas belaja anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dolaksanakan dengan baik. pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Faktor pendidik dan anak didik, serta perangkat-perangkat lainnya yang bersifat operasional, sangat penting dalam hal efektivitas proses pendidikan atau pengembangan kurikulum (Drajat 1996, dalam Idi 2007: 181)

3. Prinsip Efisiensi Prinsip efisiensi sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi yang berbunyi: dengan modal atau biaya yang sekecil-kecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan. Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimaml mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar. 4. Prinsip Kesinambungan Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya kesalingterkaitan antara tingkat pendidikan, yaitu program pendidikan dan bidang studi. a. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah: Bahan pelajaran (Subject Matters) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya. Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar. b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi Kesinmbungan di antara bidang studi manunjukkan bahwa pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. 5. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan) Fleksibilitas berarti tidak kaku dan ada semacam ruang yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Di dalam kurikulum, fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam, yakni: Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, adalah bentuk pengadaan program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi, dan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya. Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran, adalah dalam bentuk memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran yang berpatok pada 5

tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum (Ibid: 183) 6. Prinsip Berorientasi Tujuan Prinsip ini berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilakukan oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Subandijah, 1993: 54) 7. Prinsip dan Model Perkembangan Kurikulum Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya (Ibid.: 55) 8. Prinsip Keseimbangan Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan diantara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan (Hamalik 1999: 32) 9. Prinsip Keterpaduan Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topic dan konsistensi antara unsure-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik dilingkungan sekolah, maupun pada tingkat intersektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuknya pribadi yang bulat dan utuh (Ibid: 32). 10. Prinsip Mutu Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, dan peralatan/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan criteria tujuan pendidikan nasional (Ibid.: 32). E. Pendekatan Pengembangan Kurikulum 1. Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subject atau Disiplin Ilmu)

Pedekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya, seperti yang lazim kita dapati dalam system pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas (Nasution, 1993: 43). Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi secara teliti pokok-pokok bahasan yang akan dibahas, kemudian pokok-pokok bahasan tersebut diperinci menjadi bahan-bahan pelajaran yang harus dikuasai dan akhirnya mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar dan keterampilan-keterampilan prerequisite yang harus dilakukan oleh anak didik (Nasution, 1993: 43). 2. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan Pendekatan yang berorientasi tujuan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral. Kelebihan pendekatan pengembangan kkurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah: a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum. b. Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan, dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. c. Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai. d. Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan (Subandijah, 1993: 56) 3. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: a. Pendekatan pola Subject Matter Curriculum Pendekatan ini menekankan pada berbagai mata pelajaran secara terpisahpisah. b. Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran yang sering dan bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek (segi) yaitu: Pendekatan Struktur, contoh: IPS, bidang studi ini terdiri atas Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. 7

Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini berdasarkan pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Tempat atau Daerah Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pmbicaraan c. Pendekatan Pola Integrated Curriculum Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan itu tidak hanya merupakan kumpulan dari bagianbagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. 5. Pendekatan Humanistik Kurikulum ini berpusat pada siswa (student-centered) dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan anak (Soemantri, 1993 dalam Idi 2007: 203). 6. Accountability Pendekatan Akuntabilitas atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang

pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Suatu system yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.

PUSTAKA ACUAN Munandar, Utami. 1992. MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH. Jakarta: PT. Grasindo. Idi, Abdullah. 2007. PENGEMBANGAN KURIKULUM: Teori & Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Hamalik, Oemar. 1999. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN. Jakarta: Bumi Aksara. Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Per-sada. Nasution S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai