Anda di halaman 1dari 3

1.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan
Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata untuk menjamin kepastian hukum bagi para
sekutu, pemerintah telah mewajibkan pendirian persekutuan perdata harus dilakukan dengan akta
tertulis yang dibuat dihadapan notaris. Berikut adalah tahapan mengenai pendirian persekutuan perdata
:

-Pendaftaran Persekutuan Perdata

Tahapan pendaftaran meliputi beberapa hal seperti melakukan pendaftaran akta, pendaftaran
perubahan anggaran dasar, dan juga pendaftaran perubahan.

-Pemilihan dan Pemakaian Nama Persekutuan Perdata

Dalam tahapan pengajuan penggunaan nama, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah nama yang
akan diajukan harus belum dipakai secara sah oleh persekutuan perdata lain. Jika sudah pernah diajukan
oleh persekutuan perdata yang lain maka nama tersebut tidak boleh diajukan kembali.

-Pencatatan Pendaftaran Persekutuan Perdata

Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dalam jangka waktu satu tahun sejak disahkan, persekutuan perdata
yang telah melakukan pendaftaran di PN wajib melakukan suatu pencatatan pendaftaran.

-Berakhirnya Persekutuan Perdata

Dalam Pasal 1646 KUHP telah diatur ketentuan dan peraturan yang menyebabkan berakhirnya
persekutuan perdata, antara lain adalah :

-Perijinan telah berakhir

Tugas pokok persekutuan perdata terlah terselesaikan

Salah satu sekutu meninggal dunia atau dinyatakan mengalami pailit

Keinginan membubarkan persekutuan perdata dari keseluruhan anggota persekutuan

2.

a. pendapat pertama, hukum dagang baru berlaku, bila bagi tergugat perbuatan yang
dipertengkarkan itu adalah perbuatan perniagaan. Keberatan atas pendapat itu adalah bahwa pendapat
ini melanggar asas hukum dagang bagi pedagang, sebab bila tergugat adalah pedagang dan penggugat
adalah bukan pedagang, maka akan berlaku hukum dagang. Jadi hukum dagang berlaku bagi orang yang
bukan pedagang (penggugat). Pendapat ini melanggar asas hukum dagang bagi pedagang.
b. Timbul pendapat kedua, hukum dagang berlaku kalau perbuatan yang disengketakan itu bagi
kedua belah pihak merupakan perbuatan perniagaan.

c. Pendapat terakhir menyatakan bahwa hukum dagang berlaku, bila perbuatan yang
diperselisihkan itu merupakan perbuatan perniagaan bagi salah satu pihak. Dengan ketentuan ini maka
lenyaplah sitat kekhususan dari hukum dagang dan asas hukum dagang batji pedagang tidak berelaku
lagi. Jadi asas hukum dagang bam pedagang tidak dapat dipertahankan lagi.

3. Menjalankan Pekerjaan

Kegiatan menjalankan pekerjaan diatur dalam Pasal 113 ayat (1) KUHPerdata tentang perbuatan yang
dilakukan oleh tenaga wanita dan Pasal 1976 KUHPerdata yang mengatur tentang daluwarsa.
Menjalankan pekeijaan didasarkan pada :
a. Keilmuan
b. Perikemanusiaan

c. Dilakukan terus-menerus
d. Terang-terangan
e. Ada tenaga yang disediakan untuk pekeijaan
Pasal 113 ayat (1) KUHPerdata mengatur bahwa wanita kawin yang sudah kawin, yang menjalankan
pekeijaan atas dasar persetiijuan dari suaminya, maka dia dapat mengikatkan dirinya dalam segala
peijanjian berkenaan dengan pekegaannya tanpa bantuan suami dapat melakukan pekeijaan asal ada
persetujuan suami. Selanjutnya, Pasal 1976 KUHPerdata mengatur bahwa hak menuntut menjadi gugur
setelah lampau waktu 30 tahun, tetapi tagihan cepat, pasal 1968 dan 1971 KUHPerdata menetapkan
bahwa tuntutan itu menjadi gugur penagihan yang segera yaitu 1-5 tahun untuk piutang tanpa kuitansi.
Tetapi pengikatan waktu itu untuk lenyapnya penuntutan hak tidak berlaku bagi penghinaan tentang
pekeijaan dan penyerahan yang dilakukan khusus karena pekeijaan orang yang berhutang.

4.

a. Leasing
Pengaturan leasing di Indonesia berpegang pada definisi yang termaktuk dalam Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan. Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No.KEP-122/MK/IV/2/1974, JNO.32/M/SK/2/1974, No.30/Kpb/1/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan Usaha Leasing tersebut. Berdasarkan peraturan dasar mengenai kegiatan usaha leasing, dapat
dikemukakan baliwa yang dimaksudkan dengan leasing adalah:11
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa yang telah disepakati bersama”.

Sedangkan definisi umum mengenai leasing adalah perjanjian antara Lessor dan Lessee untuk menyewa
suatu jenis barang modal tertentu yang diperoduksi/dijual oleh pabrikan/supplier dan ditentukan/dipilih
oleh Lessee. Hak pemilikan barang modal berada pada Lessor sedangkan Lessee berhak
memakai/menggunakan barang modal tersebut berdasarkan uang sewa yang telali ditentukan dalam
jangka waktu tertentu.

b. Franchise/ Waralaba.

Istilah Franchise juga disebut Waralaba adalah cara keija sama di bidang bisnis antara dua atau lebih
perusahaan di mana satu pihak akan bertindak sebagai Franshisor dan pihak yang lain sebagai
Franchisee. Dalam perjanjian franchise diatur bahwa pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek yang
terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/atas suatu produk
barang atau jasa berdasarkan dan sesuai dengan rencana dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan
yang eksklusif ataupun non-eksklusif, dan sebaiknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada
franchisor sehubungan dengan hal tersebut. Waralaba menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan R I No.259/MPP/kep/7/l 997 tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu Waralaba adalah perikatan di mana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan

Anda mungkin juga menyukai