4 Waham
4 Waham
Disusun oleh
JAMAL HUDA
071201004
I. Masalah Utama
WAHAM
c. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Pasien biasanya
sangat sensitif, argumentatif, mengalami isolasi karena keinginan
sendiri atau pasangan mereka mengabaikan mereka, terjadi disfungsi
pekerjaan dan sosial, dan sikap mereka seperti paranoid.
d. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala
1. Data Subyektif:
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Klien merasa tidak ada yang mau mengerti
Klien merasa orang lain menjauhi
2. Data Obyektif :
Menunjukkanpermusuhan
Curiga pada orang lain
Klien tampak tidak mempunyai orang lain/menyendiri
Klien tampak takut, kadang panik dan sangat waspada
Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
Ekspresi wajah klien Tegang, mudah tersinggung
Marah-marah tanpa sebab
Banyak kata atau banyak bicara dan berulang-ulang.
(Stuart danSunden, 2005)
E. Pohon Masalah
Risikotinggiperilakukekerasan
Perubahansensoriwaham
Hargadirirendahkronis
sumber: Fitria (2009)
F. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
1) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25
mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
2) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai
50 mg/hari.
3) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan
mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik
merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada
kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan
obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal
berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6
minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab
kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan
klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter
dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya
suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.
b. Anti parkinson
1) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan
reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15
mg/hari.
2) Difehidamin
3) Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari.
c. Anti Depresan
1) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
2) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75
mg/hari.
d. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat
yang termasuk anti ansietas antara lain:
1) Fenobarbital : 16-320 mg/hari
2) Meprobamat : 200-2400 mg/hari
3) Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-
menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu,
jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan
klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan
permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat
dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan
wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya,
terapis dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,
misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa
yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya,
sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah
membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien
menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang
menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan
kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
(Townsend, M.C. 2008)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. KondisiKlien
Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian
putih, tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan.
2. DiagnosaKeperawatan :
Gangguan Proses Pikir: Waham
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
ORIENTASI:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya I Wayan Aditya Harymbawa, panggil saya
Adit. Saya mahasiswa Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, saya
merawat bpk selama 3 minggu. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang pak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, pak?”
KERJA:
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang nabi, tapi setahu saya
semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi
terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisah sekali, bisa bpk ceritakan apa yang pak R rasakan?”
“O... jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri mas sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya pak, juga kakak dan adik bapak yang
lain?”
“Kalau bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus pak sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut pak”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya pak ingin ada kegiatan diruangan ini ya.
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan pak setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini bapak coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah bapak miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang
tentang hobi dan kemampuan pak R?” “Setelah ini coba pak R lakukan
latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di
taman saja, setuju pak?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang
harus pak R minimum, setuju?”
Kerja :
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat
yang diminum?”“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang.” “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya
oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP
gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya
agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam.” “Bila nanti setelah minum obat mulut pak
R terasa kering, untuk membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum
dan mengisap-isap es batu.” “Sebelum minum obat ini pak R mengecek
dulu label dikotak obat apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa
dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.
Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!” “Obat-obat ini harus
diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter.”
Terminasi :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat
yang pak R minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya
dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!” “Jadwal yang
telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!” “Pak besok kita ketemu lagi
untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. “Bagaimana kalau
seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?” “Sampai besok ya pak”
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: SalembaMedika.
Stuart GW, Sundeen.2005. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.) St.Louis Mosby Year Book
Townsend,M.C.2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikitari (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC