6 Bunuh Diri
6 Bunuh Diri
Disusun oleh
JAMAL HUDA
071201004
I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri (RBD)
B. Penyebab
Penyebab Resiko Bunuh Diri adalah :
1. HDR
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat,
1999).Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaituterjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerjadll.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy yang kurang diperhatikan :pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan
kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung
lama.
Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
d. Gangguan hubungan social seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
2. Perubahan sensori persepsi ; halusinasi
Perubahan sensori persepsi ;halusinasi adalah suatu keadaan yang
merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan
pada seseorang dalam keadaan sadar penuh ( baik ).
Tanda dan Gejala :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidakdapatmemusatkanperhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (dirisendiri, orang lain
danlingkungannya), takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung. (Budi Anna Keliat,)
3. Gangguan isi pikir ; waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Gangguan isi piker
dapatdiidentifikasidenganadanyawaham.Wahamataudelusiadalah ide
yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua
kenyataan dan tidak ada kaitannya dengan latar belakang budaya
(Morgon,1998).
Tanda dan gejala
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, curiga, keadaandirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga,
bermusuhan
c. Takut, kadang panik
d. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e. Ekspresi tegang, mudah tersinggung.
C. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku
bunuh diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah
perawatan Jenazah.
Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh
cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri
dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa
jejas di leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di
lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga
sangat tergantung dengan cedera yang terjadi.
D. POHON MASALAH
Effect Bunuh diri
2. Bunuh diri
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis.
STRATEGI PELAKSANAAN
A. PROSES PERAWATAN
Isyaratbunuhdiri
1. Kondisi Kien
Data subyektif
a. Klienmengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” Klien mengatakan “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b. Klien mengatakan memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
c. Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah /
putus asa / tidak berdaya.
d. Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
Data obyektif
a. Tampak murung
b. Sering menyendiri
c. Disforik
d. Tidak bersemangat
2. Diagnosa Perawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan:
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
B. Tindakan keperawatan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan bingung, marah dan ingin memukul dirinya
sendiri
Do : Pasien tampak berbicara sendiri, tatapan mata tajam, tangan
mengepal, gigi menggigit
3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
3. Tindakan keperawatan: Melindungi pasien
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko
bunuh diri ialah
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu, pisau,
silet, tali pinggang, dan gelas)
h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
SP 1 Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
Fase orientasi
Salam terapeutik : Selamat pagi mbak, Apakah benar ini Nn. D. Ohh,
senang dipanggil apa ? Ohh Nn. D. Baiklah Nn. D,
perkenalkan nama saya adalah I Wayan Aditya
Harymbawa, saya biasa dipanggil Adit, saya
bertugas pada shift pagi mulai pukul 07.00-14.00.
Evaluasi dan validasi : Bagaimana perasaan Nn. D hari ini? Saya akan
selalu menemani Nn. D disini mulai dari pukul
07.00-14.00, nanti akan ada perawat yang
menggantikan saya untuk menemani Nn. D selama
dirawat di rumah sakit ini.
Kontrak : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa
yang mbak rasakan selama ini, saya siap
mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan.
Bagaimana kalau kita lakukan disini saja? Jam
berapa kita akan berbincang – bincang? Bagaimana
kalau jam 13.00 setelah makan siang mbak?
Fase Kerja :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana
tersebut Nn. D merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Nn. D kehilangan
kepercayaan diri? Apakah Nn. D merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada
orang lain? Apakah Nn. D sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi?
Apakah Nn. D berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau
berharap Nn. D mati? Apakah Nn. D mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien.
Baiklah tampaknya Nn. D memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan
untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar untuk memastikan tidak
ada benda-benda yang membahayakan Nn. D.
Nah, karena Nn. D tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Nn. D, maka saya tidak akan membiarkan Nn. D sendiri.
Apakah yang akan Nn. D lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Nn. D harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk
membantu Nn. D. Saya percaya Nn. D dapat melakukannya.
Fase terminasi :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
Nn. D, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan
harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Nn. D bersedia bercakap-cakap
lagi? mau berapa lama? Nn. D, mau dimana tempatnya?
Fase kerja :
Coba ceritakan situasi yang membuat Nn. D ingin bunuh diri. Selain bunuh diri
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Nn. D. Nah, sekarang
coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh
cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!
Menurut Nn. D cara yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan Nn. D .
Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Nn. D ketika mau
bunuh diri dengan cara tersebut.
Fase Terminasi :
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Nn. D, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Nn. D gunakan. Coba Nn. D
melatih cara yang Nn. D pilih tadi.
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk
membahas pengalaman Nn. D menggunakan cara yang Nn. D pilih.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Tim DirektoratKeswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa .Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
…………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang.
20 – 22 Novembr 2004. unpublished