Anda di halaman 1dari 8

Journal of Nonformal Education and Community Empowerment

Volume 1 (1): 10-17, Juni 2017


Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
p-ISSN 2549-1539
e-ISSN 2579-4256

Efektifitas Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam


Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


Penelitian ini bertujuan menguji dan mendeskripsikan keefektifan
Sejarah Artikel: metode permainan media kartu bergambar dalam meningkatkan
Diterima Maret 2017 kemampuan membaca aksorn pada PAUD Ban Klong-To di Thailand.
Disetujui Mei 2017 Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan desain One Group
Dipublikasikan Juni 2017 Pretest Posttest. Subjek penelitian adalah kelompok B PAUD Ban Klong-
To sejumlah 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai
Keywords: posttest 8,3 lebih besar dibandingkan nilai pretest yang sebesar 3,4. Hasil
games method; card media; uji-t menunjukkan nilai t-hitung (14,462) > t-tabel (1,708) serta
read; aksorn; PAUD perhitungan hasil gain score sebesar 0,75 dengan kategori tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode permainan media kartu
bergambar terbukti efektif diterapkan terhadap pembelajaran membaca
pada anak usia dini.
Abstract
This study aims to examine and describe the method effectiveness of cards game
media in improving reading skills in early childhood aksorn Ban Klong-To in
Thailand. The research is a pre-experiment with One Group Pretest Posttest
design. The subjects were a group B Ban Klong-To Kindergarten a number of
25 students. The results showed the average value of greater than 8.3 posttest
pretest value of 3.4. The results of t-test showed the value of t-test (14.462) > t-
table (1.708) as well as the calculation results of gain score of 0.75 with a high
category. Based on these results, it could be conclude that the game method
proved effective card media applied to learning reading in early childhood.

© 2017 PLS FIP UNNES



Alamat korespondensi:
E-mail: isnaeni.pangestika@gmail.com

PENDAHULUAN selain bersifat universal pendidikan juga bersifat


Pendidikan merupakan suatu kegiatan nasional.
universal dalam kehidupan manusia. Karena Pada hakikatnya pendidikan berarti
pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha setiap usaha sadar yang bertujuan untuk
manusia untuk memanusiakan manusia itu mengubah sikap dan tingkah laku seseorang
sendiri, yaitu untuk memberdayakan manusia. atau anak didik. Pendidikan juga merupakan
Meskipun pendidikan merupakan gejala yang aktivitas dan usaha manusia untuk
umum dalam setiap kehidupan masyarakat, meningkatkan kepribadian dengan jalan
namun perbedaan filsafat dan pandangan membina potensi-potensi pribadi, yaitu rohani
hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa (pikir, karsa, cipta, dan budi nurani) dan
atau masyarakat dan bahkan individu jasmani (panca indera serta keterampilan-
menyebabkan perbedaan penyelenggaraan keterampilan). Morisson (2012) mengungkap
kegiatan pendidikan tersebut, dengan demikian bahwa sasaran Pendidikan prasekolah pada
bidang pengembangan bahasa meliputi beberapa
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand

dimensi perkembangan yaitu interaksi dengan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau
orang dewasa dan rekan sebagai sarana kata. Berdasarkan Mulyati (2015:16) (Mulyati,
mengembangkan bahasa lisan; membantu anak 2013:16), “Perkembangan membaca awal
menambah kosa kata; membantu anak belajar merupakan proses interaktif di mana anak
bercakap-cakap dengan anak dan orang dewasa adalah peserta aktif”. Sebaiknya pendekatan
lain; mengasah kefasihan bahasa; keahlian dasar dan fonik menekankan bahwa
mengembangkan keterampilan baca tulis; pembelajaran membaca seharusnya
mempelajari huruf alfabet dan mengenal mengajarkan fonik dan aturan-aturan
berbagai jenis buku. dasarnya dalam menerjemahkan simbol-
Pendidikan anak usia dini penting simbol kedalam bunyi. “Pelajaran membaca
dilaksanakan sebab anak usia 0-6 tahun berada awal sebaiknya melibatkan materi-materi
pada masa peka, yaitu masa dimana seluruh yang disederhanakan” (Santrock, 2009:120).
potensi anak dapat dikembangkan secara Patmonodewo (2003) mengemukakan 3
optimal baik dalam aspek fisik, bahasa, kognitif, hal yang perlu diketahui dalam perkembangan
sosial-emosional, maupun moral-agama. Kelima bahasa pada anak. Pertama adalah perbedaan
aspek perkembangan tersebut tidak dapat antara bahasa dan kemampuan berbicara.
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Meskipun Bahasa merupakan sistem tata bahasa,
demikian bahasa memiliki peran yang sangat sedangkan kemampuan bicara merupakan
penting dalam tumbuh kembang anak terutama ungkapan dalam bentuk kata-kata. Kedua
dalam membantu seseorang untuk berinteraksi pertumbuhan bahasa yaitu bersifat pengertian
dan berkomunikasi dengan orang lain. Anak atau reseptif dan bersifat ekspresif. Kemampuan
dapat mengungkapkan segala keinginannya untuk memahami merupakan kemampuan
maupun ide-idenya kepada orang lain, hal ini reseptif, sedangkan kemampuan kemampuan
mempengaruhi perkembangan anak. Bahasa menunjukan bahasa merupakan ekspresif.
akan membantu anak untuk memperoleh Ketiga komunikasi diri pada saat berhayal perlu
pengetahuan-pengetahuan baru dari berinteraksi dibatasi.
dengan orang lain tersebut. Selama ini anak usia dini menggunakan
Musthofa (2007:10) mengungkapkan alat peraga Aksorn Thailand untuk untuk
bahwa “Anak usia dini adalah manusia yang memperoleh kemampuan membaca dan
masih kecil, dapat pula diartikan anak usia dini menulis. Kartu bergambar adalah gambar
merupakan anak yang sedang mengalami masa Aksorn Thailand yang dituangkan pada
kanak-kanak awal, yaitu anak yang berusia selembar karton berbentuk kartu yang cukup
sampai dengan 6 tahun”. Sedangkan Mansur besar. Kartu-kartu tersebut memuat Aksorn
(2005:18) mengungkapkan bahwa “Anak usia Thailand yang ditulis dengan Aksorn Thailand
dini adalah anak usia lahir sampai memasuki anak hanya mengamati Aksorn Thailand yang
pendidikan dasar”. Menurut Zubaidah (2004) tertuang pada kartu. Kriteria yang paling
mengungkapkan bahwa perkembangan bahasa utama dalam pemilihan media bahwa media
anak mencakup empat keterampilan. Empat harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
keterampilan bahasa yang dimaksud meliputi atau kompetensi yang ingin dicapai. Hasil
keterampilan menyimak, keterampilan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar
berbicara, keterampilan membaca, dan mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
keterampilan menulis. dibantu dengan sarana visual, dimana 11% dari
Kemampuan membaca mengacu pada yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran
kecakapan (ability) yang harus dikuasai dan 83% lewat indera penglihatan. Bentuk-
pembaca yang berada dalam tahap bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai
membaca kecakapan yang dimaksud adalah media diantaranya adalah hubungan atau
penguasaan kode alfabetik, dimana pembaca interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau
hanya sebatas membaca huruf per huruf, tidak, tulisan dan suara yang direkam. Di dalam

11
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17

situasi proses pendidikan untuk anak usia permasalahan yang terkait dengan kemampuan
dini juga terdapat pesan yang harus membaca huruf. Diantaranya sebagian besar
dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya anak belum membaca semua huruf-huruf, hal
merupakan isi dari tema atau topik kegiatan ini terlihat pada saat anak mengalami kesulitan
belajar yang disampaikan melalui suatu media dalam pembelajaran.
dengan menggunakan suatu metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berhubungan dengan tujuan kemampuan kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan
membaca Aksorn Thailand, dengan tujuan mudah bila dibantu dengan sarana visual,
untuk meningkatkan kemampuan membaca dimana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat
Aksorn Thailand siswa sehingga dapat indera pendengaran dan 83% lewat indera
memahami makna, ide atau gagasan penglihatan. Bentuk-bentuk stimulus bisa
wacana yang dibaca. Melalui metode dipergunakan sebagai media diantaranya adalah
permainan media kartu bergambar diharapkan hubungan atau interaksi manusia, realita,
siswa bisa termotivasi untuk membaca Aksorn gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara
Thailand secara intensif sehingga memahami yang direkam. Di dalam situasi proses
ide, gagasan dan makna dalam bacaan. Erat pendidikan untuk anak usia dini juga
kaitannya dengan memberikan motivasi dalam terdapat pesan yang harus dikomunikasikan.
kemampuan membaca ini adalah pemberian Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema
contoh membaca yang baik dan benar dari atau topik kegiatan belajar yang disampaikan
guru. Seorang guru harus menguasai cara melalui suatu media dengan menggunakan
mengajar yang baik dan dituntut dapat suatu metode.
menggunakan media yang ramah dalam Kemampuan anak dalam membaca
situasi dan kondisi bagaimana pun. Salah aksorn Thailand belum berkembang, dari 20
satu media yang tepat yang dapat diterapkan anak dalam kelas baru 3 anak yang mampu
untuk meningkatkan kemampuan membaca membaca aksorn Thailand dengan baik. Anak
Aksorn Thailand ini adalah media kartu nampak kesulitan saat menyebutkan aksorn
bergambar. Thailand. Anak juga terbalik saat menyebutkan
Usia 0-6 tahun merupakan usia emas (the aksorn Thailand dengan lafal ataupun
golden age) yaitu masa peka yang hanya datang bentuknya mirip. Anak juga kesulitan saat
sekali. Masa peka adalah masa perkembangan diminta menyebutkan kata dari sebuah aksorn
anak dikembangkan secara optimal. Usia Thailand, begitu pula sebaliknya saat diminta
perkembangan anak usia dini dalam rentang 0-6 untuk menyebutkan aksorn Thailand depan dari
tahun dan termasuk dalam usia anak taman sebuah kata.
kanak-kanak. Pada usia dini harus sudah Oleh karena itu untuk mengatasi
mengenal huruf saat keluar dari pendidikan permasalahan tersebut, penelitian ini
anak usia dini, sehingga saat memasuki sekolah berkolaborasi untuk menggunakan metode
dasar anak tidak mengalami kesulitan untuk permainan dengan media kartu bergambar.
menguasai keterampilan membaca. Berpedoman pada pendidikan anak usia dini
Sehubungan dengan hal tersebut, dari sebagai tonggak untuk kelanjutan pendidikan
hasil diskusi dan observasi yang dilakukan di pada tingkat diatasnya, maka kiprah atau peran
Kelompok B PAUD Ban Klong-To diperoleh guru pada pendidikan anak usia dini memang
hasil kemampuan bahasa khususnya sangat berat, karena sebagai penentu atas
kemampuan membaca Aksorn Thailand maju atau mundurnya pendidikan. Sehubungan
belum berkembang secara optimal dengan hal tersebut di atas maka program
dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan metode maupun upaya untuk mencapai
lainnya, seperti kemampuan fisik motorik, prestasi belajar yang tinggi dan maksimal salah
kognitif, dan sosial-emosional. Berdasarkan satu faktor utamanya adalah membaca.
hasil pengamatan tersebut terdapat

12
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand

Modal awal dari kompetensi O2: Posttest diberikan setelah menggunakan


membaca adalah mengenal huruf. Mengenal treatment.
huruf adalah salah satu kompetensi yang wajib Sumber data penelitian ini berasal dari
dikembangkan oleh guru pada pendidikan usia siswa dan guru. Variabel bebas yang digunakan
dini, dengan kompetensi ini diharapkan anak yaitu permainan media kartu bergambar.
dapat mengenal Aksorn Thailand, sehingga Variabel terikat pada penelitian ini yaitu
nantinya anak tidak mengalami kesulitan kemampuan membaca Aksorn pada anak usia
dalam mengembangkan kompetensi dini. Hasil kemampuan membaca diperoleh
berbahasanya khusunya pada kompetensi melalui hasil posttest.
menulis.
Penelitian ini menggunakan kartu aksorn HASIL DAN PEMBAHASAN
Thailand bergambar sebagai media atau benda Data hasil kemampuan membaca Aksorn
konkret yang dapat digunakan anak saat terdiri dari pretest dan posttest. Hasil belajar pretest
belajar membaca aksorn Thailand, sehingga berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan
dapat membantu anak dalam mengenal dan data hasil posttest lebih besar dibandingkan
memahami lafal huruf dan bentuknya. dengan data hasil pretest.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Uji Normalitas Pretest
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Uji normalitas digunakan untuk
metode permainan dengan media kartu mengetahui data pretest pada kemampuan
bergambar dapat memberikan stimulasi pada membaca Aksorn Thailand pada siswa
anak untuk mengembangkan kemampuannya kelompok B PAUD Ban Klong-To. Uji
dalam membaca aksorn Thailand. Oleh karena normalitas data berpengaruh terhadap teknik
itu, penelitian ini bertujuan menguji keefektifan analisis data yang digunakan. Ketika data
dan mendeskripsikan hasil penggunaan metode normal, maka peneliti menggunakan statistik
permainan media kartu bergambar dalam parametrik. Uji normalitas data pretest ini
meningkatkan kemampuan membaca Aksorn menggunakan rumus Liliefors. Cara untuk
pada PAUD Ban Klong-To di Thailand. mengetahui normal atau tidaknya data tersebut,
Dilihat dari nilai α = 5% pada kolom Liliefors.
METODE Jika nilai L-hitung < L-tabel maka dapat
Penelitian ini merupakan penelitian pre dikatakan data tersebut berdistribusi normal.
eksperimen dengan desain One Group Pretest Hasil uji normalitas pretest disajikan pada table 1
Posttest. Subjek penelitian ini adalah siswa berikut.
kelompok B PAUD Ban Klong-To sejumlah 25
siswa, 15 siswa laki-laki dan 10 siswa Tabel 1. Uji Normalitas Pretest
perempuan. Desain penelitian ini dpat Hasil Uji Kelompok B
digambarkan sebagai berikut. Mean 3,4
Standar Deviasi 1
Probabilitias 0,05
O1 X O 2 Liliefors 0,886
N 25
Gambar 1. Desain Penelitian One Group Pretest- Liliefors Tabel 0,173
Posttest Lilefors Hitung 0,004
Keterangan:
O1: Pretest diberikan sebelum menggunakan Tabel 1 menyebutkan bahwa L-hitung
treatment. skor pretest yaitu 0,004 lebih kecil dari L-tabel
X: Treatment atau perlakuan berupa yaitu 0,173, maka H0 diterima berarti data
pembelajaran dengan metode permainan berdistribusi normal.
media kartu bergambar.

13
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17

Uji Normalitas Posttest Sesuai dengan tabel 3 dapat diketahui F-


Uji normalitas digunakan untuk hitung 0,185 hasil pretest lebih kecil dibanding
mengetahui data posttest pada kemampuan dengan F-tabel 1,96, maka H0 diterima yang
membaca Aksorn Thailand pada siswa berarti data homogen.
kelompok B PAUD Ban Klong-To. Uji Uji Homogenitas Posttest
normalitas data berpengaruh terhadap teknik Uji homogenitas dilakukan untuk
analisis data yang digunakan. Ketika data mengetahui terdapat kesamaan varian atau tidak
normal, maka peneliti menggunakan statistik pada suatu populasi. Ketika varian yang dimiliki
parametrik. Uji normalitas data posttest ini oleh sampel yang bersangkutan tidak jauh
menggunakan rumus Liliefors. Cara untuk berbeda, maka data sampel cukup homogen dan
mengetahui normal atau tidaknya data tersebut. digeneralisasikan. Cara untuk mengetahui
Dilihat dari nilai α = 5% pada kolom Liliefors. normal atau tidaknya data tersebut, kita melihat
Jika nilai L-hitung < L-tabel maka dapat nilai α = 5% pada tabel distribusi F. jika nilai F-
dikatakan data tersebut berdistribusi normal. hitung < F-tabel maka dapat dikatakan data
Hasil uji normalitas pretest disajikan pada tabel 2 tersebut homogen. Uji homogenitas posttest pada
berikut. penelitian ini menggunakan uji F, disajikan
dalam tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 2. Uji Normalitas Posttest
Hasil Uji Kelompok B Tabel 4. Uji Homogenitas Posttest
Mean 7,16 F-hitung F-tabel Kesimpulan
Standar Deviasi 0,746 0,792 1,96 Homogen
Probabilitias 0,05
Liliefors 0,886 Sesuai dengan tabel 4 dapat diketahui F-
N 25 hitung hasil posttest 0,792 lebih kecil dibanding
Liliefors Tabel 0,173
dengan F-tabel 1,96, maka H0 diterima yang
Lilefors Hitung 0,001
berarti data homogen.
Uji Hipotesis Akhir
Sesuai dengan tabel 2 terlihat bahwa L-
Setelah dilaksanakan uji normalitas dan
hitung skor posttest yaitu 0,001 lebih kecil dari L-
uji homogenitas, peneliti melaksanakan
tabel yaitu 0,173, maka H0 diterima berarti data
pengujian hipotesis akhir. Karena data
berdistribusi normal.
berdistribusi normal dan memiliki kesamaan
Uji Homogenitas
varian, peneliti menggunakan rumus Polled
Uji Homogenitas Pretest
Varian. Di dalam uji-t berlaku ketentuan
Uji homogenitas dilakukan untuk
pengambilan keputusan nilai t-hitung dengan
mengetahui terdapat kesamaan varian atau tidak
nilai t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel dapat ditarik
pada suatu populasi. Ketika varian yang dimiliki
kesimpulan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
oleh sampel yang bersangkutan tidak jauh
Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel maka dapat
berbeda, maka data sampel cukup homogen dan
ditarik kesimpulan bahwa Ha ditolak dan H0
digeneralisasikan. Cara untuk mengetahui
diterima. Dalam penelitian ini H0 mempunyai
normal atau tidaknya data tersebut, kita melihat
arti metode permainan kartu bergambar tidak
nilai α = 5% pada tabel distribusi F. Jika nilai F-
efektif dalam meningkatkan kemampuan
hitung < F-tabel maka dapat dikatakan data
membaca Aksorn. Sedangkan Ha mempunyai
tersebut homogen. Uji homogenitas pretest pada
arti arti metode permainan kartu bergambar
penelitian ini menggunakan uji F, disjikan
efektif dalam meningkatkan kemampuan
dalam tabel 3 sebagai berikut.
membaca Aksorn. Hasil uji-t disajikan pada
table 5 berikut ini.
Tabel 3. Uji Homogenitas Pretest
F-hitung F-tabel Kesimpulan
0,185 1,96 Homogen

14
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand

Tabel 5. Pengujian Hipotesis Akhir (Uji-t) kartu. Metode ini dipilih dengan asumsi bahwa
T-hitung T-tabel Kesimpulan bagi “Anak taman kanak-kanak adalah bermain
14,462 1,708 H0 ditolak dan bermain sambil balajar” (Moeslichatoen
(1999:25).
Sesuai dengan tabel dapat diketahui Metode permainan kartu ini terbukti
bahwa t-hitung sebesar 14,462 lebih besar dapat meningkatkan kemampuan membaca
daripada t-tabel 1,708. Maka Ha diterima yang pada anak. Analisis tahap awal dengan uji
berarti kemampuan membaca Aksorn Thailand normalitas terhadap data nilai pretest didapatkan
Kelompok B PAUD Ban Klong-To bahwa keduanya berdistribusi normal.
menggunakan metode permainan kartu Selanjutnya, pada uji homogenitas yang
bergambar efektif. Mengkaji lebih lanjut tentang dilakukan terhadap nilai pretest didapatkan hasil
pelaksanaan metode permainan media kartu yang menunjukkan bahwa variansi yang
bergambar, pemaknaan temuan penelitian dan homogen. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
implikasi hasil penelitian. Pemaknaan temuan dari kondisi awal yang sama, sehingga dapat
penelitian meliputi hasil pretest dan posttest dilakukan penelitian. Penelitian ini diawali
kemampuan membaca Aksorn Thailand pada dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
siswa kelompok B di PAUD Ban Klong-To. materi membaca Aksorn Thailand sebanyak
Sedangkan implikasi hasil penelitian meliputi empat kali pertemuan.
implikasi teoritis, praktis, dan pedagogis. Analisis akhir dilakukan terhadap data
Penelitian yang dilaksanakan di kelompok nilai posttest. Nilai posttest menunjukkan bahwa
B PAUD Ban Klong-To ini berawal dari sebuah nilai rata-rata semakin tinggi dibandingkan
permasalahan bahwa kemampuan anak dengan nilai pretest. Sebelum dilakukan
khususnya dalam membaca Aksorn Thailand analisis akhir maka dilakukan terlebih dahulu
belum berkembang maksimal. Masalah ini pengujian prasyarat yaitu uji normalitas dan
terlihat ketika dilaksanakan observasi bahwa uji homogenitas, dengan uji normalitas
masih banyak anak yang belum mampu terhadap data nilai pretest didapatkan bahwa
mengenali Aksorn Thailand dan berdistribusi normal. Selanjutnya, pada uji
mengidentifikasi bagaimana bentuk dan bunyi homogenitas yang dilakukan terhadap nilai
Aksorn Thailand. Pada hal menurut Suyanto pretest didapatkan hasil yang menunjukkan
(2005:169), “Anak usia 5-6 tahun sudah mulai bahwa mempunyai variansi yang homogen.
dapat mengingat kata yang sering ia jumpai, Setelah didapatkan bahwa hasil nilai posttest
menceritakan cerita yang pernah didengar, berdistribusi normal dan homogen maka
mengenal huruf abjad, dan tertarik terhadap statistika yang digunakan untuk statistika akhir
berbagai huruf danacaan yang ada di adalah statistika parametrik. Uji analisis akhir
lingkungannya”. Pendapat didukung oleh digunakan untuk mengetahui keefektifan
Seefeldt & Wasik (2008:323) yang menyebutkan penggunaan metode permainan media kartu
bahwa “Anak akan dapat membaca apabila bergambar.
anak sudah memiliki kesadaran fonemik, Hasil uji analisis akhir menujukkan
pengetahuan tantang huruf, dan pemahaman bahwa metode permainan media kartu
tentang huruf cetak”. Oleh karena itu masalah bergambar lebih efektif digunakan dalam
tersebut perlu pemecahan agar perkembangan pembelajaran membaca dan mengenal Aksorn
anak khususnya perkembangan bahasa dalam Thailand dengan hasil uji bahwa t-hitung
membaca dapat berkembang optimal. 14,462 lebih tinggi dibandingkan t-tabel 1,708.
Penelitian ini berlangsung selama 6 Hasil uji keefektifan penggunaan metode
minggu, dengan dua observasi dan empat kali permainan media kartu bergambar juga
eksperimen. Penelitian yang bertujuan didukung dengan Gain Score dengan nilai
meningkatkan kemampuan membaca Aksorn 0,75 dengan kategori tinggi.
Thailand ini menggunakan metode permainan

15
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17

Pelaksanaan penggunaan metode masih memerlukan adaptasi dengan penggunaan


permainan dengan media kartu ini merujuk metode permainan media kartu bergambar.
pada hasil observasi yang telah dilakukan. Pada Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat,
kegiatan observasi ada dua hal yang diamati kelima dan keenam pelaksanaan penggunaan
ketika pembelajaran berlangsung yaitu metode permainan media kartu berjalan dengan
pelaksanaan penggunaan metode permainan baik. Siswa merasa sudah terbiasa dengat alur
dengan media kartu dan aktivitas siswa yang pembelajaran penggunaan metode permainan
terjadi ketika penggunaan metode permainan media kartu bergambar hal tersebut ditunjukkan
dengan media kartu bergambar berlangsung. dengan siswa secara mandiri sudah memahami
Kegiatan awal dimulai dengan aktivitas terkait apa yang harus dikerjakan di setiap
senam dengan menggunakan irama musik di penggunaan metode permainan media kartu
halaman sekolah, kemudian berbaris dan masuk yang sedang dilaksanakan sehingga
ruang kelas secara teratur seperti biasanya. memudahkan guru dalam melaksanaan
Setelah masuk di dalam kelas, anak diposisikan penggunaan metode permainan media kartu
duduk melingkar untuk kegiatan pembukaan dengan yang telah direncanakan.
yaitu salam, berdoa dan apersepsi tentang Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
kegiatan membaca Aksorn Thailand pemahaman awal siswa tentang materi
menggunakan metode permainan kartu kemampuan membaca Aksorn Thailand, maka
bergambar. Guru menanyakan kabar anak, peneliti melakukan pretest sebelum diberikan
apakah anak belajar dirumah, dan apakah perlakuan atau treatment. Rata-rata hasil pretest
anak sudah mengenal banyak Aksorn Thailand. 3,4 setelah dilakukan uji statitistik melewati
Guru juga memancing semangat anak dengan tahapan uji normalitas dan uji homogen
memberikan pertanyaan siapakah yang didapatkan bahwa hasil pretest menunjukkan
mendapat hadiah stiker bintang paling banyak, bahwa kemampuan siswa terhadap membaca
apakah hari ini anak mau mendapatkannya lagi, Aksorn Thailand cenderung rendah. Hal ini
dan lain-lain. Kemudian guru menjelaskan dikarenakan siswa hanya menghafal Aksorn,
kegiatan membaca Aksorn Thailand seperti serta kemampuan membaca kata dengan
yang pernah dilakukan anak pada hari imbuhan Sara kurang optimal.
sebelumnya. Dalam mengetahui pemahaman akhir
Kegiatan membaca Aksorn Thailand siswa tentang materi kemampuan membaca
melalui kartu kata meliputi 3 kegiatan yang Aksorn Thailand, maka peneliti melakukan
sama seperti sebelumnya yaitu menyebutkan posttest setelah diberikan perlakuan atau
simbol Aksorn Thailand, menunjukkan simbol treatment. Rata-rata hasil posttest 8,3 setelah
Aksorn Thailand, dan menghubungkan simbol dilakukan uji statitistik melewati tahapan uji
Sara. Kemudian guru dan anak membuat normalitas dan uji homogen didapatkan bahwa
kesepakatan aturan main secara bersama-sama hasil posttest menunjukkan bahwa kemampuan
dan memberikan motivasi secara verbal dan non siswa terhadap membaca Aksorn Thailand
verbal bahwa anak yang mampu menyelesaikan cenderung meningkat. Hal ini dibuktikan
tugas dengan benar maka akan mendapat dengan siswa mampu membaca Aksorn dengan
hadiah berupa stiker berbentuk bintang. fasih serta mampu membaca kata yang
Berdasarkan lembar observasi pada berimbuhan dengan Sara. Sebagaimana
pertemuan pertama pelaksanaan penggunaan penelitian oleh Ali, Aziz, & Majzub (2011),
metode permainan media kartu bergambar bahwa dengan bermain, kemampuan membaca
cukup, namun ada beberapa hal yang semakin efektif. Demikian juga Herberg,
mempengaruhi pelaksanaannya menjadi kurang McLaughlin, Derby, & Gilbert (2011)
maksimal. Di awal pembelajaran siswa mengemukakan setelah adanya permainan
mengalami sedikit kesulitan dalam dengan kertu kemampuan membaca anak usia
menerima pembelajaran dikarenakan siswa dini lebih meningkat.

16
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Metode permainan media kartu Ali, A., Aziz, Z., & Majzub, R. (2011). Teaching
bergambar terbukti efektif meningkatkan and learning reading trough play. World
kemampuan membaca Aksorn pada PAUD Ban Applied Sciences Journal, 14(4), 15–20.
Herberg, K., McLaughlin, T. F., Derby, K. M.,
Klong-To di Thailand. Sebagai data pendukung
& Gilbert, V. (2011). The effects of direct
hasil uji gain score menunjukkan bahwa gain score instruction flashcards on shape recognition
yang menggunakan metode permainan media and recall for two preschool students with
kartu bergambar sebesar 0,75 dengan kategori disabilities. Academic Research International,
tinggi yang dibuktikan dengan mampu 1(3), 59–64.
Mansur. (2005). Pendidikan anak usia dini dalam
membaca dengan Aksorn dan Sara.
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemampuan membaca Aksorn ditandai dengan Moeslichatoen, R. (1999). Metode pengajaran di
mampu membaca kata dengan benar, tanpa taman kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
melihat gambar. Mampu membaca kata yang Morisson, G. S. (2012). Dasar-dasar pendidikan
diimbuhkan dengan Sara. anak usia dini (PAUD). Jakarta: Indeks.
Mulyati, Y. (2015). Keterampilan berbahasa
Dari simpulan yang didapatkan,
Indonesia SD. Jakarta: Universitas
disarankan bahwa guru yang menggunakan Terbuka.
metode permainan media kartu bergambar Musthofa, Y. (2007). EQ untuk anak usia dini
sebaiknya terlebih dahulu membuat ringkasan dalam pendidikan Islam. Yogyakarta:
materi agar penyampaian materi terlaksana Sketsa.
secara efektif dikarenakan waktu untuk Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan anak
prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
penyampaian materi yang sangat terbatas.
Santrock, J. W. (2009). Child development (Twelfth
Metode permainan ini memiliki ciri khas bahwa edition). New York: McGraw Hill.
siswa memilih topik yang diminati untuk Seefeldt, C., & Wasik, B. A. (2008). Pendidikan
dipelajari bersama teman yang memiliki anak usia dini. Jakarta: PT Indeks.
kesamaan minat, sehingga rawan terjadi Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar pendidikan anak
usia dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
perselisihan. Guru yang menggunakan metode
Zubaidah, E. (2004). Perkembangan bahasa anak
ini sebaiknya membuat rancangan manajemen usia dini dan teknik pengembangan di
waktu dikarenakan melibatkan kegiatan diskusi sekolah. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
yang membutuhkan waktu cukup lama sebab 23(3), 459–479.
siswa harus saling berdiskusi.

17

Anda mungkin juga menyukai