dimensi perkembangan yaitu interaksi dengan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau
orang dewasa dan rekan sebagai sarana kata. Berdasarkan Mulyati (2015:16) (Mulyati,
mengembangkan bahasa lisan; membantu anak 2013:16), “Perkembangan membaca awal
menambah kosa kata; membantu anak belajar merupakan proses interaktif di mana anak
bercakap-cakap dengan anak dan orang dewasa adalah peserta aktif”. Sebaiknya pendekatan
lain; mengasah kefasihan bahasa; keahlian dasar dan fonik menekankan bahwa
mengembangkan keterampilan baca tulis; pembelajaran membaca seharusnya
mempelajari huruf alfabet dan mengenal mengajarkan fonik dan aturan-aturan
berbagai jenis buku. dasarnya dalam menerjemahkan simbol-
Pendidikan anak usia dini penting simbol kedalam bunyi. “Pelajaran membaca
dilaksanakan sebab anak usia 0-6 tahun berada awal sebaiknya melibatkan materi-materi
pada masa peka, yaitu masa dimana seluruh yang disederhanakan” (Santrock, 2009:120).
potensi anak dapat dikembangkan secara Patmonodewo (2003) mengemukakan 3
optimal baik dalam aspek fisik, bahasa, kognitif, hal yang perlu diketahui dalam perkembangan
sosial-emosional, maupun moral-agama. Kelima bahasa pada anak. Pertama adalah perbedaan
aspek perkembangan tersebut tidak dapat antara bahasa dan kemampuan berbicara.
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Meskipun Bahasa merupakan sistem tata bahasa,
demikian bahasa memiliki peran yang sangat sedangkan kemampuan bicara merupakan
penting dalam tumbuh kembang anak terutama ungkapan dalam bentuk kata-kata. Kedua
dalam membantu seseorang untuk berinteraksi pertumbuhan bahasa yaitu bersifat pengertian
dan berkomunikasi dengan orang lain. Anak atau reseptif dan bersifat ekspresif. Kemampuan
dapat mengungkapkan segala keinginannya untuk memahami merupakan kemampuan
maupun ide-idenya kepada orang lain, hal ini reseptif, sedangkan kemampuan kemampuan
mempengaruhi perkembangan anak. Bahasa menunjukan bahasa merupakan ekspresif.
akan membantu anak untuk memperoleh Ketiga komunikasi diri pada saat berhayal perlu
pengetahuan-pengetahuan baru dari berinteraksi dibatasi.
dengan orang lain tersebut. Selama ini anak usia dini menggunakan
Musthofa (2007:10) mengungkapkan alat peraga Aksorn Thailand untuk untuk
bahwa “Anak usia dini adalah manusia yang memperoleh kemampuan membaca dan
masih kecil, dapat pula diartikan anak usia dini menulis. Kartu bergambar adalah gambar
merupakan anak yang sedang mengalami masa Aksorn Thailand yang dituangkan pada
kanak-kanak awal, yaitu anak yang berusia selembar karton berbentuk kartu yang cukup
sampai dengan 6 tahun”. Sedangkan Mansur besar. Kartu-kartu tersebut memuat Aksorn
(2005:18) mengungkapkan bahwa “Anak usia Thailand yang ditulis dengan Aksorn Thailand
dini adalah anak usia lahir sampai memasuki anak hanya mengamati Aksorn Thailand yang
pendidikan dasar”. Menurut Zubaidah (2004) tertuang pada kartu. Kriteria yang paling
mengungkapkan bahwa perkembangan bahasa utama dalam pemilihan media bahwa media
anak mencakup empat keterampilan. Empat harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
keterampilan bahasa yang dimaksud meliputi atau kompetensi yang ingin dicapai. Hasil
keterampilan menyimak, keterampilan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar
berbicara, keterampilan membaca, dan mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
keterampilan menulis. dibantu dengan sarana visual, dimana 11% dari
Kemampuan membaca mengacu pada yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran
kecakapan (ability) yang harus dikuasai dan 83% lewat indera penglihatan. Bentuk-
pembaca yang berada dalam tahap bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai
membaca kecakapan yang dimaksud adalah media diantaranya adalah hubungan atau
penguasaan kode alfabetik, dimana pembaca interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau
hanya sebatas membaca huruf per huruf, tidak, tulisan dan suara yang direkam. Di dalam
11
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17
situasi proses pendidikan untuk anak usia permasalahan yang terkait dengan kemampuan
dini juga terdapat pesan yang harus membaca huruf. Diantaranya sebagian besar
dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya anak belum membaca semua huruf-huruf, hal
merupakan isi dari tema atau topik kegiatan ini terlihat pada saat anak mengalami kesulitan
belajar yang disampaikan melalui suatu media dalam pembelajaran.
dengan menggunakan suatu metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berhubungan dengan tujuan kemampuan kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan
membaca Aksorn Thailand, dengan tujuan mudah bila dibantu dengan sarana visual,
untuk meningkatkan kemampuan membaca dimana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat
Aksorn Thailand siswa sehingga dapat indera pendengaran dan 83% lewat indera
memahami makna, ide atau gagasan penglihatan. Bentuk-bentuk stimulus bisa
wacana yang dibaca. Melalui metode dipergunakan sebagai media diantaranya adalah
permainan media kartu bergambar diharapkan hubungan atau interaksi manusia, realita,
siswa bisa termotivasi untuk membaca Aksorn gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara
Thailand secara intensif sehingga memahami yang direkam. Di dalam situasi proses
ide, gagasan dan makna dalam bacaan. Erat pendidikan untuk anak usia dini juga
kaitannya dengan memberikan motivasi dalam terdapat pesan yang harus dikomunikasikan.
kemampuan membaca ini adalah pemberian Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema
contoh membaca yang baik dan benar dari atau topik kegiatan belajar yang disampaikan
guru. Seorang guru harus menguasai cara melalui suatu media dengan menggunakan
mengajar yang baik dan dituntut dapat suatu metode.
menggunakan media yang ramah dalam Kemampuan anak dalam membaca
situasi dan kondisi bagaimana pun. Salah aksorn Thailand belum berkembang, dari 20
satu media yang tepat yang dapat diterapkan anak dalam kelas baru 3 anak yang mampu
untuk meningkatkan kemampuan membaca membaca aksorn Thailand dengan baik. Anak
Aksorn Thailand ini adalah media kartu nampak kesulitan saat menyebutkan aksorn
bergambar. Thailand. Anak juga terbalik saat menyebutkan
Usia 0-6 tahun merupakan usia emas (the aksorn Thailand dengan lafal ataupun
golden age) yaitu masa peka yang hanya datang bentuknya mirip. Anak juga kesulitan saat
sekali. Masa peka adalah masa perkembangan diminta menyebutkan kata dari sebuah aksorn
anak dikembangkan secara optimal. Usia Thailand, begitu pula sebaliknya saat diminta
perkembangan anak usia dini dalam rentang 0-6 untuk menyebutkan aksorn Thailand depan dari
tahun dan termasuk dalam usia anak taman sebuah kata.
kanak-kanak. Pada usia dini harus sudah Oleh karena itu untuk mengatasi
mengenal huruf saat keluar dari pendidikan permasalahan tersebut, penelitian ini
anak usia dini, sehingga saat memasuki sekolah berkolaborasi untuk menggunakan metode
dasar anak tidak mengalami kesulitan untuk permainan dengan media kartu bergambar.
menguasai keterampilan membaca. Berpedoman pada pendidikan anak usia dini
Sehubungan dengan hal tersebut, dari sebagai tonggak untuk kelanjutan pendidikan
hasil diskusi dan observasi yang dilakukan di pada tingkat diatasnya, maka kiprah atau peran
Kelompok B PAUD Ban Klong-To diperoleh guru pada pendidikan anak usia dini memang
hasil kemampuan bahasa khususnya sangat berat, karena sebagai penentu atas
kemampuan membaca Aksorn Thailand maju atau mundurnya pendidikan. Sehubungan
belum berkembang secara optimal dengan hal tersebut di atas maka program
dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan metode maupun upaya untuk mencapai
lainnya, seperti kemampuan fisik motorik, prestasi belajar yang tinggi dan maksimal salah
kognitif, dan sosial-emosional. Berdasarkan satu faktor utamanya adalah membaca.
hasil pengamatan tersebut terdapat
12
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand
13
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17
14
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand
Tabel 5. Pengujian Hipotesis Akhir (Uji-t) kartu. Metode ini dipilih dengan asumsi bahwa
T-hitung T-tabel Kesimpulan bagi “Anak taman kanak-kanak adalah bermain
14,462 1,708 H0 ditolak dan bermain sambil balajar” (Moeslichatoen
(1999:25).
Sesuai dengan tabel dapat diketahui Metode permainan kartu ini terbukti
bahwa t-hitung sebesar 14,462 lebih besar dapat meningkatkan kemampuan membaca
daripada t-tabel 1,708. Maka Ha diterima yang pada anak. Analisis tahap awal dengan uji
berarti kemampuan membaca Aksorn Thailand normalitas terhadap data nilai pretest didapatkan
Kelompok B PAUD Ban Klong-To bahwa keduanya berdistribusi normal.
menggunakan metode permainan kartu Selanjutnya, pada uji homogenitas yang
bergambar efektif. Mengkaji lebih lanjut tentang dilakukan terhadap nilai pretest didapatkan hasil
pelaksanaan metode permainan media kartu yang menunjukkan bahwa variansi yang
bergambar, pemaknaan temuan penelitian dan homogen. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
implikasi hasil penelitian. Pemaknaan temuan dari kondisi awal yang sama, sehingga dapat
penelitian meliputi hasil pretest dan posttest dilakukan penelitian. Penelitian ini diawali
kemampuan membaca Aksorn Thailand pada dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
siswa kelompok B di PAUD Ban Klong-To. materi membaca Aksorn Thailand sebanyak
Sedangkan implikasi hasil penelitian meliputi empat kali pertemuan.
implikasi teoritis, praktis, dan pedagogis. Analisis akhir dilakukan terhadap data
Penelitian yang dilaksanakan di kelompok nilai posttest. Nilai posttest menunjukkan bahwa
B PAUD Ban Klong-To ini berawal dari sebuah nilai rata-rata semakin tinggi dibandingkan
permasalahan bahwa kemampuan anak dengan nilai pretest. Sebelum dilakukan
khususnya dalam membaca Aksorn Thailand analisis akhir maka dilakukan terlebih dahulu
belum berkembang maksimal. Masalah ini pengujian prasyarat yaitu uji normalitas dan
terlihat ketika dilaksanakan observasi bahwa uji homogenitas, dengan uji normalitas
masih banyak anak yang belum mampu terhadap data nilai pretest didapatkan bahwa
mengenali Aksorn Thailand dan berdistribusi normal. Selanjutnya, pada uji
mengidentifikasi bagaimana bentuk dan bunyi homogenitas yang dilakukan terhadap nilai
Aksorn Thailand. Pada hal menurut Suyanto pretest didapatkan hasil yang menunjukkan
(2005:169), “Anak usia 5-6 tahun sudah mulai bahwa mempunyai variansi yang homogen.
dapat mengingat kata yang sering ia jumpai, Setelah didapatkan bahwa hasil nilai posttest
menceritakan cerita yang pernah didengar, berdistribusi normal dan homogen maka
mengenal huruf abjad, dan tertarik terhadap statistika yang digunakan untuk statistika akhir
berbagai huruf danacaan yang ada di adalah statistika parametrik. Uji analisis akhir
lingkungannya”. Pendapat didukung oleh digunakan untuk mengetahui keefektifan
Seefeldt & Wasik (2008:323) yang menyebutkan penggunaan metode permainan media kartu
bahwa “Anak akan dapat membaca apabila bergambar.
anak sudah memiliki kesadaran fonemik, Hasil uji analisis akhir menujukkan
pengetahuan tantang huruf, dan pemahaman bahwa metode permainan media kartu
tentang huruf cetak”. Oleh karena itu masalah bergambar lebih efektif digunakan dalam
tersebut perlu pemecahan agar perkembangan pembelajaran membaca dan mengenal Aksorn
anak khususnya perkembangan bahasa dalam Thailand dengan hasil uji bahwa t-hitung
membaca dapat berkembang optimal. 14,462 lebih tinggi dibandingkan t-tabel 1,708.
Penelitian ini berlangsung selama 6 Hasil uji keefektifan penggunaan metode
minggu, dengan dua observasi dan empat kali permainan media kartu bergambar juga
eksperimen. Penelitian yang bertujuan didukung dengan Gain Score dengan nilai
meningkatkan kemampuan membaca Aksorn 0,75 dengan kategori tinggi.
Thailand ini menggunakan metode permainan
15
Isnaeni Pangestika, Achmad Rifai, U. Utsman | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 10-17
16
Keefektifan Metode Permainan Media Kartu Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksorn di Thailand
17