Perayaan Tabuik Dan Tabot Jejak Ritual K 270bc1cc
Perayaan Tabuik Dan Tabot Jejak Ritual K 270bc1cc
Perayaan Tabuik Dan Tabot Jejak Ritual K 270bc1cc
ABSTRACT
This paper discusses the origin of Tabuik and Tabot ceremonies in Sumatera which possess influ-
ence from religious ceremony of Syiah community in Persia (Iran). The aim of the research is to figure
out the acculturation which has occurred between the Arabian (Middle East) and local cultures. The
research uses analytic descriptive method through literature study. The result of the research shows
that Tabuik and Tabot ceremonies are carried out as a ritual to commemorate the death of Husein in
Syiah community which has become theological religious main ritual, and its spread to the west coast
Sumatera (Pariaman and Bengkulu) has changed the theological value into cultural ritual, even in
some cases it only becomes a cultural performance.
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang asal-usul perayaan Tabuik dan Tabot di Sumatera yang
mendapat pengaruh dari ritual keagamaan kaum Syi’ah di Persia (Iran). Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui sejauh mana akulturasi yang terjadi antara pengaruh budaya jazirah
Arab (Timur Tengah) tersebut dengan budaya lokal. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitis melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pera-
yaan Tabuik dan Tabot dilaksanakan sebagai ritual mengenang kematian Husain di kalang-
an penganut Islam Syi’ah yang menjadi ritual utama keagamaan yang bersifat teologis, dan
penyebarannya ke pantai Barat Sumatra (Pariaman dan Bengkulu) mengalami perubahan
nilai dari teologis menjadi bentuk ritual budaya, bahkan dalam beberapa kesempatan ha-
nya menjadi pertunjukan budaya saja.
PENDAHULUAN
ritual ini merupakan peninggalan budaya
Tradisi ritual berskala besar dan kolo- dari ritual utama keagamaan Islam Syi’ah.
sal yang dimiliki masyarakat pantai bagian Ritual Tabuik dan Tabot berasal dari peris-
Barat Sumatra adalah upacara Tabuik dan tiwa perang Karbala di Irak antara Yazid
upacara Tabot. Upacara Tabuik terdapat di dari Bani Umayyah dengan Husain Bin Ali
kota Pariaman (Provinsi Sumatra Barat), cucu Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini
sedangkan upacara Tabot terdapat di kota terjadi tahun 680—bertepatan dengan 10
Bengkulu (Provinsi Bengkulu). Kedua Muharam tahun 61 Hijriyah (Brockelmann,
Panggung Vol. 23 No. 3, September 2013 310
1956: 76; Ansary, 2009: 128; Yatim, 2000: 45; miliki unsur seperti piramida.
Gibb dan Kamer, 1974: 142; Asril, 2002: 42). Seiring dengan perkembangan zaman,
Dalam peperangan itu,Husain dan pasu- ritual keagamaan Syi’ah itu berubah men-
kannya mati terbunuh kecuali beberapa jadi pertunjukan budaya. Muatan teologis
perempuan dan anak-anak (Ahmad, 1972: sebagaimana ritual awalnya sudah tidak
178). Perang yang tidak seimbang ini sering ditemukan lagi. Perubahan cenderung ter-
pula disebut sebagai pembantaian terha- jadi dari ritual ke sekuler, ataupun berubah
dap Husain dan rombongannya. Husain secara parsial.
bagi penganut Syi’ah dianggap Imam1 ke-
tiga setelah ayahnya Ali bin Abi Thalib, dan
Pengertian Tabut
Hasan bin Ali kakaknya. Kematian Husain
meninggalkan duka yang mendalam bagi
Kata tabuik berasal dari tabut (bahasa
penganut Syi’ah. Kebesaran nama dan
Arab) yang berarti peti atau peti kayu (As-
penghormatan terhadapnya dilakukan
segaf, 2010:63; Zubaedi, 2008: 49). Tabut
oleh umat Islam Syi’ah di seluruh dunia,
dengan arti peti merupakan pengertian
dan tak terkecuali juga dari Islam Sunni di
umum. Namun kata tabut memiliki kon-
berbagai kawasan Asia Tenggara, terma-
teks tertentu yang sangat luar biasa yaitu
suk di berbagai tempat di Indonesia. Ben-
dengan Nabi Musa a.s., ritual keagamaan
tuk penghormatan itu di kawasan Timur
Islam Syi’ah, dan tabut di Sumatra. Dalam
Tengah diwujudkan dalam pertunjukan
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 248 dise-
drama bergaya sufi yang menyajikan kro-
butkan yang artinya: “. . . sesungguhnya
nologi penderitaan yang dialami oleh Hu-
tanda kerajaannya ialah datangnya tabut
sain. Sementara di tempat lain ditafsir pula
kepadamu, yang di dalamnya terdapat ke-
berdasarkan kekuatan budaya lokalnya,
tenangan dari Tuhanmu dan sisa pening-
seperti yang masih dapat kita jumpai di ka-
galan keluarga Musa dan keluarga Harun,
wasan pantai Barat Sumatra.
yang dibawa oleh malaikat . . . .” (Departe-
Uniknya, bentuk upacara dan peraya-
men Agama, 2006: 40; Kementerian Agama
annya di masing-masing daerah tidak se-
RI, 2010: 40).
mata-mata bertolak dari peristiwa perang
Tabut itu berisi kitab Taurat yang
Karbala. Akan tetapi, dilakukan ‘pemitos-
memuat, ‘Sepuluh Perintah Tuhan’ (Ten
an’ sejarah perang Karbala dengan menaf-
Commandements). Tabut ini dikenal juga de-
sirkan dan memaknai sendiri rasa sim-
ngan Tabut Perjanjian atau Ark of Covenant,
pati terhadap Husain sesuai dengan versi
yaitu perjanjian antara Tuhan dengan Bani
daerah masing-masing. Peristiwa Karbala
Israil. Dalam Al-Kitab (Perjanjian Lama)
bisa menjadi seperti legenda. Penafsiran
yang dikutip oleh Madjid (2000: 53), dise-
ini berimbas pada bentuk upacara, artefak
butkan Sepuluh Perintah Tuhan itu yaitu:
upacara (tabuik dan tabot), spirit upacara,
dan pelaksanaan upacara. Misalnya, di “Mengakui Allah, Tuhan Yang Maha Esa
Pariaman tabuik diwujudkan dalam bentuk sebagai satu-satunya Tuhan (tawhid); (2)
Hanya menyembah kepada Allah saja; (3)
artefak yang dibuat setinggi sekitar 10-12 Jangan menyembah patung (syirik); (4) Me-
meter. Sementara di Bengkulu tabot ditafsir nyebut nama Allah dengan penuh hormat;
(5) Menghormati hari Sabtu (Shabbat); (6)
dari mimpi seorang leluhur keturunan tabot Tidak membunuh; (7) Tidak berzina; (8) Ti-
di Karbala. Ia melihat bangunan istana raja dak mencuri; (9) Tidak membuat kesaksian
palsu; (10) Jangan tamak terhadap milik
berbentuk piramida. Mimpi itu kemudian orang lain”.
diwujudkan dengan bentuk artefak seperti
menara setinggi sekitar 4-8 meter, yang me- Versi lain Sepuluh Perintah Tuhan
Asril: Perayaan Tabuik dan Tabot 311
yang tidak bisa dihubungkan dengan fak- Natsal yang disebut sebagai pemban-
ta. Namun ketika membuat tabuik, mereka tu Husain hanyalah sebuah rekayasa saja,
mampu mewujudkan arak-arakan malaikat begitu juga mimpinya. Akan tetapi, nama
dengan buraq dalam mitos itu, seperti upa- Natsal sangat dihormati oleh orang-orang
cara Tabuik yang ada sekarang. Cipai Bengkulu termasuk para serdadu
Berbeda pula dengan tabot Bengkulu, Cipai. Mereka menganggap Natsal sebagai
mitosnya juga berawal dari tragedi Karbala. leluhurnya, sehingga menjadi kewajiban
Berdasarkan catatan yang dibuat oleh pe- bagi mereka melaksanakan upacara tabot
nguasa Belanda di Bengkulu pada akhir secara khidmat setiap tanggal 1-10 Mu-
abad ke-19, mitos tabot dilukiskan sebagai haram setiap tahun, untuk menebus dosa-
berikut. dosa Natsal. Mengenai bentuk tabot, pada
awalnya keturunan Natsal membuat se-
“Mayat Husain yang tanpa kepala diting- perti menara yang memiliki unsur pirami-
galkan di padang Karbala. Seseorang yang da, sebagai hasil penafsiran mereka terha-
bernama Natsal, pembantu Husain menge-
tahui bahwa di dalam ikat pinggang Hu- dap mimpi Natsal di Karbala (Helfrich et
sain tersimpan sebuah intan atau jimat al., 1888: 193). Akan tetapi, saat ini berbagai
yang berharga. Menurut Natsal lebih baik
ia mengambil barang itu, dari pada diambil bentuk kreasi tabot sudah muncul, sebagai
atau dirampas oleh orang lain. Ketika Nat- bentuk pengembangan oleh para pembuat
sal membuka pakaian Husain untuk men-
gambil barang itu, kedua tangan Husain tabot di Bengkulu. Ada kecenderungan yang
bergerak-gerak menolak tangan Natsal. mirip dengan menara masjid. Berdasarkan
Natsal kemudian menebas tangan mayat
Husain, akan tetapi pada saat yang sama ia
mitos itu, tabot di Bengkulu tidak memiliki
mendengar guruh, kilat menyambar ke se- buraq, meskipun dalam perkembangan se-
gala arah dengan suara yang menakutkan. karang sudah ada pula tabot yang memakai
Melihat kejadian itu Natsal berbaring di ta-
nah. Dalam keadaan sadar Natsal melihat buraq (Haque, 2009: 22).
bagaikan dalam mimpi sebuah istana raja
berbentuk piramida muncul di sepanjang
tempat itu, disertai lantunan irama-irama
yang harmonis. Kemudian ia mendengar Upacara Tabuik dan Tabot
kata-kata; berilah jalan Nabi Adam, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Siti Fatimah,
dan Nabi Muhammad memberikan peng- Upacara Tabuik dan Tabot sama-sama
hormatan kepada Husain. Natsal melihat dilaksanakan pada awal hingga paroh
wajah Nabi Muhammad, lalu Nabi menam-
par wajah Natsal dengan mengucapkan pertama (1-10) Muharam dalam kalender
kata-kata, untuk memberikan tanda per- tahun Hijriyah. Namun terjadi sedikit per-
buatan burukmu bukan hanya wajahmu
yang tetap hitam, tetapi keturunanmu akan bedaan, di Bengkulu upacara Tabot masih
dilahirkan dengan wajah hitam. tetap dilaksanakan dari tanggal 1-10 Mu-
Setelah kejadian itu, Natsal menyesali
perbuatannya, ia pergi ke Mekkah memo-
haram, sementara di Pariaman sudah ter-
hon ampunan dari Allah di Ka’bah atas per- jadi pergeseran waktu pelaksanaan dengan
buatan buruknya itu. Pada saat ia berdoa tidak lagi berpatokan pada tanggal 1-10
Ja’far Ibnu Muhammad Siddik seorang ula-
ma yang sedang mengelilingi Kabah, mene- Muharam, tetapi bisa menjadi dari tanggal
muinya dan menanyakan masalah apa yang 1-11,12,13, dan 14 Muharam, dengan per-
dihadapi oleh Natsal. Natsal menjelaskan
semua kejadian yang ia alami, lalu Ja’far hitungan hari puncak upacara bertepatan
memberikan jawaban kepadanya, bahwa pada hari minggu. Pergeseran ini agaknya
dosa Natsal bisa diampuni dengan syarat ia
dan keturunannya setiap tahun harus me- ingin mengadopsi dua kepentingan yakni,
ngenang dan memperingati kematian Hu- kepentingan penyelenggara (pemerintah,
sain melalui suatu upacara yang khidmat”
(Helfrich et al., 1888:192-193). tokoh masyarakat, dan pemilik tabuik) dan
kepentingan masyarakat penikmat.
Panggung Vol. 23 No. 3, September 2013 314
Gambar 1 Gambar 2
Tabuik dihoyak pada upacara puncak Hari terakhir upacara,
dari siang sampai sore hari. Tabuik dibuang ke laut.
(foto: Studio Alamsyah) (foto: Studio Alamsyah)
Asril: Perayaan Tabuik dan Tabot 315
“(1) Mengambik tanah (mengambil ta- upacara tabot. Upacara tabot tebuang
nah). Tanah yang diambil adalah ta- dipimpin oleh dukun tabot dan dipan-
nah yang dianggap mengandung nilai dang bernilai magis.Selesai ritual tabot
magis; (2) Duduk penja (jari-jari). Penja tebuang, tabot-tabot itu dibuang di seki-
adalah benda berbentuk telapak tangan tar makam”.
manusia lengkap dengan jari-jarinya.
Penja disebut juga dengan jari-jari. Pen-
ja menurut keluarga Sipai adalah ben- Di Bengkulu, hampir semua ritus upa-
da keramat yang mengandung magis, cara yang dilakukan menggunakan sesajen,
maka harus dicuci dengan air bunga
dan air limau [jeruk] setiap tahunnya. berupa makanan, minuman, dan berbagai
Setelah dicuci penja diletakkan di gerga5 ; kembang dan limau (jeruk). Cara ini me-
(3) Menjara artinya mengandun atau sa- nampakkan bahwa di Bengkulu nilai ritual
ling berkunjung mendatangi kelompok
tabot lain untuk beruji dol (bertanding dan sakral masih dipertahankan, meskipun
membunyikan musik perkusi dol); (4) gerusan perubahan ke arah penipisan nilai
Meradai, berjalan mengitari kampung
dilakukan oleh anak-anak usia 10-12 ta-
sakral tetap saja terjadi.
hun dalam rangka pengumpulan dana Merujuk pada mitos sebagai rujukan
untuk pembuatan tabot. Peserta meradai pembangun upacara Tabot di Bengkulu,
disebut jola. Meradai dilaksanakan pada
tanggal 06 Muharam dari pagi sampai tampak pada tahap-tahap upacara tidak
sore; (5) Arak penja: atau disebut juga menyajikan upacara yang berdimensi keras
arak jari-jari dilaksanakan pada tang- yang mengarah ke perkelahian seperti yang
gal 08 Muharam mulai pukul 19.00-
21.00 dengan menempuh rute yang terjadi pada upacara Tabuik. Upacara yang
telah ditentukan. Acara dimulai di la- dianggap keras dalam upacara Tabot adalah
pangan Merdeka Bengkulu (lapangan upacara menjara (beruji dol). Inti dari upaca-
Tugu Provinsi) dan selesai kembali di
lapangan Tugu Peovinsi. Pelaku upa- ra menjara adalah beruji dol (pertandingan
cara adalah anak-anak dan remaja; (6) dol6); masing-masing kelompok tabot beru-
Arak serban: dilakukan pada tanggal 09
Muharam pada malam hari dari pukul
saha mengalahkan kelompok lain. Kelom-
19.00-21.00. Arak serban berupa prosesi pok yang paling terampil memainkan dol
membawa serban (sorban) putih yang (dol dan tasa) dan paling sedikit dol pecah
diletakkan pada tabot coki (tabot kecil),
dilengkapi dengan bendera atau panji- (robek membrannya) dianggap menang
panji berwarna putih, hijau atau biru (Hamidy, 1991: 89-90). Kekerasan ditun-
yang bertuliskan “Hasan dan Husen” jukkan dengan melampiaskan emosional
dengan kaligrafi Arab; (7) Gam: yaitu
masa tenang yang ditentukan tidak bo- pendukung upacara melalui pemain musik
leh ada kegiatan apapun yang berkaitan
dengan tabot. Gam dimulai dari pukul
07.00-16.00; (8) Arak gedang: yaitu pro-
sesi kelompok tabot yang dimulai dari
markas masing-masing menuju lapang-
an Merdeka. Menyatunya kelompok-
kelompok tabot dalam satu arak-arakan
ini disebut dengan arak gedang (pawai
akbar).Di lapangan Merdeka, tabot-tabot
itu dibariskan seperti bershaf, sehingga
disebut pula dengan tabot besanding
(tabot bersanding). Upacara dimulai
pada pukul 19.00-21.00. Selama upa-
cara tabot besanding berbagai hiburan
dan kesenian rakyat ditampilkan untuk
menghibur para pengunjung; (9) Tabot
tebuang: upacara tabot tebuang dimulai Gambar3
dari lapangan Merdeka, sekitar pukul Arak-arakan tabot pada puncak
11.00 arak-arakan tabot menuju Padang upacara 10 Muharam
Jati dan berakhir di kompleks pema- (Foto: Nuruliman Supardi
kaman umum, Karabela. Di lokasi ini http://www.bengkulu-online.com,
dimakamkan Imam Senggolo, pelopor diunduh 12 Des 2011)
Asril: Perayaan Tabuik dan Tabot 317
ke alat musik dol. Mereka secara fisik tidak secara parsial dari aspek musiknya saja.
melakukan persentuhan antar kelompok Di Bengkulu upacara berkembang secara
pendukung tabot, apalagi perkelahian. parsial, yakni dari aspek musiknya. Pada
Berujidol dilakukan di lapangan terbu- masa lalu, dol adalah bagian yang tidak bisa
ka, sehingga dapat disaksikan oleh banyak dipisahkan dari upacara Tabot. Dol hanya
orang.Bahkan Berujidol dianggap salah satu dapat dimainkan bersamaan dengan upa-
bagian upacara yang mampu menarik per- cara Tabot, sebagai musik pendukung upa-
hatian banyak penonton. Berujidol dilaku- cara.Akan tetapi, pada tahun 1980-an dan
kan di dua tempat yaitu, di kelompok tabot 1990-an dol sudah dapat ditampilkan secara
imam dan di kelompok tabot bangsal. Mere- terpisah untuk penyambutan tamu peme-
ka saling mengunjungi secara bergantian rintah, meskipun masih dalam bentuk an-
selama dua malam. Lagu-lagu yang biasa sambel yang aslinya. Perkembangan yang
dimainkan dalam beruji dol adalah Matam- cukup menggembirakan adalah ketika dol
matam, Suwena, dan Suweri. Ketiga lagu ini dijadikan sebagai sumber penataan musik
sama-sama dimainkan dalam waktu yang kreasi untuk iringan tari “baru” (kreasi)
bersamaan. Lagu Suweri merupakan lagu dan untuk musik kreasi.
andalan bagi setiap kelompok tabot. Ma- Dalam penelitian Haque (2009: 46-51),
syarakat sangat mengetahui bahwa lagu ada tiga aspek perkembangan yang terjadi
tersebut sangat disukai. Para pemusik bi- pada dol, yaitu: dol sebagai media seremo-
asanya memainkan lagu ini dengan penuh nial di kota Bengkulu; dol dijadikan sebagai
semangat hingga bermain dengan tenaga materi pembelajaran musik di sekolah dan
yang maksimal. Akibatnya sering terjadi di sanggar; dol sebagai sumber garapan
kerusakan pada alat musik seperti pada komposisi baru. Dol sebagai media sere-
kulit (membrane) robek, pemukul (stick) pa- monial disajikan pada acara penyambutan
tah, resonator instrumen retak, dan lain- tamu-tamu penting, acara ulang kota Beng-
lain (Hanefi, et al., 1998: 45). kulu, acara yang bersifat umum lainnya,
Situasi ini sangat berbeda dengan upa- dan penggabungan dol dengan musik tradi-
cara Tabuik di Pariaman. Gandang tasa se- si lainnya seperti gendang sarunai dan gamat
bagai musik pendukung upacara justru yang digunakan untuk hiburan. Dol sebagai
digunakan untuk membangun semangat materi pembelajaran di sekolah, walaupun
“heroik” dan “patriotik” di antara kedua masih bersifat ekstrakurikuler, tetapi telah
kelompok tabuik. Lagu-lagu Oyak Tabuik dan diajarkan di sekolah menengah pertama
Sosoh sebagai lagu utama, dimanfaatkan dan sekolah menengah atas di berbagai
untuk membangun emosional para pendu- daerah, khususnya di kota Bengkulu.
kung tabuik, khususnya untuk membangun Perkembangan yang cukup menarik
emosi ke arah perkelahian dan yang berdi- adalah dol dijadikan sebagai sumber pen-
mensi keras (Muchtar, 2005:70-71). ciptaan karya baru. Dol telah digabung de-
ngan berbagai alat musik di luar tradisinya.
Misalnya dengan menghadirkan gitar bass
Perubahan dan Perkembangan Upacara elektrik, kolintang, set rebana, dan cara me-
mainkan dol pun lebih atraktif. Misalnya,
Perubahan dan perkembangan yang dol tidak saja diletakkan di lantai, tetapi
terjadi pada upacara Tabuik dan upacara telah disandang dan dimainkan sambil
Tabot berbeda bentuk dan jenisnya. Ada berbuai atau berayun, bahkan sambil tidur.
yang berubah dari aspek nilai ritual dan Pertunjukan ini pun kemudian disebut de-
sakralnya, dan ada pula yang berkembang ngan dol babuai (Haque, 2009: 58). Yang tak
Panggung Vol. 23 No. 3, September 2013 318
kalah menarik juga perkembangan yang di perantauan; (6) Tabuik yang diusung
terjadi dari aspek alat musiknya, berbagai tidak harus dua buah, dibolehkan satu
saja; (7) Ukuran tabuik yang diusung
jenis ukuran dol pun dibuat untuk keper- pun relatif, tidak harus sama tingginya
luan perbedaan atau variasi warna bunyi. dengan tabuik gadangyang digunakan
di kota Pariaman; (8) Setelah perayaan
Para remaja Bengkulu sangat antusias me- selesai, tabuik tidak harus dibuang”.
mainkan dol kreasi ini.
Di Pariaman perubahan yang terjadi Semua pelaksanaan perayaan Hoyak
adalah pada nilai sakral upacara dan juga Tabuik dengan ketentuan tersebut, disebab-
dalam bentuk parsial. Upacara Tabuik tidak kan karena tujuan dan makna perayaannya
lagi dilaksanakan dari tanggal 1-10 Mu- tidak terkait lagi dengan peringatan ke-
haram, melainkan berubah menjadi tang- matian Husain. Perayaan ditujukan untuk
gal 1-11, 12, 13, dan 14 Muharam, yang memeriahkan suatu event, baik yang dilak-
diperlukan upacara puncak maoyak tabuik sanakan oleh pemerintah daerah maupun
bertepatan pada hari minggu. Perubahan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat
ini berorientasi pada pariwisata. Artinya, Pariaman di perantauan.
jika upacara puncak dilakukan pada hari
minggu maka akan banyak orang yang me-
nyaksikannya. Imbas dari itu, ekonomi ma- PENUTUP
syarakat juga terangkat, mulai dari penjual
makanan, transportasi, pengelola parkir, Secara kultural, upacara Tabuik dan
hingga penginapan. Namun demikian, upacara Tabot merupakan peninggalan
cara praktis ini ternyata telah mengabur- ritual utama keagamaan Islam Syi’ah di
kan nilai-nilai sakral kesejarahan peristiwa pantai barat Sumatra. Akan tetapi, secara
Karbala sebagai titik tolak upacara. Oleh teologis paham keagamaan Syi’ah sangat
karena,pada tanggal 10 Muharam 680 (61 sulit dilacak, khususnya di Pariaman, Su-
H) adalah hari kematian Husain di Karbala. matra Barat. Upacara Tabuik dan upacara
Lambat laun generasi berikutnya tidak Tabot meskipun berasal dari peristiwa yang
akan tahu lagi makna 10 Muharam dalam sama (perang Karbala), tetapi dalam imple-
upacara Tabuik. mentasinya sangat banyak dipengaruhi
Bentuk lain dari pengembangan upaca- oleh interpretasi masyakarat dengan cara
ra Tabuik adalahperayaan Hoyak Tabuik yaitu “pemitosan” sejarah yang kemudian seo-
cuplikan dari salah satu rangkaian upacara lah-olah seperti legenda. Unsur-unsur bu-
Tabuik. Biasanya yang diambil adalah upa- daya lokal dan kebiasaan masyarakat juga
cara puncak, maoyak tabuik. Pelaksanaannya turut mempengaruhi artefak tabuik dan
menurut Asril (2008:74) sudah terlepas dari tabot, bentuk upacara, spirit, dan pelaksa-
semua aspek ritual dan sakral, seperti: naannya. Bagian yang tak terelakkan juga
adalah perubahan yang terjadi pada kedua
“(1) Pelaksanaannya tidak diharus-
kan pada bulan Muharam (tergantung upacara tersebut bisa terjadi secara parsial
hajatan); (2) Tidak mengikuti kronolo- dan penggerusan nilai sakral.
gi/urutan ritus-ritus upacara Tabuik;(3)
Dilaksanakan di luar kota Pariaman
(seperti: Padang, Pekan Baru, Batam,
Jakarta, Padangpanjang, Bukittinggi, Catatan Akhir
Batu Sangkar, Payakumbuh, Darmas-
raya); (4) Tidak diperlukan benda- 1
Imam oleh kebanyakan para penganut
benda sakral; (5) Tidak diharuskan
Syi’ah, dianggap memperoleh ilham ilahi dan
pelaksananya masyarakat dari nagari
terjaga dari dosa dan khilaf. Imam adalah orang
Pasar Pariaman dan V Koto Air Pam-
yang bisa diharapkan membawa komunitas
pan—pelaksana masyarakat Pariaman
Asril: Perayaan Tabuik dan Tabot 319
dangan selamat melewati suatu krisis, oleh se- lamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo
bab itulah pada masa-masa sulit orang memer- Persada.
lukan imam. Periksa, W. Montgomery Watt, Ke-
jayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,
terj. Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: Tiara Badrul Munir Hamidy, ed.
Wacana, 1990).
2
Ninik mamak adalah para pemimpin suku
1991/ Upacara Tradisional Daerah Beng-
atau kaum dalam tatanan masyarakat adat 1992 kulu: Upacara Tabot di Kotamadya
Minangkabau. Bengkulu. Jakarta: Direktorat Seja-
3
daraga adalah areal yang dimitoskan dan
disucikan sebagai tempat makam (kuburan) jarah dan Nilai Tradisional Depdik-
Husain. bud.
4
Dalam pembuatan tabuik Pariaman di-
lakukan atas dua bagian, yaitu bagian atas dan
bagian bawah. Setiap bagian disebut dengan Brockelmann, Carl.
pangkek. Pangkek bawah adalah kaki tabuik dan 1956 History of the Islamic People. Lon-
burak, sedangkan pangkek ateh (atas) terdiri atas don Routledge dan Kegan Paul Ltd
bungo salapan, gomaik, puncak tabuik, biliak-biliak,
dan lain sebagainya.
6
gerga adalah salah satu tempat kegiatan Departemen Agama RI
tabot ‘disucikan’.
7
dol sejenis gendang bermuka satu berben-
2006 Al-Quran Tajwid dan Terjemahannya.
tuk kettle drum, dengan ukuran diameter cukup Bandung: Syaamil Cipta Media.
besar antara 50-60 cm. Dol dimainkan sambil
berdiri dengan cara diletakkan di lantai atau
tanah. Gibb, H.A.R dan J.H. Kamer ed.
1974 Shorter Encyclopaedia of Islam. Lei-
den: EJ Brill.
Daftar Pustaka
Grunebaum, G.E. von
Asril Muchtar 1951 Muhammad dan Festival. New York:
2002 ‘Pertunjukan Gandang Tambua da- Henry Schuman, Inc.
lam Upacara Ritual Tabuik di Paria-
man Sumatra Barat’, Tesis S2 UGM Hanefi, et al.
Yogyakarta. 1998 ‘Musik Tabot dalam Beruji Dol di
Bengkulu: Tinjauan Musikologis’
---------------, Laporan Penelitian. Padangpanjang:
2008 ‘Upacara Tabuik dalam Dimensi ASKI.
Sosial Budaya Masyarakat Paria-
man: Keberlangsungan dan Peru- Helfrich, O. L. et al.
bahannya’ Manuskrip. Padangpan- 1888 ‘Het Hasan-Hosein of Taboet-Feest
jang: STSI. te Benkoelen’, dalam Internation-
ales Archiv fur Ethnographie. Leiden:
Azyumardi Azra Verlag von P. W. M. Trap.
2000 ‘Syiah di Indonesia: Antara Mitos
dan Realitas’ (pengantar) dalam A. Kartomi, Margaret J.
Rahman Zainuddin dan M. Ham- 1986 ‘Tabut - a Shiah Ritual Tranplanted
dan Basyar ed. Syiah dan Politik di from India to Sumatra’, dalam Da-
Indonesia: Sebuah Penelitian. Ban- vid P. Chandler dan M.C. Ricklefs
dung: Mizan dan PPW-LIPI. (ed.) Nineteenth and Twentieth Cen-
tury Indonesia. Clayton: Centre of
Badri Yatim Southeast Asia Studies, Monash U-
2000 Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Is niversity.
Panggung Vol. 23 No. 3, September 2013 320