N DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST OP ORIF FRAKTUR TERTUTUP
FEMUR DEXTRA DI RUANG BOUGENVILLE RSUD Dr. CHASBULLAH
ABDUL MADJID KOTA BEKASI
ABSTRAK
IV Bab, Lampiran
Karya tulis ilmiah ini dilatarbelangi tingginya kasus fraktur yang menyebabkan kematian
mencapai 1,3 juta setiap tahunnya dari jumlah penduduknya yaitu berkisar 238 juta di Indonesia.
Berdasarkan data di Indonesia kasus paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% yang dimana
penyebab terbanyak biasanya akibat kecelakaan lalu lintas. Menurut data yang penulis dapatkan
pada bulan November 2021- Januari 2022 di ruang Bogenville ada 16 kasus fraktur femur dan
merupakan kasus kedua dari 10 besar kasus yang ada di ruang Bougenville. Tujuan penulisan
untuk mengaplikasikan ilmu dan kererampilan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus
gangguan sistem muskuloskeletal. Metode yang digunakan yaitu dekskriptif dengan tehnik
pengumpulan data wawancara, observasi, pemerikasaan fisik, dokumentasi. Fraktur adalah
hilangnya kontinuitas tulang tanpa atau disertai adanya kerusakan lunak dan disebabkan oleh
trauma langsung. Masalah keperawatan yang didapat oleh kasus yaitu : nyeri akut, gangguan
mobilitas fisik, risiko infeksi dan gangguan rasa nyaman. Asuhan keperawatan pada Tn. N dapat
disimpulkan dengan baik dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi. Rekomendasi diajukan
kepada pihak institusi pendidikan, pihak rumah sakit, penulis dan peneliti selanjutnya.
ABSTRAK........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
KATA PENGANTAR......................................................................................................8
BAB 1..............................................................................................................................10
PENDAHULUAN...........................................................................................................10
A. Latar belakang...................................................................................................10
B. Tujuan.................................................................................................................13
1. Tujuan Umum................................................................................................13
2. Tujuan Khusus...............................................................................................13
C. Metode Teknik Pengumpulan Data..................................................................14
D. Sistematika penulisan.........................................................................................15
BAB II.............................................................................................................................17
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................17
A. Konsep Dasar Teori Fraktur.............................................................................17
1. Definisi Fraktur..............................................................................................17
2. Etiologi............................................................................................................17
3. Klasifikasi Fraktur...........................................................................................8
4. Anatomi Fisiologi..............................................................................................8
5. Patofisiologi.....................................................................................................10
6. Tanda dan gejala............................................................................................14
7. Komplikasi......................................................................................................14
8. Pemeriksaan Penunjang................................................................................17
9. Penatalaksanaan Medis..................................................................................17
B. Konsep Dasar Operasi ORIF.............................................................................19
1. Definisi ORIF..................................................................................................19
2. Tujuan ORIF..................................................................................................19
3. Komplikasi post ORIF...................................................................................19
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................19
1. Pengkajian......................................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................26
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktifitas yang
dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Fraktur lebih sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan,, dan juga luka yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan kontinuitas tulang atau kesatuan
struktur tulang terputus yang dapat merupakan retak , remah, atau bagian
korteks pecah yang dapat disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan lalu
lintas maupun non-lalu lintas (Ridwan dkk,2019).
Menurut World Health of Organization (WHO) tahun 2019 insiden
fraktur semakin meningkat tercatat terjadi fraktur kurang lebih 15 juta
orang dengan angka prevalensi 3,2%. Pada tahun 2018 terdapat 5,6 juta
orang meinggal dunia akibat fraktur. Pada tahun 2014 kurang lebih 18 juta
dengan angka prevalensi 2.7%. Kasus fraktur penyebab terbanyak
biasanya akibat kecelakaan lalu lintas.
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga
dibawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis dan bahkan di Asia
Tenggara Indonesia yang mengalami kejadian fraktur terbanyak sebesar
1,3 juta setiap tahunnya dari jumlah penduduknya yaitu berkisar 238 juta.
Kasus fraktur di Indonesia mencapai prevalensi sebesar 5,5% (Kemenkes
RI, 2018), Fraktur disebabkan oleh trauma tunggal seperti benturan,
pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur, dislokasi, penarikan, kelemahan
abnormal pada tulang.(Noorisa dkk, 2017).
Menurut Desiartama & Aryana (2018) data yang ada di Indonesia
kasus fraktur paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur
humerus sebanyak 17%, fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana
penyebab terbesar kecelakaan lalu lintas, yang biasanya disebabkan oleh
kecelakaan mobil, motor atau kendaraan rekreasi 65,6%, dan jatuh 37,3%
mayoritas adalah pria 73,8%. Sedangkan berdasarkan data Riskesdas
tahun 2018 dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada
ekstermitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling
tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 67, 9%. Dari 92.976 orang
dengan kasus fraktur ekstermitas bawah akibat kecelakaan, 19.754 orang
mengalami fraktur pada Femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada
tulang-tulang kecil dikaki dan 337 orang mengalami fraktur fibula
(Riskesdas, 2018).
Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang
lama dan kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik.
Komplikasi yang timbul akibat fraktur femur antara lain pendarahan,
cedera organ dalam, infeksi luka, emboli lemak, sindroma pernafasan.
Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan diakibatkan oleh tulang femur
adalah tulang terpanjang, terkuat, dan tulang paling berat pada tu8buh
manusia dimana berfungsi sebagai penopang tubuh manusia. Selain itu
pada daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar sehingga apabila
terjadi cedera pada femur akan berakibat fatal (Obaidurrahman, dkk 2013).
Penanganan fraktur meliputi reduksi, immobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan. Tindakan pembedahan adalah salah
satu tindakan yang akan dijalani setelah mengalami fraktur agar pemulihan
cedera lebih cepat dan maksimal.. Metode reduksi yaitu dengan dengan
pemasangan traksi sedangkan reduksi terbuka dengan pendekatan
pembedahan yaitu dengan tindakan ORIF atau Open Reduction and
internal fixation dengan cara memasukan plate / skrup / pen untuk
menfiksasi bagian – bagian fraktur yang bersamaan. Immobilisasi meliputi
tindakan pembalutan, gips, dan bidai (Lukman & Ningsih,2013).
Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien post operasi
fraktur femur adalah timbul sensasi nyeri dengan derajat berbeda – beda.
Nyeri yang dirasakan oleh penderita fraktur memliki sifat yang tajam serta
menusuk, dikarenakan adanya infeksi tulang akibat spasme otot maupun
penekanan pada saraf sensoris (Helmi,2012). Manajemen untuk mengatasi
nyeri dibagi menjadi 2 yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu untuk mengetahui gambaran serta mengaplikasikan
ilmu dan keterampilan yang telah di dapat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada Tn.N dengan gangguan muskuloskeletal : Post Op
Orif Fraktur Tertutup Femur Dextra di RSUD Chasbullah Abdul
Madjid.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn. N dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : Post Op Orif Fraktur Tertutup Femur Dextrra di
RSUD Chasbullah Abdul Madjid.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. N dengan gangguan
sistem muskuloskeletal : Post Op Orif Fraktur Tertutup Femur
Dextra di RSUD Chasubullah Abdul Madjid.
D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang penulis gunakan dalan penyusunan
karya tulis ilmiah ini yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode,
teknik pengumpulan data, sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang konsep dasar yang meliputi definisi fraktur, etiologi,
anatomi fisiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksaan, dan dampak dari fraktur
terhadapa sitem tubuh yang lain, konsep dasar keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Epiphysis Proximalis
Merupakan ujung proximal tulang femur yang membentuk
bulatan 2/3 bagian bola tersebut caput femoris, yang punya
facies articularis untuk bersendi denga acetabulum
ditengahnya terdpat cekungan yang disebut fovea capatis
femoris. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris
yang kemudian disebelah lateral membulat disebut
throchanter minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan mayor
dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut line
intertochanterica (linea spiralis).
2) Diaphysis
Merupakan bagian tulang yang panjang disebut corpus.
Penampang melintang merupakan sepertiga denga basis
menghadap kedepan pada diaphysis mempunyai dataran
yaitu facies medialis dan lateralis. Nampak bagian
belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai
dari bagian proximal dengan adanya suatu tonolan kasar
Pathway Bagan 2. 1
oleh jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan
membesar jika otot mengalami pembengkakan. Edema yang
terjadi sebagai respon terhadap fraktur dapat menyebabkan
peningkatan tekanan kompartemen yang dapat mengurangi
perfusi darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak dapat
memenuhi kebutuhan metabolik jaringan, maka terjadi iskemia.
Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi gangguan
sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan tekanan yang
terjadi secara progresif pada ruang terbatas.Hal ini disebabkan
oleh apapun yang menurunkan ukuran kompartemen.gips yang
ketat atau faktor-faktor internal seperti perdarahan atau edema.
Iskemia yang berkelanjutan akan menyebabakan pelepasan
histamin oleh otot-otot yang terkena, menyebabkan edema
lebih besar dan penurunan perfusi lebih lanjut.
c. Kontraktur Volkman
Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat
sindroma kompartemen yang tak tertangani. Oleh karena itu,
tekanan yang terus-menerus menyebabkan iskemia otot
kemudian perlahan diganti oleh jaringan fibrosa yang menjepit
tendon dan saraf. Sindroma kompartemen setelah fraktur tibia
dapat menyebabkan kaki nyeri atau kebas, disfungsional, dan
mengalami deformasi.
d. Sindroma emboli lemak
Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada
pasien fraktur. Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur
dari tulang panjang seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula,
dan panggul. Kompikasi jangka panjang dari fraktur antara
lain:
1). Kaku sendi atau artritis
Setelah cedera atau imobilisasi jangka panjang ,
kekauan sendi dapat terjadi dan dapat menyebabkan
kontraktur sendi, pergerakan ligamen, atau atrofi otot.
Post operasi:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik (prosedur operasi).( D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri post op. (D.0054)
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur
invasif. (D. 0142)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan mobilitas.(D.0129)
3. Intervensi Keperawatan.
Intervensi merupakan tahapan selanjutnya dalam asuhan
keperawatan setelah tahapan pengkajian dan diagnosis keperawatan.
Dalam merencanakan tindakan sangat tergantung pada diagnosis yang
diangkat, kondisi pasien dan sarana prasarana rumah sakit tempat pasien
tersebyt dirawat (Purwanto, 2016).
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik secara tepat
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (I.
mobilitas fisik tindakan keperawatan 14539)
berhubungan selama . . . x . . . Observasi
dengan diharapkan mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri
kerusakan meningkat dengan kriteria atau keluhan fisik
integritas hasil (L. 05042)
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilasi
Anjurkan melalakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sedeharna yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tmpat tidur
ke kursi
3 Perfusi Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.
jaringan tidak tindakan keperawatan 02079)
efektif selama . . . x . . . Observasi
berhubungan diharapkan tingkat perfusi Periksa sirkulasi
dengan perifer meningkat dengan perifer(mis.nadi perifer,
penurunan kriteria hasil (L.02011) edema, pengisian
aliran Pengisian kapiler kapiler,warna, suhu)
arteri/vena (D. membaik Monitor panas,
0009) Nyeri ekstremitas kemerahan, nyeri, atau
menurun bengkak
Akral membaik
Turgor kulit Terapeutik
membaik Hindari penekanan dan
Warna kulit pucat pemasangan torniuet
menurun pada area cidera
Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa
sakit,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
(ketorolac 2x30 mg via drip)
2 Gangguan Setelah Dukungan mobilisasi (I. 14539)
mobilitas fisik dilakukan Tindakan
berhubungan tindakan Observasi :
dengan keperawatan Mengidentifikasi adanya nyeri
kerusakan selama 3x 24 Mengidentifikasi toleransi fisik
integritas diharapkan melakukan pergerakan
struktur mobilitas fisik
tulang. meningkat Terapeutik :
(D.0054) dengan kriteria Fasilitasi aktivitas mobilisasi
hasil (L.05042) dengan alat bantu (pagar tempat
Pergerakan tidur)
ekstremitas Libatkan keluarga untuk membantu
meningkat pasien
Kekuatan otot
meningkat Edukasi :
Rentang gerak Jelaskan tujuan dan prosedur
(ROM) mobilisasi dini
meningkat Anjurkan melakukan mobilisasi
Nyeri dini
berkurang
(skala 0-5)
4. Implementasi Keperawan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon Pasien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan (Purnomo, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan Pasien (hasil yang dimati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Purnomo, 2016).
BAB III
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Tanggal Pengkajian : 02 februari 2022
Tanggal Masuk : 31 januari 2022
Ruang / Kelas : Ruang Boungeville Lt.4 RSUDCAM Kota
Bekasi
Nomor Register : 18292997
Diagnosa Medis : Fraktur Femur
Alamat : Kaliabang tengah no.31
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Menikah
Golongan darah :-
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada saat melakukan pengkajian Pasien mengeluh nyeri pada
area kaki luka post operasi.
P: Nyeri disebabkan patah tulang
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Serumah
: Meninggal
: Menikah
: Keturunan
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : baik ( compos mentis ) nilai GCS : 15
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah 140/90 mmHg, suhu
37,5°C, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit.
3) Sistem penglihatan
2 5
terdapat nyeri tekan, edema pada kaki kanan
11) Sistem endokrin
pembesaran kelenjar thyroid (-), GDS : 150 mg/dL
Tabel 3.1
Pola kebiasaan sehari-hari
No Jenis Pengkajian Saat Dirumah Saat Di RS
A Pola Nutrisi
1. Makan Pasien makan 3x/hari, Pasien makan 3x/hari,
makan habis 1 porsi, makan habis 1 porsi,
nafsu makan nafsu makan
baik,jenis makanan : baik,jenis makanan :
lauk-pauk, sayur dan lauk-pauk, sayur dan
nasi nasi
2. BAK
Frekuensi 4-5x/hari Pasien terpasang
Warna Kuning jernih kateter, 1200 cc/24
Bau Khas urin jam, warna kuning
Keluhan Tidak ada keluhan dan tidak ada keluhan
saat BAK
C Pola Istirahat tidur
1. Malam Pasien tidur Pasien tidur 3-4
6-8jam/hari jam/hari, Pasien
mengatakan sulit tidur
karena kadang merasa
nyeri
D Personal Hygiene
1. Mandi Pasien mandi 2x/hari Saat dirumah sakit
menggunakan sabun Pasien dibantu oleh
keluaga/perawat untuk
mandi (di lap) 1x/hari
e. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 02 Februari 2022
Tabel 3.2
Hasil laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.2 g/dL 12-16 g/dL
Leukosit 14,6 ribu/uL 5-10 ribu/uL
LED - -
Trombosit 235 ribu/uL 150-400 ribu/uL
Hematokrit 39,4% 40-50%
Hitung Jenis
Basofil 0 3-5%
Eosinofil 0 1-3%
Batang 0 2-6%
Segment 86% 52-70%
Limfosit 5% 20-40%
monosit 6 2-8%
2) Therapi
Infus RL 20 Tpm
Ceftriaxone 1 x 1 gr (via IV)
Ranitidine 2 x 50 mg (via IV)
Ketorolac 2 x 30 mg (via drip)
2. Analisa data
Tabel 3.3
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Adanya trauma Nyeri akut
- P: Pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi Pergeseran fragmen
- Q: Nyeri seperti di tusuk- tulang
tusuk
- R: nyeri pada pada femur Diskontinuitas tulang
sebelah kanan (post operasi)
- S : Skala 6 Tindakan pembedahan
- T : Hilang timbul dan
bertambah sakit saat Luka post operasi
bergerak
DO :
- Pasien terlihat meringis
- Kaki femur bagian kanan
terlihat bengkak
- Pasien terlihat gelisah
- TD : 140/90 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x/menit
2 DS : Adanya trauma Risiko infeksi
- Pasien mengatakan nyeri
Pergeseran fragmen
DO : tulang
- Pembengkakan pada area
femur Tindakan pembedahan
- Lura operasi terlihat basah
- Leukosit : 14,6 ribu/dl Luka post operasi
Adanya peningkatan
leukosit
3 DS : Adanya trauma Gangguan
- Pasien mengatakan sulit mobilitas fsik
menggerakan ekstremitas Pergeseran fragmen
- Pasien mengatakan nyeri tulang
saat bergerak
- Pasien mengatakan hanya Tindakan pembedahan
beraktivitas di tempat tidur
DO : Gangguan fungsi
- Aktivitas dibantu keluarga ekstremitas
- Pasien terlihat sulit bergerak
- Kekuatan otot :
5 5
2 5
DS : Adanya trauma Gangguan rasa
- Pasien mengeluh tidak nyaman
nyaman Pergeseran fragmen
- Pasien mengeluh sulit tidur tulang
akibat nyeri
Nyeri
DO :
- Pasien terlihat gelisah Gangguan rasa nyaman
- Pasien terlihat merintih
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur
operasi) dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada luka
operasi, skala nyeri 6.(D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang dibuktikan pasien sulit menggerakan kakinya,
gerakan terbatas.(D.0054)
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.(D.0142)
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
Dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri.
(D.0074)
4. Intervensi keperawatan
Tabel 3.4 rencana keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
I 02/02/2 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri. (I. 08238)
022 agen pencidera fisik (prosedur keperawatan 3x24 jam diharapkan Tindakan
operasi) dibuktikan dengan tingkat nyeri menurun dengan Observasi :
pasien mengatakan nyeri pada kriteria hasil : Identifikasi Untuk mengidentifikasi tingkat
luka post operasi, skala nyeri 6. (L.08066) lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi nyeri dan serta menentukan
(D.0077) Keluhan nyeri menurun dam skala nyeri (1-10) intervensi yang tepat
DS : Skala nyeri berkurang (0-5) Monitor tanda-tanda vital Perubahan TTV dapat
- P: Pasien mengatakan nyeri Frekuensi nadi membaik (TD,N,RR,S) tiap 8 jam mengindikasikan adanya
pada luka operasi Pola nafas membaik peningkatan nyeri maupun infeksi
- Q: Nyeri seperti di tusuk- Tekanan darah membaik Terapeutik :
tusuk Berikan tehnik non farmakologi Meningkatkan relaksasi,
- R: nyeri pada pada femur (tehnik relaksasi nafas dalam) untuk memfokuskan ulang pehatikan
sebelah kanan (post mengurangi nyeri. rasa dan kempuan koping.
operasi) Atur posisi yang nyaman bagi
- S : Skala 6 Menurunkan tegangan
Pasien(fowler atau semi fowler).
- T : Hilang timbul dan
bertambah nyeri saat Edukasi :
bergerak
Jelaskan penyebab, dan pemicu
DO : Diharapkan pasien mengetahui
nyeri.
- Pasien terlihat meringis dan memahami rasa nyeri yang
- Kaki femur bagian kanan dirasakan
terlihat bengkak Kolaborasi :
Mengurangi rasa nyeri
- Pasien terlihat gelisah Kolaborasi pemberian analgetik
- TD : 140/90 mmHg (ketorolac 2x30 mg via drip)
- N : 90x/menit
- RR : 20x/menit
II Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I. 14539)
berhubungan dengan kerusakan keperawatan selama 3x 24 Tindakan
integritas struktur tulang diharapkan mobilitas fisik Observasi :
dibuktikan pasien sulit meningkat dengan kriteria Mengidentifikasi adanya nyeri Untuk mengetahui toleransi fisik
menggerakan kakinya, gerakan hasil (L.05042) Mengidentifikasi toleransi fisik Untuk mengetahui kondisi umum
terbatas (D. 0054) Pergerakan ekstremitas melakukan pergerakan pasien
- Pasien mengatakan sulit meningkat
menggerakan ekstremitas Kekuatan otot meningkat Terapeutik : Untuk memudahkan Pasien
bawah Rentang gerak (ROM) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan mobilisasi
- Pasien mengatakan nyeri meningkat alat bantu (pagar tempat tidur)
saat bergerak Nyeri berkurang (skala 0-5) Libatkan keluarga untuk membantu
- Pasien mengatakan hanya pasien
beraktivitas di tempat tidur
DO : Edukasi : Agar pasien mengerti prosedur
- Aktivitas dibantu keluarga
Jelaskan tujuan dan prosedur dan tujuan mobilisasi
- Pasien terlihat sulit
mobilisasi dini Untuk memperkuat otot dan sendi
bergerak
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Kekuatan otot :
5 5
2 5
III Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka (I. 14564)
dengan efek prosedur invasif keperawatan selama 3 x 24 Tindakan
(D. 0142) diharapkan tingkat infeksi Observasi
DS : menurun dengan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi untuk mengidentifikasi tamda-
- Pasien mengatakan nyeri (L. 14137) (kondisi luka, rembesan darah, tanda infeksi dan penanganan jika
Kemerahan berkurang bengkak) infeksi terjadi
DO : Demam menurun
- Pembengkakan pada area Nyeri berkurang (0-5) Terapeutik
femur Bengkak berkurang Ganti balutan luka operasi Untuk mencegah infeksi
- Luka operasi terlihat basah
- Leukosit : 14,6 ribu/ul Edukasi
Agar pasien mengetahui tanda
Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan Dapat memperbaiki sel-sel yang
tinggi kalori dan protein rusak guna mempecepat proses
penyembuhan luka
Kolaborasi
Pemberian antibiotik (cefiaxone 1x1 Dapat mencegah terjadinya
gr via IV) infeksi
5. Implementasi keperawatan
Catatan Keperawatan
Nama : Tn. N No RM : 18292997
Umur : 59 Tahun Ruang : Bougenville
Tabel 3.5 Catatan Keperawatan
Hari / No Implementasi Evaluasi proses paraf
tanggal Dx
4) Hasil : keluarga
4) Melibatkan membantu pasien untuk Winda
10.20 WIB keluarga untuk bergerak
membantu pasien
5) Hasil : pasien
5) Menjelaskan tujuan memahami tujuan
10.30 WIB dan prosedur mobilisasi Winda
mobilisasi dini
6) Hasil : pasien terlihat
6) Menganjurkan sering melakukan Winda
10.40 WIB melakukan mobilisasi
mobilisasi dini
2) Hasil : meninggikan
12.05 WIB 2) Memodifikasi tempat tidur bagian Winda
lingkungan kepala
(tinggikan area
kepala tidur
3) Hasil : pasien
12.10 WIB 3) Menjelaskan memahami pentingnya Winda
pentingnya tidur tidur
selama sakit
4) Hasil : pasien
4) Mengajarkan mengalihkan nyeri
12.20 WIB Winda
tehnik ditraksi dengan berdzikir
bergerak berkurang
4) Hasil : keluarga
membantu pasien untuk Winda
4) Melibatkan
15.20 WIB keluarga untuk bergerak
membantu pasien.
5) Hasil : pasien
5) Menjelaskan tujuan memahami tujuan Winda
15.30 WIB dan prosedur mobilisasi
mobilisasi dini
rileks
6. Evaluasi keperawatan
Catatan Perkembangan
Nama : Tn. N No RM : 18292997
Umur : 59 Tahun Ruang : Bougenville
Tabel 3.6 Catatan Perkembangan
TANGGAL NO EVALUASI HASIL PARAF
DX
03/02/2022 IV S: Winda
- Pasien mengatakan sudah bisa
tidur
O:
- Pasien terlihat tenang dan nyaman
A:
- Masalah gangguan rasa rasa
nyaman teratasi
P:
- Intervensi di hentikan
03/02/2022 III S: Winda
- Pasien mengatakan sudah
mengerti mengenai tanda gejala
infeksi
O:
- Terlihat luka operasi hari ke-3
- Balutan luka terlihat bersih dan
kering, rembesan darah (-),
A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
04/02/2022 I S: winda
- Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang pada hari ke 3, nyeri
pada skala 4
O:
- Pasien terlihat tenang dan rileks
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36,5 ̊ C
RR : 18 x/menit
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Berikan tehnik non farmakologi
(tehnik relaksasi nafas dalam)
- Pemberian analgetik ( ketorolac 30
mg)
04/02/2022 II S: winda
- Pasien mengatakan sudah bisa
menggerakan tubuhnya
O:
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan memguraikan kesenjangan antara teori dan
kasus yang penulis laksanakan dilapangan pada Tn.N dengan gangguan
sistem muskuloskeletal : Post Op Orif Fraktur tertutup femur dextra di
Ruang Bougenville RSUD dr. Chasbullah Abdul madjid Bekasi. Asuhan
keperawatan ini penulis lakukan pada tanggal 02-04 Februari 2022.
Pembahasan ini memfokuskan terhadap konsep keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post
operasi ada 4, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur
operasi).(D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubunga dengan kerusakan
integritas struktur tulang.(D.0054)
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
(D.0142)
d. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
penurunan mobilitas.(D.0129)
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dilapangan, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur
operasi). (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubunga dengan kerusakan
integritas struktur tulang.(D.0054)
BAB IV
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : post op orif fraktur femur tertutup
dextra diruang bougenville RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid
Bekasi. Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian : dapat dilakukan pengkajian komprehensif
pada pasien Tn. N. Data yang didapatkan yaitu identitas pasien,
riwayat penyakit, data psikososial. Data tersebut berdasarkan
hasil wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa keperawatan : Dapat ditegakkannya diagnosa
keperawatan pada pasien Tn. N yaitu diagnosa keperawatan
yang muncul dari data pengkajian. Pasien Tn. N ditegakkan 4
diagnosa keperawatan pada Post Op Orif fraktur femur
tertutup dextra. Urutan diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi),
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang , Risiko infeksi dibuktikan dengan
efek prosedur invasif dan gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol,3.
Jakarta : ECG
Lukman & Ningsih. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Media