Anda di halaman 1dari 16

Penelitian Ilmiah

Blok Penulisan Karya Ilmiah

Disusun oleh Kelompok 2A:


 
Aleya Zefania Tulong : 201811009
Alfan Grinfran : 201811010
Alifia Salsabila : 201811011
Allam Salsabilillah : 201811012
Almas Thirafi : 201811013
Alya Muthia : 201811014
Ambar Purwaningrum K : 201811015
Amelia Oribell Fadhilla : 201811016
Ananda Rizkia Azzahra : 201811017
 

Fasilitator : Dr.drg Fauziah M,M.kes

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Prof. Dr. Moestopo
2021
Kata Pengantar

Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah blok
Penulisan Karya Ilmiah dengan judul Penelitian Ilmiah

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifat nya membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari
berbaagai pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis memohon
maaf jika ada kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini, sehingga dengan adanya makalah
ini dapat menjadi ilmu bagi yang membaca nya.

Jakarta, 26 June 2021


Hormat kami,

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

ISI..............................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Penelitian Ilmiah...................................................................................5

2.2 Etika Penelitian........................................................................................................7

BAB III....................................................................................................................................15

KESIMPULAN.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya tujuan dilakukannya penelitian sosial untuk memecahkan suatu
masalah atau menjawab suatu pertanyaan atas fenomena yang terjadi. Dalam
pelaksanaannya peneliti dituntut untuk mematuhi kode etik riset ilmiah, baik selama
proses pengerjaannya maupun pada penulisan laporan penelitian.
Etika penelitian melibatkan penerapan prinsip - prinsip etik dasar untuk berbagai
topik yang melibatkan penelitian ilmiah, termasuk desain dan pelaksanaan penelitian
eksperimen yang melibatkan manusia, hewan percobaan, berbagai aspek skandal
akademik, termasuk kesalahan ilmiah (seperti penipuan, rekayasa data dan plagiarisme
dan lain sebagainya)

1.2 Rumusan Masalah


Jelaskan mengenai pengertian penelitian ilmiah serta etika penelitian!

1.3 Tujuan Masalah


Untuk mengatahui pengertian penelitian ilmiah serta etika penelitian.

4
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Penelitian Ilmiah


Penelitian ilmiah sebagai proses bertanya–menjawab memperhatikan peristiwa–
peristiwa empiris dalam kerangka berpikir teoritis tertentu. Peristiwa–peristiwa empiris
sebagai pusat perhatian data disebabkan atas gejala–gejala alam dan gejala–gejala sosial.
Gejala alam adalah peristiwa–peristiwa yang berlangsung di alam bukan karena perbuatan
manusia secara langsung, misalnya gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan banjir.
Fenomena social adalah peristiwa–peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik
secara individu maupun secara kelompok. Penelitian terhadap gejala–gejala seperti itu
disebut penelitian social. Nan Lin menjelaskan penelitian social sebagai berikut : 1
“Social research is conducted, first of all, to detect regulations in various social
relations. It is also conducted to provide clues to possible solutions to social problems.
The first reason is conceptual or theoretical one, and the second a pragmatic or applied
one.” 3
“Penelitian sosial dilakukan, pertama-tama, untuk mendeteksi regulasi dalam berbagai
hubungan sosial. Hal ini juga dilakukan untuk memberikan petunjuk kemungkinan solusi
untuk masalah sosial. Alasan pertama adalah alasan konseptual atau teoretis, dan yang
kedua alasan pragmatis atau terapan”3
Sasaran penelitian social adalah gejala-gejala social yang terdapat di dalam berbagai
relasi sosial. Terhadap gejala-gejala itu akan diteliti apakah ada keteraturan di dalamnya.
Dengan kata lain apakah gejala-gejala tersebut bekerja menurut aturan atau hukum
tertentu. Kalau gejala-gejala itu kita umpakan dengan seperangkat bilangan, misalnya 2,
4, 8,16, maka segera kita ketahui bahwa di antara keempat bilangan tersebut ada suatu
aturan yang menghubungkannya, yaitu hukum penggandaan. Bilangan 2 digandakan
menjadi 4, bilangan 4 digandakan menjadi 8, dan seterusnya. Dengan ditemukannya
hukum seperti itu, maka kita dapat memberi penjelasan tentang sifat hubungan yang
bekerja di dalam fenomena tersebut. Selain itu dapat pula dilakukan prediksi terhadap
bilangan yang diperkirakan akan keluar, yaitu 32, 64, dan seterusnya. 1
Oleh karena itu, tujuan penelitian yang pertama menurut Nan Lin adalah untuk
menentukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalm gejala-gejala itu, dan tujuan
yang kedua adalah untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam relasi-relasi sosial.

5
Dengan kata lain, suatu penelitian mempunyai dua macam signifikansi (pentingnya
manfaatnya), yaitu signifikansi teoritis karena ia dapat mengembangkan teori, dan
signifikansi praktis karena ia dapat memberi bantuan dalam memecahkan masalah. 1
Pada definisi Nan Lin tersebut tidak ada penjelasan tentang bagaimana penelitian itu
dilakukan secara ilmiah. Definisi tersebut bersifat finalis karena hanya menggambarkan
tujuan dari penelitian itu sendiri. Pengertian dilihat dari segi prosesnya, kita temukan
dalam definisi yang diberikan oleh Karlinger sebagai berikut : 1
“Scienfic research is systematic, controlled, empirical, and critical investigations of
the propositions about the presumed relations among natural phenomena.”2
“Penelitian ilmiah adalah penyelidikan sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis dari
proposisi tentang hubungan yang diduga antara fenomena alam.”2
Definisi ini menjelaskan bahwa proses penelitian itu pertama-tama adalah menyusun
hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan terdapat di antara fenomena-
fenomena itu. Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Ada empat kriteria
yang perlu dalam suatu penelitian ilmiah, yaitu : 1
1. Penelitian dilakukan secara sitematis. Prosesnya dilakukan dari suatu ke tahap
berikutnya. Setiap tahap harus dilakukan secara berturut, tidak boleh melangkahi
tahap sebelumnya untuk langsung pada tahap terakhir atau tahap yang jauh di
atasnya. 1
2. Penelitian dilakukan secara terkendali. Perumusan konsep dan hipotesis secara
operasional merupakan kendali dalam mengarhakan seluruh kegiatan penelitian. 1
3. Penelitian dilakukan secara empiris. Masalah-masalah yang bersifat empiris.
Semua konsep yang tercakup dalam penelitian harus terhubung secara operasional
dalam dunia nyata. 1
4. Penelitian bersifat kritis. Kritis di sini berarti ada tolak ukur (kritetria) yang
dipakai untuk menentukan sesuatu yang dapat diterima, baik secara ekspilisit.
Tolak ukur dalam menetapkan hipotesis, tolak ukur dalam menetapkan besarnya
sampel penelitian, tolak ukur dalam menetapkan besarnya sampel penelitian, tolak
ukur dalam metode pengumpulan data, tolak ukur dalam memilih alat analisis, dan
sebagainya. 1

6
2.2 Etika Penelitian
2.2.1 Definisi
Etika berasal dair Bahasa yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan pertauran perilaku yang berlaku dalam
masyarakat. Menurut padangan sastraprtedja (2004), etika dalam konteks filsafat
merupakan refleksi filsafati atas moralitas sehingga etika disebut pula sebagai
filsafat moral. Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Etika dalah
ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip – prinsip etis yang diterapkan dalam
kegiatan penelitian.4

2.2.2 Prinsip Etika Penelitian


Etika penelitian yang saat ini diberlakukan pada berbagai studi pada dasarnya
menggunakan pendekatan deontologi (deontology approach). Pada pendekatan ini,
prinsip etika diterapkan pada seluruh proses penelitian serta menghasilkan kerangka
kerja umum dan universal sebagai pedoman pelaksanaan penelitian. Dengan
pendekatan ini peneliti mendapatkan petunjuk tentang dalam membuat perencanaan
riset yang terhindar dari kejadian yang secara potensial merugikan partisipan, dengan
menerapkan strategi yang tepat. Berdasarkan pendekatan deontologi, terdapat empat
prinsip dalam penelitian kesehatan yaitu: 1) menghargai otonomi partisipan (respect
for autonomy); 2) mengutamakan keadilan (promotion of justice); 3) memastikan
kemanfaatan (ensuring beneficence); dan 4) memastikan tidak terjadi kecelakaan
(ensuring maleficence).4

1. Prinsip-1: respect to autonomy


Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti
harus menghargai kebebasan atau independensi responden dalam mengambil
keputusan. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini mengandung dua
pandangan yaitu: 1) individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki
otonomi; dan 2) orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan.4
Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah dengan
memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan data, memberikan
hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan dari

7
peneliti. Inform consent terdiri dari tiga komponen kunci yakni informasi,
komprehensif, dan kesukarelaan.4
Inform consent merupakan proses untuk mendapatkan persetujuan dari
partisipan yang akan terlibat dalam penelitian dengan memberikan informasi
tentang studi yang dilakukan dan potensi kerugian serta manfaat yang akan
didapat secara komprehensif sehingga secara sukarela bersedia mengikuti. Masih
banyak peneliti menganggap bahwa pengisian inform consent merupakan kegiatan
yang dijalankan secara formalitas saja. Padahal pengisian inform consent
merupakan aspek yang sangat serius yang harus dijalankan dalam penelitian.4,5
Kesulitan dalam pengisian inform consent adalah menentukan apakah
partisipan memiliki kemampuan untuk memutuskan sesuatu. Umumnya peneliti
menggunakan batasan usia yaitu 16 tahun sebagai tolok ukur seseorang dapat
memutuskan secara mandiri. Pada populasi tertentu batasan ini tidak berlaku
karena keterbatasan fisik (kecacatan) dan mental partisipan, serta keterbatasan
dalammendapatkan kebebasan seperti pada tahanan.4
Untuk itu ada tiga aspek kemampuan (capability) yang harus dipertimbangkan
dalam memutuskan seseorang mampu memutuskan secara mandiri, yaitu:4
a. Partisipan harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengingat
seluruh informasi kunci, dengan menyampaikan kepada mereka perkiraan
pelaksanaan dan apa yang akan terjadi sebelum, selama dan setelah penelitian
(information aspect)
b. Partisipan harus memiliki kemampuan menimbang risiko dan manfaat dalam
mengikuti penelitian, serta memikirkan kemungkinan konsekuensi yang akan
diterima (risk and benefit analysis aspect)
c. Partisipan harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan apa yang
dikehendakinya secara efektif dan jelas termasuk keinginan untuk tetap
berpartisipasi atau mundur dari penelitian (communication aspect).4

Contoh penerapan dalam penelitian kesmas: penelitian perilaku


penyalahgunaan zat aditif (lem) yang melibatkan remaja putus sekolah dan
mengamen di pinggir jalan. Pada studi ini peneliti harus menghormati keinginan
para remaja yang tidak bersedia mengikuti penelitian serta tidak ada pemaksaan
dari pihak manapun.4

8
2. Prinsip -2 : promotion of justice
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan (fairness)
dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian, serta memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara dalam penelitian.
Misalnya: dalam sebuah penelitian ada kelompok yang cenderung mendapatkan
risiko atau kerugian, sedangkan kelompok lain mendapatkan manfaat.4,5
Terkait dengan penelitian, terdapat tiga jenis keadilan yang didapat partisipan,
yaitu :
a. Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive justice)
b. Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)
c. Keadilan berkaitan dengan penghormatan kesamaan dalam hukum (legal
justice)

Contohnya dalam penelitian kesmas: pada penelitian tentang kepatuhan


terhadap pemeriksaan antenatal care yang melibatkan wanita hamil dari wilayah
rural dan urban. Kedua kelompok wanita hamil ini harus mendapatkan perlakukan
yang adil dalam pelaksanaan penelitian, misalnya adanya pemaksaan terhadap
wanita hamil di pedesaan sementara di perkotaan tidak dipaksa.4

3. Prinsip-3: ensuring beneficence


Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan memberikan
sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas yang terdampak.
Penelitian bukan sekedar menghasilkan data yang diperoleh dari partisipan,
namun juga memberi manfaat baik secara langsung dan tidak langsung bagi
partisipan.
Dalam prinsip beneficence terdapat dua aturan umum yaitu 1) jangan
membahayakan atau merugikan partisipan; dan 2) maksimumkan manfaat dan
minimumkan kerugian. Sehingga peneliti sebaiknya menilai risiko dan manfaat
yang akan diperoleh partisipan dalam penelitian yang hasilnya harus
dikomunikasikan kepada partisipan penelitian. Pengertian risiko disini adalah
kemungkinan kerugian yang akan terjadi dan kejadian kecelakaan yang mungkin
terjadi seperti kecelakaan dari sisi psikologis, fisik, hukum, sosial dan ekonomi.5

4. Prinsip-4: ensuring maleficence


9
Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya kecelakaan
atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik secara fisik atau
psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran risiko dalam
perencanaan penelitian.
Terdapat dua konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian
memiliki risiko yang rendah bagi partisipan yaitu anonymity dan confidentiality.
Kedua konsep ini merupakan prinsip privacy dalam riset, yaitu melindungi
informasi partisipan dalam penelitian.6
a. Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan bahwa peneliti
sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang berkaitan dengan identitas
responden saat menyampaikan hasil penelitian dan menampilkan data, seperti
nama repsonden dan karakteristik lainnya. Proses ini disebut dengan
deidentification. Dengan penerapan anonim maka akan terjamin kerahasiaan
dalam penelitian. Namun konsep anonim tidak mungkin dilakukan pada desain
penelitian longitudinal yang membutuhkan sistem pengkodean data
berdasarkan identitas yang unik (misalnya: nomor KTP, tanggal lahir)
b. Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini menyatakan bahwa
peneliti sebaiknya memastikan data tersaji secara anonim, agar privasi
partisipan terjaga serta data-data yang berkaitan dengan partisipan seperti
alamat dan lainnya tersimpan dengan aman.6

2.2.3 Etika Proses Penlitian


Etika membantu melindungi individu, masyarakat, dan lingkungan, dan
menawarkan berbagai hal positif dalam proses penelitian. Prinsip dasarnya adalah
proses penelitian tidak boleh membawa kerugian bagi responden. Etika penelitian
mengatur berbagai hal yang harus menjadi pedoman perilaku peneliti sejak menyusun
desain penelitian, mengumpulkan data di lapangan (melakukan wawancara,
memberikan angket, melakukan pengamatan, meminta data pendukung), ketika
menyusun laporan penelitian, sampai mempublikasikan hasil penelitian.9
Menurut Notoatmodjo, secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti
(pewawancara) dan yang diteliti (responden) sebagai berikut:
A. Hak dan kewajiban responden:
 Hak untuk dihargai privasinya (kebebasan pribadinya).

10
 Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan responden. Bentuk
informasi responden diolah sehingga bentuknya bukan informasi individual
dari orang perorang dengan nama tertentu, sehingga nama responden tidak
perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu.
 Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi
yang diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak
terhadap keamanan atau keselamatan dirinya atau keluarganya, maka peneliti
harus bertanggung jawab.
 Hak memperoleh imbalan atau kompensasi.
 Kewajiban responden setelah adanya informed consent dari peneliti adalah
untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti (pewawancara).9
B. Hak dan kewajiban peneliti atau pewawancara:
 Memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-
lengkapnya dari responden, apabila responden telah menyetujui informed
consent.
 Menjaga privasi dan kerahasiaan informasi responden.
 Memberikan kompensasi kepada responden sesuai dengan pengorbanan
waktu, pikiran, dan tenaga.9

2.2.4 Point – Point Penting dalam Etika Penelitian


1. Kejujuran
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan
metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau
kegagalan metode yang dilakukan. hargai rekan peneliti, jangan mengklaim
pekerjaan yang bukan pekerjaan anda sebagai pekerjaan anda.
2. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis dan
interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh
pemberi dana/ sponsor penelitian.
3. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulus upayakan
selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
4. Kehati – hatian

11
Secara teratur catat pekerjaan yang dikerjakan, misalnya kapan dan di mana
pengumpulan data dilakukan. catat juga alamat korespodensi responden, jurnal
atau agen publikasi lainnya.
5. Keterbukaan
Secara terbuka, sealing berbagi data, hasil ide, alat dan sumber daya penelitian.
Terbuka terhadap kritik dan ide – ide baru.
6. Hormati hak kekayaan intelektual
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hal – hal intelektual lainnya. Jangan
gunakan data, metode, atau hasil yang belum di publikasi izin penelitinya.
Tuliskan narasumber sumber yang memberikan kontribusi pada riset dan jangan
melakukan plagiasi.
7. Konfidensialitas
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan criminal, atau data
lain yang dianggap responden sebagai data Rashia, maka peneliti harus menjaga
kerahasiaan data tersebut.
8. Publikasi yang terpecaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama secara berulang – ulang ke
berbagai media (seminar, jurnal).
9. Pembinaan yang konstruktif
Bantu membimbing, memberi masukan dan arahan bagi mahasiswa/peneliti
pemula. Perkenankan mereka mengembangkan ide mereka menjadi penelitian
yang berkualitas.
10. Penghargaan terhadap rekan kerja/kolega
Hargai dan lakukan rekan penelitian anda sebagimana semestinya. Bila
penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, makan peneliti dengan
konstribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author), sedangkan
yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)). Urutan menunjukkan besarnya
kontribusi dalam penelitian.
11. Tanggung jawab social
Upaya penelitian berguna demi kemasalahan masyarakat, meningkatkan taraf
hidup, memudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat. Perlu
bertanggung jawba dalam melakukan pendampingan bagi masyarakat yang ingin
menghasilkan penelitian.
12. Tidak melakukan diskriminasi
12
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa
karena alasan jenis kelamin, ras, suku, agama dan faktor – faktor yang lain yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
13. Kompetensi
Tingkat kemampuan dan keahlian keahlian melalui melalui pendidikan
pendidikan dan pembelajaran seumur hidup: secara bertahap tingkatkan
kompetensi sampai tahap pakar.
14. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemerintah yang terkait
dengan penelitian anda
15. Memperlakukan hewan percobaan dengan baik
Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus
dirancnanga sebaik mungkin, tidak gegabah melakukan sembarangan perlakuan
pada hewan percobaan.
16. Mengutamakan keselamatan manusia
Bila harus menggunakan manusia sebagai penguji penelitian, maka penelitian
harus dirancang dengan teliti. efek negatif harus diminimalkan, manfaat
dimaksimalkan: hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak objek penelitian,
siapkan pengobatan dan pencegahan bila sampel menderita efek negatif dari
penelitian.8

2.2.5 Fungsi Peneltian dan Etika


Seperti telah diuraikan dalam bagian lain dalam makalah ini, bahwa penelitian
di samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga sebagai produk
ilmu itu sendiri: oleh karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi ganda, yakni:
1. Fungsi Akademik (Teoretis)
Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai fungsi
akademik atau teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah penelitian jenis
apapun dengan metode apapun pada hakikatnya adalah merupakan
temuan akdemik, yang beararti merupakan sumbangan yang muluk-muluk,
tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat
dikatakan bahwa penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh
masukan atau input bagi perencanaan atau pengembangan program atau
alternatif pemecahan masalah, termasuk masalah kesehatan teoretis bagi
13
pengembangan ilmu yang bersangkutan. Penelitian di bidang kesehatan
hasilnya jelas secara akademik merupakan pencerahan ilmu kesehatan.
Dengan perkataan lain, hasil atau temuan sebuah penelitian apa pun
merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan.5

2. Fungsi Terapan (Aplikatif)


Bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan
aspek aplikatif atau penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian
pula kesehatan atau kesehatan masyarakat adalah ilmu (science) dan seni
(art). Oleh sebab itu, penelitian di bidang apapun bukan sekadar membuktikan
teori atau memperoleh teori baru, tetapi juga harus mempunyai
implikasinya terhadap program peningkatan kesejahteraan masyarakat,
termasuk program kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil
atau temuan sebuah penelitian, di samping menambah khasanah ilmu
pengetahuan seperti disebutkan di atas, juga dapat merupakan masukan bagi
pengembangan program-program, khususnya program kesehatan
masyarakat. Inilah yang dimaksud bahwa penelitian itu juga mempunyai
fungsi terapan atau aplikatif, di samping fungsi teoretis. Hasil sebuah
penelitian, meskipun menemukan teori yang muluk-muluk, tetapi tidak
dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat dikatakan bahwa
penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh masukan atau
input bagi perencanaan atau pengembangan program atau alternatif
pemecahan masalah, termasuk masalah kesehatan.6

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat


memenuhi dua fungsi atau peranan ini: pengembangan ilmu dan pengembangan
kesejahteraan masyarakat. Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi
tersebut, apalagi kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian
yang tidak etis karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri.5

14
BAB III

KESIMPULAN

Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan penelitian selain untuk


memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk memecahkan
masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan. Etika penelitian
adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan perbuatan yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti dalam memperoleh data- data penelitiannya yang disesuaikan dengan
adat istiadat serta kebiasaan masyarakat ditempat meneliti.
Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati
masyarakat, etika juga membantu kita untuk merumuskan pedoman etis, dan norma – norma
baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan
masyarakat. Etika juga membentu kita dalam melakukan suatu hal agar tidak semena menda
karena dalam melakukannya terdapat cara atau pedoman agar tidak merugikan diri sendiri
maupun orang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.


2. Kerlinger, F. N. (1973). Founding Of Behavior Research, Holt. Rinchart and Winston Inc.
New York
3. Lin, Nan. 2001. Social Capital: A Theory of Social Structure and Action. Cambridge
University Press.
4. Kiyimba, N., Lester, J. N. & O’Reilly, M. Using Naturally Ocurring Data in Qualitative
Health Research: A Practical Guide. (Springer, 2019).
5. James, A. & Winter, A. Research Ethics. in Public Health Research Methods for
Partnership and Practice (eds. Goodman, S. M. & Thompson, V. S.) 239–257 (CRC
Press, 2018).
6. Trochim, W. M., Donnelly, J. P. & Arora, K. Research Methods: The Essential
Knowledge Base. (Cengeage Leraning, 2016).
7. Tracy, S. J. Qualitative Research Methods: Collecting Evidence, Crafting Analysis,
Communicating Impact. (John Wiley & Sons, 2020).
8. Swarjana Ketut. 2013. Metodologi Peelitian Kesehatan. CV Andi OFFSET : Yogyakarta.
9. Sukamerta IM, Wiswasta IGNA, Widnyana IK, Tamba IM, Agung IGAA. Etika
Penelitian dan Penulisan Artikel Ilmiah. 1st ed. Denpasar: UNMAS Press; 2017.
10.

16

Anda mungkin juga menyukai