Bahan Paper 2
Bahan Paper 2
PENDAHULUAN
Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya.
Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan
yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Sebagaimana
dinyatakan oleh Henrik, 1984 dalam Aminuddin, (1993) bahwa lingkungan khususnya
lingkungan sosial dengan kata lain lingkungan akan mengubah dan membentuk
baik secara individu atau perorangan maupun kelompok yang ada di luar diri kita
seperti keluarga, teman, para tetangga, penduduk sekampung sampai manusia antar
Lingkungan pondok pesantren sebagai wadah pendidikan tidak akan lepas dari
dan santri. Biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu santri mukim dan non
Santri non mukim merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam
pelajaran di pesantren. Santri non mukim biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar
pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah
putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari
daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah
pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri, kareana memiliki
keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya
tersebut akan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan dan
perilaku manusia. Secara umum untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku
kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu : perilaku sehat, perilaku peran sakit, dan perilaku
sakit. Perilaku sehat sendiri mendapat perhatian oleh pemerintah dalam mewujudkan
derjat kesehatan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya
untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui
Perilaku hidup bersih dan sehat untuk selanjudnya di singkat (PHBS) adalah
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial
kesehatan masyarakat (Dinkes, 2006). Adapun tujuan perilaku hidup bersih dan sehat
kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal.
perhatian dari santri (Depkes, 2000). Sebagaimana dinyatakan oleh (Nugraheni, 2008)
bahwa tinggal bersama sekelompok orang seperti pesantren memang pribadi dan
Syaichona Moh. Cholil Bangkalan kurang teratur, ukuran kamar 3x3 berisi lima belas
orang, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi
yang buruk.
Selain itu, kesadaran dan kebiasaan santri untuk berperilaku hidup bersih dan
pakaian di kamar dan bertukar pakaian benda pribadi sesama teman. Hal ini di
pengaruhi oleh lingkungan sosial yang kurang baik. Sebagaimana dinyatakan oleh
(Marsono, 2008). Perilaku manusia tidak bisa dipisahkan dari kontek setting sosialnya.
Berdasarkan hasil observasi awal terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di
pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan diketahui bahwa 70% santri
tidak menerapkan PHBS, dan 30% santri sudah menerapkan PHBS dengan baik.
Ditinjau dari perilaku kebersihan perorangan santri terhadap berperilaku hidup bersih
dan sehat di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, santri mempunyai
kamar, saling bertukar barang pribadi seperti pakaian, sisir dan handuk. Hal ini
menjadi pemandangan perilaku yang tidak baik bagi santri di pondok pensantren
Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Observasi awal ini dilakukan pada 10 santri lakilaki. Hal ini
dikarenakan peraturan yang berlaku di lingkungan pondok pesantren ada
batasan antara pria dan wanita maka peniliti memutuskan untuk memilih santriwan
sebagai responden dalam penelitian karena peneliti berjenis kelamin laki-laki dan
dikarenakan keterbatasan peneliti. Observasi ini dilakukan selama 3 (tiga) hari, mulai
tanggal 15 sampai tanggal 17 April 2013. Penyakit yang biasa di derita oleh santri
yang berada di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan antara lain alergi
gatal (skabies), diare, gastritis, typoid, obs febris, ispa, konjungtivitis, herpes, dan
cacar. Berdasarkan data dari Puskesmas Bangkalan tahun 2011 sampai 2012, santri
gastritis, 101 santri menderita typoid, 121 santri menderita ISPA, dan 352 santri
menderita obs febris. Dari jumlah 2000 santri laki-laki dan perempuan.
Upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat khususnya di
perhatian seksama, baik dari kalangan psikologi kesehatan, sosiologi kesehatan, atau
perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di
1. Bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non
2. Apakah ada perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim
Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Bangkalan
bangkalan?
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Santri
Para santri mukim dan non mukim dapat mengetahui kebiasaankebiasan perilaku yang kurang baik
terhadap kesehatan di lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ma’rufi, (2005), di dapat kan hasil
sanitasi Ponpes (terutama sanitasi dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang
kurang mendukung pola hidup sehat terhadap penyakit Scabies, serta hygiene
dari :
1. Sanitasi lingkungan Pondok pesantren yang terdiri dari lokasi dan konstruksi
mencucipakaian.
Variabel dependen adalah angka prevalensi penyakit Scabies pada santri. Pada
sampling. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah faktor sanitasi lingkungan yang
berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit Scabies dikalangan para santri
dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang kurang mendukung pola hidup
sehat terhadap penyakit Scabies, serta hygiene perorangan yang buruk dari para
santri.
hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren
yang akan diteliti adalah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan
a. Santri mukim
pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa