Anda di halaman 1dari 12

Journal of Indonesian History 10 (2) (2021)

Journal of Indonesian History

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih

Perubahan Sosial Di Kecamatan Bandungan Tahun 1997-2007

Hangtuah Titahanestu & Ba’in


Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Krisis moneter di Indonesia pada akhir tahun 1997 hingga puncaknya pada pertengahan tahun 1998,
Diterima November 2021 telah membawa dampak besar bagi tatanan kehidupan ekonomi, sosial, politik dan budaya
Disetujui Desember 2021 masyarakat Indonesia. Bandungan menjadi salah satu daerah yang terkena dampaknya, hingga
Dipublikasikan Januari masyarakat dan aparat sipil saling berkolaborasi untuk memulihkan keadaan yang sempat labil
2022 tersebut. Memasuki tahun 2000-an, masyarakat Bandungan semakin berkembang dalam
________________ mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah Bandungan. Semakin berkembangnya
Keywords: daerah Bandungan ketertarikan masyarakat dari daerah lain juga ikut bertambah. Hal tersebut
Krisis Moneter, Perubahan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi dan budaya di masyarakat Bandungan. Permasalahan
Sosial, Bandungan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana gambaran umum daerah Bandungan pada
____________________ tahun 1997-2007? (2) Bagaimana perkembangan daerah Bandungan pada tahun 1997-2007? (3)
Bagaimana perubahan sosial daerah Bandungan pada tahun 1997-2007? Penelitian ini menggunakan
metode penelitian sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Mengetahui dan mendapatkan
gambaran umum daerah Bandungan pada tahun 1997-2007. (2) Proses perkembangan daerah
Bandungan dari tahun 1997 sampai 2007. (3) Proses bagaimana perubahan sosial terjadi pada
masyarakat di daerah Bandungan pada tahun 1997-2007.
Abstract
___________________________________________________________________
The monetary crisis in Indonesia at the late of 1997 until its peak in mid-1998, it has had a huge impact on the
economic, social, political and cultural order of Indonesian society. Bandungan is one of the affected areas, until
the community and civil apparatus collaborate with each other to restore the situation that had been unstable.
Entering the 2000s, Bandungan people are growing in developing the potentials possessed by the Bandungan
area. The growing Bandungan area of community interest from other regions also increased. This led to social,
economic and cultural changes in Bandungan society. The problems studied in this study are: (1) How is the
general picture of Bandungan area in 1997-2007? (2) How did the Bandungan area develop in 1997-2007? (3)
How did the social changes of Bandungan area in 1997-2007? This research uses historical research methods.
The results of this study show: (1) Knowing and getting an overview of the Bandungan area in 1997-2007. (2)
Bandungan area development process from 1997 to 2007. (3) The process of how social change occurred in the
community in bandungan area in 1997-2007.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633
Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: hangtuah.titahanestu@students.unnes.ac.id

117
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

PENDAHULUAN kebutuhan logistik, pesona keindahan alam dan


tempat-tempat bersejarah untuk rekreasi serta
Semarang merupakan salah satu daerah di edukasi merupakan hal-hal yang mendukung
Indonesia yang memiliki banyak cerita mengenai perkembangan Kabupaten Semarang, khususnya
sejarahnya. Daerah ini pertama muncul dan Kecamatan Ambarawa (Zanki, 2013:44-45).
berkembang tidak lepas dari peran Ki Pandan Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
Aran I. Pada mulanya Ki Pandan Aran I kebutuhan logsitik dari Yogyakarta ke Semarang
melakukan pengembaraan ke sebuah tempat masih berjalan, hingga masa operasional kereta
yang bernama Tirang dengan tujuan untuk api jalur tersebut berhenti pada tahun 1977
membuka pemukiman serta menyebarkan ajaran (Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang,
Islam. Hingga daerah tersebut berubah nama 2021). Pada akhir tahun 1997, Indonesia
menjadi Tirang Amper. Keberhasilan atas mengalami krisis moneter yang berdampak
usahanya dalam membangun pemukiman hampir di seluruh tatanan kehidupan masyarakat
tersebut telah membawa dampak perubahan Indonesia. Beberapa sektor yang terdampak
sosial masyarakat di pemukiman Tirang Amper. secara masif yaitu industri dan perdagangan
Setelah wafatnya Ki Pandan Aran I, kekuasaan karena ketidakstabilan harga pada pasar ekonomi
diteruskan oleh Ki Pandan Aran II. Jasa-jasa Ki di Indonesia. Permasalahan yang dihadapi oleh
Pandan Aran II sangat berpengaruh terhadap rakyat Indonesia pada waktu itu menimbulkan
awal mula daerah Semarang. Beberapa jasa berbagai masalah-masalah sosial dan ekonomi.
beliau salah satunya telah menciptakan tata Dampak sosial yang ditimbulkan juga
pemerintahan administratif yang dikenal sebagai mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam
“Daerah Dalem” di Semarang. Pada masa berpikir dan bertindak. Dalam hal tersebut
tersebut kerajaan yang sedang berkuasa adalah pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam
Kerajaan Pajang, maka pengangkatan Ki Pandan upaya menekan krisis moneter ini agar tidak
Aran II sebagai Penguasa Wilayah Semarang berkepanjangan, salah satu upaya tersebut adalah
sekaligus menjadi Bupati dilakukan dibawah dengan meminta bantuan dari luar negeri
wewenang Raja Pajang. Penyebutan “Semarang” (Novita, 2002: 192).
konon merupakan pemberian daeri Ki Pandan Permasalahan tersebut juga berdampak
Aran II. Pembentukan Kabupaten Semarang pun pada daerah-daerah kecil di Indonesia, salah
tidak lepas dari peran beliau yang berhasil satunya adalah Bandungan. Dampak dari krisis
membangun bangunan sebagai pusat tersebut berpengaruh terhadap aktivitas
pemerintahan kabupaten, maka pada awalnya perdagangan dan industri rumah tangga. Melalui
pemerintahan Kabupaten Semarang berada di kebijakan pemerintah daerah, masyarakat
Semarang (Dinas Pariwisata Kebudayaan dengan aparat sipil bersama-sama membangun
Kabupaten Semarang, 2006: 44). kembali situasi dan kondisi yang sempat tidak
Pada perkembangan daerah administratif terkendali selama krisis moneter. Contohnya
Kabupaten Semarang, wilayah ini menaungi pada sektor perdagangan di pasar, adanya
daerah-daerah dibawahnya. Salah satunya musyawarah bersama asosisasi pedagang pasar
Ambarawa, daerah ini merupakan kontributor tradisional di Bandungan, para pedagang mulai
sumber daya manusia dan alam yang cukup terbantu sedikit demi sedikit dalam upaya
membantu Kabupaten Semarang sejak tahun menutup kerugian yang diterima pasca krisis
1900an hingga pasca kemerdekaan Indonesia. moneter (Maria Imaculata, Pedagang pasar:
Hal tersebut diperkuat dengan adanya jalur 2021).
kereta api untuk kebutuhan logistik yang Pada tahun-tahun berikutnya daerah
menghubungkan Semarang–Yogyakarta. Bandungan mulai menunjukkan perkembangan.
Potensi-potensi desa di bawah Kecamatan Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa
Ambarawa salah satunya Bandungan. Area indikasi salah satunya dari berkembangnya
persawahan dan perkebunan yang subur untuk institusi sosial. Institusi sosial merupakan

118
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

kumpulan dari beberapa norma sosial yang telah atas hasil kebijakan pemekaran wilayah
diciptakan untuk tujuan melaksanakan fungsi Kabupaten Semarang.
masyarakat (Soleman, 1984: 72). Salah satu
institusi sosial yang dapat dijumpai di METODE
Bandungan adalah sekolah. Sekolah merupakan Metode yang digunakan dalam penulisan
suatu institusi sosial yang menjalankan peran dan ini adalah metode penelitian sejarah. Metode
tujuannya untuk mengembangkan serta penelitian sejarah ini merupakan proses menguji
memajukan masyarakat sekitar melalui dan menganalisis bukti-bukti peninggalan masa
pengajaran ilmu pengetahuan, etika, norma, lalu. Kebenaran sejarah terletak pada kemauan
pergaulan, agama, serta hal penting lainnya. sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara
Kesadaran masyarakat dalam perkembangan mendalam, terperinci dan kritis, sehingga akan
generasi muda melalui pendidikan di sekolah mengungkap sejarah secara objektif
sangat penting. Anak-anak muda sebelum era (Kuntowijoyo, 2003: 12-13). Heuristik adalah
2000an tidak terlalu mementingkan sekolah tahapan pengumpulan sumber atau data sejarah
karena tuntutan ekonomi yang mengharuskan yang relevan dengan topik atau tema penelitian
mereka mencari nafkah sesegera mungkin setelah sejarah. Pada tahapan ini penulis melakukan
mengenyam pendidikan dasar dan menengah beberapa kegiatan yang berupa mencari,
(Titik Purwanti, Tokoh masyarakat: 2021). mengumpulkan, menghimpun data-data sumber
Arus globalisasi menjadi salah satu faktor sejarah yang terkait dengan permasalahan yang
penyebab terjadinya perubahan sosial di dikaji, baik tertulis maupun lisan. Secara tertulis,
Bandungan. Melalui Badan Pusat Statistik penulis mengumpulkan dokumen yang sezaman
Kabupaten Semarang terdapat kenaikan jumlah sesuai dengan kategorinya sebagai sumber primer
penduduk pada tahun 2003, dapat disimpulkan maupun dari surat kabar, seperti Suara Merdeka,
bahwa perkembangan globalisasi dan potensi- yang telah memberikan sumbangan begitu
potensi di Bandungan telah mendongkrak berharga bagi penelitian ini. Sementara itu
penduduk asing untuk membuka usaha maupun beberapa macam buku yang dipakai sebagai
berinvestasi di Bandungan. Namun dibalik itu sumber sekunder untuk pengantar penulisan ini
ada pula sisi negatif dari proses globalisasi yang seperti buku-buku data kependudukan terbitan
dialami masyarakat Bandungan. Banyaknya Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten
investor dari daerah lain yang membuka usaha di Semarang, karya milik Bintarto yang berjudul
Bandungan tentu memerlukan lahan untuk usaha Urbanisasi dan Permasalahannya, lalu ada buku
mereka. Sedikit demi sedikit lahan pertanian dan karya I Gede Widja yang berjudul Sejarah Lokal
perkebunan masyarakat teralihfungsikan oleh Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah, dan
usaha-usaha modern tersebut. Selain itu masih banyak lagi. Setelah mengumpulkan data,
perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar kemudian masuk ke tahap selanjutnya dengan
Bandungan beralih dari sektor agraris ke sektor interpretasi. Pada tahapan ini penulis
jasa (Badan Pusat Statistik, 2003-2007). mengupayakan menafsirkan atau memberikan
Oleh karena perubahan mata pencaharian makna atas bukti-bukti sejarah. Hal ini dilakukan
masyarakat dari sektor agraris ke sektor jasa telah karena tidak semua bukti sejarah dapat
mempengaruh cara mereka berpikir dan dimasukkan ke dalam penulisan karya ini,
bertindak. Perubahan sosial yang dialami penulis perlu memilih bagian dari sumber data
masyarakat Bandungan melalui beberapa faktor. mana yang relevan untuk dimasukkan ke dalam
Dari beralihnya mata pencaharian masyarakat, penulisan tersebut. Setelah itu diteruskan dengan
arus migrasi penduduk, semakin bertambahnya tahapan historiografi. Tahap ini merupakan
lahan pekerjaan industrial dan perkembangan tahap penulisan sejarah
teknologi yang lebih modern. Hingga di tahun
2007 Bandungan menjadi daerah kecamatan baru .

119
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

HASIL DAN PEMBAHASAN


Krisis Moneter Dan Bandungan Perubahan Sosial Ekonomi Di Bandungan
Untuk krisis moneter di Indonesia ada Perkembangan kehidupan sosial
beberapa penyebab diantaranya; sistem devisa ekonomi di suatu wilayah dipengaruhi oleh
yang terlalu bebas tanpa pengawasan sehingga faktor-faktor penentu, antara lain jumlah
menimbulkan arus modal dan valuta asing penduduk, letak geografis dan mata pencaharian
mengalir bebas dengan jumlah yang tak penduduk. Kemajuan kapabilitas manusia di
terhitung, tingkat depresiasi rupiah yang rendah berbagai aspek kehidupan telah memberikan
yang berada di bawah nilai tukar biasanya dampak yang begitu luas bagi perubahan pola
menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif kehidupan manusia itu sendiri. Manusia dituntun
terlalu overvalued, utang swasta luar negeri oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
dengan jangka waktu yang pendek hingga teknologi kepada kemajuan bidang ekonomi
menengah begitu menyulitkan keuangan rupiah melalui berbagai inovasi, telah dianggap
Indonesia (Tarmidi, 1999). Akibatnya pada akhir memberi jalan pada perbaikan pendapatan
tahun 1997 terdapat penutupan 16 Bank Swasta masyarakat. Dapat diambil contoh pada sektor
Nasional. Hal ini menjadi pukulan telak bagi industri, beberapa masyarakat menganggap
sektor perbankan Indonesia. Adapun sektor kehidupan ekonomi akan menjadi lebih berdaya
industri yang terimbas oleh kenaikan tajam kurs karena hal tersebut berdampak juga pada
dolar seperti inflasi impor dan pengangguran perubahan nasib kehidupan dan aktivitas sosial
karena penutupan pabrik-pabrik besar yang mereka setiap harinya. Terjadinya alih fungsi
bergantung pada bahan-bahan baku impor. lahan pertanian menjadi lahan proyek wisata
Terlebih kenaikan harga pangan dipengaruhi yang kemudian memunculkan proyek-proyek
oleh kekeringan yang terjadi di luar Jawa pada penunjang wisata tersebut, seperti usaha
tahun 1997, sehingga terdapat penurunan penginapan dan karaoke. Kemunculan proyek-
produksi pangan. Selain itu, krisis ini juga proyek tersebut sedikit demi sedikit merangsang
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat kecil orientasi masyarakat yang sebelumnya
di daerah-daerah (Mubyarto, 2001: 99). mengandalkan sektor agraris mulai bergeser ke
Dampak yang disebabkan oleh krisis ini sektor industri (Mounjoy, 1983: 62). Namun,
tentunya berimbas pula dengan kehidupan sosial dengan munculnya proyek industri juga
dan ekonomi masyarakat Bandungan. Hal mendorong perkembangan masyarakat
tersebut bahkan mempengaruhi hampir semua Kecamatan Bandungan memiliki relasi dengan
sektor proses kehidupan masyarakat, terutama dunia luar.
sektor perdagangan. Beberapa pedagang di Pasar Masyarakat Kecamatan Bandungan
Tradisional Bandungan mengaku terkena imbas sebagian besar memiliki pola kehidupan
dari krisis moneter ini. Penurunan omzet hingga pedesaan. Hal tersebut dapat dilihat melalui
5% bahkan ada yang lebih telah dirasakan oleh aktivitas penduduk yang sebagian besar
beberapa pedagang di pasar (Maria Imaculata: berprofesi atau bermata pencaharian sebagai
2021). Selain itu, ada penyusutan daya beli buruh tani atau petani. Pada kurun waktu 10
masyarakat selama masa krisis tersebut. Namun, tahun (1997 sampai 2007), mayoritas mata
dalam hal ini masa krisis yang dialami pencaharian yang digeluti masyarakat
masyarakat Bandungan tidak semasif yang Kecamatan Bandungan adalah petani atau buruh
terjadi pada masyarakat perkotaan karena tani. Jumlah profesi petani dan buruh tani hampir
masyarakat Bandungan selain masih memiliki 4-5 kali lipat lebih banyak dari profesi-profesi
hasil alam yang mendukung, mereka juga dapat yang digeluti masyarakat Kecamatan Bandungan
menggunakan hasil alamnya untuk keperluan lainnya (Badan Pusat Statistik, 2001-2007).
mendesak selama krisis tersebut. Masyarakat bertahan begitu lama dengan mata
pencaharian di sektor agraris karena keadaan
lahan luas dan struktur tanah yang mendukung.

120
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

Mata pencaharian lain seperti layanan jasa, keuangan 13,91%, penggalian umumq 7,90% dan
pegawai, wiraswasta, buruh (selain buruh tani) pertanian pada angka persentase 5,43% (Badan
dan pedagang juga memiliki peran penting dalam Pusat Statistik, 1997-2001). Dari tahun 1997
perkembangan ekonomi di Kecamatan hingga 2007, perkembangan sosial ekonomi
Bandungan. masyarakat Kecamatan Bandungan pada
Terbukanya banyak lapangan pekerjaan dasarnya menunjukkan catatan sejarah yang
baru di Kecamatan Bandungan juga berpengaruh amat beragam dan sarat akan permasalahan
terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat kompleksnya, serta menjadikan tantangan
Kecamatan Bandungan. Beberapa perubahan tersendiri bagi para penduduk asli dan pendatang
tersebut berupa kemajuan yang bersifat fisik yang berdomisili di Kecamatan Bandungan.
maupun mental masyarakat. Kemajuan yang
bersifat fisik dapat dilihat dari semakin Perubahan Sosial Budaya
berkembangnya sarana dan prasarana Perubahan kehidupan sosial budaya
transportasi sebagai penunjang atau pendorong dapat dilihat dari relasi sosial. Hal ini dapat
kelancaran perekonomian pasar. Sedangkan ditunjukkan dengan interaksi antar indvidu atau
perihal kemajuan mental dapat dilihat dari warga masyarakat dan antar kelompok dalam
mental masyarakat yang awalnya berpola pikir masyarakat, seperti adanya kebersamaan dan
orientasi masyarakat agraris, menjadi tingginya solidaritas antar warga. Beberapa
masyarakat yang berorientasi pada pola pikir contoh terhadap wujud solidaritas dan
ekonomi. Pola pikir masyarakat terhadap kebersamaan warga seperti gotong royong dalam
kegiatan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari bersih desa atau kampung, pernikahan, kematian
uang. Uang memiliki nilai yang tinggi pada setiap yang dilakukan secara sukarela adapun kebiasaan
kegiatan perniagaan. Ini disebabkan karena saling bertegur sapa dan mengobrol. Hal tersebut
barang-barang produksi yang ditawarkan harus tampak pada kegiatan kemasyarakatan seperti
dibayar dengan uang secara kontan, meskipun dalam kegiatan keagamaan, adat desa,
ada pembayaran yang dilakukan secara kredit keolahragaan, kesenian dan kegiatan ekonomi
tergantung pelaku-pelakunya. Kebutuhan masyarakat (Budihartono, 2009: 45). Perubahan
konsumsi keluarga dan modal usaha (produksi) sosial budaya tersebut dapat ditemukan dalam
melakukan pinjam-meminjam uang adalah suatu kehidupan masyarakat Bandungan.
hal yang lumrah. Masyarakat Kecamatan
Bandungan dari pihak konsumen maupun Masyarakat
produsen banyak yang meminjam uang untuk Dari sudut pandang sosial budaya,
kebutuhannya masing-masing melalui bank perubahan yang terjadi pada masyarakat dapat
selain mendapatkan pinjaman dari perseorangan. dilihat dari sikap menghemat dalam
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa mengumpulkan lebih banyak uang untuk tujuan
bank di sekitar pasar Tradisional Bandungan, investasi, sikap kerja keras dalam
dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Jateng, dan mengembangkan bisnis serta sikap yang selalu
lain-lain (Wijanarka, 2007: 45). ingin meningkatkan pendapatan dan
Selama periode tahun 2000 sampai 2001 keuntungan. Di sisi lain masyarakat yang masih
peningkatan telah berada di persentase 13,59%, berpikir secara tradisional dapat menghambat
tingkat ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan cara-cara pemikiran produksi modern dengan
PRDB pada tahun 2000 dengan nilai persentase produktivitas yang bernilai tinggi (Sukirno, 1995:
11,74%. Pada tahun 2001 tercapai pertumbuhan 42).
positif sebesar 5% sampai dengan 26%, yaitu Sebelum kebijakan pemerintah mengenai
26,61% listrik, gas dan air yang berada pada pembangunan potensi wisata di Bandungan dan
tingkat stabil dan tinggi, konstruksi 21,45%, jasa sebelum Bandungan resmi menjadi kecamatan
18,18%, angkutan dan komunikasi 17,61%, baru, masyarakat Bandungan secara dominan
industri 15,28%, perniagaan 14,66%, lembaga lebih menggantungkan hidup pada lahan

121
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

pertanian atau di sektor agraris. Baru setelah Terbukanya banyak lapangan pekerjaan, wanita-
terjadinya pengembangan wisata, perubahan tata wanita tersebut menempati pekerjaan-pekerjaan
fisik kota Bandungan secara bertahap, kemajuan seperti buruh cuci di hotel-hotel, kasir di karaoke-
teknologi dan informasi mata pencaharian karaoke, karyawan di objek pariwisata, pedagang
penduduk mulai bergeser dari yang dahulunya pasar, buruh gendong di pasar, karyawan industri
bekerja di lahan pertanian dan perkebunan rumahan maupun industri besar, dan lain-lain.
menjadi buruh, entah buruh industri, karyawan Usaha-usaha para wanita yang beralih dari
hotel, karyawan karaoke dan lain-lain (Titik pekerjaan rumah tangga ke buruh menjadi salah
Purwanti: 2021). Perkembangan yang terjadi di satu kesadaran terhadap emansipasi wanita,
Kecamatan Bandungan juga memiliki dampak khususnya di daerah Bandungan. Hal tersebut
tersendiri untuk masyarakatnya. Hal tersebut dilakukan bukan karena ingin bersaing
dapat dilihat melalui aspek hukum adat, budaya mendapatkan pundi-pundi uang suami mereka,
berbusana, emansipasi wanita, teknologi melainkan wujud kemandirian para wanita
informasi dan komunikasi serta budaya dalam menghidupi kebutuhan keluarga (Trimo:
kekeluargaan gotong-royong. Perubahan sosial 2021).
dan budaya yang terjadi di Kecamatan Perubahan sosial dan budaya di
Bandungan mayoritas disebabkan oleh Bandungan menciptakan kesadaran terhadap
perkembangan pariwisata dan hiburan dunia kemajuan masyarakat dalam berpikir, bertukar
malam. Namun realita yang terjadi perubahan pendapat dan sikap saling menghargai. Tiga hal
budaya yang terjadi di Bandungan hanya terlihat tersebut terdapat pada kemajuan teknologi
pada kulit luarnya saja, yang berarti perubahan informasi dan komunikasi, kesadaran pendidikan
sosial budaya masyarakat Bandungan tidak terhadap generasi muda dan toleransi
berpengaruh besar bagi budaya asli disana. keberagamaan. Mengenai kemajuan teknologi
Terbukti dengan aktivitas-aktivitas masyarakat informasi dan komunikasi terdapat pada interaksi
dan kegiatan budaya asli yang masih terjaga antara masyarakat Bandungan dengan
contohnya budaya adat-istiadat dan gotong masyarakat luar Bandungan. Kemampuan
royong. Keikutsertaan dan kewaspadaan mereka manusia sebagai makhluk sosial akan mendorong
terhadap budaya luar entah bersifat negatif terjadinya interaksi sosial yang saling
maupun positif bertujuan untuk melestarikan dan membutuhkan (Purba, 2005: 17). Interaksi sosial
mempertahankan budaya asli Bandungan yang tejadi di lingkungan masyarakat
(Trimo, Tokoh masyarakat: 2021). menyebabkan pertukaran informasi antar warga
Wanita juga memiliki peran penting sekitar dengan orang luar secara langsung
dalam perkembangan sosial dan budaya yang maupun tidak langsung. Sumber-sumber
terjadi pada masyarakat Bandungan. Perubahan informasi yang didapat oleh masyarakat tidak
yang ditunjukkan oleh para wanita ini terletak hanya melalui media cetak dan elektronik namun
pada tingkah laku dan sikapnya yang menjadi juga melalui komunikasi antar warga.
lebih aktif dalam membantu menambah Berkembangnya pengetahuan serta kepentingan
pendapatan keluarga, tanpa harus mengandalkan antar individu dan kelompok menyebabkan
tenaga suami saja. Kehidupan masyarakat beragamnya komunikasi di dalam masyarakat.
tradisional yang bercorak agraris, peran wanita Pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari
tidak seleluasa seperti sekarang karena hanya beragamnya kontak sosial masyarakat
terbatas oleh pekerjaan rumah tangga dan Kecamatan Bandungan telah membawa macam-
menjadi peran pembantu suami. Dengan macam ide-ide baru dengan berbagai tujuan.
berkembangnya pariwisata, pasar dan industri Teknologi informasi dan komunikasi berupa
(yang ada di dalam maupun luar Bandungan) radio dan televisi sudah dikenal cukup lama bagi
telah membuka lapangan pekerjaan bagi para masyarakat Bandungan, namun pada saat
wanita ini yang bertujuan untuk menambah memasuki abad ke-21 masyarakat mengenal
penghasilan keluarganya masing-masing. teknologi informasi dan komunikasi berupa

122
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

telepon genggam (Handphone). Dampak dari karena kasus perjudian di sebuah rumah di
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan Bandungan, dengan barang bukti uang tunai Rp
komunikasi terlihat pada mulai banyak 92.500, alat judi dan dua buah lampu tempel,
berdirinya tower-tower jaringan seluler. Selain ungkap Kapolwil Kol. Pol. Drs. Andi Masmiyat
itu, beberapa masyarakat juga membuka counter saat diwawancarai oleh pihak Suara Merdeka
pulsa untuk keperluan biaya pertukaran pada tanggal 28 april 2000 (Suara Merdeka, 30
informasi melalui telepon genggam. Dengan April 2000). Kasus kejahatan lainnya yaitu
adanya telepon genggam ini mempermudah tindakan kriminal curanmor (pencurian
komunikasi masyarakat satu dengan yang lain di kendaraan bermotor). Pada hari kamis tanggal 7
mana pun mereka berada. Sehingga proses juli 2000 ada dua kasus kejahatan curanmor yang
pemenuhan kebutuhan masyarakat dari berbagai terjadi di sekitar Bandungan, kasus ini bermula
aspek kehidupan dipermudah. sehari sebelumnya. Dwi Budi Saptono (22)
penduduk RT 2 RW 1 Desa Mlilir, Kecamatan
Kriminalitas Gubug, Grobogan menjadi korban curanmor.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh Sore sebelumnya, dia sedang beristirahat di
pembangunan ekonomi, arus urbanisasi, sebuah hotel yaitu Hotel Sari di Ambarawa,
kemajuan teknologi serta distribusi hasil motornya C 100 dengan nomor polisi H-4121-
pembangunan yang tidak merata dalam bidang WS yang diparkir di depan kamarnya telah hilang
sosial ekonomi dan bidang sosial budaya yaitu pada keesokan harinya, kasus tersebut telah
kesenjangan ekonomi strata sosial, si kaya dan si diserahkan oleh pihak kepolisian (Suara
miskin. Kesenjangan ekonomi ini dikatakan Merdeka, 8 Juli 2000).
sebagai salah satu penyebab atau pendorong
masyarakat dengan keadaan ekonomi rendah Dampak Perubahan Nilai-Nilai Sosial Budaya
berkeinginan untuk melakukan tindak kejahatan Sistem nilai budaya merupakan
atau kriminal di masyarakat agar dapat bertahan rangkaian konsep abstrak yang berada dalam
hidup (Saidihardjo, 1979: 79). benak manusia, yang hidup dalam suatu
Fenomena yang terjadi di Bandungan komunitas masyarakat yaitu apa yang
yakni kebutuhan hidup masyarakat yang terus seharusnya dianggap krusial dan berarti atau
bertambah, namun tidak sejalan dengan bermakna, dan apa yang dianggap sepele serta
pendapatan uang yang selaras atau seimbang yang dianggap tidak bermakna dalam kehidupan.
telah mendorong pola pikir manusianya untuk Umumnya, perkembangan sistem nilai budaya
melakukan tindak kriminal atau dengan cara jika bertahan lama akan mencapai suatu
tidak benar supaya kebutuhan hidupnya stabilitas, dan hal itu akan mengendap dalam
terpenuhi. Bentuk-bentuk kriminalitas yang kehidupan secara turun-temurun dan mengakar
terjadi di Bandungan salah satunya adalah dari generasi ke generasi serta tidak dapat
pencurian, contohnya curanmor (pencurian digantikan oleh nilai-nilai budaya lain dengan
kendaraan bermotor), pencurian telepon mudah (Sajogyo, 1982: 34). Apabila masyarakat
genggam dan pencopetan, contoh dari tindak dengan budaya tertentu bersinggungan dengan
kriminal lain antara lain adalah tindakan unsur-unsur budaya baru atau asing yang
perjudian, pada hari kamis tanggal 27 april 2000 berbeda, unsur-unsur budaya asing tersebut
terjadi penangkapan para tersangka dengan kasus secara bertahap akan diterima oleh budaya
perjudian yaitu Suparmin (47) sebagai seorang mereka tanpa menyebabkan hilangnya
bandar judi warga Kelurahan Bandungan, Ari kepribadian asli budaya mereka sendiri, maka hal
Budianto (25) sebagai seorang kasir warga Desa tersebut akan terjadinya adaptasi budaya
Kenteng dan Jumeri (49) sebagai seorang (Koentjoroningrat, 1971: 149).
pemasang warga Desa Jetis. Para tersangka Sebelum memasuki era milenial,
tersebut berjudi dengan memainkan permainan masyarakat Bandungan dan sekitarnya masih
rolet, mereka ditangkap pada pukul 22.00 WIB memiliki sistem komunal yang kuat. Relasi

123
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

tersebut dibuktikan dengan perbuatan dan kontak sosial antara masyarakat sekitar dengan
tindakan sikap tolong-menolong antar warga satu pendatang atau wisatawan yang berwisata atau
dengan yang lainnya tanpa meperhitungkan pindah ke Bandungan telah menciptakan
pamrih. Hal-hal semacam itu dapat dilihat dari akulturasi budaya. Hal ini juga menjadi salah
kebiasaan warga yang saling membantu dalam satu penyebab berubahnya gaya hidup beberapa
program-program kampung atau lingkungan masyarakat di Bandungan. Perubahan-
mereka masing-masing (Trimo: 2021). perubahan tersebut dapat dilihat melalui gaya
Berkembangnya pola hidup individualistis berpakaian masyarakat Bandungan yang seiring
di masyarakat adalah akibat dari berkembangnya waktu berkembang. Dahulunya masyarakat
Bandungan dari segala aspek kehidupan Bandungan khususnya untuk para wanita masih
masyarakat dan tata fisik kotanya. Beberapa banyak yang berpakaian kebaya dan jarik serta
alasan yang mendasari segala sesuatu yang kemben atau kemban (kain penutup dada yang
menyangkut kehidupan masyarakat modern biasanya dipakai wanita). Namun di era milenial
dinilai dengan ekonomi, karena semakin ini gaya berpakaian masyarakat telah beralih ke
meningkatnya kebutuhan ekonomi. Hal tersebut pakaian seperti baju modern dan celana-celana
telah mendorong mental masyarakat untuk jeans, karena mengikuti gaya berpakaian yang
bekerja lebih keras demi memenuhi kebutuhan- terus berkembang selaras dengan kemajuan jiwa
kebutuhan mereka masing-masing. Seiring zamannya (Rurioto: 2021).
berjalannya waktu, nilai dan budaya asing yang
masuk ke daerah Bandungan dan sekitarnya Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
menjadi penyebab sebagian kaum muda kurang Sosial Masyarakat Bandungan
menghargai nilai-nilai sopan santun dan tata Perubahan sosial merupakan sebuah
krama. Terkikisnya nilai-nilai kesopansantunan keadaan yang pasti dan tidak dapat terbendung
dan tata krama tersebut dapat dilihat dari oleh manusia, sama halnya dengan
hubungan antara kaum muda dengan orang yang keberlangsungan sejarah dan waktu secara terus
lebih tua. Misalnya kaum muda yang dahulu menerus bergerak dengan realitas alam, dan
masih sangat fasih dalam berkomunikasi dengan kehidupan manusia yang berkembang tanpa jeda.
orang yang lebih tua menggunakan bahasa Jawa Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
Krama Alus. Namun anak muda sekarang kurang merupakan sebuah perwujudan kebudayaan
fasih dalam menggunakan bahasa Jawa Krama yang mencetak setiap aspek-aspek kehidupan
Alus, mereka lebih sering menggunakan bahasa kemanusiaan seperti gaya hidup, pola pikir dan
Jawa Ngoko untuk berkomunikasi dengan orang seluruh pokok kehidupan masyarakat yang
yang lebih tua. Pudarnya nilai-nilai kesopanan berjalan bersamaan dengan lingkungan
anak muda yang terjadi di kawasan Bandungan sosialnya. Dengan demikian perubahan sosial
juga tampak pada kebiasaan berkumpul mereka. dapat dikatakan sebagai sebuah gambaran hasil
Contohnya adalah kebiasaan anak muda milenial penelusuran manusia dalam menjalani berbagai
yang berkumpul malam hari di tempat-tempat kerumitan kehidupan yang terus menerus
yang tidak semestinya untuk berkumpul seperti di bergerak ke depan, tentunya dibersamai dengan
pinggir jalan, di trotoar dan bahkan nongkrong di berbagai tantangan dan rintangan hidup. Sebuah
depan gang perkampungan dengan perubahan dapat terjadi karena akibat dari aspek
mengonsumsi minuman keras. Kegiatan anak- teknologi seperti teknologi transportasi, teknologi
anak muda tersebut dinilai kurang sopan karena komunikasi, teknologi militer serta terdapat
mengganggu ketertiban yang ada di masyarakat, teknologi yang berkembang pada masa kini yakni
dan sering membuat resah warga sekitar teknologi manajemen. Dalam suatu masyarakat
(Sutrisno, Tokoh Agama: 2021). menjadi semakin kompleks, hal ini dikarenakan
Dampak perubahan nilai-nilai sosial oleh semakin banyaknya latar belakang
budaya selanjutnya yaitu gaya hidup masyarakat organisasi atau lembaga sosial (Ayu Sutarto,
Bandungan dan sekitarnya. Adanya interaksi dan 2009: 4).

124
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

Pemekaran Wilayah Kabupaten Dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 1


Semarang Tahun 2006 mengenai Pembentukan Kecamatan
Dengan pertimbangan beberapa pasal Bandungan resmi dilakukan. Hal-hal dalam
yang tercantum pada Kepmendagri Nomor 4 Pembentukan Kecamatan Bandungan tercantum
Tahun 2000 tentang syarat-syarat pembentukan pada Perda Nomor 1 Tahun 2006 secara khusus
Kecamatan maka lahirlah gagasan untuk dalam Bab II Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan
membentuk Kecamatan baru karena syarat, bahwa “Dengan Peraturan daerah ini dibentuk
situasi, kondisi dan keadaan yang telah dirasa Kecamatan Bandungan.” Beberapa
memungkinkan pada saat itu. Melalui Keputusan desa/kelurahan yang tergabung dalam
Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 Kecamatan Bandungan seperti Kelurahan
tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan Bandungan, Desa Duren, Desa Mlilir, Desa Jetis,
harus memenuhi beberapa tolak ukur, mulai dari Desa Kenteng dan Desa Candi pada mulanya
jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah desa merupakan wilayah-wilayah milik Kecamatan
dan kelurahan. Ambarawa. Lalu, Desa Jimbaran, Desa Pakopen
Pada UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang dan Desa Sidomukti mulanya merupakan
Pembentukan Peraturan Daerah meliputi wilayah-wilayah milik Kecamatan Bawen.
Perencanaan, Persiapan, teknik Penyusunan Sedangkan Desa Banyukuning mulanya adalah
Perumusan, Pembahasan, Pengesahan, wilayah milik Kecamatan Jambu (Badan Pusat
Pengundangan dan Penyebarluasan. Proses Statistik, 2006).
rangkaian yang runtut tersebut bertujuan supaya
dalam pembentukan perda dapat dilaksanakan Pertambahan Penduduk
secara terencana, bertahap, terkoordinasi, Peningkatan penduduk di Kecamatan
terarah, terpadu, seksama dan cermat. Bandungan tidak pesat seperti di kawasan
Namun, dalam implementasi penilaian perkotaan namun bertahap. Meskipun bertahap
terhadap Tujuan Kebijakan Pembentukan dan cenderung tidak terlalu pesat pertambahan
Kecamatan Bandungan tidak semua elemen penduduk tersebut sangat penting dalam
masyarakat paham sepenuhnya. Masalah pertimbangan Pembentukan Kecamatan
tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi Bandungan (Badan Pusat Statistik, 2001 & 2007).
sosialisasi antaran aparat pelaksana dengan Pertambahan dan kepadatan penduduk yang
masyarakat awam. Rata-rata masyarakat dialami Kecamatan Bandungan cenderung
memahami dibentuknya Kecamatan Bandungan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan kurun
untuk tujuan mempermudah efisiensi mobilisasi waktu 6 tahun, 9 dari 10 desa/kelurahan
kebijakan pemerintah terhadap masyarakat mengalami kenaikan jumlah penduduk. Namun,
(Cella Y.A, 2008: 13). di sisi lain luas daerah dari setiap wilayah tersebut
Sebagaimana yang dimaksud dalam terdapat penyusutan luas wilayah (Badan Pusat
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Statistik, 2001). Pertambahan jumlah penduduk
Pembentukan Kecamatan Bandungan, tertuang merupakan faktor esensial yang mempengaruhi
implementasi perda mengenai kejelasan perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah.
kebijakan Pembentukan Kecamatan Bandungan
pada poin “Menimbang”. Menyatakan bahwa Letak yang Strategis
terdapat faktor-faktor yang mendukung Kecamatan Bandungan merupakan
Pembentukan Kecamatan Bandungan yaitu daerah di Kabupaten Semarang yang mempunyai
meningkatnya jumlah penduduk, kapasitas banyak potensi. Dari sektor pariwisata,
kegiatan pemerintah dan pembangunan, aspirasi- perdagangan (tanaman hias, sayur dan buah-
aspirasi masyarakat serta untuk lebih buahan), dan serta kesenian lokal. Selain itu,
memperlancar peran-peran bidang pembangunan Kecamatan Bandungan didukung dengan
dan pemerintahan, dan meningkatkan mutu hamparan pemandangan alam yang masih asri.
pelayanan publik di Kecamatan Bandungan. Letak Kecamatan Bandungan yang berada di

125
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

lereng Gunung Ungaran memberikan suasana usaha masyarakat dalam menciptakan industri
sejuk serta kualitas tanah yang subur. Terletak rumahan dengan harga jual tertentu supaya
koordinat antara 7°11’ - 7°16’ LS dan 110°19’ - membantu kebutuhan ekonomi mereka di masa
110°25’ BT (Betha J.P.D, 2012). Kecamatan pasca krisis moneter.
Bandungan berada pada daerah yang cukup Proses Bandungan menjadi sebuah
strategis. Dalam hal ini letak strategis tersebut kecamatan yang diikuti pula dengan
tidak hanya mengenai daerah yang memiliki perkembangan di berbagai aspek kehidupan
struktur tanah yang bagus namun menjadi daerah ekonomi, sosial dan budayanya, telah membawa
dengan jalur perdagangan yang baik. Letak berbagai pengaruh di masyarakat Bandungan.
Kecamatan Bandungan ini diapit oleh empat Terbentuknya Bandungan menjadi sebuah
kecamatan yaitu Kecamatan Sumowono, kecamatan baru juga memberikan ruang bagi
Kecamatan Jambu, Kecamatan Ambarawa dan pemerintah daerah serta masyarakat Kecamatan
Kecamatan Bawen. Oleh karena daerah Bandungan untuk mengembangkan daerahnya
Kecamatan Bandungan dan Kecamatan menjadi lebih maju. Hal ini tentu diikuti dengan
Sumowono yang berada pada daerah dengan perkembangan zaman yang ada seperti proses
kualitas tanah subur, maka daerah-daerah modernisasi. Proses modernisasi tersebut tidak
tersebut menghasilkan berbagai kebutuhan jauh dengan relasi antara masyarakat asli
logistik yang melimpah. Bandungan dengan masyarakat pendatang.
Secara otomatis, produsen-produsen Relasi tersebut menciptakan keadaan ekonomi
dari daerah-daerah tersebut menggunakan jalur yang lebih berkembang seperti koneksi antara
Sumowono-Ambarawa dan Sumowono- penjual dan pembeli yang semakin luas
Semarang. Jalur-jalur tersebut harus melalui lingkupnya, bertambahnya produk-produk baru
Bandungan, karena jalur yang melalui yang masuk ke daerah Bandungan dan cara
Bandungan merupakan jalur tercepat dengan berpikir pengelolaan ekonomi yang lebih matang.
fasilitas jalan raya yang bagus. Kegiatan Di sisi budaya, kebudayaan asli yang ada di
distribusi ini tentunya menguntungkan masyarakat mayoritas tetap bertahan semestinya
Kecamatan Bandungan. Hal ini membantu namun dengan perkembangan dan semakin
pasokan berbagai kebutuhan untuk masyarakat ramainya daerah Bandungan diikuti oleh potensi-
serta pasar-pasar di Bandungan yaitu Pasar potensi yang menarik bagi orang asing atau
Tradisional Bandungan dan Pasar Sayur pendatang, proses akulturasi budaya terjadi di
Agribisnis Jetis. masyarakat Bandungan. Perubahan dalam
mental, menyikapi beberapa hal yang berkaitan
SIMPULAN dengan sosial masyarakat mulai ada perubahan,
Kecamatan Bandungan merupakan sudut pandang masyarakat mulai meluas karena
daerah dengan potensi melimpah yang menjadi adanya masyarakat yang semakin heterogen.
salah satu daerah penunjang perkembangan Adanya perubahan sosial yang terjadi di
Kabupaten Semarang. Kondisi ekonomi daerah Bandungan memunculkan beberapa dampak
Bandungan pernah mengalami masa terpuruk yang bersifat negatif. Dampak dari perubahan
pada masa krisis ekonomi pada tahun 1998. sosial tersebut salah satunya adalah
Namun, berangsur-angsur membaik setelah meningkatnya angka kriminalitas. Dalam hal ini,
adanya kebijakan pemerintah pusat hingga angka kriminalitas di Bandungan mulai
daerah serta keikutsertaan masyarakat bertambah karena beberapa faktor yaitu karena
Bandungan melalui berbagai usaha mereka. kesenjangan sosial, persaingan, mentalitas dan
Usaha-usaha yang dilakukan seperti kepadatan penduduk. Berbagai tindak kriminal
musyawarah yang dilakukan anggota-anggota mulai dari pencurian hingga masalah narkoba
pasar, melakukan pengembangan pasar sayur menjadi laporan buruk yang menyeret nama
agribisnis Jetis, pengembangan kawasan Kecamatan Bandungan urusan keamanan
penunjang pariwisata seperti penginapan, serta masyarakat.

126
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

DAFTAR PUSTAKA -------. (2007). Kecamatan Bandungan Kabupaten


Arief, Y. Cella. (2008). Implementasi Peraturan Daerah Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten
Kabupaten Semarang No. 1 Tahun 2006 Tentang Semarang Press. Semarang.
Pembentukan Kecamatan Bandungan. (Skripsi Budihartono. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia:
Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Sistem Sosial. PT. Raja Grafindo Persada.
Semarang, Indonesia). Diperoleh dari Jakarta.
Microsoft Word - D2A604017_CELLA Dinas Pariwisata Kebudayaan Kabupaten Semarang.
YUDANTIE ARIEF.rtf (undip.ac.id) 2006. Sejarah Kabupaten Semarang. Penerbit.
BPS. (2001). Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten Imaculata, Maria. (2021). Wawancara “Kondisi
Semarang Press. Semarang. perekonomian Pasar Tradisional Bandungan
-------. (2001). Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dan daya beli masyarakat Bandungan terhadap
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang harga jual barang”.
Press. Semarang. Jaswati, P.D. Betha. (2012). Evaluasi Kemampuan
-------. (2001). Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang dan Kesesuaian Lahan untuk Kawasan
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Agropolitan di Kecamatan Bandungan
Press. Semarang. Kabupaten Semarang Tahun 2012. (Skripsi
-------. (2003). Kecamatan Ambarawa Kabupaten pendidikan geografi tidak dipublikasikan).
Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa
Semarang Press. Semarang. Tengah, Indonesia.
-------. (2003). Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. (2021).
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Sejarah Ambarawa. Diperoleh dari SEJARAH –
Press. Semarang. KECAMATAN AMBARAWA
-------. (2003). Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang (semarangkab.go.id) pada tanggal 30
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang November 2021.
Press. Semarang. Koentjoroningrat. (1971). Manusia dan Kebudayaan
-------. (2004). Kecamatan Ambarawa Kabupaten Indonesia dalam Pembangunan. Djambatan.
Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten Jakarta.
Semarang Press. Semarang. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Tiara
-------. (2004). Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Wacana. Yogyakarta.
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Mariana, Novita. (2002). Kebijakan Moneter dan
Press. Semarang. Perbankan dalam Upaya Menghadapi krisis
-------. (2004). Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Ekonomi Indonesia. Jurnal DINAMIK, Vol. 7,
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang No. 2.
Press. Semarang. Mounjoy, B. Alan. (1983). Industrialisasi dan Negara-
-------. (2005). Kecamatan Ambarawa Kabupaten Negara Ketiga. PT. Bina Aksara. Jakarta.
Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten Mubyarto. (2001). Mengatasi Krisis Moneter Melalui
Semarang Press. Semarang. Penguatan Ekonomi Rakyat. Jurnal Ekonomi
-------. (2005). Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dan Bisnis Indonesia, Vol. 16, No. 2.
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Purba, Johnny. (2005). Pengelolaan Lingkungan
Press. Semarang. Sosial. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
-------. (2005). Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Purwanti, Titik. (2021). Wawancara “Kondisi
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang masyarakat Bandungan menghadapi kemajuan
Press. Semarang. zaman pasca krisis moneter”.
-------. (2006). Kecamatan Ambarawa Kabupaten Rurioto. (2021). Apa itu Jarik dalam Bahasa Jawa? Simak
Semarang Dalam Angka. BPS Kabupaten Deskripsi nya! Diperoleh dari Apa itu Jarik
Semarang Press. Semarang. dalam Bahasa Jawa? Simak Deskripsi nya! –
-------. (2006). Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang langnusa (archive.org) diakses pada tanggal 1
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Desember 2021.
Press. Semarang. Saidihardjo., & Afiq, Mohammad. (1979). Penduduk
-------. (2006). Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang dan Pendidikan Kependudukan. Bursa Buku.
Dalam Angka. BPS Kabupaten Semarang Yogyakarta.
Press. Semarang. Sajogyo, Pujiwati. (1982). Sosiologi Pedesaan. UGM
Press. Yogyakarta.

127
Hangtuah Titahanestu & Ba’in/ Journal of Indonesian History 10 (2) (2021); pg. 117-128

Suara Merdeka, 23 Penjudi Diamankan, 30 April 2000.


Suara Merdeka, Tidur di Hotel Motor Hilang, 8 Juli 2000.
Sukirno, Sadono. (1995). Pengantar Teori Makro
Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sutarto, Ayu., Triguna Yudha., & Indriyanto. (2009).
Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial.
Rajawali Press. Jakarta.
Taneka, B. Soleman. (1984). Struktur dan Proses Sosial.
CV. Rajawali. Jakarta.
Tarmidi, L. T. (1999). Krisis Moneter Indonesia:
Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Jurnal
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.
1, No. 4.
Trimo. (2021). Wawancara “Kondisi Bandungan dari
masa krisis moneter hingga resmi menjadi
kecamatan baru”.
Wijanarka. (2007). Semarang Tempo Dulu: Theory
Desain Kawasan Bersejarah. Ombak.
Yogyakarta.
Zanki, Nurudin. (2014). Perpindahan Ibukota
Pemerintahan Kabupaten Semarang dari Kota
Semarang ke Kota Ungaran Tahun 1971-1983.
Jurnal JIH, Vol. 3, No. 1.

128

Anda mungkin juga menyukai