Anda di halaman 1dari 12

Volume 5. Nomor 2.

Juli 2010

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Peran Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)


dalam Jual Beli Tanah
Iga Gangga Santi Dewi 

Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Camat selaku PPAT dan sebagai kepala wilayah banyak berperan untuk menanggulangi
Diterima April 2010 jual beli tanah di bawah tangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
Disetujui Mei 2010 mengerti tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan peran Camat selaku
Dipublikasikan Juli 2010
PPAT dalam jual beli tanah dan dalam menanggulangi terjadinya jual beli tanah yang
Keywords: dilakukan atau secara dibawah tangan di Kabupaten Jepara. Metode pendekatan
Head; yang digunakan adalah yuridis empiris, yaitu dengan melakukan penelitian secara
PPAT; timbal balik antara hukum dengan lembaga non doktinal yang bersifat empiris dalam
Sell Buy Land. menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam melakukan transaksi tanah menghadirkan kepala desa
untuk menjadi saksi, karena tanah-tanah yang belum bersertifikat/masih Petuk D atau
berupa Buku C harus dibuktikan oleh kepala desa dengan dengan pengecekan data
di kelurahan. Sementara itu, dalam membuat akta jual beli yaitu dengan memproses
semua data dengan mengolah peralihan hak atas tanah, kemudian mendaftarkan ke
kantor pertanahan dalam waktu 7 hari sejak akta jual beli ditandatangani. Apabila
ada warga yang melaporkan bahwa tanahnya sudah dijual tanpa lewat PPAT, Camat
akan menyarankan agar segera di balik nama lewat PPAT

Abstract
Camat as PPAT has much a role as head of the region to tackle the sale and purchase
of land in the hands. The study was conducted to determine and understand the
problems associated with the role as Head PPAT in the sale and purchase of land and
in preventing the sale and purchase of land taken or are under arms in the district of
Jepara. The method used is a juridical approach to empirical, that is by doing research
on a reciprocal basis between the law of the non-empirical doktinal in the review of
the rules of law in society. The results shows that in the land transaction brings the
village to witness, because the lands have not been certified / still Petuk D or a C book
must be proved by the village head with a data-checking in kelurahan; makes deed
of sale is to process all the data by processing the transfer of land rights, then register
the land office within 7 days of the deed of sale is signed. If there are residents who
reported that the land had been sold without passing PPAT, the subdistrict would
suggest that immediately behind the name by PPAT

Alamat korespondensi: © 2010 Universitas Negeri Semarang


Jl. Imam Barjo, Semarang, Jawa Tengah Indonesia ISSN 1907-8919
E-mail: igasantidewi@yahoo.com


Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

1. Pendahuluan dalam Pasal 63 Ayat (3) Peraturan Pemerintah


Nomor 24 tahun 1997, praktik pendaftaran
Bidang pertanahan sangat berperan jual beli hak atas tanah di Kabupaten Jepara
bagi kehidupan penduduk Indonesia, untuk menemui beberapa hambatan. Diantaranya
itu diperlukan status hukum, dan kepastian terlihat bahwa masyarakat masih belum
hukum dari tanah tersebut serta kepemilikan melaksanakan pendaftaran jual beli hak
secara hukum sebagaimana disebutkan atas tanah yang ditentukan oleh peraturan
dalam Pasal 19 UUPA Ayat (1), yaitu bahwa: perundang-undangan yang berlaku
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh (Brahmana, Menggala, dan Basri, 2002;
pemerintah diadakan pendaftaran tanah di Sudarmo, 2000).
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut Masyarakat masih sangat sedikit yang
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan melakukan pendaftaran hak kepemilikan atas
Peraturan Pemerintah”. Di samping untuk tanahnya, disebabkan oleh adanya budaya
kepastian hukum bagi status tanah tersebut, masyarakat setempat yang dalam hal praktik
pendaftaran tanah juga untuk melindungi jual beli hak atas tanah, masih dilakukan
para pemegang hak atas tanah, agar dibawah tangan atau tidak dilakukan di
kepemilikan haknya tidak terganggu oleh hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap (PPAT). Begitu sangat berartinya sertifikat hak
tanahnya. Untuk itu ditegaskan dalam Pasal atas tanah bagi pemiliknya, maka peran PPAT
19 Ayat (2) huruf c UUPA, menyatakan disini sangat penting. Berdasarkan Peraturan
bahwa : “Pendaftaran tanah dalam pasal ini Pemerintah No. 37 Tahun 1998, Pasal 5 Ayat
meliputi pemberian surat-surat tanda bukti (3) huruf a menyatakan bahwa : “Karena
hak yang berlaku sebagai alat pembuktian fungsinya di bidang pendaftaran tanah yang
yang kuat.” Tujuan pendaftaran tanah adalah penting bagi masyarakat yang memerlukan,
untuk memberikan jaminan kepastian hokum maka fungsi tersebut harus dilaksanakan di
(Chomzan, 2004; Chulaemi, 1993). seluruh wilayah negara, maka di wilayah
Menurut Boedi Harsono (2003), alat yang belum cukup terdapat PPAT, Camat
pembuktian yang diberikan berupa sertifikat perlu ditunjuk sebagai pejabat sementara”
sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 point (Rokhmat, 2005; Sursino, 2006).
20 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Penelitian ini difokuskan untuk
Nomor 24 tahun 1997, yaitu :“Sertifikat mengetahui peran Camat sebagai PPAT,
adalah surat tanda bukti hak sebagaimana khususnya dalam jual-beli tanah dan upaya
dimaksud dalam Pasal 19 Ayat 2 huruf c yang dilakukan dalam menanggulangi
UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan terjadinya jual beli tanah yang dilakukan di
tanah wakaf, atas satuan rumah susun bawah tangan di Kabupaten Jepara.
dan hak tanggungan yang masing-masing
sudah dibukukan dalam buku tanah yang 2. Metode Penelitian
bersangkutan”.
Sertifikat hak atas tanah merupakan Jenis penelitian ini adalah Yuridis-
alat bukti yang kuat, artinya selama tidak Normatif, yaitu dengan melakukan penelitian
ada alat bukti yang lain yang menyatakan secara timbal balik antara hukum dengan
(membuktikan) ketidakbenarannya, maka lembaga non doktinal yang bersifat empiris
keterangan yang ada dalam sertifikat harus dalam menelaah kaidah-kaidah hukum
dianggap benar dan tidak perlu alat bukti yang berlaku di masyarakat (Soemitro,
tambahan. Sebagai alat bukti yang kuat, 1994; Soerjono, 1986). Pendekatan yuridis,
sertifikat mempunyai arti yang sangat digunakan untuk menganalisis berbagai
penting bagi perlindungan kepastian peraturan hukum yang mempunyai korelasi
hukum pemegang hak atas tanah. Di dalam dengan Peran Camat selaku PPAT dalam
kenyataannya, meskipun telah diatur dalam pendaftaran jual beli tanah dan dalam
Pasal 20 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor menanggulangi jual beli tanah yang dilakukan
10 Tahun 1961 dan telah disempurnakan secara di bawah tangan di Kabupaten Jepara.

121

Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

Sedangkan pendekatan empiris, yaitu upaya terlalu luas sehingga proses pendataan
kritis untuk menjawab permasalahan dengan terhambat dan sampai penelitian ini
mengkajinya tidak semata-mata dari sisi dibuat sedang diusahakan realisasinya.
norma hukum yang mengatur mengenai Adapun kendala yang dihadapi oleh Kantor
pendaftaran jual beli tanah, akan tetapi juga Pertanahan di Kabupaten Jepara dalam
perilaku dari masyarakat adat di Kabupaten mendata tanah, adalah setiap pemohon
Jepara. Responden dalam penelitian adalah: yang meminta surat keterangan dari
Pegawai Negeri di Kantor Pertanahan Kecamatan untuk pensertifikatan tanah dan
Kabupaten Jepara, dalam hal ini adalah setelah selesai mendapatkan persetujuan
Kepala Seksi Pendaftaran dan Jual beli hak dari kantor pertanahan, pemohon tersebut
atas tanah, 3 (tiga) orang Camat selaku PPAT tidak melaporkan kembali kepada kantor
di Kabupaten Jepara, yaitu Camat Nalumsari, Kecamatan, sehingga untuk memperoleh
Camat Mayong, dan Camat Kedung serta 15 data yang lengkap akan sangat sulit, sehingga
(lima belas) orang yang melakukan jual beli perkiraan data yang terkait dengan Kantor
tanah di Kabupaten Jepara. Kecamatan hanya dapat memperkirakan
sekitar 45 % tanah yang berada di wilayah
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kabupaten Jepara telah disertipikatkan.
Di kabupaten Jepara, dapat diketahui
a. Peran Camat Selaku PPAT peran Camat selaku PPAT dalam jual beli
Berdasarkan bentuk topografi tanah di Kabupaten Jepara, Camat selaku
Kabupaten Jepara yang terbagi menjadi 2 PPAT mempunyai Peran menjadi Pejabat
bagian wilayah, yaitu berupa dataran rendah Sementara dalam pembuatan akta tanah
dan sebagian pegunungan, sebagian besar dengan daerah jabatan Kecamatan dari
mata pencaharian penduduk adalah sebagai masing-masing wilayah karena jabatannya.
petani dan penggarap sawah. Kemudian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
urutan berikutnya adalah pedagang, ditunjuknya Camat selaku PPAT di
nelayan, pegawai negeri, guru, tukang kayu, Kabupaten Jepara, karena formasi PPAT di
tukang batu, pensiunan, tukang jahit dan wilayah tersebut belum memenuhi untuk
lain sebagainya (Iga, 2006; Harsono, 1995; kepentingan pelayanan masyarakat.
Budiono, 2006). Camat yang merangkap PPAT secara
Kabupaten Jepara memiliki wilayah formal tidak melanggar ketentuan hukum
seluas 77.449.6745 Ha yang terdiri dari, yang berlaku. Tetapi untuk menghindarkan
Tanah kering seluas 54.6373.4747 Ha, dan terjadinya pelanggaran maka wajib
berupa Tanah basah seluas 23.4657.7858 menyesuaikan wilayah jabatan sebagai
Ha. Kabupaten Jepara memiliki jumlah Camat dengan wilayah jabatan sebagai
penduduk 1.390.600 jiwa pada tahun 2008, PPAT. Selama penyesuaian wilayah jabatan
yang tersebar di 12 (dua belas) Kecamatan di ini belum dilakukan, Camat selaku PPAT
wilayah Kabupaten Jepara. Adapun jumlah tersebut tetap berhak untuk membuat Akta
desanya adalah 299 desa, dengan jumlah PPAT untuk wilayah jabatan PPAT, dan
kelurahan sebanyak 30. Sebagaimana sebagai Camat selaku PPAT wajib menjaga
seharusnya masing-masing Kecamatan agar pembuatan akta PPAT tidak melanggar
memiliki data statistik status tanah, akan peraturan perundang-undangan yang
tetapi tidak dapat penulis sampaikan karena berlaku.
baik dari Kantor Pertanahan Kabupaten Kedudukan Camat yang menjabat
Jepara maupun dari 3 (tiga) Kecamatan yang sebagai PPAT dengan tempat kedudukan di
dijadikan sampel di Kabupaten Jepara belum luar daerah kerjanya sebagai PPAT, berhenti
memiliki data tanah yang lengkap. dengan sendirinya sebagai PPAT sejak 6
Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara (enam) bulan saat berlakunya Peraturan
mempunyai kendala dalam melakukan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang
pendatan, karena wilayah cakupannya Peraturan Jabatan PPAT. Menurut Partemuan
Pohan (1996), tujuan pengawasan dan

122
Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

pembinaan Camat sebagai PPAT (Camat/ hal ini akan memudahkan Camat dalam
PPAT) adalah dipertahankannya keluhuran tugasnya sebagai PPAT. 2) Peran Camat
martabat atau tugas jabatan Camat demi selaku PPAT dalam pemindahan hak atas
kepentingan masyarakat sebagai pemakai tanah, yaitu Camat selaku kepala wilayah
jasa Camat selaku PPAT dan demi integritas ia turut menandatangani surat keterangan
jabatan sebagai suatu jabatan kepercayaan mengenai tanah yang belum bersertifikat dan
serta pada akhirnya juga demi ketertiban tugas-tugas lain di bidang agraria yang terkait
hukum di masyarakat. dengan jabatannya sebagai kepala wilayah.
Pada dasarnya Camat sebagai PPAT Peran Camat selaku PPAT dalam
adalah pejabat umum yang diangkat pendaftaran mengenai jual beli tanah adalah
pemerintah bertugas mengesahkan isi dengan cara memberikan informasi yang
perjanjian yang dibuat dan ditandatangani benar serta menjelaskan arti pentingnya
oleh para pihak berdasarkan peraturan tanah untuk didaftarkan karena akan
perundang-undangan yang berlaku baginya, diperoleh sertifikat bagi pemiliknya, yaitu
yaitu bagi Camat dan PPAT berlaku Peraturan pada saat para pihak (penjual dan pembeli/
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang kuasa mereka masing-masing) menghadap
Peraturan Jabatan PPAT. Camat/PPAT Camat selaku PPAT untuk meminta dibuatkan
mempunyai tugas, wewenang, hak dan akta jual beli. Jika hal demikian senantiasa
kewajiban yang sama dengan PPAT. Kekuatan dijalankan oleh pejabat pembuat akta tanah,
hukum akta tanah yang dibuat di hadapan niscaya akan sangat membantu kelancaran
Camat selaku PPAT mempunyai kekuatan pelaksanaan tugas pendaftaran tanah di
hukum yang sama sebagai akta otentik Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara.
(Boediono, 2008; 2001; 2007).
Tidak semua Camat otomatis menjadi b. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
PPAT karena Camat yang pindah tugas ke Dalam memberikan penjelasan
wilayah lain berhenti sebagai PPAT dan terhadap pelaksanaan pendaftaran tanah yang
penggantinya tidak otomatis menjadi PPAT berasal dari jual beli tanah menurut hukum
dan kepada keduanya tidak ada wewenang adat di Kabupaten Jepara akan dilihat melalui
untuk membuat akta tanah. Camat selaku angket dengan daftar pertanyaan yang telah
PPAT dalam proses pembuatan akta tanah disusun terlebih dahulu. Angket pertanyaan
harus berpedoman kepada peraturan tersebut disebarkan dan diperoleh data pada
perundang-undangan yang berlaku. Peran Tabel 1.
Camat sangat penting untuk menunjang Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
tugasnya dalam pendaftaran tanah pada diketahui bahwa sebagian responden belum
umumnya dan dalam hal pembuatan akta mengetahui dan memahami tata cara
tanah pada khususnya, yaitu : 1) Peran pendaftaran hak. Hal ini terlihat sebanyak
Camat selain menjabat sebagai PPAT, 4 responden atau sebesar 40% tidak
Camat juga menjadi kepala wilayah yang mengetahui tata cara pendaftaran, sedangkan
berhadapan langsung dengan masyarakat, yang mengetahui tata cara pendaftaran hanya
sehingga Camat dapat memahami dengan 6 responden atau sebesar 60% responden.
baik masyarakat dan daerahnya.Ia dapat Kemudian untuk mengetahui yang telah/
mengetahui permasalahan pertanahan dan belum melaksanakan pendaftaran atas tanah
status hak atas tanah yang ada di daerahnya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Tabel 1. Pengetahuan Responden Terhadap Pendaftaran Tanah


No Alternatif Frekuensi Prosentase
1 Mengetahui 4 40%
2 Tidak mengetahui 6 60%
Jumlah 10 100%
Sumber: Hasil penelitian lapangan yang diolah.

123

Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

Tabel 2. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang Berasal dari Jual Beli-Tanah Menurut Hukum
Adat Di Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1 Yang melaksanakan 4 40%
2 Yang tidak melaksanakan 6 60%
Jumlah 10 100%
Sumber: Hasil penelitian lapangan yang diolah.

24 Tahun 1997 dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 3 dapat


Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui dikemukakan alasan–alasan responden
sebanyak 4 responden atau sebesar 40% yang belum melaksanakan pendaftaran
responden yang melaksanakan pendaftaran menurut hukum adat atas tanahnya yakni
menurut hukum adat, sedangkan 6 responden 5 responden tidak mendaftarkan dengan
atau 60% responden tidak melaksanakan alasan karena tidak mampu membiayai
kewajibannya dalam pendaftaran jual beli pendaftaran tersebut meskipun sudah
yang telah dilakukan menurut hukum adat, melaksanakan jual beli dan mempunyai akta
maka surat tanda bukti kepemilikan masih jual beli Camat selaku PPAT dan mereka
atas nama penjual. Mereka mengetahui menunda waktu pendaftaran tersebut untuk
bahwa tanah mereka harus didaftarkan pada menyiapkan biaya pendaftaran selanjutnya.
waktu mereka melaksanakan jual beli tanah Karena ketidakmampuan ekonomi tersebut
hak mereka yang dilakukan di hadapan membuat mereka beranggapan bahwa biaya
Camat selaku PPAT yaitu dari penjelasan pendaftaran yang sesuai dengan peraturan
Camat selaku PPAT tersebut. Oleh karena yang berlaku bagi mereka sangat mahal.
mereka melaksanakan transaksi jual beli di Apalagi bila mereka dalam melaksanakan
hadapan Camat selaku PPAT maka mereka pendaftaran atas tanah tersebut tidak
bersedia mendaftarkan ke Kantor Pertanahan dilakukan sendiri tetapi melalui perantaraan
Kabupaten Jepara lewat Camat tersebut. orang lain, berarti mereka harus memberi
Hal ini juga dikarenakan mereka merasakan uang jasa terhadap orang tersebut.
manfaat dan pentingnya sertifikat bagi diri
sendiri dan anak cucunya terhadap pihak c. Proses Pelaksanaan Jual Beli Tanah
lain apabila ada permasalahan di kemudian Berdasarkan hasil wawancara dengan 3
hari, karena sertifikat berfungsi sebagai (tiga) Camat di Kabupaten Jepara yaitu dapat
tanda bukti hak atas tanah yang kuat. disimpulkan bahwa proses pelaksanaan jual
Maksudnya dengan mempunyai sertifikat, beli tanah yang dilakukan masyarakat di
dapat diketahui adanya, a) Kepastian hak hadapan Camat selaku PPAT, secara garis
atas tanahnya, b) Kepastian subyek hak besarnya terdiri dari dua tahapan, yaitu
atas tanahnya, c) Kepastian obyek hak atas Tahapan persiapan dalam pembuatan akta
tanahnya. Alasan yang dikemukakan oleh jual beli tanah dan tahap pendaftaran (Sri,
responden yang melakukan jual beli tanah 2002; Widjatmoko, 2006; Nawawi, 2006).
di hadapan Camat selaku PPAT akan tetapi Pertama, tahap persiapan dalam
tidak didaftarkan dilihat pada Tabel 3. pembuatan akta jual beli tanah. Dalam

Tabel 3. Alasan Responden Tidak Mendaftarka


No Alasan Frekuensi Prosentase
1 Biaya/Ekonomi 5 50%
2 Jangka waktu tak terbatas 4 40%
3 Tidak ada sanksi 1 10%
Jumlah 10 100%
Sumber: Hasil penelitian lapangan yang diolah.


124
Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

hal ini Camat selaku PPAT melakukan Untuk jual beli tanah yang belum
pemeriksaan terhadap semua dokumen bersertifikat maka syaratnya adalah : (a). Akta
yang menjadi syarat dalam pembuatan akta jual beli dari Camat selaku PPAT; (b). Surat
jual beli, kewenangan para pihak yang akan Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari
melakukan jual beli serta hal-hal lain yang kantor pertanahan yang menyatakan antara
dipandang perlu sesuai dengan ketentuan lain tanah sebagai berikut belum bersertifikat.
peraturan perundang-undangan, yaitu: (a). Bila tanah tersebut di luar kota SKPT diganti
Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi pernyataan tanah belum bersertifikat yang
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh dikuatkan kepala desa dan pemerintahan
penjual maupun pembeli, yaitu :Foto kopi desa; (c). Surat bukti hak tanah itu; (d).
Kartu Tanda Penduduk (KTP) pihak penjual Surat keterangan kepala desa dikuatkan
dan pihak pembeli, KTP asli harus ditunjukkan Camat yang membenarkan surat bukti hak
kepada Camat selaku PPAT selama proses tanah; (e). Surat tanda biaya pendaftaran
pembuatan akta jual beli tanah, Sertifikat asli pendaftaran tanah (Burhan, 2002;Warsini,
tanah yang akan dijual, Tanda bukti lunas 2008; Koeswahyono, 2008).
PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) untuk tahun Setelah syarat-syarat oleh pemohon
sebelumnya dan Surat kuasa dari penjual/ dipenuhi serta pemohon membayar biaya
pembeli apabila tidak bisa hadir dalam administrasi pendaftaran dan biaya ukur bila
proses pembuatan akta jual beli, hal ini belum bersertipikat, kepadanya diberikan
dikuasakan kepada pihak ketiga/suami atau kuitansi pembayaran dari kantor pertanahan
istrinya; (b). Pembeli yang sudah memiliki 5 dan SKPT bila belum bersertipikat. Selanjutnya
(lima) sertifikat tanah, tidak diperbolehkan pembeli dan penjual bersama-sama dengan
membeli tanah karena untuk pemerataan; saksi yaitu kepala desa /lurah dan seorang
(c). Tanah yang menjadi objek perjanjian dari pemerintahan desa menghadap Camat
bukan merupakan tanah sengketa; (d). Pihak- selaku PPAT setempat dengan membawa
pihak yang harus hadir di dalam pembuatan surat-surat yang diperlukan untuk membuat
akta jual beli tanah, adalah: Pihak pembeli akta jual beli. Akta jual beli yang dibuat oleh
(penerima hak atas tanah/kuasanya), Pihak Camat yang bertindak selaku Camat selaku
penjual (pemilik tanah/kuasanya), 2(dua) PPAT dibuat rangkap empat yaitu : (a).
orang saksi dan Camat/PPAT. Lembar pertama yang asli untuk disimpan
Kedua, tahap pendaftaran. Pelaksanaan di Camat selaku PPAT; (b). Lembar kedua
pendaftaran hak atas tanah yang berasal dari dikirim ke kantor pertanahan setempat;
jual beli menurut hukum adat di Kabupaten (c). Lembar ketiga dan keempat diberikan
Jepara tidak terlepas dari prosedur yang telah kepada pemohon atau yang berkepentingan.
ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Oleh Pada dasarnya pihak yang dibebani
karena itu, pemohon yang berkepentingan membayar biaya pembuatan akta jual beli
untuk mendaftarkan tanahnya diwajibkan tanah di Kabupaten Jepara adalah pihak
untuk memenuhi persyaratan yang pembeli, namun dapat pula pembayaran biaya
ditentukan. Untuk pendaftaran jual beli tanah pembuatan akta dibebankan kepada kedua
yang sudah bersertipikat syarat-syaratnya belah pihak atas dasar kesepakatan bersama.
adalah sebagai berikut : (a). Sertifikat asli Akta jual beli, sertifikat atau SKPT dan berkas
tanah yang bersangkutan; (b). Bukti bahwa lainnya yang diperlukan untuk pembuatan
tanah yang akan dijual tidak sedang dalam akta segera dikirim ke kantor pertanahan
sengketa; (d). Surat tanda bukti pembayaran seksi pengukuran dan pendaftaran tanah
pendaftaran; (e). Surat kuasa (kalau penjual untuk dibukukan dalam daftar buku tanah
diwakili oleh seorang kuasa); (e). Izin dan dicatat pada sertifikatnya atas nama
mendirikan bangunan (kalau ada bangunan pemilik baru kepadanya diberikan sertifikat
yang ikut dijual); (f). Melampirkan foto kopi tanda bukti hak. Akta jual beli beserta berkas
KTP pembeli dan penjual yang dilegalisasi lainnya dapat pula dibawa sendiri oleh yang
oleh Camat setempat; (g). Akta jual beli yang bersangkutan ke kantor pertanahan cq seksi
dibuat di hadapan Camat selaku PPAT. pengukuran dan pendaftaran tanah, hal ini

125

Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

dimaksudkan agar orang tersebut mengetahui segel lama, surat keterangan riwayat tanah,
proses pendaftaran tanah. atau surat dari IPEDA dan surat penugasan
Jika terjadi jual beli tanah yang belum konversi.
bersertifikat maka penjual diwajibkan untuk Apabila tanah yang dijual itu sudah
mendaftarkan tanahnya terlebih dahulu. bersertifikat atau sudah dibukukan, tidak
Setelah diperoleh sertifikat atas nama penjual, ada suatu masalah yang menjadi perhatian
pembeli dapat mendaftarkan tanahnya karena hal-hal yang diperlukan sudahlah
kepada kantor pertanahan setempat untuk jelas. Namun dalam hal ini perlu saksi-saksi
dilakukan pendaftaran hak atas tanah yang dapat diambil dari orang lain yang
berdasarkan akta yang dibuat oleh pejabat dikehendakinya. Kalau pejabat merasa
yang berwenang. Jadi pendaftaran atas tanah ragu tentang kewenangan orang-orang
bersertipikat yang terjadi karena jual beli melakukan jual beli tersebut, maka pejabat
prosesnya lebih lama sebab sebelumnya dapat memanggil kepala desa dan seorang
harus diadakan pengumuman selama 2 bulan anggota pemerintah desa untuk memberikan
berturut-turut di kantor kepala desa / lurah penegasan.
dan kantor pertanahan atas pengukuran Sesudah persyaratan jual beli itu
bidang tanah tersebut (Dimyati, 1999; dianggap memadai, diperlukan pembuatan
Wiranata, 2006; Silviana, 2007; Burhaan, akta, yang disebut sebagai akta jual beli. Cara
2002). untuk mendapatkan akte ini adalah pertama-
Berdasarkan hasil penelitian penulis tama harus ada surat keterangan dari kepala
mengenai prosedur pendaftaran jual beli desa yang ditandatangani oleh Camat dan
tanah yang belum bersertifikat pada Kantor sudah ada surat keterangan pendaftaran
Pertanahan Kabupaten Jepara secara garis tanah. Selanjutnya pembeli membawa surat-
besarnya adalah : 1) Baik penjual maupun surat tersebut ke kantor seksi pendaftaran
pembeli sebelum terjadinya jual beli harus tanah untuk membayar biaya pendaftaran
bermusyawarah untuk mendapatkan kata (uang muka).
sepakat baik mengenai harganya maupun Setelah mendapatkan kuitansi
segala biaya yang timbul dalam pengurusan pembayaran, pembeli dan penjual kembali
surat-surat serta mengenai luas tanah yang kepada Camat selaku PPAT. Di hadapan
akan di jual. 2) Pemeriksaan surat-surat. Camat selaku PPAT penjual dan pembeli
Untuk lebih jelasnya jual beli itu harus menandatangani akte jual beli tersebut
memperhatikan surat-suratnya, tanah itu dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi
ada sertifikatnya atau tidak. Kalau tanah serta pejabat tersebut. Harga tanah dilunasi
itu belum bersertifikat, diperlukan kohir sesuai dengan harga yang disebutkan dalam
atau petok. Kohir atau petok adalah suatu akta jual beli. Apabila pembayaran itu
surat ketetapan pajak, dan bukan hak atas dilakukan sebelum di hadapan pada Camat
tanah, tetapi petok ini dapat dipakai sebagai selaku PPAT, pejabat tersebut menyatakan
tanda bukti. Kalau tanah itu adalah tanah harga tanah yang sesuai dengan akta telah
adat diperlukan surat-surat seperti surat diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan
keterangan lurah atau kepala desa yang penjual telah menerima harga tanah tersebut
dibuat oleh Camat serta isinya menyatakan (Yosansah, 2009; Kalo, 2005).
bahwa tanah tersebut memang milik penjual Pernyataan tersebut sangat diperlukan,
dan menyatakan tentang letak tanah, batas- karena dalam akta ditulis bahwa uang
batasnya, tanah pertanian atau perumahan pembelian telah dibayar lunas sehingga akte
serta tidaklah dalam keadaan sengketa. Di juga berarti sebagai tanda terima yang sah.
samping itu harus diperhatikan surat dari Akta jual beli tanah itu ada yang 2 (dua)
kantor pertanahan kabupaten yaitu surat lembar dan ada yang 3 (tiga) lembar. Yang 2
keterangan pendaftaran tanah (SKPT) yang (dua) lembar dipergunakan 1 (satu) lembar
menegaskan bahwa tanah tersebut belum untuk arsip pejabat dan 1 (satu) lembar lagi
dibukukan, jadi belum bersertifikat. Surat dikirim ke sub direktorat agraria.
lain yang dipandang perlu adalah segel- Kemudian yang 3 (tiga) lembar

126
Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

diperuntukkan yaitu 2 (dua) lembar untuk menurut hukum adat di Kabupaten Jepara
pembeli dan penjual dan 1 (satu) lembar lagi dalam menjamin kepastian hukum tidak
untuk keperluan permohonan izin balik nama. terlepas dari hambatan-hambatan yang
Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh timbul dalam praktiknya. Walaupun
data bahwa faktor yang menjadi penghambat hambatan yang timbul tidak berat, namun
di dalam pelaksanaan pendaftaran jual beli perlu mendapatkan perhatian dalam
menurut hukum adat adalah disebabkan penyelesaiannya.
oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan
faktor hukum. d. Hambatan - Hambatan Dalam
Adapun faktor ekonomi tersebut aaPendaftaran Tanah
dapat berupa mahalnya biaya yang harus Hambatan-hambatan yang timbul
dikeluarkan oleh masyarakat apabila dalam pelaksanaan pendaftaran tanah yang
melakukan jual beli di hadapan Camat selaku berasal dari jual beli tanah menurut hukum
PPAT, tidak hanya biaya formal yang telah adat di Kabupaten Jepara, antara lain : 1)
ditentukan melainkan faktor lainnya yang Kurangnya peralatan teknis; 2) Pada waktu
bersifat teknis. Sedangkan faktor hukumnya petugas pengukur datang ke lokasi tanah
adalah persyaratan yang banyak serta yang akan diukur, pemilik tanah belum
prosedur yang rumit. memberikan tanda/tanda batas tidak jelas
Namun apabila ditelusuri lebih jauh sehingga tidak jarang petugas mengalami
sebagaimana yang dikatakan oleh Soerjono kesulitan dalam menentukan batas-batas
Soekanto (1998), bahwa ada lima faktor yang tanah yang akan diukur secara pasti; 3) Lokasi
mempengaruhi berlakunya suatu hukum, tanah yang akan diukur terletak di daerah
yaitu : a) Faktor hukum (undang-undang); b) pedesaan, misalkan pegunungan (jauh dari
Faktor penegak hukum; c) Faktor sarana atau kantor pertanahan) sehingga memerlukan
fasilitas pendukung pelaksanaan hukum; d) waktu lebih lama untuk memberitahukan
Faktor masyarakat; e) Faktor kebudayaan. kepada pemohon maupun desa ; 4)
Dengan mengacu kepada pendapat tersebut Permohonan tidak sesuai dengan persyaratan
di masyarakat kabupatenKaranganyar yang ditentukan sehingga permohonan yang
Kabupaten Jepara faktor yang lebih dominan seharusnya saat itu bisa didaftarkan terpaksa
adalah faktor yang ke-4 (faktor masyarakat) ditangguhkan ; 5) Kurangnya penerangan
dan faktor ke-5 (faktor kebudayaan). atau informasi yang diberikan oleh pihak
Selain faktor tersebut disebabkan pula kantor pertanahan kepada masyarakat,
oleh faktor hukum yang dapat kita ketahui terutama di daerah yang jauh dari jangkauan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang kantor pertanahan.
hukum itu khususnya pengetahuan tentang Adapun hambatan-hambatan yang
pendaftaran atas tanah menurut hukum adat timbul dari masyarakat dalam pelaksanaan
seimbang, dalam arti antara yang mengetahui pendaftaran jual beli tanah menurut hukum
dengan yang tidak mengetahui adalah sama. adat di Kabupaten Jepara sebagai berikut
Hal ini berarti fiksi hukum yang menyatakan : Pertama, Masyarakat Kabupaten Jepara
semua orang tahu akan hukum tidaklah terutama di daerah pedesaan berkeyakinan
dapat diterima seratus persen. Hal lain bahwa petuk/letter C dan D sebagai alat
juga disebabkan oleh budaya hukum serta bukti pemilik yang sah dan cukup dijamin
adat istiadat setempat yang mengakibatkan oleh hukum dan undang-undang, sehingga
adanya persepsi yang salah dari pemegang kadang jual beli cukup di bawah tangan.
menurut hukum adat mengenai pendaftaran. Kedua, Masyarakat menganggap bahwa biaya
Adapun hal yang perlu diketahui hukum yang yang dibebankan terlalu mahal. Karena untuk
dimaksud adalah PP No. 24 Tahun 1997 mendaftarkannya, mereka dikenakan biaya
tentang Pendaftaran Tanah (Adjie, 2007; resmi dan biaya tidak resmi. Adanya biaya-
Rokhmat, 2005; Chomzah, 2004; Chulaemi, biaya tersebut oleh pemilik tanah dirasakan
1993). sangat berat sehingga mereka belum mau
Pelaksanaan pendaftaran atas tanah mendaftarkan tanahnya jika tidak punya uang

127

Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

banyak. Ketiga, Karena tanah yang dimiliki bukti bahwa hak atas tanah tersebut berada
tidak luas dan harganya murah sehingga biaya pada seseorang yang namanya tercantum
pendaftaran tidak sebanding dengan nilai pada sertifikat tersebut. Menurut pendapat
harga tanah yang dimiliki. Hal ini mendorong penulis pernyataan tersebut sudah tepat
mereka untuk tidak mendaftarkan . Keempat, karena peristiwa yang terpenting dalam
Mekanisme kerja dari aparat pertanahan seksi jual beli tanah yaitu menurut hukum adat
pengukuran dan pendaftaran tanah yang sulit terhadap tanah tersebut, sebenarnya sudah
dimengerti secara mudah oleh masyarakat selesai yaitu sejak dibuatnya akta Camat
awam sehingga tanggapan masyarakat selaku PPAT. Sedangkan pendaftaran tanah
terhadap pendaftaran tanah dirasakan masih sebenarnya hanya untuk mempertegas saja
sangat kurang. Kelima, Bagi daerah yang bahwa hak atas tanah tersebut sudah beralih
sulit dijangkau, mereka tidak tahu tentang sehingga perlu dicatat/didaftarkan.
syarat, prosedur dan biaya pendaftaran Hal ini sebagaimana dikatakan juga
tanah. Keenam, Adanya anggapan bahwa oleh Boedi Harsono (2008; 2001) bahwa
karena proses pendaftaran tanah terlalu lama pendaftaran tanah pada kantor pertanahan
di samping itu prosedurnya berbelit-belit bukanlah merupakan syarat konstitutif bagi
sehingga mereka enggan mendaftarkan tanah terjadinya kepemilikan hak atas tanah, tetapi
miliknya. berfungsi untuk memperkuat dan memperluas
Sedangkan hambatan-hambatan kekuatan pembuktiannya terutama terhadap
di Kecamatan Mayong dan Kecamatan pihak ketiga. Sistem tersebut sangat berbeda
Nalumsari dalam proses pendaftaran jual beli jika dibandingkan dengan Hukum Pertanahan
tanah yaitu: masalah pembayaran Pajak Bumi Barat, pendaftaran merupakan syarat mutlak
dan Bangunan (PBB), penjual banyak yang bagi terjadinya peralihan hak atas tanah.
menyimpan sembarangan, sedangkan proses Menurut hukum perdata, hak atas tanah
untuk meminta bukti lunas pembayaran di belum beralih dari penjual pada pembeli
kantor pajak membutuhkan waktu yang lama. sebelum adanya penyerahan secara yuridis
Dari data yang telah penulis peroleh, baik (juridische levering) yang dilakukan menurut
data penelitian maupun data yang penulis Pasal 612, 613 dan 616 KUH Perdata.
peroleh dari kepustakaan terlihat bahwa saat Berdasarkan pendapat dari beberapa sarjana
beralihnya hak atas tanah dalam jual beli dapat diketahui bahwa tujuan pendaftaran
tanah adalah terjadi pada saat dibuatnya akta tanah pada pokoknya adalah untuk
jual beli oleh Camat selaku PPAT. menciptakan adanya kepastian hukum yang
Hal tersebut diungkapkan juga menyangkut bidang keagrariaan khususnya
oleh Rasidi (Camat Mayong selaku PPAT mengenai pemilikan dan penguasaan tanah.
Kabupaten Jepara), bahwa hak dan kewajiban Berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap tanah (dalam jual beli tanah) sudah pada masyarakat Kabupaten Jepara dan
beralih dari penjual pada pembeli pada saat pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara
dibuatnya akta jual beli oleh Camat selaku usaha-usaha untuk mengatasi hambatan-
PPAT. Menurut penulis pendapat ini sangat hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
tepat, karena pengertian tunai/kontan dalam pendaftaran tanah dalam menjamin
jual beli menurut hukum adat yang dijadikan kepastian hukum di Kabupaten Jepara antara
dasar oleh UUPA (Pasal 5 UUPA) mempunyai lain : Pertama, Menambah peralatan teknis di
pengertian bahwa uang pembayaran harga Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara dalam
tanah diserahkan pembeli kepada penjual, rangka menambah kapasitas pemberian
dalam hal ini menurut UUPA terjadi di muka sertifikat serta meningkatkan pemberian
Camat selaku PPAT. pelayanan kepada masyarakat sehingga
Sedangkan mengenai pendaftaran tanah penyelenggaraan pendaftaran tanah dapat
seperti disampaikan oleh Bapak Ngadiman berjalan sebagaimana diharapkan. Kedua,
(Staf Seksi Pendaftaran Tanah Kantor Memberikan ceramah/penyuluhan kepada
Pertanahan Kabupaten Jepara) sebenarnya seluruh Camat yang ada di Kabupaten
hanya merupakan syarat administrasi sebagai Jepara dan selanjutnya menginstruksikan

128
Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

kepada Camat untuk memberikan ceramah Kedua, Menghadirkan kepala desa untuk
kepada kepala desa yang membawahi menjadi saksi, karena tanah-tanah yang
wilayah kerjanya agar disampaikan kepada belum bersertifikat/masih Petuk D atau
masyarakat setempat guna meningkatkan berupa Buku C harus dibuktikan oleh
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kepala desa dengan dengan pengecekan
pendaftaran tanah. Ketiga, Secara rutin data di kelurahan. Ketiga, Membuat akta
diadakan penyuluhan tentang prosedur, syarat jual beli yaitu dengan memproses semua
pendaftaran dan lain-lain yang berkaitan data dengan mengolah peralihan hak atas
dengan pendaftaran tanah terutama bagi tanah, kemudian mendaftarkan ke kantor
masyarakat yang kurang informasi tentang pertanahan dalam waktu 7 hari sejak akta
pendaftaran tanah. Keempat, Pihak kantor jual beli ditandatangani. Keempat, apabila
Kecamatan setempat menginstruksikan ada warga yang melaporkan bahwa tanahnya
kepada Kepala Desa agar setiap ada sudah dijual tanpa lewat PPAT, Camat akan
pertemuan disinggung masalah arti penting menyarankan agar segera di balik nama lewat
dan tujuan pendaftaran tanah. Kelima, Kantor PPAT.
pertanahan telah memberikan kebijaksanaan
kepada masyarakat untuk meningkatkan 4. Simpulan
kesadarannya akan kewajiban mendaftarkan
tanah miliknya dengan diselenggarakannya Peran Camat dalam penyertifikasian
pendaftaran tanah. Keenam, Meningkatkan amatlah strategis karena mereka secara
sumber daya manusia untuk para aparat/ struktural mempunyai wilayah dan bawahan.
petugas di kantor pertanahan. Perangkat desa itu selalu dimintai jasa oleh
Berdasarkan penelitian yang telah masyarakat untuk mengurusi penyertifikatan
dilakukan maka, peran Camat/ PPAT dalam tanah warga dan laporan dari Camat selaku
upayanya menanggulangi terjadinya jual beli PPAT akan digunakan untuk pemuktakhiran
tanah secara dibawah tangan di Kabupaten data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Jepara antara lain, masih ada persepsi dalam Pemasukan PBB itu akan meningkatkan
masyarakat di Kabupaten Jepara bahwa jual pendapatan asli daerah (PAD). Peran Camat
beli cukup dilakukan di bawah tangan dengan selaku PPAT dan sebagai kepala wilayah
ketahui kepala desa atau perangkat desa saja. Kecamatan sangat dibutuhkan untuk
Bahwasanya selama ini yang berkembang dan mengatasi jual beli tanah yang dilakukan
terjadi di masyarakat, peralihan hak atas tanah bukan di hadapan pejabat yang berwenang
(dalam hal ini jual beli tanah yang dilakukan atau PPAT. Camat sebagai pemimpin
menurut hukum adat) dianggap cukup kuat masyarakat, kepala administratif tentu
sebagai bukti bahwa jual beli telah terjadi. mernpunyai kedekatan dengan masyarakat
Selain itu sebagian masyarakat di Kabupaten untuk memberikan penyuluhan pentingnya
Jepara belum memahami prosedur peralihan peralihan hak atas tanah dibuat dengan akta
hak atas tanah sesuai ketentuan perundang- PPAT dan berwenang mendaftarkan ke kantor
undangan yang berlaku dan Peran seorang pertanahan agar tercipta kepastian hukum
Camat sebagai pejabat pembuat akta tanah. bagi masyarakat. Sosialisasi secara terprogram
Sehingga berdasarkan hasil penelitian dan terus-menerus tentang catur tertib
yang telah dilakukan di Kabupaten Jepara pertanahan kepada masyarakat dan perangkat
dapat diambil kesimpulan bahwa Peran kelurahan, dapat kiranya menanggulangi
Camat selaku PPAT dalam pendaftaran jual beli tanah hak milik yang dilakukan di
jual beli tanah adalah sebagai berikut, bawah tangan atau dibuat oleh pejabat yang
Pertama, Sering menyarankan kepada tidak berwenang. Peran Camat selaku PPAT
warga agar tanahnya (khususnya bagi dalam menanggulangi Jual Beli menurut
tanah yang belum bersertifikat) agar segera hukum adat/ dibawah tangan di Kabupaten
didaftarkan/disertifikatkan, karena sertifikat Jepara, antara lain sebagai berikut, a) Dengan
merupakan alat bukti yang kuat dan bisa bantuan aparat desa (lurah, bayan, carik
dijaminkan apabila membutuhkan dana. dan RT/RW) mengadakan sosialisasi kepada

129

Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

warga agar mendaftarkan/ menyertifikatkan Perjanjian Kredit Perumahan. Jurnal Masalah-


tanahnya dengan memberikan pengertian Masalah Hukum 35(4).
Muntaqo, F. 2006. Aspek-Aspek Hukum Penelantaran
akan kerugiannya apabila jual beli hanya Tanah di Propinsi Sumatera Selatan (Studi
dilakukan di bawah tangan. b) Memberikan di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan
contoh secara langsung apabila ada Komering Ulu).Jurnal Hukum 16(3).
peralihan hak dengan datang ke kelurahan Sumarja, F.X. 2004. Sengketa Tanah dan Penyelesaiannya
di Kabupaten Lampung Utara dan Tulang
untuk memberikan penyuluhan pada warga
Bawang. Jurnal Penelitian Ilmu Hukum Justisia
agar mereka mengetahui secara langsung 12(2).
manajemen pelayanan dari Kecamatan. Warsito, H. 2006. Studi Terhadap Politik HukumAgraria
Sehingga peran Camat sebagai kepala wilayah di Indonesia. Jurnal Hukum 16(3).
untuk menanggulangi jual beli tanah adat Boediono, H. 2008. Peranan PPAT Dalam
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Sekarang
secara di bawah tangan sangat besar, selain ini dan Kemungkinannya Dalam Sistem
memberikan penyuluhan mengenai arti Publikasi Positif yang Akan Datang. Jurnal
penting akta jual beli yang dibuat di hadapan Hukum 1(1).
pejabat pembuat akta tanah dan kepastian Boediono, H. 2001. PPAT : Sejarah, Tugas dan
Kewenangannya. Jurnal Renvoi 4(8.uu).
hukum yang kuat dengan didaftarkannya
Boediono. 2007. PPAT Sejarah Tugas dan
hak atas tanah di kantor pertanahan Kewenangannya. Majalah RENVOI, No. 8.44.
untuk mendapatkan sertifikat. Camat juga IV. Jakarta. 3 Januari.
memberikan peringatan bagi para kepala Harsono, S. 1991. Pokok-Pokok Kebijaksanaan Bidang
desa di wilayahnya untuk tidak membuatkan Pertanahan dalam Pembangunan Nasional.
Analisis CSIS, Tahun XX No. 2, Maret – April
atau mengesahkan dengan menjadi saksi 1991.
dalam surat jual beli tanah yang dilakukan di Wiranata, I.B.G. 2006 . Reorientasi Tanah Sebagai
bawah tangan. Obyek Investasi. Jurnal Hukum 16(3).
Koeswahyono, I. 2008. Penyelesaian Persoalan Tanah
Perkebunan Dalam Perspektif Socio Legal (Studi
Daftar Pustaka Pada Beberapa Perkebunan di Jawa Timur).
Jurnal Hukum & Pembangunan 38(4).
Brahmana, A. dkk. 2002. Reformasi Pertanahan. Dimyati, K. 1999 . Transformasi Hukum Agraria :
Mandar Maju. Bandung. Antara Pluralisme dan Obsesi Politik. Jurnal
Chulaemi, A. 1993. Hukum Agraria, Perkembangan, Ilmu Hukum 2(1).
Macam-macam Hak Atas Tanah dan Nawawi, M.A. 2006. Anatomi Pajabat Pembuat Akta
Pemindahannya. FH Undip. Semarang. Tanah (PPAT). Jurnal Renvoi 4(1.37)
Chomzah, A.A. 2004. Hukum Pertanahan Indonesia Warsini, N. 2008. Ganti Rugi Kepemilikan Hak Atas
Jilid 2. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Tanah Masyarakat Kabupaten Sidoardjo Akibat
Harsono, B. 2003. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pencemaran Lingkungan Oleh PT. Lpaindo
Pembentukan UUPA dan Pelaksanaannya,. Brantas. Jurnal Hukum & Pembangunan 38(4).
Djambatan. Jakarta. Burhan, R. 2002. Pelaksanaan Jual Beli Tanah Milik
Sudarmo, H.S. 2000. Masalah Tanah di Indonesia. PT. Adat (Suatu Penelitian di Kota Banda Aceh).
Bhatara, Jakarta. Jurnal Ilmu hukum Kanun 12(31)
Soerjono, S. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Silviana, A. 2007. Kewenangan Bidang Pertanahan
Press, Jakarta. Dalam Rangka Otonomi Daerah. Jurnal
Soemitro, R. H. 1994. Metodologi Penelitian Hukum Masalah-Masalah Hukum 36(2).
dan Jurimetri. Ghalia. Jakarta. Kalo, S. 2005. Reformasi Peraturan dan Kebijakan
Rokhmat, A. 2006. Konsep dan Asas Hukum Tanah Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
Dalam Islam. Jurnal Ilmu Hukum 16(3). Jurnal Hukum Bisnis 24(1).
Adjie, H. 2007. Telaah ulang : Kewenangan PPAT untuk Maruf, U. 2006. Politik Hukum Hak Menguasai
membuat Akta, bukan mengisi blanko/Formulir Oleh Negara Terhadap Tanah.No.3Vol XVI,
Akta. Jurnal Renvoi 4(3.44). Sepetember 2006.
Sursino, B.E. 2006. Kewenangan Pemberian Hak Atas Sri, W. “Pengaturan Notaris dan Pejabat Pembuat
Tanah Timbul. Jurnal Hukum 16(3). Akta Tanah sebagai Pejabat Umum”. Majalah
Budiono, H. 2006. Perwakilan,Kuasa dan Pemberi Yuridika. Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Kuasa. Jurnal Renvoi 4(6.42). Volume 17 No. 2. Surabaya. Maret 2002.
Harsono, B. 1995. Tugas dan Kedudukan PPAT. Majalah Widijatmoko, M.J. 2006. UUJN 30/ 2004 Adalah
Hukum dan Pengembangan Universitas Kebutuhan Mendesak. Jurnal Renvoi4(1.37).
Indonesia. No. 6, edisi Desember 1995. Yosansah, M. 2009. Blangko (Lagi) Akta. Jurnal Renvoi
Iga G.S. D. 2006. Peranan Notaris/PPAT Dalam 7(2.74).
Pembuatan Akta Lain Yang Berkaitan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


130
Pandecta. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010

Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria tentang Pendaftaran Tanah.


(U.U.P.A). Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 1997, 1997, tentang Pendaftaran Tanah.

131

Anda mungkin juga menyukai