Anda di halaman 1dari 10

CUSHING DISEASE

Nama : Afaf Nida Rafifah


NPM : 09401911030

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Cushing Diseas” ini yang dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas inforient.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan terselesaikannya penulisan ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dapat memperlancar dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini baik dalam dukungan moral maupun material.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik membangun dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis tidak dapat membalas kebaikan kalian semua, sehingga penulis berharap
semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan yang setimpal. Aamiin. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah tentang “Cushing Disease” ini dapat memberikan manfaat,
ilmu pengetahuan, maupun inpirasi terhadap pembaca.

Ternate, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Kondisi Cushing Disease......................................................................................................2
2.2 Penyebab Cushing Disease...................................................................................................2
2.3 Diagnosis Cushing Disease..................................................................................................3
2.4 Pengobatan Cushing Disease................................................................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................6
3.2 Saran.....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang muncul akibat kadar hormon kortisol
yang terlalu tinggi dalam tubuh. Kondisi ini dapat terjadi seketika atau bertahap, dan bisa
semakin memburuk jika tidak ditangani. Mayoritas kasus sindrom Cushing dapat
disembuhkan, meskipun akan memakan beberapa waktu sampai gejalanya membaik. Kondisi
ini diketahui sebagai hiperkortisolisme yang lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki, seringkali terjadi pada usia 25-40 tahun.
Penyebab yang paling umum berhubungan dengan obat yang disebut glukokortikoid,
diketahui sebagai steroid atau prednison. Steroid yang diresepkan digunakan untuk kondisi
seperti asma, radang sendi, lupus atau setelah melakukan transplantasi ginjal. Tumor kelenjar
pituitari atau tumor pada kelenjar adrenal juga dapat menyebabkan tubuh membuat terlalu
banyak kortisol yang dapat menyebabkan sindrom Cushing. Pada kasus yang langka, hal ini
dapat terjadi karena mutasi genetik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi cushing disease yang terjadi?
2. Apa yang menyebabakan penyakit cushing disease?
3. Bagaimana cara mendiagnosis cushing disease?
4. Bagaimana cara mengobati cushing disease?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas inforient. Sedangkan tujuan khususnya, yaitu supaya kita dapat mengetahui tentang
Cushing Disease seperti kondisi, penyebab, diagnosis, dan pengobatannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Cushing Disease


Penyakit cushing adalah suatu kondisi dimana kelenjar hipofisis melepaskan terlalu
banyak hormon adrenokortikotropik (ACTH). Kelenjar hipofisis adalah organ sistem
endokrin. Penyakit Cushing adalah bentuk sindrom Cushing. Bentuk lain dari sindrom
Cushing termasuk sindrom Cushing eksogen, sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor
adrenal, dan sindrom Cushing ektopik.
Hormon kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yaitu kelenjar
yang berada di atas ginjal. Hormon kortisol berfungsi mengontrol suasana hati dan rasa takut.
Selain itu, hormon ini juga berperan penting dalam sejumlah fungsi tubuh, di antaranya
mengatur tekanan darah, meningkatkan kadar gula darah, dan mengurangi peradangan.
Hormon kortisol juga dikenal sebagai hormon stres, karena banyak diproduksi saat seseorang
mengalami stres.
Untuk menyeimbangkan kadar kortisol dalam darah, kelenjar adrenal dibantu oleh
kelenjar di otak yang dinamakan hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus dan hipofisis akan
mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk mengurangi produksi atau menambah produksi
hormon kortisol.

2.2 Penyebab Cushing Disease


Penyakit cushing disebabkan oleh tumor atau pertumbuhan berlebih (hiperplasia)
kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis terletak tepat di bawah pangkal otak. Jenis tumor
hipofisis yang disebut adenoma adalah penyebab paling umum. Adenoma adalah tumor jinak
(bukan kanker).
Dengan penyakit Cushing, kelenjar pituitari melepaskan ACTH terlalu banyak. ACTH
merangsang produksi dan pelepasan kortisol, hormon stres. Terlalu banyak ACTH
menyebabkan kelenjar adrenalin membuat terlalu banyak kortisol. Kortisol biasanya
dilepaskan selama situasi stres. Ini mengontrol enggunaan karbohidrat, lemak, dan protein
dalam tubuh. Ini juga mengurangi respon sistem kekebalan terhadap pembengkakan
(peradangan).

2
Sindrom Cushing disebabkan oleh kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi dalam
tubuh. Tingginya kadar hormon kortisol tersebut bisa disebabkan oleh faktor dari luar
(sindrom Cushing eksogen), atau faktor dari dalam (sindrom Cushing endogen).
Sindrom Cushing eksogen disebabkan oleh penggunaan obat jenis kortikosteroid,
seperti prednisone, dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Golongan obat ini digunakan
untuk menangani berbagai kondisi seperti artritis, asma, atau lupus, serta digunakan pada
pasien pasca transplantasi organ untuk mencegah penolakan tubuh pasien terhadap organ
yang diterima.
Sedangkan sindrom Cushing endogen disebabkan oleh tingginya hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dalam tubuh. ACTH merupakan hormon yang mengatur
pembentukan hormon kortisol dan dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Tingginya ACTH
mengakibatkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon kortisol secara berlebihan. Beberapa
keadaan yang mengakibatkan tingginya ACTH adalah:
 Tumor di kelenjar hipofisis atau pituitari. Kondisi ini membuat kelenjar hipofisis
menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebih, sehingga memicu tubuh memproduksi
hormon kortisol dalam jumlah besar.
 Tumor penghasil ACTH. Keadaan ini jarang terjadi, yaitu terdapat tumor di pankreas,
paru- paru, kelenjar tiroid, atau kelenjar timus yang juga menghasilkan ACTH.
 Familial Cushing syndrome. Meski jarang terjadi, kelainan ini diwarisi oleh orang tua,
sehingga timbul tumor di kelenjar endokrin yang memengaruhi produksi hormon kortisol
dan menimbulkan sindrom Cushing.
Pada beberapa orang, penyebab sindrom Cushing endogen tidak disebabkan oleh
berlebihnya ACTH, tetapi terdapat gangguan di kelenjar adrenal. Kelainan kelenjar adrenal
yang paling sering terjadi dan menimbulkan sindrom Cushing adalah tumor jinak yang
dinamakan adenoma adrenal.

2.3 Diagnosis Cushing Disease


Sebelum menjalankan pemeriksaan, dokter akan menanyakan pada pasien terkait
gejala yang dialami dan riwayat obat yang rutin dikonsumsi. Kemudian dokter akan
menjalankan pemeriksaan fisik dengan melihat tanda sindrom Cushing pada pasien. Dokter
akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
 Pengukuran hormon kortisol. Pengukuran kadar hormon kortisol dapat dilakukan dengan
mengambil sampel darah, urine, atau air liur. Pada tes urine, pasien akan diminta untuk

3
mengumpulkan urine selama 24 jam. Sedangkan, sampel air liur akan diambil pada
malam hari, di mana seharusnya kadar hormon kortisol rendah di air liur.
 Pencitraan. Dokter akan menjalankan pemeriksaan CT scan atau MRI untuk melihat
adanya kemungkinan tumor pada kelenjar adrenal atau kelenjar hipofisis.
 Pengukuran ACTH. Dalam tes ini, dokter akan mengambil sampel darah dari sinus
petrosus, yaitu pembuluh darah di sekitar kelenjar hipofisis. Tes ini membantu
menentukan apakah sindrom Cushing disebabkan oleh gangguan pada kelenjar hipofisis
atau bukan.

2.4 Pengobatan Cushing Disease


Pengobatan sindrom Cushing bertujuan mengurangi kadar kortisol dalam tubuh.
Namun demikian, metode pengobatan yang dipilih tergantung pada penyebab yang
mendasarinya. Beberapa metode pengobatan untuk sindrom Cushing adalah:
 Mengurangi penggunaan kortikosteroid
Metode ini digunakan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid dalam jangka
panjang. Dokter bisa mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap dengan menggantinya
dengan obat-obatan lain. Perlu diingat, jangan lakukan ini tanpa petunjuk dokter.
 Bedah
Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor, dokter akan melakukan bedah
pengangkatan tumor, baik di kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, pankreas, atau paru-paru.
Setelah bedah, pasien akan membutuhkan obat pengganti hormon kortisol secara sementara.
 Radioterapi
Jika tumor pada kelenjar hipofisis tidak bisa diangkat sepenuhnya, dokter akan
menyarankan pasien untuk menjalani radioterapi atau terapi radiasi.
 Obat-obatan
Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter akan menggunakan obat-obatan
untuk mengontrol kadar kortisol. Obat juga bisa digunakan sebelum bedah dilakukan.
Untuk mengontrol kadar kortisol di kelenjar adrenal, jenis obat yang umumnya
digunakan adalah ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Sedangkan untuk penderita
sindrom Cushing yang memiliki diabetes, umumnya dokter akan menggunakan mifepristone.
Obat-obat tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala,
nyeri otot, serta hipertensi. Kadang juga muncul efek samping yang lebih serius seperti
gangguan fungsi hati.
Obat terbaru untuk menangani sindrom Cushing adalah pasireotide, yang berfungsi
menurunkan kadar ACTH akibat tumor di kelenjar hipofisis. Obat ini diberikan melalui
4
suntikan dua kali sehari, dan disarankan untuk digunakan bila bedah tidak berhasil atau tidak
bisa dilakukan. Efek samping dari obat ini adalah diare, mual, peningkatan gula darah, sakit
kepala, tubuh mudah lelah, dan sakit perut.
Dalam sejumlah kasus, tumor atau pengobatan yang dijalani juga menyebabkan
berkurangnya kadar hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan kelenjar adrenal.
Bila kondisi itu terjadi, dokter akan menyarankan pemberian obat untuk mengganti hormon
tersebut.
Jika semua metode pengobatan di atas tidak efektif, dokter akan menyarankan untuk
dilakukan bedah pengangkatan kelenjar adrenal. Prosedur ini bisa mengatasi kelebihan
produksi kortisol, namun pasien akan membutuhkan obat pengganti hormon selama seumur
hidup.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit cushing adalah suatu kondisi dimana kelenjar hipofisis melepaskan terlalu
banyak hormon adrenokortikotropik (ACTH). Kelenjar hipofisis adalah organ sistem
endokrin. Pengobatan sindrom Cushing antara lain mengurangi penggunaan kortikosteroid,
bedah, radioterapi, dan obat-obatan. Jenis obat yang umumnya digunakan untuk mengontrol
kadar kortisol di kelenjar adrenal adalah ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Sedangkan
untuk penderita sindrom Cushing yang memiliki diabetes, akan menggunakan mifepristone.
Obat- obat tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala,
nyeri otot, serta hipertensi. Kadang juga muncul efek samping yang lebih serius seperti
gangguan fungsi hati.
Obat terbaru untuk menangani sindrom Cushing adalah pasireotide, yang berfungsi
menurunkan kadar ACTH akibat tumor di kelenjar hipofisis. Obat ini diberikan melalui
suntikan dua kali sehari, dan disarankan untuk digunakan bila bedah tidak berhasil atau tidak
bisa dilakukan. Efek samping dari obat ini adalah diare, mual, peningkatan gula darah, sakit
kepala, tubuh mudah lelah, dan sakit perut. Komplikasi Sindrom Cushing jika tidak ditangani,
bisa menyebabkan berbagai komplikasi, antara lain tekanan darah tinggi, peningkatan gula
darah, rentan terserang infeksi, rengeroposan tulang (osteoporosis), dan kehilangan massa
otot.

3.2 Saran
Adapun gaya hidup yang dapat membantu mengatasi Cushing syndrome antara lain dengan
cara:
1. Meningkatkan aktivitas sehari-hari secara perlahan untuk melindungi otot yang melemah
dari kerusakan akibat mendorong terlalu keras.
2. Memiliki pola makan sehat dengan makanan bergizi untuk membantu meningkatkan
tenaga dan memperkuat tulang.
3. Menjaga kesehatan jiwa: jaga diri tetap rileks dan hindari depresi.
4. Mencoba terapi untuk meringankan rasa sakit dan nyeri, seperti berendam air panas, pijat
dan olahraga.

6
DAFTAR PUSTAKA

Bethesda, Rockville Pike (2019, 31 July). Cushing disease. Dikutip 29 Agustus 2019 dari
MidlinePlus: https://medlineplus.gov/ency/article/000348.htm
Samiadi, Lika Aprilia (2017, Maret 17). Apa itu cushing syndrome (sindrom cushing)?.
Dikutip 29 Agustus 2019 dari HalloSehat: https://hellosehat.com/penyakit/cushing-
syndrome- sindrom-cushing/
Wijaya, dr. Indra (2018). Sindrom Cushing. Dikutip 29 Agustus 2019 dari SehatQ:
https://www.sehatq.com/penyakit/sindrom-cushing
Willy, dr. Tjin (2018, 12 Juni). Sindrom Cushing. Dikutip 29 Agustus 2019 dari Alodokter:
https://www.alodokter.com/sindrom-cushing

Anda mungkin juga menyukai