Laporan Praktikum Kimia PH Dan Larutan
Laporan Praktikum Kimia PH Dan Larutan
Oleh:
SALATIGA
2016
1
I. Tujuan
1. Praktikan memahami kaitan pH dengan ionisasi ion-ion yang terjadi di dalam larutan
2. Praktikan memahami hubungan pH dan pOH dalam suatu larutan
3. Praktikan memahami hubungan logaritma antara nilai pH dengan konsentrasi ion H+
4. Praktikan memahami definisi larutan asam dan basa menurut Arrhenius
5. Praktikan memahami definisi larutan asam dan basa menurut Bronsted-Lowry
6. Praktikan memahami definisi larutan asam dan basa menurut Lewis
7. Praktikan mengetahui beberapa cara dalam pengukuran pH suatu larutan
8. Praktikan mengetahui peran kertas lakmus dalam mengidentifikasikan keasaman atau
kebasaan suatu larutan
9. Praktikan memiliki keterampilan dalam memperkirakan harga pH melalui penggunaan
beberapa jenis larutan indikator yang sejenis
10. Praktikan memiliki keterampilan menentukan harga pH menggunakan media pH
strip
V. Hasil Pengamatan
a) Perubahan warna larutan indikator pada larutan dengan pH 1 sampai 13
pH BFB BCP PP
1 Kuning Kuning Tidak berwarna
2 Kuning Kuning Tidak berwarna
3 Kuning Merah Tidak berwarna
4 Kuning Merah Tidak berwarna
5 Jingga Ungu Tidak berwarna
6 Merah Ungu Tidak berwarna
7 Ungu Ungu Tidak berwarna
8 Ungu Ungu Tidak berwarna
12 Ungu Ungu Merah
13 Ungu Ungu Merah
7
b) Pengujian asam basa suatu larutan dengan beberapa metode
1) Perubahan warna lakmus pada beberapa larutan
Larutan Lakmus merah Lakmus biru
NH4Cl Merah Merah
NH4OAc Merah Biru
CH3COONa Biru Biru
VI. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini terdapat membahas hubungan antara asam basa dengan
pH, dimana pH adalah pernyataan dari kekuatan asam atau basa dari suatu larutan. Dari
beberapa metode yang telah dilakukan, dapat diamati bahwa suatu larutan asam
mempunyai pH lebih < 7 dan larutan basa mempunyai pH > 7. Sedangkan ditengah-
tengah asam dan basa terdapat pH netral yaitu pH = 7. Nilai pH 7 paling banyak
dipresentasikan oleh larutan H2O karena Ka dan Kb nya seimbang dan mempunyai
konsentrasi H+ dan OH- yang sama besar. Selain itu nilai pH 7 juga dapat ditemukan
dalam larutan garam yang mempunyai spesi asam kuat dan basa kuat atau asam lemah
dengan basa lemah dengan rasio perbandingan sama besar. Misalnya garam NaCl adalah
8
garam yang netral karena terdiri dari spesi Na dari basa kuat NaOH dan spesi Cl dari
asam kuat HCl. Na dan Cl ini sama sama menyumbang spesi dengan rasio yang sama
besarnya. Hal ini dapat disamakan dengan larutan NH 4OAc pada praktikum ini. NH4OAc
sebenarnya adalah larutan ammonium asetat dengan rumus kimiawinya adalah
CH3COONH4. Larutan ini tersusun dari 2 spesi yaitu basa lemah dan asam lemah. Asam
lemah didapat dari gugus spesi CH3COO- dari senyawa CH3COOH dan gugus spesi NH4+
dari senyawa NH4OH. Karena gugus spesinya seimbang, maka larutan NH 4OAc bersifat
netral, oleh karena itu ditandakan dengan nilai pH 7.
Untuk pH sendiri adalah nilai negatif dari logaritma konsentrasi ion H+ atau ion
OH-. Seperti yang kita ketahui kegunaan dari logaritma adalah untuk merapikan rataan
dari suatu grafik yang terlalu lebar. Dengan cara pH, maka untuk menyatakan tingkat
keasaman suatu larutan hanya diperlukan angka 0 sampai dengan 14. Jika tidak
menggunakan pH, maka akan kesulitan untuk menyatakan tingkat keasaman suatu larutan
jika hanya dilihat dari besarnya konsentrasi karena nilai konsentrasi amat kecil hingga
pangkat negatif dengan jumlah nol tidak terbatas seperti yang sudah disampaikan dalam
bab 2 dasar teori. Oleh karenanya, maka diambil cara termudah yaitu apabila nilainya
pangkat negatif bilangan bulat, maka bilangan bulat itu sendiri yang akan menjadi nilai
pH-nya.
Berdasarkan teori yang ada pada bab 2 dapat kita katakan bahwa semakin kecil pH
makan semakin besar konsentrasi H+ yang ada dalam suatu larutan. Dari sini dapat kita
katakan bahwa hubungan antara konsentrasi H + dan pH adalah berbanding terbalik.
Sedangkan nilai pOH akan semakin besar apabila konsentrasi OH- dalam suatu larutan
basa semakin besar. Jadi berbeda dengan pH, nilai pOH berbanding lurus dengan
konsentrasi OH- dalam suatu larutan.
Metode pengujian pH yang paling sederhana dalam praktikum ini adalah pengujian
asam basa menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus adalah sebuah kertas dari bahan
kimia yang akan mengalami perubahan warna jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau
basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan yang ada.
Kertas ini sendiri terbuat dari selulosa kayu yang merupakan komponen utama dari
dinding sel pohon. Kayu selulosa terdiri dari rantai molekul gula yang memberikan
kekuatan kayu. Kertas yang digunakan dalam kertas lakmus membutuhkan perawatan
khusus untuk memastikan bahwa itu adalah bebas dari resin, lignin, dan kontaminan
lainnya yang mungkin mencegahnya dari memberikan hasil tes yang akurat. Semakin
akurat, semakin cepat hasil yang akan diperoleh dalam percobaan.
9
Metode penggunaan kertas lakmus adalah mengetahui apakah suatu larutan bersifat
asam ataupun bersifat basa, tanpa mengetahui seberapa kuat keasamannya atau
kebasaannya. Dalam suatu larutan, kertas kamus dapat menunjukkan perubahan warna
tergantung pada sifat keasaman suatu larutan tersebut. Perubahan warna yang dihasilkan
pada kertas lakmus disebabkan oleh adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna
biru di dalam kertas lakmus. Ada 3 sifat yang dapat ditunjukkan oleh larutan pada kertas
lakmus:
1. Larutan asam dapat memerahkan kertas lakmus biru, sedangkan pada kertas
lakmus merah tetap berwarna merah.
2. Larutan basa dapat membirukan kertas lakmus merah, sedangkan pada kertas
lakmus biru tetap berwarna biru
3. Larutan netral akan mempertahankan warna masing-masing kertas lakmus
Metode kedua yang diujikan dalam praktikum ini adalah dengan media larutan
indikator. Prinsip penggunaan larutan indikator adalah perubahan warna. Ada 2 wujud
perubahan warna yang akan menyertai suatu larutan indikator dimana warna yang satu
akan menunjukkan bahwa larutan uji bersifat asam sedangkan warna yang satunya lagi
menunjukkan larutan uji bersifat basa. Beberapa jenis larutan indikator beserta masing-
masing warnanya, antara lain:
Dari 10 contoh larutan indikator di atas, pada praktikum kali ini hanya dipakai 3
larutan indikator yang deretan nilai pHnya dapat membentuk suatu garis bilangan dengan
10
skala tertentu. 3 larutan indikator itu adalah Bromo Fenol Blue (BFB), Bromo Cresol
Purple (BCP), dan PenolPethalin (PP).
Dari sini dapat kita lihat pemakaian 3 larutan indikator ini berjarak kurang lebih 1,6
skala. 1,6 skala ini sudah cukup akurat untuk menunjukkan rentang pH yang akan kita
taksir dari tiap-tiap larutan. Adapun uraian tentang penjelasan perubahan warna larutan
indikator adalah sebagai berikut:
1) Pada BFB dengan trayek pH 3 – 4,6
a. Larutan dengan pH 1-4 berwarna kuning, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin asam pada pH < 5
b. Larutan dengan pH 5-6 berwarna jingga kemerahan, dapat dijelaskan bahwa
larutan indikator bersifat semakin netral pada pH 5 < X < 7
c. Larutan dengan pH 8-13 berwarna ungu, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin basa pada pH > 8
2) Pada BCP dengan trayek pH 5,2 – 6,8
a. Larutan dengan pH 1-2 berwarna kuning, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin asam pada pH < 3
b. Larutan dengan pH 3-4 berwarna merah, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin netral pada pH 3 < X < 5
c. Larutan dengan pH 5-13 berwarna ungu, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator berisfat semakin basa pada pH > 5
3) Pada PP dengan trayek pH 8 – 9,6
a. Larutan dengan pH 1-6 tidak berwarna, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin asam pada pH < 7
b. Larutan dengan pH 7-8 tidak berwarna namun agak keruh dengan bercak-
bercak merah, dapat dijelaskan bahwa larutan indikator bersifat semakin netral
pada pH 7 < X < 9
c. Larutan dengan pH 12-13 berwarna merah, dapat dijelaskan bahwa larutan
indikator bersifat semakin basa pada pH > 12
Pada larutan NH4Cl, pengujian dengan larutan indicator BCP menghasilkan warna
kuning (menunjukkan sifat asam) sehingga dalam skema kita garis ke arah kiri pada titik
11
5,2. Pengujian dengan larutan indicator BFB menghasilkan warna ungu (menunjukkan
sifat basa) sehingga dalam skema kita garis kearah kanan pada titik 4,6. Pengujian dengan
larutan indicator PP menghasilkan warna putih bening (menunjukkan sifat asam)
sehingga dalam skema kita garih ke arah kiri pada titik 8. Dari skema ini terdapat 3 garis
yang bertumpukan. Daerah pada 3 garis bertumpukan ini adalah taksiran dari pH larutan
NH4Cl. Jadi, nilai pH NH4Cl adalah antara 4,6 sampai 5,2.
12
pada titik 6,8. Pengujian dengan larutan indicator BFB menghasilkan warna biru
(menunjukkan sifat basa) sehingga dalam skema kita garis kearah kanan pada titik 4,6.
Pengujian dengan larutan indicator PP menghasilkan warna putih bening (menunjukkan
sifat asam) sehingga dalam skema kita garih ke arah kiri pada titik 8. Dari skema ini
terdapat 3 garis yang bertumpukan. Daerah pada 3 garis bertumpukan ini adalah taksiran
dari pH larutan NH4OAc. Jadi, nilai pH NH4OAc adalah antara 6,8 sampai 8.
Cara ketiga dalam praktikum ini yang lebih tinggi tingkat ketelitiannya yaitu
dengan menggunakan media pH strip. pH strip ini memiliki 4 garis warna yaitu warna
kuning, warna hijau, warna jingga dan warna jingga kecokelatan. Seorang praktikan tidak
akan kesulitan menggunakan alat ini karena sudah ada petunjuk indikator warna dan
angka (nilai pH), seorang praktikan hanya perlu memperhatikan dengan cermat warna-
warna pada pH strips. Pada kemasan pH strip terdapat 14 komposisi warna yang
menunjukan cirri tiap pH. Tiap satu komposisi terdiri dari 4 kotak warna yang memiliki
susunan warna berbeda-beda. Namun pada intinya, pH 0-6 pada pH strip menunjukan
larutan bersifat asam, sedangkan pH 7 menunjukkan sifat netral pada larutan, dan pH 8-
14 menunjukan sifat basa pada larutan.
VII. Kesimpulan
1. Nilai pH berkaitan dengan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dimana
semakin kecil nilai pH maka semakin besar tingkat keasaman suatu larutan dan
ditandai juga dengan semakin banyaknya konsentrasi H+ dalam larutan.
2. Hubungan pH dan pOH dalam suatu larutan adalah berlawanan dengan rentang
angka 14 dan hasil dari penjumlahan pH dan pOH dalam larutan selalu bilangan
bulat 14 (misalnya, jika pH larutan HCl adalah 1 maka pOH nya adalah 13).
13
3. Nilai pH adalah fungsi logaritma negatif dari konsentrasi H+, apabila konsentrasi
H+ nya semakin besar maka pH nya semakin kecil disebabkan karena fungsi
logaritma yang dipakai untuk memperkecil batas nilai pH.
4. Zat asam menurut Arrhenius adalah zat yang dapat memperbesar konsentrasi ion H+
ataupun ion H3O+ dalam suatu pelarut (air), sedangkan zat basa adalah zat yang
dapat memperbesar konsentrasi ion OH- dalam suatu pelarut (air).
5. Zat asam menurut Bronsted-Lowry adalah zat yang dapat memberikan ion H+
kepada basa konjugasinya, sedangkan basa adalah zat yang menerima ion H+ dari
asam konjugasinya.
6. Zat asam menurut Lewis adalah zat yang menerima pasangan elektron bebas,
sedangkan basa adalah zat yang memberikan pasangan elektron bebas.
7. Pengukuran pH suatu larutan dapat dipakai 4 cara, berturut-turut ke tingkat yang
paling teliti adalah kertas lakmus, larutan indicator, pH strip, dan pH meter.
8. Penggunaan kertas lakmus untuk menguji pH larutan dapat dilihat dari perubahan
warna kertas lakmusnya yaitu larutan asam dapat memerahkan kertas lakmus biru,
sedangkan larutan basa dapat membirukan kertas lakmus merah, dan larutan netral
akan mempertahankan warna dari kertas lakmus.
9. Penggunaan larutan indicator dalam menguji pH larutan yaitu dengan cara
membandingkan beberapa larutan indicator dalam satu rentang trayek pH yang tidak
bertumpukan lalu ditarik garis berdasarkan perubahan warnanya (ada 2 perubahan
warna dimana masing-masing mewakili nilai trayek batas rendah dan trayek batas
tinggi) sehingg muncul daerah dengan garis yang bertumpukan sebagai taksiran pH
dari larutan yang diuji.
10. Penggunaan pH strip dalam pengujian pH suatu larutan dapat dilakukan dengan cara
membandingkan perubahan warna yang terjadi setelah pH strip dicelupkan dengan
15 papan warna yang tertera pada kotak kemasan pH strip.
14
Pasribu, Benny. 2014. http://bennypasaribu040.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal
13 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB
Petrucci, Ralph. 1989. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Silalahi, Rudy. 2011. http://alatkimia.com/kertas-lakmus-dan-sifatnya/. Diakses pada
tanggal 13 Oktober 2015 pukul 09.26 WIB
15