Rinitis Non AlergiI
Rinitis Non AlergiI
Oleh
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Diagnosis 4
2.4.5 NARES 20
DAFTAR PUSTAKA 34
PENDAHULUAN
etiologinya bukan dari alergi dan bersifat kronik.2 Pada pemeriksaan skin test
(-) dan tidak melalui perantaraan IgE. Berdasarkan etiologi rhinitis dapat
hormonal, NARES), bisa juga faktor-faktor lain seperti tumor, septum deviasi
Secara umum Rinitis terbagi dua yaitu Rinitis Alergi dan Rinitis Non
mukosa hidung. Biasanya gejala yang timbul adalah sumbatan hidung, gatal
juga dijumpai gejala gatal pada mata dan post nasal discharge. Penyebab
terbanyak dari rhinitis adalah alergi, tetapi karena inflamasi juga disebabkan
oleh faktor non alergi, maka rinitispun dapat terjadi karenan faktor non
alergi.1,9
mempunyai riwayat alergi. Pada pasien rinitis non alergi kronis sekitar 25%
mencari penyebabnya diperlukan pemeriksaan THT yang teliti. Selain itu juga
2.1 DEFINISI
Rinitis non alergi adalah bentuk suatu inflamasi pada hidung dengan
etiologinya bukan dari alergi 2. Dapat pula dimasukkan dalam kategori ini yaitu
rhinitis kronis. Beberapa kondisi yang menjadi etiologi spesifik pada rinitis tipe
ini adalah antara lain vasomotor, granulomatous dan auto immune disease, tumor,
2.2 ETIOLOGI
riwayat alergi dimana dua pertiganya tidak ditemukan adanya eosinofil pada
Secara klinis gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan rinitis alergi. Untuk
mengetahui yang terbaik mengenai perbedaan antara rinitis alergi dan non alergi
adalah dari tes spesifik untuk alergi. Bisa dengan tes kulit atau pemeriksaan kadar
antibody IgE.
RINITIS KRONIK
ANAMNESIS
Tes Kulit / IgE Spesifik
Non Alergi Alergi
Pola gejala Perenial Seasonal
Positive Negative
Jenis gejala Kongesti, Hidung gatal,
rinore, bersin, rinore,
drainase post., drainase post.,
sinus pressure sinus pressure Rinitis non alergi
Umur 70% : > 20 th 70% : < 20 th Rinitis Alergi
Fakt Iritan non Antigen spesifik Pem sitologi
pencetus spes. &
Iritan non
spesifik
Peny atopi Tidak ada Sering ada P.m.n Negative Eosinofil
lain
Riw Tidak sering Sering ada
keluarga
Rinitis
Rinitis Non Alergi
Rinitis non Eosinofilik
Rinitis
infeksi non
Infeksi
eosinofil
Klasifikasi
Sindrom yg diketahui etiologinya
Sindrom tdk diketahui etiologinya
Infeksi Imunodefisiensi
Bakteri Sindrom silia imotil
Jamur Rinitis non alergi eosinofilia
Cystic fibrosis
Rinitis atropi :
Kelainan metabolik : kehamilan
Ozaena
hipotiroidi Operasi yang berlebihan
Rhinitis
Rhinitis KB
lateral hidung
alergi
bersifat akut atau kronis, dimana etiologinya dapat disebabkan virus, bakteri atau
infeksi spesifik.
Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh
infeksi virus atau bakteri. Penyakit ini sering ditemukan dan merupakan
manifestasi dari rinitis simpleks (common cold), influenza dan beberapa penyakit
yang disebabkan oleh virus lainnya. Penyakit ini dapat juga timbul sebagai reaksi
Etiologi
Penyebab utama adalah beberapa jenis virus dan yang utamanya adalah
Iklim.
Status imunologis
Sumbatan Hidung
Gejala Klinis
Pada fase reaksi awal dan iritasi, berlangsung beberapa jam hingga
beberapa hari. Pada fase ini timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat,
beringus, tenggorokan terasa kering dan nyeri. Keluhan juga biasanya disertai
Pada stadium resolusi, gejala akan berkurang bila tidak terjadi komplikasi
Komplikasi
Terapi
Tidak ada terapi spesifik untuk common cold. Disamping istirahat dapat
B. RHINITIS INFLUENZA
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 3 grup virus influenza (grup
aktif dianjurkan pada kelompok resiko tinggi. Dimana dengan vaksinasi dapat
spektrum kelainan bakteri yang luas yang menyerang hidung, sebagian besar
Salomonella. ( Cody)
A. RHINITIS HIPERTROFI
Rintis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan
Akibatnya saluran udara akan menjadi sempit. Sekret mukopurulen yang banyak
biasanya ditemukan diantara konka inferior dan septum, juga di dasar rongga
hidung.
Terapi
kauterisasi konka dengan zat kimia atau elektrokauterisasi. Bila tidak menolong
merupakan bentuk dari rinitis atrofi anterior yang ringan dimana secara klinisnya
tidak memberikan gambaran yang berat seperti rhinitis atrofi. Penyebab utama
dari rintits ini tidak diketahui secara jelas, tetapi secara umum rhinitis ini terjadi
dan terjadi metaplasia epitel kolumnar bersilia menjadi epitel kuboid atau epitel
skuamosa dan terjadi defisiensi dari mucus blanket. Selain itu juga terjadi
Klinis
Penderita biasanya mengeluh tidak nyaman, rasa iritasi atau rasa kering di
hidung yang kadang-kadang deisertai dengan epistaksis dan krusta (krusta tipis,
septum.
Terapi
suplemen vitamin dan zat besi. Terapi lokal dapat diberikan obat pencuci hidung.
dan terdapat pseudomembran. Dapat terlihat ulkus atau perforasi pada septum.
diberikan anti jamur oral dan topikal serta diberikan obat cuci hidung
Aspergillus merupakan salah satu jamur terbanyak pada hidung dan sinus.
Aspergillus fumigatus diikuti oleh Aspergillus niger dan flavus. Penyakit ini bisa
Bentuk infeksi aspergillus pada hidung dan sinus dibagi menjadi : non-
yang tebal yang berasal dari sinus yang mengandung eosinofil dan
menyebabkan fibrosis.
jaringan
Terapi
B. BLASTOMYCOSIS 7
diamorphic). Pada suhu kamar jamur ini berbentuk mycelial atau mold yang
menghasilkan spora yang dapat terhisap masuk kedalam paru-paru, dimana dalam
suhu tubuh dapat berubah bentuk menjadi bentuk walled round budding yeast.
Klinis
Terapi
C. ACTINOMYCOSIS 7
terlihat dalam pus sebagai sulphur granules. Spesies ini bertindak sebagai parasit
yang tidak patogen pada mulut dan ditemukan pada tonsil dan gigi. Trauma
penyebab spesifiknya belum diketahui. Infeksi bisa berasal dari soket gigi dan
tumbuhnya actinomycosis.
Klinis
timbulnya scar.
Terapi -
Terapi utama adalah dengan pemberian penisilin dosis tinggi selama 4-6
D. CANDIDIASIS (Moniliasis)7
Dikenal juga sebagai thrush yang disebabkan oleh Candida albicans yang
merupakan jamur utama yang hidup pada kulit dan rongga mulut.
Infeksi biasanya sering terjadi pada mulut dan kadang - kadang bisa
menyerang hidung terutama pada pasien yang marasmus dan orang tua.
dan tuberkulosis.
Klinis
Tampak lesi kecil, dislcret berwarna putih kotor pada mukosa dengan
permukaan yang berwarna merah. Lesi dapat dengan mudah diangkat tanpa ada
perdarahan
Terapi
E. HISTOPLASMOSIS 7
limps, hati kelenjar limfe dengan ulserasi pada usus dan anemia. Lesi di hidung
biasanya jarang dan dapat berbentuk nodular atau bentuk infective secondary
lymphadenitis.
Amphotericin.
pada hidung. Untuk alas an yang sama bebrpa wanita mengalami kongesti nasal
dengan level estrogen endogen yang meningkat tajam selama trimester terakhir
kehamilan. Banyak ahli Obstetri lebih senaang pasien mereka menderita kongesti
hidung diri pada memberi obat. Banyak pasien memilih sendiri obat anti
histamine dan dekongestan. Obat tersebut digunakan dalam waktu jangka lama
oleh rhinitis alergi secara koinsidental (Schatz et al, 1987 ;Zeiger 1989)
pemakaian jangka panjang dan berguna bagi pasien non alergi, kecuali bagi
ini dapat diterima karena kehamilan sendiri merupakan kondisi yang bersifat self
limited.
stimuli) contohnya adalah cuaca, iritasi udara. AC atau faktor stres. Ada beberapa
penderita dengan gejala nasal kronis yang bukan bersifat imunologis atau
hiposmia dan post nasal discharge. Pada rinits alergi gejala yang signifikan
adalah sneezing dan nasal itching, dimana keadaan ini cenderung tidak
didapatkan pada pada rhinitis vasomotor. Begitu pula pada rintis vasomotor
didapatkan hasil tes kulit yang negatif dan jumlah eosinofil yang rendah pada
nasal smears.
Persarafan dari septum nasi dan konka terutama berasal dan nervus
sensoris khusus dari nervus cranial ke 1. Saraf parasimpatis berasal dari nukleus
bekerja pada septum nasi dan konka, maka neurotransmiter kolinergik asetilkolin
pada ujung serabut saraf parasimpatis akan keluar dan menyebabkan dilatasi
dinding lateral cavum nasi dan septum, sehingga akan menyebabkan sumbatan
KB dan aspirin.
3. Hipotiroid
4. Penyebab kecemasan
5. Temperature mediated
6. Rinitis Irritatif
8. Recumbency rhinitis
10. Rinitis karena tidak ada aliran udara (laringektomi, choanal atresia,
hyperplasia adenoid)
( NARES)
tidak terdapat IgE mediator imunopatologi. Secara klinis timbul gejala rinorrhea
terhadap lingkungan seperti bau asap, zat kimia, parfum dan perubahan udara.
Serangan dapat terjadi kapan saja. Dan pada hapusan hidung terdapat eosinofil.
Istilah NARES digunakan untuk kondisi klinis dengan etiologi yang tidak
diketahui, dengan gejala mendukung rinitis alergi, dimana test IgE normal dan
skin test terhadap allergen sesuai letak geografi negative (Georgitis, 1089)
mukosa hidung dengan gejala bersin, hidung beringus dan atau disertai dengan
gejala hidung tersumbat yang disebabkan karena adanya paparan dari partikel-
partikel di udara terutama pada tempat pekerjaan. Sebagai pencetus rinitis ini bisa
Berupa iritasi dari rokok, udara dingin, formaldehyde, hair spray dan
mediated, dan biasanya rinitis ini dicetuskan oleh binatang - binatang yang
Gejala yang ditimbulkan bisa bersifat akut setelah terpapar oleh alergen
atau bersifat kronis setelah terpapar terus menerus. Occupational rhintis harus
Terapi
adalah dengan cara menghindari paparan dari alergennya. Tekniknya bisa dengan
tempat yang bebas alergen. Jika hal diatas tidak memungkinkan dapat diberikan
Antihipertensi 1,3,4
propanolol dan betas bloker lain dapat menimbulkan efek samping sumbatan
vasodilatasi parasirnpatis.
pemakainya. Obat hipertensi dapat diganti dengan preparat lain yang sedikit
sehingga terjadi keadaan semi iskemik. Selama periode ini produk metabolisme
Istilah lama untuk kondisi ini adalah rinitis medikamentosa, istilah lainnya
penggunaan nasal drop / spray. Bayi khususnya sangat rentan terhadap rebound
rhinitis dan dapat berkembang setelah beberapa hari pemakaian nasal drop.
Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi ini terjadi setelah pemakaian jangka
Coccaine 5
yang mungkin terjadi karena coccaine. Zat yang digunakan untuk memalsukan
kontaminan. Iritan tersebut menyebabkan terjadinya krusta dan rinitis atrofi. Bila
Pil Kontrasepsi
dan slow reacting substance s. Gejala yang ditimbulkan adalah hidung beringus
encer termasuk gejala sistemik lain seperti urtikaria. Yang lebih penting lagi
adalah aspirin dapat memperberat penyakit pada penderita asma dan polip
Ada 3 jalur terjadinya proses sensitasi alergen pada food allergy, yaitu :
1. Adanya ingesti dari makanan, Jalur yang tersering , banyak terjadi pada
Klinis
pertama setelah proses ingesti. Secara garis besar gejala yang terjadi melibatkan 2
adalah diare, urtikaria dan asma. Selain itu dapat pula terjadi konjungtivitis dan
rinitis. Amlot et. all (1987) melaporkan pasien- pasien yang hipersensitivitas
terhadap makanan terjadi sindroma alergi oral dalam 10 menit pertama diikuti
urtikaria, konjungtivitis, asma, muntah dan mual). Gejala rinitis dan anafilaksis
merupakan gejala yang jarang timbul. Bindslev - Jensen, 1992 pernah meneliti
pada orang dewasa, dengan hash bahwa gejala rinitis merupakan gejala yang
RAST. Terapi utama dari alergi makanan adalah dengan cars menghindari
sumber alergennya. Apabila sudah terjadi alergi maka diberikan antihistamin dan
kortikosteroid.
Merupakan suatu infeksi kronis pada hidung yang ditandai dengan adanya
atrofi yang progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa
terbentuklah krusta yang berbau busuk. Rintis atrofi sering terjadi pada usia
Etiologi utama dari rhinitis atrofi sampai saat ini tidak diketahui dengan
Defisiensi Vitamin A
Defisiensi Fe
Sinusitis Kronis
Penyakit kolagen
Kelainan hormonal
Patologi
jumlah dan ukuran dari kelenjar alveolar. Ada 2 bentuk patologis dari rhinits
atrofi yaitu :
Selain itu adalah hidung (nafas) berbau, ingus kental yang berwama hijau, krusta
Pemeriksaan
inferior dan media, sekret purulen berwarna hijau dan krusta berwarna hijau.
roentgen sinus, kultur dan resistensi dari sekret, pemeriksaan darah tepi, Fe serum
dan histopatologis.
Terapi
Konservatif
kultur dan resistensi. Dilakukan pencucian hidung dengan larutan fisiologis atau
larutan garam hangat. Pemberian preparat vitamin A dan preparat Fe. Bila
Pembedahan
operasi penutupan lubang hidung secara operasi plastik dengan tujuan mukosa
Pada umunya rinitis ini dijumpai pada anak-anak usia 2-6 tahun, biasanya
kronis karena bakteri pada anak dapat disebabkan oleh gangguan imunologi, kista
Gejala rinitis pada anak hampir sama dengan dewasa dimana terdapat
hidung tersumbat, beringus dan bersin-bersin. Pada tahap awal biasanya ingus
encer dan banyak kemudian pada tahap berikutnya bila terjadi infeksi, ingus akan
berubah menjadi kental. Biasanya anak akan menjadi gelisah dan rewel.Biasanya
bila rhinorrhea purulen dan unilateral merupakan pertanda adanya benda asing.
Rinitis pada anak dapat juga disebabkan oleh adanya gastroesofageal refluk, bisa
terapi yang utama adalah menghidari zat alergen tersebut untuk terapi
terdapat adanya infeksi yang menyertai rhinitis maka dapat diberikan antibiotik.
antara lain :
serta adanya gejala di tempat lain seperti disaluran napas atau di tenggorokan.
mikroskopis, sehingga dapat juga kita bedakan rhinitis yang purulen atau non
purulen. Selain itu secara mikroskopis bisa kita lihat apakah ada neutrofil atau
tidak, dimana neutrofil dalam secret hidung bisa disebabkan oleh infeksi virus,
kemudian didukung oleh pemeriksaan fisik, test kulit, atau pemeriksaan IgE
RAST.Istilah vasomotor rhinitis sering digunakan untuk rinitis non infeksi dan
non alergi.
Alergen penyebabnya yang terbanyak adalah tepung sari ( pollen) dan spora
jamur yang jumlahnya meningkat pada musim panas. Penyakit ini timbul secara
periodik dan dapat mengenai seluruh golongan umur dan biasanya timbul pada
anak-anak dan dewasa muda. Perennial alergi, gejala pada penyakit ini timbul
intermitten atau terus menerus tanpa variasi musim, jadi dapat terjadi sepanjang
tahun. Penyebab terseringnya adalah alergi inhalan terutama pada orang dewasa,
serta alergi ingestan pada anak-anak. Selain faktor alegennya iritasi oleh faktor
non spesifik dapat memperberat gejal, seperti asap rokok, bau yang merangsang,
Rinitis non alergi dibagi dua bagian, dimana salah satunya adalah
ditemukannya eosinofilia pada sekret hidung. Keadaan ini sering terjadi pada
polip hidung, sinusitis hiperplastik, non alergi atau asma dan rinitis akibat
penggunaan NSAID
dalam jangka waktu lama. Selain itu penggunaan antihipertensi dan psikosedatif.
Menghindari alergen
dan glaucoma
keadaan hangat
Kauterliksasi konka
Konkotomi parsial
Konkotomi total
KESIMPULAN
dapat diidentifikasi (skin test negative dan bukan melalui perantaraan IgE).
kemampuan seorang klinisi untuk dapat secara efektif menegakkan diagnosis dan
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan THT yang cermat dan teliti, serta dibantu
mengganggu fungsi fisik dan psikis, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi
1. Newlands Shawn D,Non Allergic Rhinitis, In: Bailey Byron J. Head and Neck
2. Mygind N, Naclerio R.M. 1993. Allergic and Non Allergic Rhinitis, Clinical
3. Maran A, Lung V.J, Tardy M.E. 1990. Basic Sciences; Infection and
Nonneoplastic Disease. In: Clinical Rhinology. Thieme Med pub. Inc, New
4. Hollinshead W.H. 1966. The Nose and Paranasal Sinuses. In: Anatomy for
Infection. In: Otolaryngology - Head and Neck Surgery. 2nd ed. Edited by:
6. Bernstein, Joel M. 2001. Nasal Polyps. In: Disease of the Sinuses: Diagnosis
and Management. Edited by: Kennedy D.W, Bolger W.E, Zinrich S.J. BC
by : Alan G. Kerr . 6th ed, Butterworth Heinemann. London. Hal : 4/9/1 - 14.
Ajar Ilmu Penyakit THT, Edisi ke-3, FKUI, Jakarta. Hal: 89-120.