Dokumen Dari Hendri As-1
Dokumen Dari Hendri As-1
Unit Pembelajaran 05
TEKS EDITORIAL
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
MADRASAH ALIYAH
Penanggung Jawab
Direktorat GTK Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Penyusun
Ahmad Arief Ma’ruf
Jamal
Sartono
Kusen
Hilmawati
Reviewer
Titik Harsiati
Copyright © 2020
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah
Muhammad Zain
B. Tujuan
Tujuan modul ini adalah:
(1) Meningkatkan kompetensi pedagogis dan kompetensi profesional guru
melalui kegiatan PKB.
(2) Meningkatkan kompetensi peserta didik hasil dalam Asesmen Kompetensi
Guru (AKG).
(3) Menganalisis struktur dan kebahasaan Teks Editorial
(4) Mengonstruksi sebuah Teks Editorial dengan memerhatikan struktur dan
kebahasaan.
C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai:
(1) Sebagai sumber belajar bagi guru dalam melaksanakan PKB untuk
mencapai target kompetensi pedagogis dan kompetensi profesional
tertentu.
(2) Sebagai sumber bagi guru dalam mengembangkan kurikulum, persiapan
dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik.
(3) Sebagai bahan melakukan asesmen mandiri guru dalam rangka
peningkatan keprofesionalan.
(4) Sebagai sumber dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian; dan
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
(5) Sebagai sumber belajar bagi peserta didik untuk mencapai target
kompetensi dasar.
1. Kompetensi Dasar
Tabel 3 Target Kompetensi Dasar Peserta Didik kelas XII
No. Kompetensi Dasar Target Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi informasi Mengidentifikasi informasi
(pendapat, alternatif solusi dan (pendapat, alternatif solusi dan
3.5 simpulan terhadap suatu isu) simpulan terhadap suatu isu)
dalam teks editorial dalam teks editorial
3.6 Menganalisis struktur dan Menganalisis struktur dan
kebahasaan teks editorial kebahasaan teks editorial
4.5 Menyeleksi ragam informasi Menyeleksi ragam informasi
sebagai bahan teks editorial sebagai bahan teks editorial
baik secara lisan maupun baik secara lisan maupun tulis
tulis
4.6 Merancang teks editorial Merancang teks editorial
dengan memerhatikan dengan memerhatikan struktur
struktur dan kebahasaan dan kebahasaan baik
baik secara secaralisan maupun tulis
lisan maupun tulis
B. Organisasi Pembelajaran
Guna memudahkan guru dalam mempelajari modul ini, kita akan
membaginya menjadi dua materi pembahasan dengan alokasi waktu sebagai
berikut:
Identifikasi Isi
Identifikasi
Informasi
Membedakan Fakta
dan Opini
Analisis Struktur
Teks
Fungsi, Struktur,
dan Kaidah Teks Analisis Kebahasaan
Teks
Teks Editorial
Menentukan Isu
Merancang Teks
Menyampaikan
Pendapat
Menyusun argumen
Menyusun Saran
Menulis Teks
Gambar 2 Peta Konsep Pembelajaran Teks Editorial
C. Integrasi Keislaman
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(Q.S. al-Ĥujurāt/ 49: 6).
Tentukan Topik
Mulailah Menulis
1) Topik. Editorial yang baik dapat berfokus pada topik apa pun, selama
Anda dapat membuat alasan yang kuat untuk pendapat Anda dan
menulis dengan mempertimbangkan audiens Anda. Fokus pada
mengapa pembaca harus peduli dengan masalah Anda, serta mengapa
seseorang mungkin memiliki pendapat berbeda. Memahami kedua sisi
sebuah masalah akan membuat editorial Anda menarik bagi berbagai
ADA beberapa poin penting yang mengemuka saat diskusi terfokus bersama
para pakar yang digelar Suara Merdeka secara online, sebagaimana disajikan
Senin (13/4). Para narasumber dari akademisi, praktisi, dan organisasi profesi
menekankan empat hal pokok. Pertama, pandemi ini belum sampai puncak.
Kedua, kebijakan harus berbasis health before wealth atau prioritas
keselamatan manusia.
BENCANA tidak pernah datang pelan-pelan. Selalu tiba-tiba.Begitu juga wabah covid-19
yang barusaja ditetapkan Presiden Joko Widodosebagai bencana nasional. Ia
datangamat tiba-tiba dan menyebardengan kecepatan melampauiyang kita bayangkan.
Sampai kemarin,210 negara telah terpaparjangkitan covid-19.
Yang mesti gerak cepat bukan cuma pemerintah pusat.Pusat memang dirigen dalam
orkestrasi peperangan melawancovid-19. Akan tetapi, sebagai pemain orkestra,
sesungguhnyaperan pemerintah daerah juga sangat sentral.Dalam konteks covid-19,
fungsi pemerintah daerah pentingterutama untuk memutus rantai penyebaran virus,
jugameminimalisasi dampak sosial dan ekonomi terkait wabahitu di daerah.
Pada praktiknya, pemain orkestra semestinya mengikutigerak atau apa pun yang
diperintahkan tangan sang dirigen.Pun kecepatannya harus sama. Tidak akan
terciptaharmonisasi bila salah satu dari mereka bergerak ataubermain lebih cepat dan
yang lain bermain lambat. Sinergimenjadi kata kunci.
Analogi orkestra itu penting kita ingatkan lagi setelahSelasa (14/4) Presiden Jokowi
mengaku kesal gara-garamasih ada daerah yang belum menyampaikan
laporananggaran khusus (refocusing dan realokasi anggaran)untuk penanganan virus
korona. Bahkan lebih banyaklagi daerah yang belum mengalokasikan anggaran
untukjaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomiakibat covid-19.
Padahal sudah dua regulasi dikeluarkan Menteri DalamNegeri terkait dengan anggaran
daerah untuk penanganancovid-19. Yang pertama, Permendagri Nomor 20Tahun 2020
tentang Realokasi APBD untuk PercepatanPenanganan Korona Pemerintah Daerah.
Peraturan itudirilis sekitar dua pekan lalu, tetapi nyatanya tidak banyakpemda yang
cepat merespons.
Setelah keluar aturan itu, pekan lalu, mulai banyakdaerah yang melaporkan refocusing
dan realokasi APBDuntuk keperluan penanganan korona dan
ampakdampaknya.Sebelum Jokowi melempar kekesalan soaldaerah yang lambat
merespons, Kemendagri mencatatrealokasi APBD untuk penanganan korona baru
mencapaiRp55 triliun. Akan tetapi, nyatanya masih ada saja yangbelum mengindahkan
aturan itu.
Namun, apakah cukup dengan menegur? Tentu saja tidak.Pemerintah pusat perlu juga
menggali musabab mengapaada daerah yang gesit, ada pula yang lambat. Mungkin
tidaksemua daerah yang lambat respons itu ingin berlambatlambatkarena faktanya
kondisi (anggaran) setiap daerahberbeda. Ada daerah kaya, ada yang tidak. Ada yang
punyaruang fi skal luas, tidak sedikit pula yang ruangnya sempit.
Yang sengaja berlambat-lambat, silakan disanksi. Akantetapi, untuk daerah yang punya
kendala fi skal, tampaknyapendekatan persuasif dan kolaboratif akan lebihtepat
dilakukan pusat ketimbang hanya menegur danmemberi ancaman sanksi. Itulah yang
namanya sinergi.Demi orkestrasi penanggulangan bencana wabah covid-19yang bergigi
dan penuh empati.
• Berdiskusi secara
kelompok/dispok membuat
rancangan teks editorial dengan
cara memodifikasi teks yang ada,
lalu mempresentasikan dalam
diskusi kelas
1. Contoh LKPP 1
Mengidentifkasi Isi Informasi dalam Teks Editorial :
Identifikasi informasi isi teks mencakup menentukan gagasan pokok tiap-tiap
paragraf teks editorial, menentukan fakta/peristwa, atau masalah dalam teks
tersebut, kemudian menentukan fakta dan opini yang berkembang sesuai
dengan isi teks editorial yang tersaji.
2. Contoh LKPP 2
Menganalisis Fungsi dan Struktur Teks Editorial
Fungsi:
Menganalisis fungsi dan struktur teks seperti langkah-langkah yang
terdapat dalam materi 2 aktivitas pembelajaran pada modul ini.
4. Contoh LKPP 4
Merancang Teks Editorial
Merancang satu buah teks editorial dengan cara:
1) menulis rancangan teks editorial berupa modifikasi dari teks model
yang disediakan .
2) Membuat satu buah teks editorial berdasarkan rancangan teks model
hasil modifikasi.
5. Contoh LKPP 5
Memproduksi Teks Editorial
A. Tes Formatif
Kata ganti ini pada kalimat kedua paragraf tersebut merujuk pada ....
A. Dana sebesar Rp1,3 triliun digelontorkan Kemenhub kepada PT Kereta Api
Indonesia (Persero) (KAI) untuk biaya perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian 2018.
B. Biaya perawatan sebesar Rp1,3 trilin.
C. Biaya perawatan PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI)
D. Efisien personil pekerja KAI yang merawat prasarana kereta api seperti jalur
kereta api, jembatan, stasiun, dan fasilitas operasi kereta api (sinyal,
telekomunikasi, dan listrik aliran atas (LAA).
E. Penurunan nilai bantuan dibandingkan tahun 2017 yang sebesar Rp1,65
triliun.