PENDAHULUAN
Latar belakang disusunnya makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
Sejarah Indonesia. Makalah ini membahas segala hal yang berkaitan dengan
BPUPKI, baik itu latar belakang dibuatnya BPUPKI, hasil sidang kesatu dan
kedua, juga alasan kenapa BPUPKI dibubarkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Pembentukan BPUPKI
Pengurus dan anggota waktu itu segera diangkat dan pengumumannya jatuh
pada tanggal 29 April 1945 yang bertepatan dengan ulang tahun Kaisar Jepang
yang bernama Tenno Heika. Telah diputuskan bahwa ketua BPUPKI adalah Dr.
KRT Radjiman Wedyodiningrat yang dibantu oleh 2 orang Ketua muda yaitu
Icibangase Yosio dan RP. Soeroso Suroso sebagai kepala sekretariat dengan
dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo.
Anggota BPUPKI ada 69 yang terdiri dari 62 anggota aktif dari para tokoh
pergerakan nasional Indonesia. Sisanya anggota istimewa (7 orang) yang berasal
dari pemerintah militer jepang di Indonesia.
3
C. Sidang-Sidang BPUPKI
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi
BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil
di bawah BPUPKI, yaitu:
Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
4
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya
mengusulkan lima asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut
Pancasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut “Pancasila” yang menurut beliau dapat diperas
menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
5
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan
upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-
kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila,
namun konsep bersikap kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan
serta redaksi yang sedikit berbeda. Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di
antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia
yang baru. Masa persidangan pertama ini dikenang dengan detik-detik lahirnya
Pancasila dan tanggal 1 Juni 1945 dikenang sebagai lahirnya Pancasila.
a. Piagam Jakarta
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum
ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik
Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan"
tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPK itu. Adapun
susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak
"Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu
dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu
disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlemen's Agreement". Setelah itu sebagai
ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang
dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu.
6
Naskah "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh
"Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945
7
Dasar 1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa
persidangan BPUPKI yang kedua (10 Juli-17 Juli 1945).
Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-17 Juli 1945
Rapat kedua berlangsung 10-16 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk
negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam
rapat ini pula dibentuk “Panitia Perancang Undang-Undang Dasar” beranggotakan
19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, “Panitia Pembelaan Tanah Air” dengan ketua
Abikoesno Tjokrosoejoso beranggotakan 23 orang dan “Panitia Ekonomi dan
Keuangan” diketuai Mohamad Hatta beranggotakan 23 orang.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia
kecil beranggotakan 7 orang yang ditugaskan khusus merancang isi dari Undang-
Undang Dasar, anggota tersebut yaitu:
8
Pada tanggal 12 Juli 1945, Panitia kecil perancang UUD berhasil menyusun
naskah Rancangan UUD. Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD
mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD,
yang beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut
tercantum tiga masalah pokok yaitu:
Selanjutnya pada tanggal 17 Juli 1945, angkatan laut Jepang mengadakan rapat
Dewan Perang Tertinggi yang menghasilkan resolusi, Antara lain :
Dan puncaknya pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu Moh. Hatta Mendapatkan
berita dari Opsir Jepang Nishijima, pembantu Admiral Maeda, bahwa kelompok
Katholik dan Protestan di Indonesia bagian timur seperti Papua yang dikuasai oleh
angkatan laut Jepang sangat keberatan dengan kalimat Piagam Jakarta
( Pembukaan UUD 1945) yang berbunyi “Kewajiban dengan menjalankan syariat
9
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”, maka dari itu, esok paginya tanggal 18
Agustus 1945 sebelum sidang PPKI dimulai, Moh.Hatta mengadakan rapat kecil
yang terdiri dari Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr. Teuku, untuk membahas masalah diatas, dan hasil dari
rapat dengan merubah kalimat “Kewajiban dengan menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, agar tidak terjadi
perpecahan warga, antara warga muslim dan non muslim.
D. PEMBUBARAN BPUPKI
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik sudah sepatutnya menghargai
dan menghormati jasa para pahlawan kemerdekaan. Misalnya, mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif, saling menghargai dan
toleransi dalam setiap perbedaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
Kita dapat meneladani sikap kepahlawanan dengan semangat patriotisme dan
nasionalisme yang tinggi, berani membela keadilan dan kebenaran, menjunjung
tinggi persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban untuk kepentingan bersama
demi perdamaian dan kemakmuran Negara Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha-
Usaha_Persiapan_Kemerdekaan
Detik.com https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5652747/mengapa-jepang-
membentuk-bpupki-ini-alasan-dan-sejarahnya
12