Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang disusunnya makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
Sejarah Indonesia. Makalah ini membahas segala hal yang berkaitan dengan
BPUPKI, baik itu latar belakang dibuatnya BPUPKI, hasil sidang kesatu dan
kedua, juga alasan kenapa BPUPKI dibubarkan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang melatar belakangi dibentuknya BPUPKI?


b. Bagaimana kronologi saat pembentukan BPUPKI?
c. Hal apa saja yang dibahas dalam sidang pertama dan kedua BPUPKI serta
bagaimana hasilnya?
d. Kapan BPUPKI dibubarkan?

C. Tujuan

a. Untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Indonesia


b. Untuk mengetahui sejarah pembentukan BPUPKI
c. Untuk mengetahui pembahasan serta hasil sidang BPUPKI yang pertama
dan kedua
d. Untuk menghargai juga menghormati jasa – jasa pahlawan kemerdekaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terbentuknya BPUPKI

Jepang terus-menerus mengalami kekalahan dari serbuan Sekutu dalam Perang


Pasifik juga perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dan tentara PETA.
Hingga pada 17 Juli 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo meletakkan jabatan dan
diganti oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Tugas utama perdana menteri baru, yaitu
memulihkan kewibawaan Jepang di hadapan bangsa-bangsa Asia yang baru saja
dibebaskan oleh Jepang dari cengkraman imperialis Eropa.
Akhirnya, Perdana Menteri Koiso melakukan beberapa hal kepada Indonesia
yang akhirnya menjadi alasan mengapa Jepang membentuk BPUPKI,
pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang istimewa ke-85 Parlemen Jepang
(Teikoku Ginkai) mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak di
kemudian hari sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya.
Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan istilah “Deklarasi Koiso”. Sejak saat
itu, Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera
Merah Putih di samping bendera Jepang Hinomaru. Lagu Indonesia Raya boleh
dinyanyikan setelah lagu Kimigayo.
Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan disambut oleh rakyat
Indonesia sebagai penyerbu negara mereka, sehingga untuk merealisasikan
janjinya pada tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer
Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu
badan khusus yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia, yang dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi
Cosakai. Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan
mempersiapkan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah tata
pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia merdeka.

2
B. Pembentukan BPUPKI

Pada tanggal 1 Maret 1945, diumumkan pembentukan Badan Penyelidik


Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa
Jepang nya adalah Dokuritsu Junbi Cosakai. Janji tersebut dikumandangkan oleh
pemimpin Jepang yang bernama Syikikan Kumakici Harada.

Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI ialah untuk mempelajari dan


menyelidiki hal-hal penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka.

Bagi Jepang, BPUPKI dibentuk agar Jepang dapat lebih mengontrol


pergerakaan kemerdekaan Indonesia dan lebih meyakinkan kepada Rakyat bahwa
janji Jepang benar.

Pengurus dan anggota waktu itu segera diangkat dan pengumumannya jatuh
pada tanggal 29 April 1945 yang bertepatan dengan ulang tahun Kaisar Jepang
yang bernama Tenno Heika. Telah diputuskan bahwa ketua BPUPKI adalah Dr.
KRT Radjiman Wedyodiningrat yang dibantu oleh 2 orang Ketua muda yaitu
Icibangase Yosio dan RP. Soeroso Suroso sebagai kepala sekretariat dengan
dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo.

Anggota BPUPKI ada 69 yang terdiri dari 62 anggota aktif dari para tokoh
pergerakan nasional Indonesia. Sisanya anggota istimewa (7 orang) yang berasal
dari pemerintah militer jepang di Indonesia.

3
C. Sidang-Sidang BPUPKI

Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi
BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil
di bawah BPUPKI, yaitu:

1. Sidang Pertama BPUPKI

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6


Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila yang berlokasi di
Jakarta. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad,
lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.

Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus


upacara pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama dan pembahasan
dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara. Sidang ini
diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia, yakni
disepakati berbentuk “Negara Kesatuan Republik Indonesia” (NKRI) dan
kemudian dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi / dasar negara NKRI. Pada
rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar
negara.

4
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya
mengusulkan lima asas :

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut
Pancasila, yaitu :

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut “Pancasila” yang menurut beliau dapat diperas
menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu :

1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan

5
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan
upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-
kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila,
namun konsep bersikap kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan
serta redaksi yang sedikit berbeda. Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di
antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia
yang baru. Masa persidangan pertama ini dikenang dengan detik-detik lahirnya
Pancasila dan tanggal 1 Juni 1945 dikenang sebagai lahirnya Pancasila.

a. Piagam Jakarta

Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum
ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik
Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan"
tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPK itu. Adapun
susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)

Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak
"Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu
dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu
disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlemen's Agreement". Setelah itu sebagai
ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang
dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu.

6
Naskah "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh
"Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945

Menurut dokumen tersebut, dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai


berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa
persidangan BPUPKI yang kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli
1945.

Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula


persidangan tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan
tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang membahas mengenai
rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang

7
Dasar 1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa
persidangan BPUPKI yang kedua (10 Juli-17 Juli 1945).

6. Sidang Kedua BPUPKI

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-17 Juli 1945

Rapat kedua berlangsung 10-16 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk
negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam
rapat ini pula dibentuk “Panitia Perancang Undang-Undang Dasar” beranggotakan
19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, “Panitia Pembelaan Tanah Air” dengan ketua
Abikoesno Tjokrosoejoso beranggotakan 23 orang dan “Panitia Ekonomi dan
Keuangan” diketuai Mohamad Hatta beranggotakan 23 orang. 

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia
kecil beranggotakan 7 orang yang ditugaskan khusus merancang isi dari Undang-
Undang Dasar, anggota tersebut yaitu:

1. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman

8
Pada tanggal 12 Juli 1945, Panitia kecil perancang UUD berhasil menyusun
naskah Rancangan UUD. Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD
mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD,
yang beranggotakan 7 orang tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut
tercantum tiga masalah pokok yaitu:

1. Pernyataan Indonesia merdeka


2. Pembukaan UUD 1945
3. Batang Tubuh UUD

Pada tanggal 14-16 Juli 1945, Ketua BPUPKI menerima sebulat-bulatnya


naskah Rancangan UUD dengan perubahan-perubahannya. Pada tanggal 17 Juli
1945, naskah itu diserahkan kepada Pemerintah balatentara Jepang. Dan ini
merupakan akhir dari persidangan BPUPKI.

Selanjutnya pada tanggal 17 Juli 1945, angkatan laut Jepang mengadakan rapat
Dewan Perang Tertinggi yang menghasilkan resolusi, Antara lain :

 Kemerdekaan yang akan diberikan kepada Indonesia meliputi bekas wilayah


Hindia Belanda.
 Harus dibentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.

Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil


tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar
hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.

Sementara itu perdebatan terus berlanjut diantara peserta sidang mengenai


penerapan aturan Islam, Syariat Islam dam negara Indonesia baru.

Dan puncaknya pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu Moh. Hatta Mendapatkan
berita dari Opsir Jepang Nishijima, pembantu Admiral Maeda, bahwa kelompok
Katholik dan Protestan di Indonesia bagian timur seperti Papua yang dikuasai oleh
angkatan laut Jepang sangat keberatan dengan kalimat Piagam Jakarta
( Pembukaan UUD 1945) yang berbunyi “Kewajiban dengan menjalankan syariat

9
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”, maka dari itu, esok paginya tanggal 18
Agustus 1945 sebelum sidang PPKI dimulai, Moh.Hatta mengadakan rapat kecil
yang terdiri dari Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr. Teuku, untuk membahas masalah diatas, dan hasil dari
rapat dengan merubah kalimat “Kewajiban dengan menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, agar tidak terjadi
perpecahan warga, antara warga muslim dan non muslim.

D. PEMBUBARAN BPUPKI

BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945. Sebagai gantinya Jepang


membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PKKI) atau Dokuritsu
Zyunbi Iinkai yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pembubaran BPUPKI karena
dianggap telah tugas dengan baik yaitu merancang Undang-Undang Dasar untuk
negara Indonesia.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

i. Latar belakang pembentukan BPUPKI adalah desakan para pemimpin


Indonesia kepada Jepang yang telah memberikan janji kemerdekaan kepada
Indonesia pada tanggal 9 September 1944 oleh Perdana Menteri Kaiso.
ii. Tujuan dibentuk BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal
penting berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia medeka atau
mempersiapkan hal-hal penting mengenai tata pemerintahan Indonesia
merdeka.
iii. Ada 3 tokoh yang mengemukakan tentang dasar negara, salah satunya ialah
Ir. Soekarno yang mengemukakan tentang Pancasila.
iv. Piagam Jakarta dibentuk oleh Panitia 9 pada tanggal 22 Juni 1945.
v. BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara
Indonesia Merdeka.

B. Saran
Kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik sudah sepatutnya menghargai
dan menghormati jasa para pahlawan kemerdekaan. Misalnya, mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif, saling menghargai dan
toleransi dalam setiap perbedaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
Kita dapat meneladani sikap kepahlawanan dengan semangat patriotisme dan
nasionalisme yang tinggi, berani membela keadilan dan kebenaran, menjunjung
tinggi persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban untuk kepentingan bersama
demi perdamaian dan kemakmuran Negara Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha-
Usaha_Persiapan_Kemerdekaan

Detik.com https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5652747/mengapa-jepang-
membentuk-bpupki-ini-alasan-dan-sejarahnya

12

Anda mungkin juga menyukai