Anda di halaman 1dari 24

EKSPLORASI DAN INVENTARISASI JENIS JENIS MELINJO

(GNETUM GNEMON LINN.) DI PEKANBARU

SEMINAR PROPOSAL

OLEH :

ALFIN GIDEON
1703122296

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

EKSPLORASI DAN INVENTARISASI JENIS JENIS MATOA (GNETUM


GNEMON LINN.) DI PEKANBARU

Mengetahui Disetujui Oleh :


Ketua Jurusan Biologi FMIPA Dosen Pembibing
Universitas Riau

Dr. Vanda Julita Yahya, M.Si Prof. Dr. Fitmawati, M.Si


NIP. 19590701 199002 2001 NIP. 19730420 199702 2001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Eksplorasi

dan Inventarisasi Jenis-Jenis Melinjo (Gnetum Gnemon) di Kota

Pekanbaru” Penulisan proposal ini bertujuan untuk menyelesaikan studi

dijurusan fmipa biologi dan menambah ilmu pengetahuan penulis serta

memberikan informasi tentang bambu yang ada di Kabupaten Kampar.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberi dorongan dan dukungan yaitu :

1. Orang tua penulis yang selalu mendoakan dan memberi dukungan serta

semangat baik material maupun moral dari awal perjuangan di bangku

perkuliahan hingga penyusunan proposal penelitian ini.

2. Ibu Dr. Vanda Julita Yahya, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.

3. Ibu Dr. Fitmawati M.Si selaku dosen pembimbing jurusan dan selaku

orang tua saya yang telah membimbing secara moral maupun studi

kepada penulis selama menempuh studi perkuliahan.

4. Bapak/Ibu Penguji atas kritik dan saran yang di sampaikan dalam

penulisan proposal penelitian ini.

5. Ibu Dr. Roza Elvyra, M.Si selaku Penasehat Akademis yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan studi kepada penulis selama

menempuh studi di perkuliahan.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN........................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Deskripsi Melinjo.................................................................................... 4
2.2 Klasifikasi Melinjo.................................................................................. 4
2.3 Karakteristik Tanaman Melinjo.............................................................. 4
2.4 Struktur Tanaman Melinjo...................................................................... 4
2.5 Manfaat Tanaman Melinjo......................................................................... 4
2.6 Fisiologi Tanaman Melinjo........................................................................ 4
2.7 Habitat Tanaman Melinjo.......................................................................... 4
2.8 Pemanfaatan Tanaman Melinjo................................................................. 4
BAB III METODE......................................................................................... 4
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 4
3.2 Deskripsi dan lokasi penelitian............................................................... 4
3.3 Alat Dan Bahan....................................................................................... 4
3.4 Rancangan Penelitian.............................................................................. 4
3.5 PROSEDUR KERJA............................................................................ 4
3.5.1 Obsevasi........................................................................................... 4
3.5.2 Wawancara....................................................................................... 4
3.5.3 Koleksi Spesimen............................................................................. 4
3.5.4 Pembuatan Herbarium...................................................................... 4
3.6 ANALISIS DATA................................................................................. 4

iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 4
.......................................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tanaman berbiji terbuka

(Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik, Melanesia, dan

Pasifik Barat yang mempunyai banyak manfaat bagi manusia mulai dari batang,

daun, bunga dan buah mempunyai arti ekonomi. Daun, bunga dan kulit buah yang

tua dapat dijadikan sayuran, sedangkan biji yang tua dapat dijadikan emping yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi, kulit batang dapat dijadikan tali sedangkan

kayu untuk bahan pembuat kertas. Selain itu tanaman melinjo juga mengandung

berbagai macam senyawa metabolit sekunder, yang dapat berfungsi sebagai

bahan obat tradisional. Senyawa metabolit sekunder tersebut diantaranya

alkaloid, flavonoid, saponin ( Lestari dan Muharfiza, 2015 ).

Melinjo termasuk tanaman yang populer di Indonesia. Ini banyak

digunakan dalam masakan Indonesia. Tumbuhan melinjo tidak hanya dapat

dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo

ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan sebagai

tempat peneduh atau pembatas pekarangan, terutama dimanfaatkan buah serta

daunnya. Melinjo (Gnetum gnemon) adalah salah satu berbagai macam jenis

tanaman yang ada di Indonesia yang memiliki banyak fungsi, seperti biji melinjo

dapat diolah menjadi tepung, emping, biskuit dan campuran atau pelapis dalam

pembuatan roti. Menurut Sunanto (1992) varietas melinjo ada tiga yaitu : varietas

kerikil, ketan dan gentong. Biji melinjo terbungkus oleh 3 lapisan kulit, yaitu ;
2

lapisan pertama, kulit luar yang lunak, lapisan kedua agak keras berwarna kuning

jika biji muda, dan coklat kehitaman jika biji tua, dan lapisan ketiga berupa kulit

tipis berwarna putih kotor. Daging biji terletak di bawah lapisan kulit ketiga,

sebagai persediaan makanan pada saat biji mulai berkecambah. Semua bahan

makanan yang berasal dari tanaman melinjo mempunyai kandungan gizi yang

tinggi (Sunarto, 1997).

Kota Pekanbaru merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Provinsi

Riau. Secara geografis, Kota Pekanbaru diapit oleh Kabupaten Siak di sebelah

utara dan timur, Kabupaten Kampar di sebelah utara, selatan, dan barat dan

Kabupaten Pelalawan di sebelah selatan dan timur. Luas wilayah Kota Pekanbaru

sebesar 632,26 km2 atau 0,71 persen dari total luas wilayah Provinsi Riau.

Topografi Kota Pekanbaru relatif datar dengan struktur tanah terdiri dari tanah

aluvial dan pasir, dan sebagian daerah pinggiran kota terdiri dari tanah jenis

organosol dan humus yang bersifat asam dan korosif untuk besi.  Banyaknya

manfaat yang diperoleh dari tanaman melinjo maka tidak sedikit orang yang

menanam tanaman ini dipeerkarangan rumah mereka, selain itu, cara

memperbanyak tanaman ini pun juga sangat mudah yaitu dengan cara generatif

(penyemaian biji) dan vegetatif (cangkok, okulasi, sambung). Akan tetapi fakta

dilapangan berbeda yang di temukan peneliti yaitu banyaknya tidak tahuan

masyarakat tentang bagaimana cara menanam melinjo sehingga di kota

Pekanbaru itu sendiri tanaman melinjo sulit atau jarang ditemukan.

Kondisi ini menyebabkan Kota Pekanbaru kaya akan keragaman hayati,

hasil tanah dan pertanian. Diperkirakan tumbuh beberapa jenis tanaman melinjo di
3

kawasan Kota Pekanbaru, namun sejauh ini belum ada data kongkrit mengenai

jenis-jenis melinjo yang tumbuh di Kota Pekanbaru. Untuk memperoleh data yang

pasti dan akurat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi serta

inventarisasi jenis-jenis melinjo yang tumbuh di Kota Pekanbaru dan oleh karena

itu eksplorasi dan inventarisasi jenis-jenis malinjo di Kota Pekanbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas pelung tumbuhnya malinjo di Kota

Pekanbaru cukup besar, didukung oleh kondisi wilayah yang beriklim tropis serta

cara mudahnya menaman tumbuhan melinjo yang tidak hanya dapat dijumpai

di hutan dan perkebunan saja melainkan dapat ditanam di perkarangan rumah.

Namun, masih banyak yang belum mengetahui dari jenis melinjo yang belum

dikenal oleh masyarakat dan minimnya informasi data mengenai jenis melinjo

yang ada di Kota Pekanbaru, sehingga perlu dilakukannya eksplorasi guna untuk

memperbaruhi data keberagaman dan kelimpahan melinjo. Oleh karena itu, maka

dilakukan pembaharuan data tanaman melinjo di Kota Pekanbaru.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-

jenis melinjo yang tersebar di Kota Pekanbaru dengan melakukan eksplorasi

untuk melakukan inventarisasi serta identifikasi terhadap jenis melinjo yang

terdapat di Kota Pekanbaru.


4

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai pembaruan database

nasional ataupun internasional mengenai jenis-jenis melinjo dan letak

distribusinya yang ada di Kota Pekanbaru Serta dapat memberikan informasi

kepada masyarakat tentang banyaknya manfaat tanaman melinjo.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Melinjo

Melinjo (Gnetum Gnemon Linn) merupakan tanaman asli Indo-Malaya,

milik keluarga Gnetecea (Kato, 2009). Ukuran dari pohon melinjo adalah sekitar

50 kaki tinggi dannsering ditemukan dalam hutan kering dan hutan basah di

berbagai daerah. Area distribusi dari tumbuhan ini anatara lain di Asia Tenggara

dan Melanesia, Assam, Timur Laut India (Manner and Elvitch, 2006). Khususnya

di Indonesia, daerah distribusi dari tanaman ini meliputi di Andaman, Sumatera

dan Pulau Jawa (Manner and Elevitch, 2006).

Dalam dunia tumbuh – tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang

dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua

subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji telanjang/terbuka) dan

Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Seperti telah dijelaskan di atas, ke

dalam kelompok Gymnospermae itulah melinjo digolongkan. Sementara itu

Angiospermae masih dibagi lagi menjadi dua kelas, yaitu Monocotyledonae

(tumbuhan biji berkeping satu) dan Dicotyledone (tumbuhan biji berkeping dua).

Jenis ini dikatakan sebagai bentuk peralihan antara Gymnospermae dan

Angiospermae (Nindy, Tiara M.N, 2014)

Melinjo (Gnetum gnemon L.) adalah tanaman tahunan yang tumbuh

dengan baik di daratan rendah dan tinggi yang tidak lebih dari 1200 m dpl.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tanah liat, lempung dan tanah berpasir.

Tumbuhan melinjo mulai berbuah pada umur 3~4 tahun. Kulit tanaman ini juga
6

berguna, yaitu dapat diolah menjadi tali. Suatu macam serat yang berkualitas

tinggi dihasilkan dari kulit batang bagian dalam kulit ini dimanfaatkan sebagai tali

panah yang terkenal di pulau Sumba, juga untuk tali pancing atau jaring, berkat

ketahanannya terhadap air laut (Harley and Elevitch 2006).

Syarat Tumbuh Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang

khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan

berkapur. Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang

selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman

melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah

pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah

dan daerah 6 pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan

kelembaban tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah)

dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang

tumbuh di daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda

yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto,

1991)

Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang

belum dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai

komponen dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang

dikenal dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di

sekitar pulau Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera,

produksi melinjo lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan

pertumbuhan yang spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga
7

biasa ditanam di kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan

Sitanggang, 2011). Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi

yang dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji).  Akar Melinjo yang tumbuh

dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang, seperti halnya tumbuhan dikotil.

Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo yang tumbuh dari hasil perbanyakan

secara vegetatif, seperti cangkok dan stek, tidak berakar tunggang. Batang Batang

melinjo berkayu dan bercabang.( Manner HI, Elevitch. 2006.)

2.2 Klasifikasi Melinjo

Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo (Gnetum Gnemon Linn)

menurut (Honton (2004) dalam Nindy, Tiara M.N, 2014) dalam dunia tumbuh-

tumbuhan adalah sebagai berikut :

Kigdom : Plantae

Divisi : Gnetophyta

Subdivisi : Gnetophytina

Kelas : Gnetopsida

Subkelas : Gnetidae

Ordo : Gnetales

Famili : Gnetaceae

Genus : Gnetum

Spesies : Gnetum Gnemon

2.3 Karakteristik Tanaman Melinjo

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat

dibedakan atas akar, batang, daun, dan bunga. Melinjo yang tumbuh dari biji
8

bersistem perakaran tunggang, seperti halnya tumbuhan Dicotyledone. Batang

melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5 – 22 meter. Bentuk

percabangannya sangat khas. Pohon melinjo berdaun rimbun. Bunga melinjo

membentuk kerucut dengan karangan bunga melingkar. (Manner dan Elevitch, 2006).

2.4 Struktur Tanaman Melinjo

Morfologi tanaman melinjo Morfologi tanaman melinjo, dapat dilihat

berdarakan ciri – ciri tanaman melinjo diantara yaitu :

1. Akar

Akar tunggang, merayap kepermukaan, berwarna kecoklatan hingga abu

– abu gelap, dan juga dalam menembus dengan kedalam tanah 3-5 meter

bahkan lebih. Perakaran ini bermanfaat untuk menyokong tanaman agar

lebih kuat dan membantu menyerap unsur air dalam tanah.

2. Batang

Batang melinjo berbentuk bulan memanjang, dengan diamater 10-20 cm

bahkan lebih, tumbuh tegak dengan panjang mencapai 15 – 20 m,

permukaan batang merata. Batang juga memiliki percabangan

monopodial yaitu batang terlihat jelas, besar dan panjang pertumbuhan

cabangnya.

3. Daun

Daun tunggal, berbentuk bulat oval dan terdiri dari beberapai helai daun,

tepi merata, daun duduk saling berhadapan, dan memiliki pertulangan


9

menyirip. Selain itu, bagian dalam daun akan memiliki serabut halus

berwarna keputihan.

4. Bunga

Bunga tidak sempurna, terpisah antara bunga jantan dan betina. Bunga

jantan ini terdiri dari benang sari, dan bunga betina terdiri dari karangan

bulir. Biasanya dalam penyerbukan ini tidak dilakukan secara langsung,

namun tetapi memerlukan bantuan dari angin maupun hewan sekitarnya.

5. Biji

Biji melinjo terbuka, lapisan luar keras, selaput dalam dilindungi dengan

tandan bunga yang berdaging, biji berwarna hijau muda kalau belum

matang dan sudah matang akan berwarna kemerahan tua.

6. Daun

Daun tunggal, berbentuk bulat oval dan terdiri dari beberapai helai daun,

tepi merata, daun duduk saling berhadapan, dan memiliki pertulangan

menyirip. Selain itu, bagian dalam daun akan memiliki serabut halus

berwarna keputihan.

7. Bunga

Bunga tidak sempurna, terpisah antara bunga jantan dan betina. Bunga

jantan ini terdiri dari benang sari, dan bunga betina terdiri dari karangan

bulir. Biasanya dalam penyerbukan ini tidak dilakukan secara langsung,

namun tetapi memerlukan bantuan dari angin maupun hewan sekitarnya.


10

8. Biji

Biji melinjo terbuka, lapisan luar keras, selaput dalam dilindungi dengan

tandan bunga yang berdaging, biji berwarna hijau muda kalau belum

matang dan sudah matang akan berwarna kemerahan tua.

2.5 Manfaat Tanaman Melinjo

Kandungan dan Manfaat Kulit Melinjo Bagian-bagian tumbuhan melinjo

mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan

senyawa kulit buah melinjo antara lain flavonoid, tanin, saponin, dan triterpen

(Dewi, 2018). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan melinjo baik

daun maupun kulit biji mengandung senyawa antioksidan seperti likopen dan

karotenoid (Cornelia, Siregar, dan Ermiziar, 2010). Antioksidan bekerja dengan

cara menghentikan pembentukan radikal bebas, menetralisir serta memperbaiki

kerusakan-kerusakan yang telah terjadi (Dalimartha dan Soedibyo, 1999)

Daun muda, perbungaan, tangkil, dan buah tua melinjo dimasak sebagai sayur

(terutama sayur asem). Bijinya merupakan bagian yang terpenting, buahnya tidak

lain dari biji yang terbungkus oleh kulit dalam yang kaku (kulit biji) dan kulit luar

yang tipis dan dapat dimakan. Biji melinjo umumnya direbus atau dijadikan emping

dan digoreng. Suatu macam serat yang berkualitas tinggi dihasilkan dari kulit

batang bagian dalam, kulit ini dimanfaatkan sebagai tali panah yang terkenal di

pulau Sumba, juga untuk tali pancing atau jaring, berkat ketahanannya terhadap air

laut. Kayu melinjo tak ada manfaatnya yang khusus, mungkin alasannya ialah karena

kambium sekundernya membentuk struktur batang yang tidak normal.(Asri, 2010).


11

2.6 Fisiologi Tanaman Melinjo

Pohon berumah dua yang selalu hijau dan berbatang lurus, tinggi dapat

mencapai 5-10 m. Daun berhadapan, berbentuk jorong, urat daun sekunder saling

bersambungan. Perbungaan majemuk soliter dan aksiler, melingkar di tiap nodus,

panjang bunga 3-6 cm. Terdapat 5 - 8 bunga betina di tiap nodus, berbentuk bola.

Buah seperti buah kacang, berbentuk jorong, bagian ujungnya runcing pendek, ketika

masak warna buah berangsur-angsur akan berubah dari kuning, merah hingga

keunguan. Satu biji dalam satu buah, buah besar dan kulit tengahnya keras berkayu.

(Manner dan Elevitch, 2006).

2.7 Habitat Tanaman Melinjo

Habitat tanaman melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan pada ketinggian

hingga 1200 m. Tempat-tempat beriklim kering umumnya membudidayakan

tanaman ini. Tidak ada syarat tertentu terhadap faktor kualitas dan kedalaman tanah,

namun kadar ikat air pada tanah atau irigasi perlu dilakukan selama musim kering

(Cerianet, 2010).

2.8 Pemanfaatan Tanaman Melinjo

Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Kayunya dapat dipakai sebagai

bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut sebagai so

dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem).

"Bunga" (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil)

maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga

menjadi bahan baku emping (Cadiz RT and Florido HB, 2001).


BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2022– Desember

2022, yang akan dilakukan di Kota Pekanbaru. Peta lokasi penelitian ini disajikan

pada Gambar 3.1, sebagai berikut :

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian di Kota Pekanbaru (Sumber: Profil Kota

Pekanbaru)

3.2 Deskripsi dan lokasi penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di kota pekanbaru , Kota Pekanbaru

merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Provinsi Riau. Kota Pekanbaru

terdapat 13 Kecamatan yaitu Tampan, Bukit Raya, Tenayan Raya, Rumbai,

Rumbai Pesisir, Payung Sekaki, Marpoyan Damai, Sukjadi, Senapelan, Sail,

Pekanbaru Kota dan Lima Puluh.


13

3.3 Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis,

buku identifikasi melijo, kamera, parang, GPS, Herbarium Kit (etiket gantung,

gunting tanaman, cutter, roll meter, sasak, sabuk ikat, kantong plastik, oven).

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, sampel

melinjo, kertas koran, kertas label, selotip, dan lem.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode eksplorasi

yakni dengan mencari tanaman melinjo parennial berbiji terbuka, berbentuk

pohon dan berumah dua (dioecious, terdapat individu jantan dan betina) maupun

biji melinjo tidak dibungkus oleh daging tetapi dibungkus oleh kulit luar di Kota

Pekanbaru dan mendeskripsikan serta membuat kunci identifikasi. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan eksplorasi observasi lapangan di sertai

dokumentasi. Eksplorasi di awali dengan pengumpulan data yang didapat dari 13

Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Obsevasi

Observasi merupakan kegiatan meninjau, mengawasi dan mengamati

dengan teliti lokasi penelitian sebelum melakukan penelitian. Selain itu juga dapat

di artikan sebagai kegiatan awal dalam penelitian di saat berada di lapangan

dimana peneliti mensurvei lokasi tumbuhnya tanaman melinjo yang tumbuh di

daerah tersebut. Observasi dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian dan


14

waktu penelitian. Responden yang dijadikan pada penelitian ini adalah

masyarakat yang ditemui pada saat observasi yang mengetahui tentang

3.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang sudah ditemui pada saat

observasi yang merupakan masyarakat lokal yang mengetahui tentang tanaman

melinjo. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pertanyaan yang dibuat semi-

terstruktur. Hal-hal yang diwawancarai adalah nama lokal melinjo, nama

Indonesia, nama jenis melinjo (jika diketahui), manfaat melinjo untuk masyarakat

setempat, dan lokasi tumbuhnya. Hasil dari wawancara akan disimpulkan oleh

peneliti dan dibacakan kembali kepada responden untuk mengecek kebenarannya.

3.5.3 Koleksi Spesimen

Kegiatan ini dilakukan dengan metode eksplorasi, eksplorasi dilakukan

dengan cara menjelajah langsung ke lokasi penelitian yang bertujuan mencari,

mengumpulkan, meneliti, dan melakukan karakterisasi morfologi tumbuhan

melinjo, penentuan titik dari 19 penelitian dan jalur jelajah secara purposive

sampling (Rugayah et al. 2004). Penentuan narasumber berdasarkan snowball

sampling yaitu anjuran tokoh masyarakat diantaranya orang-orang yang mengenal

melinjo, menanam melinjo atau yang sering mengelolah tanaman melinjo.

Jika tidak terdapat didaerah tersebut tidak ada yang menanam melinjo atau

memanfaatkan buah melinjo sebagai olahan bahan makanan maka narasumber

ditentukan secara acak terpilih, baik orang-orang yang sekiranya mengetahui

daerah tersebut dan paham mengenai melinjo di daerah tersebut. Setiap jenis

melinjo yang ditemukan di lapangan di dokumentasikan dan bagian sampel yang


15

diambil berupa buah, daun, batang dan bunga (jika tersedia).

Setelah dibuat spesimen herbarium dengan menggunakan alat pemotong

berupa gunting tanaman, pisau, dan parang. Kemudian dilajutkan dengan

pemberian label gantung pada setiap koleksi. Selanjutnya sampel tumbuhan

disemprotkan dengan alkohol 70% dan dimasukkan kedalam kantong plastik lalu

kemudian diatur diantara lembaran koran dan dimasukkan kedalam sasak untuk di

oven minimal selama 3 hari dengan suhu 60oC. Pada setiap lokasi pengambilan

sampel direkam posisi koordinatnya dengan menggunakan GPS. Langkah

selanjutnya adalah spesimen telah bisa di identifikasi.

3.5.4 Pembuatan Herbarium

Koleksi spesimen yang telah dikeringkan dengan metode tertentu disebut

juga herbarium yang disusun berdasarkan sistem klasifikasi yang dilengkapi

informasi berupa data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data

taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya serta waktu pengkoleksian

dan kolektor itu sendiri. 20 Beberapa langkah-langkah pembuatan herbarium

mengikuti acuan yaitu:

1. Pengambilan sampel Setelah pengambilan sampel dilakukan kemudian

sampel dibersihkan dari kotoran selanjutnya disimpan dalam kertas koran

dan dimasukkan kedalam kantong plastik, setelah itu spesimen di

semprotkan alkohol 70% hingga kertas koran basah. Adapun bagian-

bagian yang harus diambil untuk herbarium bunga, daun, batang dan buah.

2. Pengepresan dan pengeringan Sampel disusun rapi dengan kertas koran

kemudian lapisi dengan kertas karton dan dipres menggunakan kayu atau
16

tripleks. Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu

50oC minimal 3 hari yang bertujuan untuk pengeringan spesimen.

3. Pendinginan Pedinginan atau juga disebut dengan freezing merupakan

proses penyimpanan sampel atau spesimen di dalam lemari pendingin

dengan suhu yang sangat rendah selama beberapa waktu yang bertujuan

untuk membunuh semua organisme seperti 21 hama yang melekat pada

spesimen baik itu jamur ataupun serangga agar tidak merusak spesimen.

4. Kelengkapan data herbarium Sampel yang telah melewati tahap freezing

kemudian dipindahkan ke kertas bebas asam kemudia diplat dengan jahit

ataupun dengan selotip, bagian yang mudah rontok seperti bunga dan buah

atau biji dimasukkan kedalam amplop. Selanjutnya kelengkapan data

herbarium seperti catatan khusus, titik koordinat, lokasi, nama spesimen,

nama penemu, nama famili, nama jenis, tanggal, tempat tumbuh, dan nama

penemu.

5. Identifikasi dan karakterisasi morfologi Identifikasi dan karakterisasi

morfologi dilakukan dari hasil eksplorasi yang dibawa ke Laboratorium

Botani Jurusan Biologi FMIPA UNRI yang dilakukan oleh orang yang ahli

mengenai tanaman melinjo. Karakterisasi sampel dilakukan pada lokasi

pengambilan sampel dan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas

Riau, dilakukan dengan cara mencatat karakter yang ditemukan pada

setiap jenis melinjo.


17

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam bentuk tabel, karakter morfologi, kunci

identifikasi, deskripsi, dan gambar dari data pada melinjo dan yang telah

diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif.


18
DAFTAR PUSTAKA

Asri, I. W. Y. (2010). Analisis usaha industri emping melinjo skala rumah tangga
di kabupaten magetan.

Cadiz, R. T., and Florido, H. B. 2001. Bago : Gnetum gnemon Linn. Research
Information Series on Ecosystem, 13(2).

Cerianet, C. Budidaya Tanaman Melinjo. Diakses pada 20 Juli 2022

Cornelia, M., Siregar, T.M., dan Ermiziar. (2010). Study on Carotenoid


Antioxidant Activity and Vitamin C of Melinjo Peels (Gnetum gnemon L.)
Natural Pigments Conference for South-East Asia, Malang, 20-21 Maret
2010

Dalimartha, Setiawan dan Soedibyo, M. (1999). Awet Muda dengan Tumbuhan


Obat dan Diet Suplemen. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dewi, A. N. (2018). Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Buah Melinjo (Gnetum
Gnemon Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 2 Tahun 2019 E-ISSN: 2685-
8398 109 L.) pada Mencit Jantan Galur DDY. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Kato 2009 . Stilbenoids Isolated from the Seeds of Melinjo (Gnetum gnemon L.)
and Their Biological Activity. J.Agric. Food Chem. 2009, 57, 2544-2549

Manner HI, Elevitch. 2006. Gnetum gnemon (gnemon). Diakses pada 20


September 2017.

Nindy, Tiara M.N, 2014. Uji Efektivitas Protein Biji Melinjo (Gnetum Gnemon
Linn.) Terhidrolisis Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Radikal Bebas Dalam
Mencegah Peningkatan. Universitas Jember.

Parhusip dan Sitanggang, 2011. Uji Efektivitas Protein Biji Melinjo (Gnetum
Gnemon Linn.) Universitas Sumatera Utara

Rugayah, et al . 2004. Pedoman pengumpulan data keanekaragaman flora. Jakarta:


Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Pengetahuan Indonesia.

Sunanto, H, 1992. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Kanisius,


Yogyakarta.

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang

Lestari dan Muharfiza. (2015). Karakterisasi FisikokimiaKerupuk Melinjo sebagai


Upaya Diversifikasi Produk Olahan Melinjo. PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON.

Anda mungkin juga menyukai